Вы находитесь на странице: 1из 14

SATUAN ACARA BERMAIN

MEWARNAI DAN MEMBUAT WAYANG DI RUANG KANTHIL


RSUD BANYUMAS

DISUSUN OLEH:

1. Dedi Tri Himawan NIM 15.0


2. Rinita Anggraeni NIM 15.066
3. Risma Wulandari NIM 15.067
4. Safitri Ningsih Sipan NIM 15.068

AKADEMI KEPERAWATAN YAKPERMAS BANYUMAS


TAHUN AKADEMIK 2017
SATUAN ACARA BERMAIN
MEWARNAI DAN MEMBUAT WAYANG DI RUANG KANTHIL
RSUD BANYUMAS

Pokok Bahasan : Terapi Bermain

Sub Pokok Bahasan : Mewarnai dan Membuat Wayang

Tempat : Ruang Kanthil

Hari/ tanggal : Rabu, 19 Juli 2017

Waktu : 30 Menit

Sasaran : Anak usia Prasekolah ( 3-6 tahun ) ruang kooperatif di Ruang

Kanthil

1. Pasien An. N kamar c2

2. Pasien

A. Latar Belakang

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara

optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit aktivitas bermain ini tetap

dilaksanakan ,namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah

sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti;

marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari

hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di

lingkungan runah sakit . Dengan demikian dengan melakukan permainan, anak akan

terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan

anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya ( distraksi ) dan relaksasi

melalui kesenangannya melakukan permainan.


Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase

pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak dan

dapat beradabtasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental,

emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan

bermain tidak juga terhenti pda saat anak sakit atau anak di rumah sakit ( Wong, 2009 ).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit anak diharapkan anak dapat

bersosialisasi, melanjutkan tumbuh kembang anak dan dapat membantu mengurangi

tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi.

2. Tujuan Khusus

a. Segi kognitif: anak mampu mengikuti intruksi yang di berikan oleh pemberi

intruksi.

b. Segi motorik: anak mampu mewarnai gambar yang disediakan oleh terapis.

c. Segi sensorik: anak dapat meningkatkan latihan konsentrasi, mengurangi rasa

takut dengan tenaga kesehatan.

C. Metode : Ceramah dan bermain bersama.

D. Media : Kertas gambar, crayon.

E. Nama Permainan : Mewarnai dan Membuat Wayang.

F. Jenis Permainan : Mewarnai dan Membuat Wayang (Perkembangan stimulasi anak)

G. Cara Permainan :
1. Seluruh peserta didampingi orang tua dikumpulkan di ruangan yang telah disediakan

oleh terapis.

2. Setelah peserta dikumpulkan, maka terapis memberikan petunjuk tentang kegiatan

yang akan dilakukan yaitu :

a. Peserta akan diberikan kertas bergambar yang belum diwarnai.

b. Peserta mewarnai gambar yang telah disediakan oleh terapis sesuai dengan contoh

gambar yang diberikan.

c. Kemudian peserta membuat gambar yang sudah di warnai menjadi wayang dengan

menggunakan alat dan bahan yang sudah disediakan oleh terapis.

3. Setelah selesai permainan setiap peserta di beri reward karena telah kooperatif dalam

bermain.

H. Pengorganisasian kelompok

Pemimpin Bermain : Dedi Tri Himawan

Moderator : Risma Wulandari

Fasilitator : Zuhroh Wafiatul Jannah

Observer : Rinita Anggraeni

Dokumentator : Safitri Ningsih Sipan

I. Setting Tempat :
Keterangan :

Moderator

Pemimpin Bermain

Fasilitator

Peserta

Observer

Dokumentator

J. Rencana Pelaksanaan

No Tahapan Kegiatan Respon audience Waktu


1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam Anak dan keluarga 5

2. Memperkenalkan menjawab salam, Menit

anggota anak saling

3. Menyampaikan tujuan, berkenalan, anak dan

peraturan, dan manfaat keluarga

kegiatan kepada anak memperhatikan

dan orang tua. terapis

4. Menyampaikan media

yang akan dijadikan

media permainan anak

dan orang tua.

