Вы находитесь на странице: 1из 16

TUGAS ANALISA JURNAL

Analisis Tindakan atau Intervensi Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Stress dan Cemas
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebutuhan Harga Diri

Dosen pembimbing: Agus Santoso, S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh

Kelompok 2 Kelas A16 1

Intan Indah Sari 22020116120003

Utin Saidatul Hasanah 22020116120021

Sindy Vidiana 22020116120045

Faiq Assidqie 22020116130075

Anita Kusumawardani 22020116140095

Fidya Monica 22020116130107

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2017
LATAR BELAKANG

Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar


yang sangat kompleks. Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah
teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan
dasar manusia pada saat memberikan perawatan yang mencakup: kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan rasa
memiliki, kebutuhan berharga dan harga diri, aktualisasi diri.
Kebutuhan keselamatan dan keamanan tidak akan terpenuhi apabila pasien
mengalami kecemasan. Cemas merupakan respon individu terhadap suatu keadaan
yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam
kehidupan sehari-hari. Cemas merupakan pengalaman subjektif dari individu dan
tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi
tanpa objek yang spesifik. Kecemasan juga diartikan sebagai kebingungan atau
kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas
dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.
Definisi stress sampai saat ini masih sangat sulit untuk dijabarkan oleh para
ilmuwan, karena itu merupakan sensasi subjektif yang berhubungan dengan
gejalagejala yang bervariasi, dimana masing-masing ahli memiliki pendapat yang
berbeda. Dalam tingkatan yang rendah stress mungkin berguna bagi tubuh, tetapi
jika stress tersebut menjadi berat dan berkepanjangan akan mempengaruhi fungsi
fisik dan mental, hal ini akan menjadi masalah besar yang perlu penanganan lebih
lanjut. Jika keadaan stress pada seseorang dibiarkan begitu saja, tanpa ada upaya
penanganan atau upaya pengobatan maka sudah dipastikan akan banyak
masyarakat di dunia ini yang akan mengalami gangguan kejiwaan.
Oleh karena itu perawat sebagai tenaga kesehatan professional yang dalam
tugas pokoknya adalah memenuhi kebutuhan dasar pasien, harus mampu
memberikan intervensi yang tepat dalam menangani masalah kecemasan yang
terjadi pada pasien. Karena perawat merupakan tenaga professional terbesar
dalam struktur ketenagaan rumah sakit.
JURNAL I
1. Judul Jurnal
Pengaruh Tehnik Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Tingkat Stres Lansia
Di Unit Rehabilitas Sosial Wening Wardoyo Ungaran
2. Nama Penulis
a. Kadek Oka Aryana
b. Ns. Dwi Novitasari, S.Kep., M.Sc
3. Nama Jurnal
Jurnal Keperawatan Jiwa
4. Volume/ penerbit jurnal
Volume 1, No. 2, November 2013; hal 186-195
5. Rangkuman Isi Jurnal
Penelitian ini menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi stress. Hal
itu karena dalam relaksasi terkandung unsur penenangan diri. Teknik ini
disebut dengan relaksasi Benson yaitu suatu prosedur untuk membantu
individu berhadapan pada situasi yang penuh stres dan usaha untuk
menghilangkan stres. Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode
respon relaksasi pernafasan dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang
dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien
mencapai kondisi kesehatan dan kesejahtraan yang lebih tinggi. Kelebihan
latihan tehnik relaksasi ini adalah lebih mudah dilakukan bahkan dalam kondisi
apapun serta tidak memiliki efek samping apapun, menekan biaya pengobatan
dan dapat digunakan untuk mencegah stres.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lansia yang tinggal di Unit
Rehabilitas Sosial Wening Wardoyo Ungaran yang tidak aktif mengikuti latihan
relaksasi Benson sebagian besar mengalami stres yang mengakibatkan
mengalami perubahan perilaku seperti mudah merasa kesal, tidak sabaran,
pemarah, gelisah, pendiam dan perubahan strategi koping dengan kondisi
tersebut maka lansia akan mudah mengalami stress. Sedangkan pada kelompok
intervensi (lansia yang aktif mengikuti latihan relaksasi Benson) terdapat
pengaruh yang signifikan tehnik relaksasi Benson terhadap tingkat stres lansia
di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran.
Saat dilakukannya latihan relaksasi Benson ini lansia dapat melatih
tubuh dengan mengatur irama pernafasan secara baik dan benar sehingga
pemusatan pikiran dan penghayatan akan lebih mempercepat penyembuhan
dan menghilangkan stres (depresi) atau memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Relaksasi Benson pada dasarnya merupakan latihan pernapasan,
latihan pernafasan yang tepat merupakan penawar stress.
Proses pernafasan yang tepat merupakan penawar stres. Proses
pernafasan merupakan proses masuknya O2 melalui saluran nafas kemudian
masuk keparu dan diproses kedalam tubuh, kemudian selanjutnya diproses
dalam paru-paru tepatnya di bronkus dan diedarkan keseluruh tubuh melalui
pembuluh vena dan nadi untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Jika dalam
darah kekurangan oksigen itu dapat memperbesar kemungkinan terjadinya
ansietas, depresi dan lelah, yang sering membuat setiap situasi stress menjadi
lebih sukar diatasi. Namun apabila oksigen dalam otak tercukupi maka
manusia berada dalam kondisi seimbang. Kondisi ini akan menimbulkan
keadaan rileks secara umum pada manusia. Perasaan rileks akan diteruskan ke
hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF).
Selanjutnya CRF merangsang kelenjar di bawah otak untuk meningkatkan
produksi Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi enkephalin oleh
medulla adrenal meningkat. Kelenjar dibawah otak juga menghasilkan 
endorphin sebagai neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati menjadi
rileks. Meningkatnya enkephalin dan β endorphin kebutuhan tidur akan
terpenuhi dan lansia akan merasa lebih rileks dan nyaman.
6. Manfaat untuk Ilmu Keperawatan
a. Perawat dapat memberikan terapi relaksasi Benson bagi lansia yang
mengalami stress
b. Teknik relaksasi Benson dapat dilakukan lansia untuk mengurai stress
secara mandiri.
c. Teknik relaksasi Benson dapat dijadikan sebagai pengobatan alternatif
dalam panti khususnya tentang stres serta mampu menanggulangi masalah
psikologis lansia terutama masalah stres yang muncul.
JURNAL II

