Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TAKSONOMI
Disusun oleh:
Dian Mustika Uwete
121130244
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari dan memahami tentang “Taksonomi”.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Penamaan
2. Penelaahan ciri-ciri
3. Penggolongan
Sejak tahun 1753 sistem polynomial digantikan dengan binomial sejak publikasi
“Systema Plantarum” oleh Carolus Linnaeus dan berlaku secara internasional.
Sistem binomial yaitu sistem penamaan di mana nama jenis terdiri dari dua kata,
kata pertama adalah nama marga dan kata kedua merupakan penunjuk jenis atau spesies
epithet. Contoh: Hibiscus tiliaceus.
Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang
dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk
hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh
klasifikasi makhluk hidup adalah:
Cara pengelompokan makhluk hidup seperti ini dianggap kurang sesuai yang
disebabkan karena dalam pengelompokan makhluk hidup dengan cara demikian dibuat
berdasarkan keinginan orang yang mengelompokkannya.
3. Fungi (jamur)
Fungi memiliki sel eukariotik. Fungi tak dapat membuat makanannya sendiri. Cara
makannya bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari lingkungannya
sehingga hidupnya bersifat parasit dan saprofit. Kelompok ini terdiri dari semua
jamur, kecuali jamur lendir (Myxomycota) dan jamur air (Oomycota).
4. Plantae (tumbuhan)
Tumbuhan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya terdiri dari banyak sel yang telah
berdiferensiasi membentuk jaringan. Tumbuhan memiliki kloroplas sehingga dapat
membuat makanannya sendiri (bersifat autotrof). Kelompok ini terdiri dari tumbuhan
lumut, tumbuhan paku, tumbuhan berbiji terbuka, dan tumbuhan berbiji tertutup
5. Animalia (hewan)
Hewan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya tersusun atas banyak sel .yang telah
berdiferensiasi membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri
sehingga bersifat heterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu hewan
tidak bertulang belakang (invertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata).
2.5 Prinsip dan Peraturan Tata Nama Tumbuhan
Tatanama botani tidak berhubungan dengan tata nama zoologi. Nama yang sama
yang diberikan pada tumbuhan bisa juga digunakan ahli zoologi pada hewan.
Pelaksanaan penamaan di dalam kelompok taksonomi ditentukan dengan
menggunakan tipe tata nama. Tipe untuk famili adalah genus, tipe untuk genus adalah
jenis, tipe untuk jenis adalah spesimen dan seterusnya.
Tata nama dari kelompok taksonomi haruslah berdasar pada prioritas publikasi,
dan nama yang benar adalah nama yang telah dipublikasi terlebih dahulu dan mengacu
pada aturan-aturan. Tata nama yang telah dipublikasikan lebih dulu harus dipakai sebagai
dasar pada publikasi berikutnya.
Setiap kelompok taksonomi, batasannya, posisinya, dan urutannya bisa membuat
satu nama yang benar. Nama ilmiah kelompok taksonomi disajikan dalam bahasa latin
tanpa menghiraukan asalnya. Aturan untuk penamaan genus dan penunjuk jenis sama
juga dengan yang lain harus dalam bahasa Latin.
Suatu nama yang sah tidak boleh ditolak karena alasan tidak disukai atau karena
kehilangan arti aslinya. Contoh: Hibiscus rosa-sinensis, aslinya bukan di Cina.
