Вы находитесь на странице: 1из 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh tulang yang

kuat. Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda

asing dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan.

Meskipun demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat

cedera, kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus diangkat.

Suatu benturan tumpul bisa mendorong mata ke belakang sehingga

kemungkinan merusak struktur pada permukaan (kelopak mata, konjungtiva, sklera,

kornea dan lensa) dan struktur mata bagian belakang (retina dan persarafan).

Perdarahan di dalam Camera Oculi Anterior (COA) yang disebut dengan hifema

merupakan masalah yang serius dan harus segera ditangani oleh dokter spesialis

mata.

Hifema dapat terjadi akibat trauma, iatrogenik serta dapat juga akibat

perdarahan spontan.Biasanya darah ini berasal dari pembuluh darah iris ataupun

badan siliar yang pecah. Menurut Duke Elder (1954), hifema disebabkan oleh

robekan pada segmen anterior bola mata yang kemudian dengan cepat akan berhenti

dan darah akan diabsorbsi dengan cepat. Hal ini disebut dengan hifema primer. Bila

oleh karena sesuatu sebab misalnya adanya gerakan badan yang berlebihan, maka
2

timbul perdarahan sekunder atau hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat

karena perdarahan lebih sukar hilang.

Adanya hifema memiliki beberapa konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan

intraokuler, kornea terkena darah, pembentukan sinekia posterior atau anterior, dan

katarak. Oleh karena hifema dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang

signifikan, maka setiap dokter harus memperhatikan diagnosis, evaluasi, dan tata

laksana hifema.
3

BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nuriah

Agama : Islam

Umur : 43 tahun

Alamat : Saree Aceh

Suku : Aceh

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Petani

Tgl. Pemeriksaan : 12/03/2017

2.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mata kabur dan berasap

Keluhan Tambahan : Silau dan mata berair

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke Poli mata RSUD Meuraxa dengan keluhan mata

kabur. Mata kabur dirasakan seperti berasap. Keluhan dirasakan pada mata

kanan kurang lebih 5 bulan yang lalu dan mata kiri sejak dua tahun yang lalu.

Pasien juga mngeluhkan mata silau jika melihat cahaya. Pasien juga

merasakan mata sering berair kedua mata. Mata gatal disangkal. Pasien
4

dilakukan operasi pada tanggal 7 maret 2018 dan setelah operasi pasien

mengeluhkan nyeri pada mata kanan

Riwayat penyakit terdahulu : Riwayat Hipertensi (+), riwayat Diabetes Melitus (+),

riwayat alergi (-)

Riwayat pemakaian obat : Acarbose, Metformin, Clopidogrel, Simvastatin

Riwayat Keluarga : Riwayat katarak pada ibu pasien

Riwayat Sosial : Pasien berkerja sebagai seorang petani. Pasien tinggal

dirumah suami dan dua orang anaknya

2.3. PEMERIKSAAN FISIS

A. Status Generalisata

1. Keadaan umum : Sakit sedang

2. Kesadaran : Compos mentis

Gizi : Cukup

3. Vital Sign : TD: 117/80mmHg HR: 85x/i

RR: 20x/i T : 36,6ºC


5

Gambar 2.1 Oculi Dextra

B. Status Oftalmologi
1. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan Oculi Dextra Oculi Sinistra
Keadaan sekitar mata Sikatrik (-) xantelasma (-) Sikatrik (-) xantelasma (-)
Keadaan umum mata Normal Normal
Kedudukan bola Ortoforia (+) Ortoforia (+)
mata
Gerakan bola mata Normal Normal

2. pemeriksaan oftalmology
Pemeriksaan OD OS
Acies Visus 1/60 1/300
Koreksi - -
Supersilia Madarosis (-) Madarosis (-)
Silia Madarosis (-) trikiasis (-) Madarosis (-) trikiasis (-)
Palpebra Edema (-) Edema (-)
(Superior/Inferior) Hematom (-) Hematom (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Tarsalis Papil (-) Papil (-)
(Superior/Inferior) Folikel (-) Folikel (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Forniks
(Superior/Inferior)
Konjungtiva Bulbi Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Pinguekula (-) Pinguekula (-)
Fibrovaskular (-) Fibrovaskular (-)
6

Sekret (-) Sekret (-)