1. Judul Jurnal
Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Kualitas Hidup Pasien Breast Cancer
Yang Menjalani Kemoterapi Di Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta
2. Nama Penulis
a. Eska Dwi Prajayanti
b. Irma Mustika Sari
3. Nama Jurnal
Gaster | Jurnal Ilmu Kesehatan
4. Volume/ penerbit jurnal
Volume XV No. 2, Agustus 2017; hal 159-165
5. Rangkuman Isi Jurnal
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup adalah
dengan menggunakan terapi modalitas komplementer seperti yoga, akupuntur,
naturopati, terapi musik, interaksi pikiran tubuh dan relaksasi. Salah satu teknik
relaksasi yang dapat digunakan adalah Relaksasi Benson. Relaksasi Benson
adalah suatu jenis terapi untuk penanganan kegiatan mental dan menjauhkan
tubuh dan pikiran dari rangsangan luar untuk mempersiapkan tercapainya
hubungan yang lebih dalam dengan pencipta, yang dapat dicapai dengan
metode hypnosis, meditasi yoga, dan bentuk latihan-latihan yang ada
hubungannya dengan penjajakan pikiran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pegaruh pemberian
relaksasi benson terhadap kualitas hidup pasien ca mamae yang menjalani
kemoterapi meliputi dimensi fisik, psikologi dan lingkungan.
Dimensi fisik, pada pasien yang mengalami ca mamae akan merasakan
nyeri pada area payudara. Pemberian relaksasi benson mampu menurunkan
skala nyeri pada pasien ca mamae. Pada kelompok yang mendapat teknik
relaksasi Benson mengalami penurunan skala nyeri dikarenakan teknik
relaksasi benson tersebut akan mempengaruhi sistem saraf simpatis dan para
simpatis sehingga menyebabkan otot-otot menjadi rileks dan nyeri akan
berkurang.
Dimensi psikologis, didapatkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi
benson terhadap kondisi psikologis pasien ca mamae yang menjalani
kemoterapi. Kondisi psikologis yang dialami penderita ca mamae biasanya
berupa kecemasan dalam menghadapi penyakitnya dan proses kemoterapi.
Salah satu terapi yang digunakan menurunkan cemas adalah relaksasi Benson.
Relaksasi Benson merupakan teknik relaksasi yang digabung dengan
keyakinan yang dianut oleh pasien. Benson dan Poctor (2000) menjelaskan
bahwa relaksasi Benson akan menghambat aktivitas saraf simpatis yang dapat
menurunkan konsumsi oksigen oleh tubuh dan selanjutnya otot-otot tubuh
menjadi relaks sehingga menimbulkan perasan tenang dan nyaman. Terapi
relaksasi benson mampu menurunkan kadar kortisol yaitu hormon stress yang
berkontribusi besar dalam tekanan darah tinggi.
Dimensi lingkungan, hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh
pemberian teknik relaksasi Benson terhadap dimensi lingkungan pasien ca
mamae yang menjalani kemoterapi. Perasaan takut yang dialami oleh pasien ca
mamae disebabkan oleh adanya kekhawatiran mereka terhadap kondisi
kesehatan mereka. Kondisi penyakit yang dialami dan proses pengobatan
menyebabkan timbulnya kesedihan pada pasien ca mamae. Kondisi ini
menyebabkan pasien Ca mamae berusaha mencari cara untuk mengjibur diri
terhadap mereka. Salah satu caranya adalah dengan melakukan teknik relaksasi
Benson.
6. Manfaat untuk Ilmu Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan acuan sebagai salah satu teknik relaksasi
yang dapat digunakan dalam dunia keperawatan.
JURNAL III
1. Judul
Efektifitas Terapi Benson Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada
Lansia di Kelurahan Karang Klesem, Kecamatan Purwokerto Selatan,
Kabupaten Banyumas