Perubahan nama hanya boleh dilakukan biala sudah betul-betul diteliti taksonominya
Tingkat-tingkat kesatuan taksonomi (dalam urutan menurun, beserta akhiran-
akhiran nama ilmiahnya):
1. Dunia tumbuh-tumbuhan (Regnum Vegetabile)
2. Divisi (divisio -phyta)
3. Anak divisi (sub divisio -phytina)
4. Kelas (classis -opsida, khusus untuk Alga –phyceae)
5. Anak kelas (subclassis –idea)
6. Bangsa (ordo –ales)
7. Anak bangsa (subordo –ineae)
8. Suku (familia –aceae)
9. Anak suku (subfamilia –oideae)
10. Puak (tribus –eae)
11. Anak puak (subtribus –inae)
12. Marga (genus; nama ilmiah marga dan semua tingkat di bawahnya tidak
diseragamkan akhirannya)
13. Anak marga (subgenus)
14. Seksi (sectio)
15. Anak seksi (subsectio)
16. Deret (series)
17. Anak deret (subseries)
18. Jenis (species)
19. Anak jenis (sub species)
20. Varietas (varietas)
21. Anak varietas (subvarietas)
22. Forma (forma)
23. Anak forma (subforma)
Nama ilmiah suatu jenis merupakan penggabungan 3 hal :
1. Genus
2. Spesies epithet (penunjuk jenis)
3. Author
2.6 Sistem Klasifikasi Domain
Semula para ahli hanya mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kerajaan,
yaitu kerajaan tumbuhan dan kerajaan hewan. Dasar para ahli mengelompokkan makhluk
hidup menjadi dua kerajaan yaitu:
1. Kenyataan bahwa sel kelompok tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun dari
selulosa.
2. Tumbuhan memiliki klorofil sehingga dapat membuat makanannya sendiri melalui
proses fotosintesis dan tidak dapat berpindah tempat dan hewan tidak memiliki
dinding sel sementara hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri dan umumnya
dapat berpindah tempat.
Namun ada tumbuhan yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, yaitu
jamur (fungi). Berarti tumbuhan berbeda dengan jamur maka para ahli taksonomi
kemudian mengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga kelompok, yaitu Plantae
(tumbuhan), Fungi (jamur), dan Animalia (hewan).
Setelah para ahli mengetahui struktur sel (susunan sel) secara pasti, makhluk
hidup dikelompokkan menjadi empat kerajaan, yaitu Prokariot, Fungi, Plantae, dan
Animalia. Pengelompokan ini berdasarkan ada tidaknya membran inti sel. Sel yang
memiliki membran inti disebut sel eukariotik sedangkan sel yang tidak memiliki
membran inti disebut sel prokariotik.
Namun sistem ini kemudian diubah dengan dipecahnya kingdom monera menjadi
kingdom Eubacteria dan Archaebacteria.
Para makhluk hidup di Kingdom Eubacteria berupa makhluk hidup sel tunggal
(uniseluler). Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Eubacteria memiliki sel
prokariotik (sel sederhana yang tidak mempunyai kapsul sebagai lapisan terluarnya
dan dinding sel didalamnya). Eubacteria juga dikenal dengan istilah bakteria.
2. Kingdom Archaebacteria
Pada tahun 1977 seorang mikrobiolog bernama Carl Woese dan peneliti lain
dari university of Illinois menemukan suatu kelompok bakteri yang memiliki ciri unik
dan berbeda dari anggota kingdom Monera lainnya. Kelompok tersebut dinamakan
Archaebacteria. Archaebacteria lebih mendekati makhluk hidup eukariot
dibandingkan bakteri lain yang merupakan prokariot. Hal itu menyebabkan
terciptanya sistem klasifikasi enam kingdom pemisah kingdom Archaebacteria dari
anggota kingdom Monera lain yang kemudian disebut Eubacteria. Namun hingga
sekarang yang diakui sebagai sistem klasifikasi standar adalah sistem Lima Kingdom
yang ditemukan oleh Whittaker.
3. Kingdom Protista
Fungi memiliki sel eukariotik. Fungi tak dapat membuat makanannya sendiri.
Cara makannya bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari lingkungannya
sehingga hidupnya bersifat parasit dan saprofit. Kelompok ini terdiri dari semua
jamur, kecuali jamur lendir (Myxomycota) dan jamur air (Oomycota). Beberapa
kelompok kelas antara lain:
Hewan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya tersusun atas banyak sel yang telah
berdiferensiasi membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri
sehingga bersifat heterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu hewan tidak
bertulang belakang (invertebrata/avertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata).
