Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Nanik Akriyanti
PRODI D3 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL `ULUM
JOMBANG
2017
1
LAPORAN PENDAUHULUAN
A. Definisi
Penyakit asma bronkial di masyarakat sering disebut sebagai bengek, asma,
mengi, ampek, sesak nafas, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma merupakan
suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel,
ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan
nafas.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil poin penting mengenai asma, yaitu :
Asma merupakan penyakit gangguan jalan nafas
Ditandai dengan hipersensitifitas bronkus dan bronkokostriksi
Diakibatkan oleh proses inflamasi kronik
Bersifat reversibel
Asma Bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang
menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara.
Asma bronkial adalah adanya gangguan pada selaput bronkus yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan.
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.
1) Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika
terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya
juga bisa diturunkan.
2) Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
Ex : makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Ex : perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
2
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.
C. Patifisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila
seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua factor-faktor ini
akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi
mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
3
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel
chest. (Tanjung, 2003)
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
4
Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase
inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi
mengi (wheezing), batuk yang disertai serangn napas yang kumat-kumatan. Pada
beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan
sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat
atau tiba-tiba menjadi lebih berat.
Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing
tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai
obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan terdengar lebih
lemah atau tidak terdengar sama sekali. Batuk hamper selalu ada, bahkan seringkali
diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak, maka keluhan
sesak akan semakin berat.
Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk
membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini
didapati juga pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping hidung yang
sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat meningkat
(takipneu), otot Bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada
fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2,
tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan
memperberat sesak napas, karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta
meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut
nadi sampai 110-130/menit, karena peningkatan konsentrasi katekolamin dalam
darah akibat respons hipoksemia.
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
5
Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
2) Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan
tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
3) Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes
tempel.
4) Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi
3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru
yaitu :
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clockwise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right
bundle branch block).
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan
VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
5) Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan
FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak
adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak
saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan
spirometrinya menunjukkan obstruksi. (Medicafarma,2008)
6
G. Klasifikasi Asma :
1. Berdasarkan Etiologi
a) Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic
dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya
suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor
pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma
ekstrinsik.
Asma Ekstrinsik dibagi menjadi :
Asma ekstrinsik atopik
Sifat-sifatnya adalah sebagai berikut:
Penyebabnya adalah rangsangan allergen eksternal spesifik dan dapat
diperlihatkan dengan reaksi kulit tipe 1
Gejala klinik dan keluhan cenderung timbul pada awal kehdupan, 85% kasus
timbul sebelum usia 30 tahun
Sebagian besar mengalami perubahan dengan tiba-tiba pada masa puber,
dengan serangan asma yang berbeda-beda
Asma ekstrinsik non atopik
Memiliki sifat-sifat antara lain:
Serangan asma timbul berhubungan dengan bermacam-macam alergen
yang spesifik
Tes kulit memberi reaksi tipe segera, tipe lambat dan ganda terhadap alergi
yang tersensitasi dapat menjadi positif
Dalam serum didapatkan IgE dan IgG yang spesifik
Timbulnya gejala cenderung pada saat akhir kehidupan atau di kemudian
hari
7
o Serangan sesak pada asma tipe ini dapat berlangsung lama dan seringkali
menimbulkan
o kematian bila pengobatan tanpa disertai kortikosteroid.
o Perubahan patologi yang terjadi sama dengan asma ekstrinsik, namun
tidak dapat dibuktikan dengan keterlibatan IgE
o Kadar IgE serum normal, tetapi eosinofil dapat meningkat jauh lebih tinggi
dibandingkan
o dengan asma ekstrinsik
o Selain itu tes serologi dapat menunjukkan adanya faktor rematoid, misalnya
sel LE
o Riwayat keluarga jauh lebih sedikit, sekitar 12-48%
o Polip hidung dan sensitivitas terhadap aspirin sering dijumpai
c) Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
H. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
8
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama
dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
! Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,
sirup,suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered
doseinhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec,
brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-
partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada
serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh
darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya
sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai
sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam
bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus.
Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum
teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
Kromalin
9
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anakanak.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan
efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah
dapat diberika secara oral.
I. Pencegahan
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa
dihindari. Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan
meminum obat sebelum melakukan olah raga.
10
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tahap pengkajian adalah pengumpulan data yang diperoleh dengan wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang serta mempelajari cacatan
lain tentang status kesehatan klien.