2. Penulis
a. Tri Anasari
b. Artathi Eka S.
c. Yuli Trisnawati
3. Nama Jurnal
Jurnal Kebidanan
4. Volume/ penerbitjurnal
Volume VII, No. 02, Desember 2015 2014; hal 176-184
5. Rangkuman Isi Jurnal
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindari. Proses penuaan terjadi secara alamiah. Hal ini dapat menimbulkan
masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Gejala-gejala psikologis
pada lansia salah satu diantaranya adalah kecemasan. Cemas merupakan reaksi
terhadap persepsi adanya bahaya baik yang nyata maupun yang hanya
dibayangkan. Rasa khawatir, gelisah, takut, was-was, tidak tentram, panik dan
sebagainya merupakan gejala umum akibat cemas. Sering kali cemas
menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala,
bahkan gangguan fungsi seksual dan lain-lain.
Kondisi pikiran, perasaan dan fisik merupakan satu kesatuan yang
saling berkaitan. Kecemasan yang dirasakan merupakan awal dari masalah
selanjutnya, ini dikarenakan sebagian besar penyakit disebabkan oleh psikis
atau spiritual. Tingkat kecemasan yang dirasakan oleh lansia dapat diturunkan
dengan berbagai cara, salah satunya menggunakan metode teknik relaksasi
pernafasan yang mengandung unsur penenangan diri yaitu terapi Benson yang
ditemukan oleh seorang ilmuwan yang bernama Herbert Benson.
Teknik yang disebut relaksasi Benson ini merupakan suatu prosedur
membantu individu yang mengalami situasi penuh stress dan usaha untuk
menghilangkan stress. Relaksasi benson merupakan pengembangan metode
respon relaksasi pernafasan dengan melibatkan faktor keyakinan pasien yang
dapat menciptakan suatu lingkungan internal, sehingga dapat membantu pasien
mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi. Selain teknik
ini mudah dilakukan oleh pasien, relaksasi ini dapat menekan biaya pengobatan
dan dapat digunakan untuk mencegah terjadinya stress, sedangkan kita tahu
pemberian obat-obatan kimia dalam waktu lama dapat menimbulkan efek
samping yang dapat membahayakan pemakainya seperti gangguan pada ginjal.
Hasil penelitian sebelum dilakukan terapi benson dapat diketahui semua
responden mengalami kecemasan mulai dari kecemasan ringan sampai dengan
berat sekali, sehingga semua responden dapat diberikan terapi benson.
Mayoritas responden mempunyai kecemasan ringan yaitu 13 orang (32,5%)
dan yang paling sedikit mempunyai kecemasan berat sekali yaitu 3 orang
(7,5%). Hasil penelitian sesudah dilakukan terapi benson mayoritas responden
mempunyai kecemasan ringan yaitu 15 orang (37,5%) dan yang paling sedikit
mempunyai kecemasan berat yaitu 3 orang (7,5%). Sedangkan responden yang
mempunyai kecemasan berat sekali tidak ada.
6. Manfaat untuk Ilmu Keperawatan
Untuk lebih menerapkan dan memberikan edukasi kepada masyarakat terhadap
terapi relaksasi benson.
Untuk menambah wawasan bagi perawat untuk mengatasi tingkat kecemasan
pada pasien.
JURNAL IV
1. Judul Jurnal

Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan Mengatasi Stress


Pada Klien TBC Di Wilayah Kota Semarang

2. Nama Penulis
a. Eni Hidayati
b. Sri Widodo
3. Nama Jurnal
Jurnal Keperawatan
4. Volume/ penerbit jurnal
Volume. 2 No. 3 November 2014, hlm 130-142
5. Rangkuman Isi Jurnal
Penelitian ini, menggunakan intervensi Terapi kelompok Suportif sebagai
intervensi untuk penderita TBC. Mengingat bahwa tingkat kekambuhan pada
penderitan TBC di wilayah kota Semarang sangat tinggi. Dari informasi
beberapa keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit TBC,
bahwa apabila klien berada di rumah dibiarkan melakukan kegiatan yang
disenangi, klien sering batuk – batuk di sembarang tempat, bila batuk tidak
ditutup, sering di jauhi anggota masyarakat karena penyakitnya, penderita
kadang stress dengan seringnya minum obat dengan terputusnya minum obat
makan akan menampah tingkat stress yang berkepanjangan, jarang melakukan
interaksi yang efektif dengan lingkungan,TBC itu sendiri merupakan hasil dari
proses belajar dalam cara menyelesaikan masalah untuk teratur minum obat
dalam jangka waktu enam bulan sehingga banyak klien yang mengalami putus
obat karena ketidaktahuan klien pentingnya keteraturan dalam mengkonsumsi
obat. Perilaku inilah yang membuat penderita TBC mengalami stres dengan
penyakitnya dan malas dalam
keteraturan minum obat.
Terapi kelompok Suportif merupakan sekumpulan orang-orang yang
berencana, mengatur dan berespon secara langsung terhadap issue-isue dan
tekanan yang khusus maupun keadaan yang merugikan (dukungan kelompok)
berhubungan dengan peningkatan fungsi secara psikologis. Sedangkan
dukungan yang bermanfaat adalah suatu proses pastisipasi dimana terjadi
aktifitas berbagi pengalaman (sharing experiences), situasi, dan masalah yang
difokuskan pada prinsip memberi dan menerima, mengaplikasikan
keterampilan (self help), dan pengembangan pengetahuan.
Hasil penelitian, terdaat perbedaan kemampuan mengatasi stress klien
TBC dalam sebelum dan sesudah pemberian terapi kelompok suportif.
Kemampuan klien tentang penyakit TBC merupakan alasan tersendiri bagi
klien untuk mengetahui tentang TBC bagi klien yang tidak teratur dalam
meminum obat TBC dengan baik. Berdasarkan hal tersebut perlu peningkatan
kemampuan mengatsi stress pada klien TBC sehingga memiliki pemahaman
dan kemampuan mengatasi dalam menghadapi penyakit TBC. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi generalis dan terapi kelompok
suportif efektif untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan klien TBC
sehingga lebih adaptif dalam menghadapi suatu adanya stressor.