1. Bacteria
2. Protozoa
3. Chromista
4. Fungi
5. Plantae
6. Animalia
1. Klasifikasi
a. Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh
tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun takson-takson secara teratur
mengikuti suatu hierarki.
b. Sifat-sifat yang dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi berbeda-beda
tergantung orang yang mengadakan klasifikasi dan tujuan yang ingin dicapai
dengan pengklasifikasian itu.
c. Takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori) yang lebih rendah mempunyai
kesamaan sifat lebih banyak daripada takson yang terdapat pada tingkat takson
(kategori) di atasnya.
d. Perbedaan antara istilah takson dengan kategori yaitu istilah takson yang
ditekankan adalah pengertian unit atau kelompok yang mana pun, sedangkan istilah
kategori yang ditekankan adalah tingkat atau kedudukan golongan dalam suatu
hierarki tertentu.
e. Dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu
nama takson sekaligus menunjukkan pula tingkat takson (kategori).
f. Ada tiga sistem klasifikasi dalam taksonomi tumbuhan yaitu sistem klasifikasi
buatan, sistem klasifikasi alam, dan sistem klasifikasi filogenetik.
g. Berdasarkan sejarah perkembangannya ketiga sistem klasifikasi tersebut dibagi
menjadi empat periode yaitu periode sistem habitus, periode sistem numerik,
periode sistem alam, dan periode sistem filogenetik.
2. Identifikasi
a. Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan tempatnya
yang tepat dalam sistem klasifikasi.
b. Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal oleh dunia
ilmu pengetahuan.
c. Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan
yang ada dalam KITT.
d. Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan ke
dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam tentang isi
KITT.
e. Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan,
memerlukan sarana antara lain bantuan orang, spesimen herbarium, buku-buku
flora dan monografi, kunci identifikasi dan lembar identifikasi jenis.
f. Flora adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis
tumbuhan yang ditemukan dalam suatu wilayah tertentu.
g. Monografi adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-
jenis tumbuhan yang tergolong dalam kategori tertentu. baik yang terbatas pada
suatu wilayah tertentu saja maupun yang terdapat di seluruh dunia.
h. Kunci identifikasi merupakan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang jawabnya
harus ditemukan pada spesimen yang akan diidentifikasi.
i. Bila semua pertanyaan berturut-turut dalam kunci identifikasi ditemukan jawabnya,
berarti nama serta tempatnya dalam sistem klasifikasi tumbuhan yang akan
diidentifikasi dapat diketahui.
j. Lembar Identifikasi Jenis adalah sebuah gambar suatu jenis tumbuhan yang disertai
dengan nama klasifikasi jenis yang bersangkutan.
Sisi praktek dari taksonomi adalah proses menentukan identitas spesifik dari suatu
organisme. Penempatan sebuah strain baru kedalam kelompok sebelumnya. Identifikasi
merupakan pekerjaan rutin dalam laboratorium mikrobiologi biasanya dimulai dari
mendapatkan biakan murni dari mikroorganisme baru serta sifat yang diteliti adalah
morfologi, biokimia, serological, molekuler
Identifikasi Mikroorganisme adalah Klasifikasi kedalam hirarki taksonomi berdasarkan
pada karakteristik morfologi, sekuens DNA dan rRNA. Identifikasi pada mikroorganisme yang
belum diketahui (sebelumnya telah ditemukan dan telah diklasifikasi) mikroba membutuhkan
lebih spesifik dan sering dikombinasikan beberapa metode
3. Kelas (Classis)
Kelompok takson yang satu tingkat lebih rendah dari filum atau divisio
4. Ordo (Bangsa)
Setiap kelas terdiri dari beberapa ordo. Pada dunia tumbuhan, nama ordo umumnya
diberi akhiran ales.
5. Famili
Famili merupakan tingkatan takson di bawah ordo. Nama famili tumbuhan biasanya
diberi akhiran aceae, sedangkan untuk hewan biasanya diberi nama idea. Dalam
penyebutan indonesia nama suku selalu diulang penyebutannya : kacang-kacangan ,
angrek-anggrekan , jahe-jahean.
6. Genus (Marga)
Genus adalah takson yang lebih rendah dariada famili. Nama genus terdiri atas satu
kata, huruf pertama ditulis dengan huruf kapital, dan seluruh huruf dalam kata itu
ditulis dengan huruf miring atau dibedakan dari huruf lainnya.
7. Species (Jenis)
Species adalah takson yang terendah. Spesies adalah suatu kelompok organisme yang
dapat melakukan perkawinan antar sesamanya untuk menghasilkan keturunan yang
fertil (subur) aturan penulisannya disebut binomial nomenklatur.