Darah (+) Darah (-)
Kornea Kejernihan (-) Kejernihan (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Neovaskular (-) Neovaskular (-)
Fibrovaskular (-) Fibrovaskular (-)
Sensibilitas (+) Sensibilitas (+)
Arcus senilis (+) Arcus senilis (+)
Edema (-) Edema (-)
Tes fluorescent (tidak Tes fluorescent (tidak
dilakukan) dilakukan)
Bilik mata depan Kedalaman dalam Kedalaman dalam
Hipopion (-) Hipopion (-)
Darah (+) Darah (-)
Iris Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (-)
Sinekia (-) Sinekia (-)
Atropi (-) Atropi (-)
Kripta (-) Kripta (-)
Pupil Anisokor (+) Anisokor (+)
RCL (+) RCL (+)
RCTL (+) RCTL (+)
Diameter 5mm Diameter 5mm
Lensa IOL (+) Keruh
Shadow test (+) Shadow test (-)
Tonometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundoskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Konfortasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Anel Tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2.4. RESUME
Pasien datang ke Poli mata RSUD Meuraxa dengan keluhan mata kabur. Mata

kabur dirasakan seperti berasap. Keluhan dirasakan pada mata kanan kurang lebih 5

bulan yang lalu dan mata kiri sejak dua tahun yang lalu. Pasien juga mngeluhkan

mata silau jika melihat cahaya. Pasien juga merasakan mata sering berair. Mata gatal

disangkal. Pasien memiliki riwyat hipertensi dan DM yang terkontrol dengan minum
7

obat teratur. Pada pemeriksaan oftalmikus didaptkan visus OD 1/60 dan OS 1/300,

perdarahan pada mata kanan, sensibiltas dan arcus senilis positif pada kedua kornea,

lensa keruh di mata kiri dan IOL positif dimata kanan.

2.5. DIAGNOSA KERJA

• Hifema Grade I post SICS Oculi dextra

• Pseudofakia Oculi dextra

• Katarak matur Oculi sinistra

2.6. TERAPI

 Ciprofloxacin 2x500mg

 Paracetamol 3x500mg

 Polimixyn, Neomicyn, Dexamethason 6x1 tts OD

 Asam Traneksamat 3x500mg

2.7. PROGNOSIS

• Quo ad Vitam : Dubia et Bonam

• Quo ad Sanationam : Dubia et Bonam

• Quo ad fungsionam : Dubia et Bonam


8

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Hifema adalah adanya akumulasi darah pada segmen anterior mata atau Bilik

Mata Depan (BMD). Bilik Mata Depan merupakan ruangan yang terletak diantara

kornea dan iris (Vitresia, 2017). Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di

dalam bilik mata depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi

akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan

bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih. Darah yang terkumpul di

bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang. Walaupun darah yang

terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan.

Hifema atau darah didalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang

merobek pembuluh darah iris atau badan siliar (Ilyas, 2005).

Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan blefarospasme.

Pengihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat

terkumpul dibagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh

ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis (Ilyas,

2005).

3.2 ANATOMI SEGMEN ANTERIOR MATA

Bilik Mata Depan (BMD) merupakan suatu ruangan yang berisikan aquous

humour. Kedepan berbatas dengan kornea dan dibelakang adalah iris. Iris merupakan
9

bagian anterior dari saluran uvea, yang terdiri dari pembuluh darah dan jaringan ikat,

juga melanosit dan sel-sel pigmen. Mobilitas iris memungkinkan pupil untuk

mengubah ukuran. Iris membagi segmen mata menjadi segmen anterior dan segmen

posterior.

Gambar 3.1. Anatomi Mata

Iris sendiri diperdarahi oleh 2 arteri siliar posterior dan 7 arteri siliar anterior.

Arteri ini akan bergabung membentuk Greater Arterial Circle of Iris dan kemudian

memperdarahi iris dan badan silier. Sebagian besar membentuk saluran radial yang

timbul dari arteri sirkulus mayor dan melewati bagian tengah dari pupil. Pasokan

arteri utama dari badan siliar berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri siliaris

posterior longus, yang bergabung membentuk pleksus arteri yang berlapis-lapis,

terdiri dari pleksus episkleral superfisial, pleksus intramuskular, dan arteri sirkulus

mayor. Di dalam badan siliaris, pembuluh darah vena utama mengalir dari posterior

melalui sistem vortex (Gambar 2 dan 3). (Ilyas, 2012).