Dalam tahap ini akan dikumpulkan identitas klien, riwayat kesehatan, riwayat
kesehatan keluarga, riwayat psikososial, pola-pola fungsi kesehatan, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
Riwayat kesehatan meliputi riwayat penyakit dahulu yang terdiri dari riwayat masuk
rumah sakit, penyakit yang diderita, riwayat alergi dan obat-obatan yang sering
digunakan. Riwayat penyakit sekarang meliputi keluhan utama dari klien seperti
sesak, batuk, demam, nyeri abdomen, berkeringat serta sejak kapan gejala-gejala
tersebut timbul.
Riwayat keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita anggota keluarga
yang mungkin ada hubungannya dengan kondisi klien, riwayat penyakit keturunan
seperti asma, DM, penyakit jantung dan genogram keluarga klien.
Riwayat psikososial menyatakan tingkat perasaan/ emosi klien dan
keberadaan klien dalam keluarga.
Pada pola-pola fungsi kesehatan meliputi keadaan nutrisi seperti adanya
alergi terhadap makanan, berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan, apakah
ada muntah, mual dan nyeri abdomen. Pola eliminasi seperti kesulitan miksi dan
frekuensinya. Pola tidur yang meliputi lamanya tidur, apakah susah tidur akibat
sesak. Pola aktifitas seperti sesak waktu beraktifitas.
Data dasar yang biasanya didapat pada pasien asma bronkial adalah :
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise
Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnea pada
saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan.
Tanda : Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelemahan umum / kehilangan massa otot.
b. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/ takikardia berat,
distrimia, distensi vena leher (penyakit berat). Edema dependen, bunyi jantung
redup. Warna kulit/membran mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis, kuku tabuh
dan sianosis perifer. Pucat dapat menunjukkan anemia.
c. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang
11
d. Makanan / Cairan
Gejala : Mual / Muntah ,Nafsu makan buruk, Ketidakmampuan untuk makan
karena distres pernafasan
Tanda : Turgor kulit buruk, Edema dependen, Berkeringat, Penurunan berat
badan, penurunan massa otot / lemak subkutan
e. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan
f. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya
sulit nafas, rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas, Lapar udara
kronis, Batuk menetap dengan produksi sputum
Tanda : Pernafasan biasanya cepat, dapat lambat, fase ekspirasi memanjang
Penggunaan otot bantu pernafasan misal : meninggikan bahu, retraksi fosa
supraklavikula, melebarkan hidung
Dada : terlihat hiperinflasi dengan peningkatan diameter AP, gerakan diafragma
minimal
Bunyi nafas : mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama
inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas
Perkusi : bunyi pekak pada paru
g. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/ faktor lingkungan
Adanya/ berulangnya infeksi, kemerahan / berkeringat
h. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido
i. Interaksi Sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan
Kurang sistem pendukung
Kegagalan dukungan dari / terhadap pasangan / orang terdekat, Penyakit lama atau
ketidakmampuan membaik
Tanda : Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distres
pernafasan, Keterbatasan mobilitas fisik, Kelalaian hubungan dengan anggota
keluarga lain
j. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Penggunaan/ penyalahgunaan obat pernafasan, Kesulitan
menghentikan merokok, Penggunaan alkohol secara teratur, Kegagalan untuk
membaik.
2. Diagnosa keperawatan
12
Diagnosa yang mungkin timbul pada asma bronkial adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Kerusakan pertukaran gas
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
No NANDA NOC NIC
1. Pola Nafas Hasil Yang Diharapkan: PENGATURAN JALAN NAFAS
Tidak Efektif Tindakan:
Mengontrol Membuka jalan nafas dengan cara dagu diangkat atau
pengambilan nafas rahang ditinggikan.
Keadaan Memposisikan pasien agar mendapatkan ventilasi yang
pernafasan: jalan maksimal.
nafas yang jelas
Mengidentifikasi pasien berdasarkan penghirupan nafas
Keadaan yang potensial pada jalan nafas.
pernafasan:
pertukaran gas Penghirupan nafas melalui mulut atau nasopharing.
Tindakan:
13
penyedotan.
14
pulmonal dengan kebutuhan
Aktivitas :
15
Instruksikan bagaimana cara batuk efektif
16
Pengontrolan Nutrisi
Aktivitas:
17
DAFTAR PUSTAKA
18