Tata nama binomial (binomial berarti 'dua nama') merupakan aturan penamaan
baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari sistem
taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang
dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang
dilatinkan. Aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan oleh
penyusunnya (Carolus Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri
pula. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name).
Awam seringkali menyebutnya sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat
sepenuhnya, karena sebagian besar nama yang diberikan bukan istilah asli dalam
bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang yang pertama kali memberi
pertelaan atau deskripsi (disebut deskriptor) lalu dilatinkan.
Penamaan organisme pada saat ini diatur dalam Peraturan Internasional bagi
Tata Nama Botani (ICBN) bagi tumbuhan, beberapa alga, fungi, dan lumut kerak, serta
fosil tumbuhan; Peraturan Internasional bagi Tata Nama Zoologi (ICZN) bagi hewan
dan fosil hewan; dan Peraturan Internasional bagi Tata Nama Prokariota (ICNP).
Aturan penamaan dalam biologi, khususnya tumbuhan, tidak perlu dikacaukan dengan
aturan lain yang berlaku bagi tanaman budidaya (Peraturan Internasional bagi Tata
Nama Tanaman Budidaya, ICNCP).
1. Aturan Penulisan
a. Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama ("epitet"
dari epithet) genus di awal dan nama ("epitet") spesies mengikutinya.
b. Nama genus selalu diawali dengan huruf kapital (huruf besar, uppercase) dan
nama spesies selalu diawali dengan huruf biasa (huruf kecil, lowercase).
c. Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya (artinya, suatu
teks yang semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya pada judul suatu
naskah, tidak menjadikan penulisan nama ilmiah menjadi huruf kapital semua)
kecuali untuk hal berikut:
- Pada teks dengan huruf tegak (huruf latin), nama ilmiah ditulis dengan huruf
miring (huruf italik), dan sebaliknya. Contoh: Glycine soja, Pavo muticus. Perlu
diperhatikan bahwa cara penulisan ini adalah konvensi yang berlaku saat ini sejak
awal abad ke-20. Sebelumnya, seperti yang dilakukan pula oleh Carolus
Linnaeus, nama atau epitet spesies diawali dengan huruf besar jika diambil dari
nama orang atau tempat.
- Pada teks tulisan tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang terpisah untuk
nama genus dan nama spesies.
d. Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan) dari autoritas
boleh diberikan di belakang nama spesies, dan ditulis dengan huruf tegak (latin)
atau tanpa garis bawah (jika tulisan tangan). Jika suatu spesies digolongkan dalam
genus yang berbeda dari yang berlaku sekarang, nama autoritas ditulis dalam
tanda kurung. Contoh: Glycine max Merr., Passer domesticus (Linnaeus, 1978)
— yang terakhir semula dimasukkan dalam genus Fringilla, sehingga diberi tanda
kurung (parentesis).
e. Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah biasanya
menyusul dan diletakkan dalam tanda kurung.
Contoh pada suatu judul: "Pengujian Daya Tahan Kedelai (Glycine max Merr.)
Terhadap Beberapa Tingkat Salinitas". (Penjelasan: Merr. adalah singkatan dari
autoritas (dalam contoh ini E.D. Merrill) yang hasil karyanya diakui untuk
menggambarkan Glycine max. Nama Glycine max diberikan dalam judul karena
ada spesies lain, Glycine soja, yang juga disebut kedelai.).
2. Penyebutan Autoritas
Dalam naskah-naskah ilmiah, paling tidak salah satu nama spesies (biasanya
pada penyebutan pertama kali atau pada tempat utama) diikuti oleh "autoritas" -
suatu cara penyebutan untuk orang yang pertama kali mempublikasikan deskripsi
yang valid mengenai spesies tersebut. Cara penulisan ini memiliki perbedaan di
antara bidang zoologi dan botani (termasuk mikologi). Nama autor ditulis di
belakang nama takson. ICZN mengatur penulisan nama autor di bidang zoologi
dalam bentuk nama akhir (nama keluarga) diikuti oleh tanggal (boleh hanya tahun)
publikasi. Di bidang botani, ICBN menggunakan singkatan nama (terdaftar) dan
mengabaikan tanggal (hal ini dulu pernah digunakan pula di bidang zoologi).