10

Gambar 3.2 Vaskularisasi Mata

Gambar 3.3 Vaskularisasi segmen anterior mata


11

3.3 Klasifikasi

a). Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi:

1. Hifema traumatika

Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan

pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen anterior

bola mata. Hifema traumatik merupakan jenis yang tersering, yang merupakan hifema

akibat terjadinya trauma pada bola mata. Trauma yang terjadi pada umumnya

disebabkan oleh benda tumpul, misalnya bola, batu, projektil, mainan anak-anak,

pelor mainan, paint ball, maupun tinju ( Rizky, 2013).

Trauma tumpul yang menghantam bagian depan mata misalnya,

mengakibatkan terjadinya perubahan bola mata berupa kompresi diameter

anteroposterior serta ekspansi bidang ekuatorial. Perubahan ini mengakibatkan

terjadinya peningkatan tekanan intraokular secara transien yang mengakibatkan

terjadinya penekanan pada struktur pembuluh darah di uvea (iris dan badan silier).

Pembuluh darah yang mengalami gaya regang dan tekan ini akan mengalami ruptur

dan melepaskan isinya ke bilik mata depan (camera oculi anterior) (Ilyas, 2005).
12

Gambar 3.4 Pasien dengan hifema 1 mm akibat trauma tumpul. Terdapat pula edema

korneal, injeksi konjungtiva.

2. Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata).

Hifema jenis ini dapat terjadi intraoperatif maupun postoperatif. Pada

umumnya manipulasi yang melibatkan struktur kaya pembuluh darah dapat

mengakibatkan hifema iatrogenik.

3. Hifema Spontan adalah hifema akibat perdarahan bilik mata depan akibat

adanya proses neovaskularisasi , neoplasma maupun gangguan hematologi

b). Berdasarkan onset perdarahannya, hifema dibagi menjadi:

1. Hifema primer terjadi langsung sampai 2 hari setelah trauma pada

mata

2. Hifema sekunder terjadi 2-5hari setelah trauma pada mata

c). Berdasarkan darah yang terlihat, hifema diklasifikasikan menjadi:

1. Makrohifema, perdarahan terlihat dengan mata telanjang

2. Mikrohifema, perdarahan terlihat apabila menggunakan mikroskop


13

d). Berdasarkan pemenuhan darah dibilik mata depan, hifema dapat dibagi menjadi:

1. Grade 1, darah mengisi kurang dari 1/3 bilik mata depan

2. Grade 2, darah mengisi 1/3-1/2 bilik mata depan

3. Grade 3, darah mengisis 1/2 – kurang dari seluruh bilik mata depan

4. Grade 4, darah mengisi seluruh bilik mata depan, dikenal dengan total

hyphema, blackball atau 8-ball hyphema

Gambar 3.5 Klasifikasi hifema


14

Gambar 3.6 Klasifikasi Hifema

3.4 Patofisiologi

1). Hifema Traumatika

Mekanisme trauma pada hifema traumatika dikaitkan dengan kompresi

anteroposterior bola mata yang diikuti dengan pelebaran ekuator sklera, peregangan

limbus dan pergeseran lensa atau diagfragma ke posterior serta putusnya pembuluh

darah. Ekspansi tersebut dapat menimbulkan stres pada struktur sudut segmen

anterior mata, yang kemudian menyebabkan pecahnya stroma iris dan atau pembuluh

badan siliar . Sementara pada trauma tajam, mekanismenya dikaitkan dengan

kerusakan langsung ke pembuluh darah dan hipotoni, yang selanjutnya memicu

hifema.

Perdarahan dari hifema umumnya terjadi akibat robekan dari arteri sirkulus

mayor dan cabang cabang dari arteri korpus siliaris, arteri koroid, vena korpus siliaris,

dan pembuluh darah iris pada pinggir pupil atau pada sudut COA.
15

Gambar 3.7 Patofisiologi hifema traumatika

2). Hifema Spontan

Pada hifema spontan, terjadi perdarahan bilik mata depan akibat adanya beberapa

proses yaitu :

1. Neovaskularisasi, seperti pada diabetes melitus, iskemi, maupun sikatriks.

Pada kondisi ini, adanya kelainan pada segmen posterior mata (seperti retina

yang mengalami iskemi, maupun diabetik retinopati) akan mengeluarkan

faktor tumbuh vaskular (misal: VEGF) yang oleh lapisan kaya pembuluh

darah (seperti iris dan badan silier) dapat mengakibatkan pembentukan

pembuluh darah baru (neovaskularisasi). Pembuluh darah yang baru pada

umumnya bersifat rapuh dan tidak kokoh, mudah mengalami ruptur maupun

kebocoran. Kondis ini meningkatkan kerentanan terjadinya perdarahan bilik

mata depan.
16

Gambar 3.8 Pasien dengan neovaskularisasi iris yang mengalami hifema

spontan.