5. Menyampaikan kontrak

waktu

2 Isi 1. Mengumpulkan Anak dan keluarga

(Permainan) anak yang telah memperhatikan 20

diseleksi penjelasan terapis, Menit

2. Meminta kepada anak melakukan

setiap anak untuk kegiatan yang

menyebutkan diberikan oleh

namanya masing- terapis, anak dan

masing dan keluarga memberikan

bersalaman dengan respon yang baik


semua peserta yang

lain.

3. Menjelaskan

kembali tentang

permainan beserta

alat-alatnya

4. Memberikan kertas

gambar dan crayon

pada anak- anak dan

orang tua.

5. Meminta anak-anak

untuk memulai

mewarnai gambar

yang sudah

disediakan.

3 Penutupan 1. Mengevaluasi permainan Anak dan keluarga 5

2. Memberikan kesimpulan tampak senang, Menit

permainan menjawab salam

3. Mengucapkan

terimakasih

4. Mengucapkan salam

K. Materi : Terlampir

L. Evaluasi
1. Persiapan

a) Kesiapan alat-alat permainan dan ruangan untuk bermain.

b) Kesiapan peserta dan orang tua dalam mengikuti permainan.

c) Ketepatan waktu.

2. Proses

a) Kemampuan terapis memimpin permainan.

b) Kemampuan fasilitator dalam memfasilitasi anak.

c) Respon anak selama bermain (Kontak mata, kehadiran penuh, antusiasme anak

selama bermain).

3. Hasil

Kesan anak-anak setelah melakukan terapi bermain


TERAPI BERMAIN

A. Pengertian Terapi bermain


Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak, baik fisik, emosi
mental, intelektual, kreativitas maupun sosial (Soetjiningsih, 2014). Terapi merupakan
penerapan sistematis dari sekumpulan prinsip belajar terhadap suatu kondisi atau tingkah
laku yang dianggap menyimpang dengan tujuan melakukan perubahan. Terapi bermain
adalah usaha mengubah tingkah laku yang bermasalah dengan menempatkan anak dalam
situasi bermain (Adriana, 2011).

B. Fungsi bermain
Fungsi bermain menurut Adriana (2011) berfungsi untuk merangsang
perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual, sosialisasi, kreativitas, kesadaran
diri, nilai moral dan manfaat terapeutik.
1) Perkembangan sensorimotor: aktivitas sensorimotor adalah komponen utama bermain
pada semua usia. Permainan aktif penting untuk perkembangan otot dan bermanfaat
untuk melepaskan kelebihan energi. Melalui stimulasi taktil, auditorius, visual dan
kinestetik, bayi memperoleh kesan. Todler dan prasekolah sangat menyukai gerakan
tubuh dan mengeksplorasi segala sesuatu di ruangan.

2) Perkembangan intelektual: melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak belajar


mengenal warna, bentuk, ukuran, tesktur dan fungsi objek-objek. Ketersediaan materi
permainan dan kualitas keterlibatan orang tua adalah dua variabel terpenting yang
terkait dengan perkembangan kognitif selama masa bayi dan prasekolah.

3) Sosialisasi: perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan


lingkungannya. Melalui bermain, anak belajar membentuk hubungan sosial dan
menyelesaikan masalah, belajar pola perilaku dan sikap yang diterima masyarakat.

4) Kreativitas: anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain.


Kreativitas terutama merupakan hasil aktivitas tunggal, meskipun berpikir kreatif
sering kali ditingkatkan dalam kelompok. Anak merasa puas ketika menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda.

5) Kesadaran diri: melaui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam


mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuan diri dan
membandingkannya dengan orang lain. Kemudian menguji kemampuannya dengan
mencoba berbagai peran serta mempelajari dampak dari perilaku mereka terhadap orang
lain.

6) Nilai moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama dari
lingkungan. Melalui aktivitas bermain anak memperoleh kesempatan untuk menerapkan
nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya. Anak juga akan belajar
nilai moral dan etika, belajar membedakan sesuatu dan bertanggung jawab.