6. Manfaat untuk Ilmu Keperawatan


d. Perawat dapat memberikan terapi aktifitas suportif bagi penderita TBC
yang masih kurang pengetahuan untuk mengurangi stresor
e. Perawat yang bekerja Rumah Sakit sebaiknya perlu meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan dengan membudayakan penerapan terapi generalis
sebagai salah satu terapi untuk menurunkan stress pada klien penyakit
TBC

JURNAL V

1. Judul Jurnal

Efektifitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Halusinasi Terhadap


Penurunan kecemasan Klien Halusinasi Pendengaran Di Ruang Sakura RSUD
Banyumas
2. Nama Penulis
a. Januarti Isnaeni
b. Rahayu Wijayanti
c. Arif Setyo Upoyo
3. Nama Jurnal
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing)
4. Volume/ penerbit jurnal
Volume 3 No.1 Maret 2008
5. Rangkuman Isi Jurnal
Perilaku individu yang mengekspresikan adanya halusinasi adalah tidak
akuratnya interprestasi stimulus lingkungan atau perubahan negatif dalam
jumlah atau pola stimulus yang datang, disorientasi waktu dan tempat,
disorientasi mengenai orang, perubahan kemampuan memecahkan masalah,
perubahan perilaku atau pola komunikasi, kegelisahan, ketakutan, ansietas /
cemas dan peka rangsang. Perawat dalam menangani klien dengan halusinasi
pendengaran dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif
dengan pendekatan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
Salah satu intervensi keperawatan yang ada adalah terapi aktivitas kelompok.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
halusinasi sudah dilakukan di RSUD Banyumas, tetapi belum pernah ada yang
meneliti tentang efektifitas terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi untuk
menurunkan kecemasan pada klien halusinasi pendengaran.
Dari hasil penelitian terlihat responden yang paling banyak adalah klien
yang baru pertama kali dirawat, tetapi setelah mengikuti TAK stimulasi
persepsi halusinasi kecemasan klien menurun. dan 9 (60%) responden
mengalami cemas sedang. Dilihat dari tingkat kecemasan responden berada
dalam halusinasi tahap pertama, seperti yang diungkapkan oleh Stuart dan
Sundeen (1998) bahwa pada halusinasi tahap pertama klien mengalami rasa
nyaman sampai dengan kecemasan sedang. Sesuai dengan kriteria inklusi klien
yang dijadikan sebagai responden adalah klien yang kooperatif. Pada tahap ini
klien masih bisa dilakukan wawancara dan dilakukan TAK. Setelah dilakukan
TAK stimulasi persepsi halusinasi didapatkan penurunan tingkat kecemasan
yaitu 9 (60 %) responden tidak mengalami kecemasan, 5 (33,3%) responden
mengalami cemas ringan dan 1 (6,7%) responden mengalami cemas sedang.
Dengan dilakukan TAK stimulasi persepsi halusinasi responden dapat berbagi
pengalaman untuk menolong orang lain, dapat mengekspresikan perasaan dan
kesempatan anggota kelompok untuk menampilkan kemampuannya. Sehingga
kecemasan yang dialami menurun

6. Manfaat untuk Ilmu Keperawatan


a. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu memberikan asuhan
TAK stimulasi persepsi halusinasi karena dapat mengurangi tingkat
kecemasan klien.
JURNAL VI