Virus berasal dari bahasa latin venom yang berarti racun. Apabila virus berada di
luar sel hidup maka virus dianggap sebagai makhluk tak hidup, tetapi bila berada di
dalam sel hidup virus dikatakan sebagai makhluk hidup.
Virus dikatakan tidak hidup karena virus dapat dikristalkan dan tidak mempunyai
protoplasma. Virus dikatakan hidup karena virus dapat berkembang biak dan memiliki
materi genetik (ARN/ ADN) yang menyusun tubuhnya.
Virus merupakan suatu organisme intraseluler obligatorik yang bereplikasi di
dalam sel dengan menggunakan komponen asam nukleat dan peralatan sintesis protein
milik host. Virus menginfeksi beragam populasi sel dengan menggunakan molekul
permukaan sel sebagai reseptor untuk masuk ke dalam sel. Setelah masuk ke dalam sel,
virus dapat menyebabkan cedera jaringan dan penyakit dengan berbagai macam
mekanisme.
Replikasi virus mengganggu sintesis dan fungsi protein yang normal serta dapat
memicu cedera dan kematian sel yang terinfeksi. Hal ini merupakan salah satu efek
sitopatik virus, dan infeksi ini disebut litik karena sel yang terinfeksi mengalami lisis.
Berbagai macam virus dapat menginfeksi berbagai macam sel. Virus akan
menggunakan molekul permukaan sel sebagai reseptor untuk masuk ke dalam sel.
Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular
untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di
luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam
nukleat yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid,
glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang
digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur
hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel
prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat
bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi
sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA,
tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang
terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan
diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik
maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat
menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus
selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza
dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik
tembakau).
4. Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang
menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut
memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman,
menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti
menjadi sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak
berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa
penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak
dapat dilihat dengan mikroskop.
5. Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun
tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan
penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa
bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat
melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus
saringan. Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus
Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen infeksi di dalam getah yang sudah
disaring tersebut dapat bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan penyakit
tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer antartanaman. Patogen mosaik
tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan contagium vivum
fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.
6. Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab
penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri.
Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang
sangat kecil.
7. Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley
dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang
kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau. Virus ini juga merupakan virus yang
pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh
ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.
8. Pada tahun 1911, Peyton Rous menemukan jika ayam yang sehat diinduksi dengan sel
tumor dari ayam yang sakit, maka pada ayam yang sehat tersebut juga akan terkena
kanker. Selain itu, Rous juga mencoba melisis sel tumor dari ayam yang sakit lalu
menyaring sari-sarinya dengan pori-pori yang tidak dapat dilalui oleh bakteri, lalu
sari-sari tersebut di suntikkan dalam sel ayam yang sehat dan ternyata hal tersebut
juga dapat menyebabkan kanker. Rous menyimpulkan kanker disebabkan karena sel
virus pada sel tumor ayam yang sakit yang menginfeksi sel ayam yang sehat.
Penemuan tersebut merupakan penemuan pertama virus onkogenik, yaitu virus yang
dapat menyebabkan tumor. Virus yang ditemukan oleh Rous dinamakan Rous
Sarcoma Virus(RSV).
9. Pada tahun 1933, Shope papilloma virus atau cottontail rabbit papilloma virus
(CRPV) yang ditemukan oleh Dr. Richard E Shope merupakan model kanker pertama
pada manusia yag disebabkan oleh virus. Dr Shope melakukan percobaan dengan
mengambil filtrat dari tumor pada hewan lalu disuntikkan pada kelinci domestik yang
sehat dan ternyata timbul tumor pada kelinci tersebut.
10. Wendell Stanley merupakan orang pertama yang berhasil mengkristalkan virus
pada tahun 1935. Virus yang dikristalkan merupakan Tobacco Mozaic Virus (TMV).
Stanley mengemukakan bahwa virus akan dapat tetap aktif meskipun setelah
kristalisasi.