7) Manfaat terapeutik: bermain bersifat terapeutik pad aberbagai usia. Bermain bersifat
terapeutik pada berbagai usia. Bermain memberikan sarana untuk melepaskan diri dari
ketegangann dan stress yang dihadapi di lingkungan. Dalam bermain, anak dapat
mengekspresikan emosi dan melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara
yang dapat diterima masyarakat. Melalui bermain anak-anak mampu
mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut, kecemasan dan keinginan mereka kepada
pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan

C. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Terapi Bermain


Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Soetjianingsih (2014) saat anak dalam
aktivitas bermain yaitu:
1) Energi ekstra/tambahan: bermain memerlukan energi tambahan, dimana anak yang
sakit, tidak memiliki energi yang banyak untuk bermain, sehingga permainan yang
di anjurkan yaitu permainan yang tidak memerlukan banyak energi.
2) Waktu: anak yang hospitalisasi harus mempunyai cukup waktu untuk bermain

3) Alat permainan: untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan
umur dan taraf perkembangan anak.

4) Ruangan untuk bermain: ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain
di halaman atau di tempat tidur disesuaikan dengan keadaan anak.

5) Pengetahuan cara bermain: anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri,


meniru teman-temannya, atau dibimbing oleh orangtua atau pengasuh

6) Teman bermain: anak harus yakin bahwa ia mempunyai teman bermain. Anak
dapat bermain dengan orang tua, teman sebaya atau saudara sehingga anak tidak
kehilangan kesempatan dalam bersosialisasi

7) Reward: pemberian reward akan membuat anak termotivasi, reward dapat


diberikan berupa semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil
melakukan sebuah permainan.

D. Jenis permainan pada anak Usia Prasekolah


Permainan anak usia prasekolah menurut Adriana (2011) biasanya bersifat asosiatif
(interaktif dan kooperatif) serta memerlukan hubungan dengan teman sebaya. Alat
permainan yang dianjurkan untuk anak usia prasekolah yaitu berbagai benda dari sekitar
rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar dan tulis, dokter-dokteran atau
masak-masakan (Soetjianingsih, 2014).

E. Terapi bermain di Rumah Sakit


Terapi bermain menurut Adriana (2011), membantu anak dalam beradaptasi dengan
lingkungan baru di rumah sakit, membantu mengurangi stress terhadap perpisahan, dapat
sebagai distraksi (pengalihan perhatian) dan relaksasi dan mencapai tujuan terapeutik. Prinsip
bermain di rumah sakit yaitu:
a. Permainan tidak bertentangan dengan terapi dan perawatan yang dijalani.
b. Tidak membutuhkan energi yang banyak.
c. Harus mempertimbangkan keamanan bagi anak.
d. Dilakukan pada kelompok umur yang sama.
e. Melibatkan orang tua atau keluarga

Standar Operasional Prosedur terapi bermain menurut Andriana (2011) yaitu:


Tahap Prainteraksi:
a. Melakukan kontrak waktu

b. Mengecek kesiapan anak

c. Menyiapkan alat

Tahap Orientasi:
a. Memberikan salam dan menyapa nama anak.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan terapi bermain clay therapy.
d. Menanyakan persetujuan dan kesiapan anak sebelum kegiatan dilakukan

Tahap Kerja:
a. Memberi petunjuk pada anak mengenai cara bermain clay therapy

b. Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan sendiri/ bersama orang tua/


keluarga/ dibantu.

c. Memotivasi keterlibatan anak dan keluarga.

d. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan permainan clay.

e. Meminta anak menceritakan apa yang dilakukan atau dibuatnya dengan clay.

f. Menanyakan perasaan anak setelah bermain clay.


Tahap Evaluasi:
a. Berpamitan dengan anak.

b. Mencuci tangan
DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Dian. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:

Salemba Medika.

Soetjiningsih, dkk. (2014). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia

Prasekolah. Jakarta: Sagung Seto.

Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC.

Вам также может понравиться