2. Neoplasma, seperti retinoblastoma dan melanoma maligna pada umumnya

juga melibatkan neovaskularisasi seperti yang telah dijelaskan pada poin

pertama.

3. Hematologi, seperti leukemia, hemofilia, penyakit Von Willebrand yang mana

terjadinya ketidakseimbangan antara faktor pembekuan dan faktor anti-

pembekuan. Dengan demikian terjadi proses kecenderungan berdarah.

4. Penggunaan obat-obatan yang mengganggu sistem hematologi, seperti aspirin

dan warfarin.
17

Gambar 3.9 – Proses trauma dari arah anterior bola mata dapat mengakibatkan

distorsi dimensi antero-posterior dan ekuatorial yang mengakibatkan perubahan

tekanan intraokular mendadak dan menyebabkan ruptur pembuluh darah (Kanski,

2011).

3). Hifema iatrogenik

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pembedahan juga dapat

menyebabkan hifema baik pada saat intraoperatif maupun postoperatif. Mekanisme

terjadinya hifema karena pembedahan dijelaskan sebagai berikut (Sheppard, 2011):

1) Perdarahan intraoperatif disebabkan oleh trauma pada badan siliar atau iris.

Dapat ditemukan pada iridektomi perifer, ekstraksi katarak, siklodialisis dan

prosedur filtrasi (iridektomi perifer laser khususnya YAG laser).

2) Hifema pada postoperatif awal karena dilatasi mendadak dari pembuluh darah

uvea yang mengalami trauma dari spasme sebelumnya, atau karena adanya
18

perdarahan konjungtiva yang masuk ke bilik mata depan karena adanya

saluran baru postoperasi.

3) Perdarahan pada masa postoperatif lanjutan berasal dari neovaskularisasi

karena proses penyembuhan setelah insisi pada korneasklera.

Neovaskularisasi ini mudah rapuh karena trauma minor. Erosi kronis pada iris

juga dapat menjadi penyebab hifema.

Sementara itu, terjadinya hifema pada kasus tumor intraokular atau

neovaskularisasiberkaitan dengan kerapuhan pembuluh darah baru yang terbentuk

karena iskemia yang memicu peningkatan pembentukannya. Hifema pada kasus ini

akan muncul secara spontan tanpa perlu menunggu adanya trauma, karena pembuluh

darah baru tersebut dapat pecah sewaktu-waktu dengan iritasi minimal (Ilyas, 2012).

3.5 Penegakan Diagnosis

Adanya riwayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan

adanya hifema. Pada gambaran klinik ditemukan adanya perdarahan pada COA

(dapat diperiksa dengan flashlight), kadang-kadang ditemukan gangguan visus.

Ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari conjunctiva dan pericorneal, fotofobia

(tidak tahan terhadap sinar), penglihatan ganda, blefarospasme, edema palpebra,

midriasis, dan sukar melihat dekat, kemungkinan disertai gangguan umum yaitu

letargic, disorientasi atau somnolen (Voughan, 2015).


19

Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata yang berair.

Penglihatan pasien akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang terlihat

dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk, hifema akan

terlihat terkumpul di bagian bawah COA, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang

COA. Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan, pupil tetap dilatasi (midriasis),

dapat terjadi pewarnaan darah (blood staining) pada kornea, anisokor pupil

(Voughan, 2015).

Akibat langsung terjadinya hifema adalah penurunan visus karena darah

mengganggu media refraksi. Darah yang mengisi kamera okuli ini secara langsung

dapat mengakibatkan tekanan intra okuler meningkat akibat bertambahnya isi

kamera anterior oleh darah. Kenaikan tekanan intra okuler ini disebut glaucoma

sekunder. Glaukoma sekunder juga dapat terjadi akibat massa darah yang menyumbat

jaringan trabekulum yang berfungsi membuang humor aqueous yang berada di

kamera anterior. Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera anterior akan

mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea

(Voughan, 2015).