11. Martha Chase dan Alfred Hershey pada tahun 1952 berhasil menemukan
bakteriofage. Bakterofage merupakan virus yang memiliki inang bakteri sehingga
hanya dapat bereplikasi di dalam sel bakteri.
Virus adalah organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya
dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada
bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil
berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar
sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.
Genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA. Genom virus dapat terdiri dari
DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal.
Selain itu, asam nukleat genom virus dapat berbentuk linear tunggal atau sirkuler.
Jumlah gen virus bervariasi dari empat untuk yang terkecil sampai dengan beberapa
ratus untuk yang terbesar. Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa
DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.
Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung. Protein yang
menjadi lapisan pelindung tersebut disebut kapsid. Bergantung pada tipe virusnya,
kapsid bisa berbentuk bulat (sferik), heliks, polihedral, atau bentuk yang lebih
kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus. Kapsid terbentuk
dari banyak subunit protein yang disebut kapsomer.
Bakteriofag terdiri dari kepala polihedral berisi asam nukleat dan ekor untuk
menginfeksi inang.
Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak
terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa bervariasi
dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang
tersusun dalam bentuk simetri ikosahedral. Jumlah protein yang dibutuhkan untuk
membentuk kapsid virus sferik ditentukan dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein.
Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk
membentuk kapsid. Seperti virus bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik dapat
diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat
dalam penginfeksian sel.
Tubuhnya masih belum dapat disebut sebagai sel, hanya tersusun dari
selubung protein di bagian luar dan asam nukleat (ARN & ADN) di bagian dalamnya.
Berdasarkan asam nukleat yang terdapat pada virus, kita mengenal virus ADN dan
virus ARN. Virus hanya dapat berkembang biak (bereplikasi) pada medium yang hidup
(embrio, jaringan hewan, jaringan tumbuhan). Bahan-bahan yang diperlukan untuk
membentuk bagian tubuh virus baru, berasal dari sitoplasma sel yang diinfeksi.
(gambar kelompok virus)
Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung. Protein yang
menjadi lapisan pelindung tersebut disebut kapsid. Bergantung pada tipe virusnya,
kapsid bisa berbentuk bulat (sferik), heliks, polihedral, atau bentuk yang lebih
kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus. Kapsid terbentuk
dari banyak subunit protein yang disebut kapsomer.
Ditandai dengan melekatnya ekor virus pada sel bakteri. Setelah menempel virus
mengeluarkan enzim lisoenzim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang
pada dinding bakteri untuk memasukkan asam inti virus.
Setelah terbentuk lubang pada sel bakteri maka virus akan memasukkan asam inti
(DNA) ke dalam tubuh sel bakteri. Jadi kapsid virus tetap berada di luar sel
bakteri dan berfungsi lagi.
Bagian-bagian virus yang telah terbentuk, oleh bakteri akan dirakit menjadi virus
sempurna. Jumlah virus yang terbentuk sekitar 100-200 buah dalam satu daur litik.
Ketika perakitan selesai, maka virus akan menghancurkan dinding sel bakteri
dengan enzim lisoenzim, akhirnya virus akan mencari inang baru.
Dalam menyisip ke DNA bakteri DNA virus harus memutus DNA bakteri,
kemudian DNA virus menyisip di antara benang DNA bakteri yang terputus
tersebut. Dengan kata lain, di dalam DNA bakteri terkandung materi genetik virus.
b. Fase Pembelahan
Setelah menyisip DNA virus tidak aktif disebut profag. Kemudian DNA bakteri
mereplikasi untuk melakukan pembelahan.
c. Fase Sintesis
d. Fase Perakitan
e. Fase Litik
Setelah perakitan selesai terjadilah lisis sel bakteri. Virus yang terlepas dari inang
akan mencari inang baru
b. Virus tumbuhan
Virus yang parasit pada sel tumbuhan. Contoh virus yang parasit pada
tumbuhan: Tobacco Mozaic Virus (TMV) dan Beet Yellow Virus (BYV).
c. Virus hewan
Virus yang parasit pada sel hewan. Contoh virus hewan: virus Poliomylitis,
virus Vaccina, dan virus Influenza.