1. Judul Jurnal

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok : Stimulasi Persepsi Sesi I – V Terhadap


Kemampuan Mengontrol dan Mengekspresikan Marah Pada Pasien Risiko
Perilaku Kekerasan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang

2. Nama Penulis

a. Benita Irma Widyastini

b. Dwi Heppy Rochmawati

c. Purnomo

3. Nama Jurnal

Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)

4. Volume/ penerbit jurnal

5. Rangkuman Isi Jurnal

Seseorang dikatakan sehat jiwa apabila mampu mengendalikan diri dalam


menghadapi stresor di lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam
keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal
maupun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional. Seseorang
mengalami gangguan jiwa apabila ditemukan adanya gangguan pada fungsi
mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku, perasaan, motivasi, kemauan,
keinginan, daya titik diri, dan persepsi sehingga mengganggu dalam proses
hidup di masyarakat. Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk
penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan
ketidak wajaran dalam bertingkah laku salah satu contohnya adalah munculnya
perilaku kekerasan (Nasir & muhith, 2011.hlm.8). Perilaku kekerasan
merupakan salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang.
Respon ini dapat menimbulkan kerugian berupa pengrusakan, pemukulan,
serangan fisik baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Salah satu
cara untuk penanganan pasien perilaku kekerasan adalah dengan terapi
aktivitas kelompok yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok untuk
menangani pasien perilaku kekerasan ini sudah dilakukan di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang.

6. Manfaat untuk Ilmu Keperawatan

a. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu memberikan asuhan


TAK karena dapat membantu pasien dalam mengontrol dan
mengekspresikan marah.
KESIMPULAN

Salah satu cara menangani stress yaitu dengan relaksasi benson. Reaksi
benson pada intinya memberi keyakinan dalam menghadapi masalahnya.
Teknik ini mudah dalam pelaksanaannya dan tidak memakan biaya. Karena
ini merupakan pengembangan dari teknik pernafasan.

Cara lain dalam menangani stress yaitu terapi suportif yang pada intinya
yaitu ada dukungan dari teman atau orang lain. Ada cara lain untuk
mengobati stress yaitu terapi aktivitas kelompok. Terapi ini menggunakan
metode yang hampir sama dengan mentoring, yaitu terdapat satu perawat
yang memberikan intervensi atau semangat kepada sekumpulan pasien
yang memiliki masalah yang sama.

Seperti itulah terapi yang dapat diberikan kepada pasien dalam menangani
stress. Pada intinya terapi stress ini hanya untuk meyakinkan pasien dalam
menangani masalahnya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Anasari, T., dkk. (2015). Efektifitas Terapi Benson Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pada Lansia Di Kelurahan Karang Klesem,Kecamatan
Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. Jurnal Kebidanan, 7(02),
176-184.
Aryana, K. O., & Novitasari, D. (2013). Pengaruh Tehnik Relaksasi Benson
Terhadap Penurunan Tingkat Stres Lansia Di Unit Rehabilitas Sosial
Wening Wardoyo Ungaran. Jurnal Keperawatan Jiwa, 1(2), 186-195.
Hidayati, E.,& Widodo, S. (2014). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif terhadap
Kemampuan Mengatasi Stress pada Klien TBC di Wilayah Kota
Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. 2 No. 3 hlm 130-142.
Isnaeni, et.al. (2008). Efektifitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
Halusinasi terhadap Penurunan Kecemasan Klien Halusinasi
Pendengaran di Ruang Sakura RSUD Banyumas. Jurnal Keperawatan
Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.1.
halaman 32-39.
Prajayanti, E. D., & Sari, I. M. (2017). Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap
Kualitas Hidup Pasien Breast Cancer Yang Menjalani Kemoterapi Di
Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Gaster| Jurnal Ilmu
Kesehatan, 15(2), 159-165.

Вам также может понравиться