3.6 Penatalaksanaan

Hifema biasanya akan hilang sempurna, apabila tidak maka penderita dirujuk.

Walaupun perawatan penderita hifema traumatik ini masih banyak diperdebatkan,

namun pada dasarnya adalah :

1. Menghentikan perdarahan.

2. Menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder.


20

3. Mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat absorbsi.

4. Mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang lain.


5.
Berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.

Penatalaksanaan Konservatif

1. Tirah baring (bed rest total)

1. Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala diangkat

(diberi alas bantal) dengan elevasi kepala 30º - 45o (posisi semi fowler). Hal

ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta

memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada banyak pendapat

dari banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama

yang harus dikerjakan bila menemui kasus traumatik hifema. Bahkan

beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan tirah baring kesempurnaan

absorbsi dari hifema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi

perdarahan sekunder. Adapun maksud dari elevasi kepala adalah untuk

membuat darah mengumpul di bagian inferior dari COA dan tidak

menghalangi tajam penglihatan. Posisi ini juga mempermudah dalam evaluasi

harian COA tentang resorpsi hifema sehingga dapat menunjukkan kemajuan

pengobatan. Selain itu posisi ini merupakan posisi optimal dalam mencegah

kontak sel-sel darah merah dengan korena dan trabekula Fontana.


21

2. Pemakaian obat-obatan

1. Koagulansia

Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteral,

berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan. Pada hifema yang baru dan terisi

darah segar diberi obat anti fibrinolitik sehingga bekuan darah tidak terlalu cepat

diserap dan pembuluh darah diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu

sampai sembuh. Dengan demikian diharapkan terjadinya perdarahan sekunder dapat

dihindarkan (Vougan, 2015; Kuhn, 2008)

2. Midriatika Miotika

Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat golongan

midriatika atau miotika, karena masing-masing obat mempunyai keuntungan dan

kerugian sendiri-sendiri. Miotika memang akan mempercepat absorbsi, tapi

meningkatkan kongesti dan midriatika akan mengistirahatkan perdarahan. Pemberian

midriatika dianjurkan bila didapatkan komplikasi iridiocyclitis. Akhirnya beberapa

penelitian membuktikan bahwa pemberian midriatika dan miotika bersama-sama

dengan interval 30 menit sebanyak dua kali sehari akan mengurangi perdarahan

sekunder dibanding pemakaian salah satu obat saja (Vougan, 2015; Kuhn, 2008).

3. Ocular Hypotensive Drug

Semua para ahli menganjurkan pemberian acetazolamide (Diamox) secara

oral sebanyak 3x sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan intraokuler.

4. Kortikosteroid dan Antibiotika


22

Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi komplikasi

iritis dan perdarahan sekunder dibanding dengan antibiotika (Vougan, 2015; Kuhn,

2008).

Pasien diindikasikan rawat inap jika:

1. Pasien mengalami hifema derajat Ii atau lebih, sebab berpotensi terjadinya

perdarahan sekunder

2. Merupakan sickle cell trait

3. Terjadi trauma tembus okuli

4. Pasien yang tidak patuh terhadap pengobatan

5. Pasien yang memiliki riwayat glaukoma

Dalam pasien rawat, perlu dilakukan pemantauan secar a intensif seperti tajam

penglihatan, tekanan intraokular, serta resolusi hifema. Selain itu perlu pula diamati

apakah terdapat indikasi bedah pada pasien.

Pasien akan menjalani bedah apabila terdapat:

1. Corneal blood staining

2. Riwayat sickle cell trait, dengan tekanan intraokular di atas 24 mmHg lebih

dari 24 jam

3. Hifema dengan derajat lebih dari 50% COA selama 9 hari atau lebih. Hal ini

perlu dilakukan pembedahan agar tidak terjadi sinekia anterior, meskipun

sudah mendapatkan terapi medik secara maksimal


23

4. Hifema total, dengan tekanan intraokular lebih dari 50 mmHg selama 4 hari

atau lebih meskipun sudah mendapatkan terapi medik secara maksimal

5. Hifema total atau hifema dengan derajat >75% COA, dengan tekanan

intraokular lebih dari 25 mmHg selama lebih dari 6 hari meskipun sudah

mendapatkan terapi medik secara maksimal

3.7 Komplikasi

Pada umumnya yang perlu diwaspadai dalam menemukan kasus hifema

adalah komplikasi yang sesungguhnya jauh lebih berbahaya dibandingkan

keberadaan darah di kamera okuli anterior itu sendiri. Komplikasi yang mungkin

terjadi adalah:

1) Perdarahan ulang atau perdarahan sekunder (2o hemorrhage) (Vitresia, 2017)

Perdarahan sekunder merupakan hal yang harus diwaspadai pada hifema. Hal

ini disebabkan 1/3 dari perdarahan sekunder justru dapat lebih berat dibandingkan

hifema awal, yakni dapat mengakibatkan hifema total. Perdarahan sekunder

umumnya terjadi pada hifema derajat 3 dan 4, dan secara umum terjadi pada 22%

kasus hifema, dengan rentang antara 6,5% hingga 38%. Perdarahan sekunder

disebabkan oleh lisis dan retraksi dari bekuan darah dan fibrin yang telah berfungsi

secara stabil untuk menyumbat pembuluh darah yang mengalami ruptur atau

kebocoran. Perdarahan sekunder membuat prognosis pasien menjadi buruk, dengan

penelitian menunjukkan tajam penglihatan pasien (kurang dari 20/50 atau 6/15) yang
24

mengalami perdarahan sekunder lebih buruk dibandingkan dengan yang tidak

mengalami komplikas ini (79,5% vs 64%).

Keadaan yang menjadi faktor prediksi terjadinya perdarahan sekunder adalah:

a) Sickel cell trait

b) Tajam penglihatna saat presentasi <20/200 (6/60)

c) Derajat hifema saat presentasi yang lebih dari II

d) Ada riwayat penggunaan salisilat (aspirin), antiplatelet (seperti pada penderita

angina pektoris)

e) Penanganan hifema yang lebih dari dua puluh empat jam

2) Sinekia posterior

3) Sinekia anterior, terutama pada kondisi hifema yang lebih dari sembilan hari

4) Glaukoma kronik

5) Atrofi Optik

Atrofi optik merupakan keadaan akhir akibat glaukoma traumatik yang dapat

terjadi pada pasien dengan hifema. Terjadinya peningkatan tekanan intraokular

mengakibatkan tekanan diteruskan ke seluruh bagian mata, termasuk ke tunika

neuralis. Tunika neuralis yang merupakan retina akan mengalami tekanan dan

mengakibatkan kerusakan pada saraf. Kerusakan pada saraf mata akibat tekanan akan

timbul dalam bentuk atrofi optik. Pada tekanan bola mata 50 mmHg, kerusakan dapat

terjadi dalam 7 hari, sedangkan pada tekanan bola mata 35 mmHg kerusakan dapat

terjadi dalam 5 hari. Pada individual dengan sickle cell trait, kerusakan bahkan lebih
25

cepat terjadi pada tekanan yang lebih rendah, mengindikasikan pentingnya

penanganan segera terutama pada pasien-pasien ini.

Gambar 3.10 – Gambaran papil atrofi, yakni berupa papil yang tampak pucat

akibatnya menghilangnya serabut saraf dan pembuluh darah kapiler akibat tekanan

intraokular yang meninggi. (Crouch, 2006)

Gambar 3.11 – Gambaran corneal blood staining yang berwarna kekuningan pada

kornea (Sumber: dro.hs.columbia.edu)


26

3.8 Prognosis

Prognosis pada kasus hifema ditentukan berdasarkan pulihnya tajam

penglihatan pasien. Fungsi penglihatan harus merupakan goal dalam penatalaksanaan

pasien dengan hifema.

Dalam menentukan kasus hifema perlu dipertimbangkan:

1. Kerusakan struktur mata lain

2. Perdarahan sekunder

3. Komplikasi lain: glaukoma, corneal blood staining, serta atrofi optik

Secara umum, hifema grade I memiliki kemungkinan 80% untuk mencapai

tajam penglihatan minimal 6/12. Hifema yang lebih tinggi, yakni grade II memiliki

kemungkinan 60%, sedangkan pada hifema total kemungkinan tajam penglihatan

minimal 6/12 relatif rendah, yakni sekitar 35%.


27

BAB IV

KESIMPULAN

Hifema adalah adanya akumulasi darah pada segmen anterior mata atau bilik

mata depan. Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata

depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul

yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor

aqueus (cairan mata) yang jernih. Klasifikasi hifema sendri dibagi atas penyebab

hifema, onset perdarahan, darah yang terlihat, pemenuhan darah dibilik mata. Adanya

riwayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan adanya hifema. Pada

gambaran klinik ditemukan adanya perdarahan pada COA (dapat diperiksa dengan

flashlight), kadang-kadang ditemukan gangguan visus. Akibat langsung terjadinya

hifema adalah penurunan visus karena darah mengganggu media refraksi.