2. Berdasarkan Molekul yang Menyusun Asam Nukleat
Dibedakan menjadi: DNA pita tunggal (DNA ss), DNA pita ganda (DNA
ds), RNA pita tunggal (RNA ss), dan RNA pita ganda (RNA ds).
3. Berdasarkan Punya Tidaknya Selubung Virus Dapat dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu:
a. Virus yang memiliki selubung atau sampul (enveloped virus)
Virus ini memiliki nukleokapsid yang dibungkus oleh membran. Membran
terdiri dari dua lipid dan protein, (biasanya glikoprotein). Membran ini berfungsi
sebagai struktur yang pertama-tama berinteraksi. Contoh: Herpesvirus,
Corronavirus, dan Orthomuxovirus.
b. Virus yang tidak memiliki selubung
Hanya memiliki capsid (protein) dan asam nukleat (naked virus). Contoh:
Reovirus, Papovirus, dan Adenovirus.
1. Virus RNA
Virus RNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa RNA,
kelompok yang tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas III, IV, V, dan VI.
Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
Retroviridae, Picornaviridae, Orthomixoviridae, dan Arbovirus.
a. Retroviridae
Salah satu genus dari famili ini yang paling terkenal adalah genus
Lentivirus, yang contoh spesiesnya adalah HIV 1 dan 2.
b. Picornaviridae
- Influenza tipe A
- Influenza tipe B
- Influenza tipe C
- Tick-Borne Influenza
d. Arboviruses
- Togaviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Rubellavirus.
- Flaviviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Hepatitis C virus dan
Denguevirus yang penyebabkan penyakit demam berdarah dengue.
- Bunyaviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah California encephalitis
virus (CE) yang menyebabkan penyakit encephalitis pada manusia.
- Reoviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah reovirus yang
menyebabkan Colorado tick fever dan Rotavirus yang menyebabkan diare
epidemik pada anak-anak.
2. Virus DNA
Virus DNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa DNA,
kelompok yang tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas I, II, VII. Beberapa
contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Herpesviridae,
Parvoviridae, dan Poxviridae.
a. Herpesviridae
- Alpha Herpesvirus
Virus yang termasuk dalam kelompok Alpha herpesvirus biasanya
menyebabkan penyakit yang akut dengan gejala yang muncul saat itu juga.
infeksi virus ini bersifat laten persisten disebabkan karena kemampuan genom
virus ini untuk berintergrasi dengan sel inang. jika kondisi inang sedang
lemah, maka ada kemungkinan penyakit dapat muncul kembali pada tempat
yang sama. Contoh dari virus ini adalah Herpes simplex tipe 1 dan 2 dan
Varicella zoster(VZ) virus.
- Beta Herpesvirus
Virus yang termasuk dalam kelompok beta herpesvirus biasanya menyebabkan
penyakit yang akut akan tetapi tidak ditemukan gejala pada carrier. Virus ini
menyebabkan infeksi pada bayi dan perkembangan abnormal (penyakit
kongenital). Contoh dari virus ini adalah Cytomegalovirus.
- Gamma Herpesvirus
Virus yang termasuk dalam kelompok ini mampu menyebabkan penyakit
limphopoliperatif jinak dan ganas. Contoh dari virus ini adalah Epstein-Barr
virus.
b. Parvoviridae
3.1 Kesimpulan
Taksonomi adalah pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan)
tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi
yang lebih rendah bersifat lebih spesifik. Selain itu, taksonomi juga diartikan sebagai
cabang ilmu biologi yg menelaah penamaan, perincian, dan pengelompokan
makhluk hidup berdasarkan persamaan dan pembedaan sifatnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://perpustakaan-online.blogspot.com/2011/04/pengertian-taksonomi.html
http://ahmad-cecep.blogspot.com/
http://google.com/wikipedia/tata-nama-binomial
http://google.com/wikipedia/reproduksi-virus
http://google.com/wikipedia/sejarah-virus
http://google.com/wikipedia/pengertian-virus
http://google.com/wikipedia/macam-macam-virus
http://google.com/wikipedia/peranan-virus-bagi-kehidupan
http://id.wikipedia.org/wiki/sejarah-klasifikasi
http://www.fmipa.itb.ac.id/tujuan-klasifikasi
http://one.indoskripsi.com/manfaat-klasifikasi