Darah yang mengisi kamera okuli ini secara langsung dapat mengakibatkan

tekanan intra okuler meningkat akibat bertambahnya isi kamera anterior oleh darah.

Hifema biasanya akan hilang sempurna, apabila tidak maka penderita dirujuk. Pada

umumnya yang perlu diwaspadai dalam menemukan kasus hifema adalah komplikasi

yang sesungguhnya jauh lebih berbahaya dibandingkan keberadaan darah di kamera

okuli anterior itu sendiri. Prognosis pada kasus hifema ditentukan berdasarkan

pulihnya tajam penglihatan pasien.


28

Вам также может понравиться

  • 10 Penilaian Rumah Sehat
    10 Penilaian Rumah Sehat
    Документ4 страницы
    10 Penilaian Rumah Sehat
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Slide Jurnal Kardio
    Slide Jurnal Kardio
    Документ14 страниц
    Slide Jurnal Kardio
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • 10 Penilaian Rumah Sehat
    10 Penilaian Rumah Sehat
    Документ4 страницы
    10 Penilaian Rumah Sehat
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Bullying
    Bullying
    Документ25 страниц
    Bullying
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Gerontology "Geriatric Syndrome"
    Laporan Pendahuluan Gerontology "Geriatric Syndrome"
    Документ22 страницы
    Laporan Pendahuluan Gerontology "Geriatric Syndrome"
    Septia Gurning
    Оценок пока нет
  • Unud-1570-2085266508-Bab II
    Unud-1570-2085266508-Bab II
    Документ35 страниц
    Unud-1570-2085266508-Bab II
    M Zumrodin
    Оценок пока нет
  • KP 4.10 CES DAN CIS
    KP 4.10 CES DAN CIS
    Документ27 страниц
    KP 4.10 CES DAN CIS
    Ichwan Ramadhan
    Оценок пока нет
  • Slide Jurnal Kardio
    Slide Jurnal Kardio
    Документ14 страниц
    Slide Jurnal Kardio
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka
    Документ10 страниц
    Tinjauan Pustaka
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Radiografi Panoramik
    Radiografi Panoramik
    Документ30 страниц
    Radiografi Panoramik
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Lapkas Scabies Dengan Infeksi Skunder
    Lapkas Scabies Dengan Infeksi Skunder
    Документ28 страниц
    Lapkas Scabies Dengan Infeksi Skunder
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Skabies Dengan Infeksi Sekunder: Laporan Kasus
    Skabies Dengan Infeksi Sekunder: Laporan Kasus
    Документ1 страница
    Skabies Dengan Infeksi Sekunder: Laporan Kasus
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Modul 1
    Modul 1
    Документ11 страниц
    Modul 1
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Modul 1
    Modul 1
    Документ11 страниц
    Modul 1
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Skripsi Full PDF
    Skripsi Full PDF
    Документ84 страницы
    Skripsi Full PDF
    Muhammad Gizky Badawi
    100% (1)
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Ayah
    Ayah
    Документ1 страница
    Ayah
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ1 страница
    Daftar Isi
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas
    Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas
    Документ16 страниц
    Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Kom Efektif
    Kom Efektif
    Документ22 страницы
    Kom Efektif
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Kom Efektif
    Kom Efektif
    Документ22 страницы
    Kom Efektif
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Kuliah Berpikir Kritis
    Kuliah Berpikir Kritis
    Документ10 страниц
    Kuliah Berpikir Kritis
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Kuesioner
    Kuesioner
    Документ84 страницы
    Kuesioner
    Muhammad Gizky Badawi
    100% (3)
  • Sampul Kedua
    Sampul Kedua
    Документ2 страницы
    Sampul Kedua
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Kuliah Empati
    Kuliah Empati
    Документ25 страниц
    Kuliah Empati
    Sabila Zathisa
    Оценок пока нет
  • Skripsi Full
    Skripsi Full
    Документ84 страницы
    Skripsi Full
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Bab 7
    Bab 7
    Документ3 страницы
    Bab 7
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ3 страницы
    Daftar Pustaka
    Muhammad Gizky Badawi
    Оценок пока нет