Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
dengan panjang 0,5 – 2 μm, black pigmented, dan anaerob. Koloni bakteri ini
apabila terdapat pada agar darah akan tampak lembut dan terlihat cembung (gambar
Kingdom : Bacteria
Filum : Bacterioedetes
Kelas : Bacterioedes
Ordo : Bacteriodales
Famili : Porphyromonadaceae
Genus : Porphyromonas
Spesies : Porphyromonas gingivalis
Gambar 2.1 Porphyromonas gingivalis pada Media Blood Agar (Kah et al.,
2016)
5
6
gingiva atau poket periodontal, namun P.gingivalis juga dapat ditemukan pada
lidah individu dengan periodontal sehat dan sakit (Kimura et al., 2012).
seperti asam butirik serta berbagai enzim seperti arginine, lysine gingipain,
menonjol keluar dari permukaan sel bakteri yang merangsang perlekatan dengan
dengan sel epitel atau jaringan penjamu. Selanjutnya faktor virulensi LPS berperan
sebagai agen sitotoksin dari bakteri yang memicu respon inflamasi sel dan berbagai
sinyal kemokin dari pejamu. Rangsangan dari LPS ini dapat menyebabkan
asam amino, peptida, dan hemin yang berfungsi sebagai nutrisi bagi P.gingivalis
untuk tumbuh. Proteinase juga terlibat langsung dalam invasi dan pengrusakan
jaringan oleh bakteri serta memodulasi respon imun hospes (Ohara and Dumitrescu,
2010).
berperan dalam merusak jaringan periodontal baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Metabolit organik seperti ammonia, propionate, dan butirat juga mampu
Bakteri P.gingivalis yang banyak ditemukan dalam plak gigi dan bakteri
nekrosis faktor-α (TNF- α), interleukin (IL-1β, IL-6, dan IL-8) dan radikal bebas
(Permana dkk., 2013). Zat-zat tersebut merupakan mediator peradangan dan dapat
merangsang resorpsi tulang. LPS dan mediator inflamasi juga memberikan efek
dan jaringan ikat periodontal. Radikal bebas seperti superoksida dan peroksida
2.2 Periodontitis
dan tulang alveolar, dengan pembentukan plak gigi (Cotti et al., 2010). Gejala klinis
(Wangsarahardja, 2005).
8
2.2.2 Klasifikasi
gingivitis yang tidak dikakukan pengobatan. Fase ini merupakan kelanjutan dari
sementum, dan tulang alveolar). Pada fase ini gingiva masih dalam topografi yang
normal, namun akan timbul rasa sakit apabila disentuh, terdapat peradangan ringan
lebih tinggi. Pada fase moderate periodontitis menunjukkan peradangan yang parah
yang diikuti dengan sianosis dengan banyaknya bakterial plak, timbulnya bau mulut
dan terjadi mobilitas pada gigi. Pada moderate periodontitis akan terjadi kehilangan
jaringan pendukung periodonsium sebesar 25-50% dan akar gigi akan terekspose,
hal ini membutuhkan perawatan yang intensif pada gigi (gambar 2.2).
Gambar 2.2 Periodontitis Sedang: akar gigi yang terekspose pada gigi incisor tengah
bagian atas sebelah kiri (Pieri et al., 2012).
50% sehingga menyebabkan akar gigi terekspose disertai adanya kalkulus gigi
Gambar 2.3 Periodontitis Parah: akar gigi terekspose yang disertai dengan kalkulus gigi
(Pieri et al., 2012).
2.2.3 Patofisiologi
Penyakit ini pada awalnya disebabkan oleh akumulasi bakterial plak pada
gigi dan gingiva yang berasal dari produk metebolisme toksin dari mikroorganisme
dan respon imun hospes dalam melawan infeksi yang memicu terjadinya proses
inflamasi. Pada fase awal proses ini hanya mempengaruhi jaringan gingiva yang
mencirikan gingivitis, namun lama kelamaan dapat menjadi buruk dan berkembang
tulang periodontal dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan kehilangan gigi.
Bakterial plak mempunyai ciri-ciri berwarna kekuningan yang menempel pada gigi
Pada gingiva yang sehat, cocci mewakili dari dua pertiga bakteri seperti
merupakan gram positif dan tidak menunjukkan adanya bakteri yang lebih ganas.
Pada tahap gingivitis bakteri gram positif secara bertahap akan mengalami
peningkatan dan bakteri gram negatif juga tumbuh. Perubahan ini akan terus
10
berlangsung dan akhirnya terjadi periodontitis ketika terdapat bakteri patogen gram
Gambar 2.4 Fase pembentukan plak: A.) Adesi dari bakteri gram-positif, B.) proliferasi
sel dan produksi eksopolisakarida, C.) Adesi dari bakteri gram-negatif, D.)
Maturasi plak dengan peningkatan jumlah bakteri (Pieri et al., 2012).
antara gigi dan jaringan pendukung yang ditunjukkan dengan adanya poket dan
kerusakan tulang alveolar. Penyakit periodontitis disebabkan lebih dari satu faktor,
Pada penyakit periodontitis, terdapat plak mikroba gram negatif yang berkolonisasi
pada sulkus gingiva dan memicu terjadinya respon inflamasi kronis. Semakin lama
plak akan semakin matang dan semakin pathogen. Kerusakan jaringan periodontal
menimbulkan respon inflamasi serta Arginine dan Lysine gingipain akan merusak
1. Breed. Anjing dengan jenis kecil mempunyai kepadatan gigi yang tinggi
seperti batu, kabel, ataupun pagar rumah, akan membuat gigi menjadi retak, luka
Gejala klinis yang timbul dari hewan yang menderita periodontitis yaitu
anoreksia, perubahan warna gingiva, mobilitas gigi dan periodontal abses. Gingiva
hewan yang sehat yaitu berwarna merah muda, dengan permukaan yang halus dan
margin pada gingiva tampak runcing. Penyakit periodontal (PD) umum disebut
keparahan dari gejala klinis dan lesinya dalam 4 fase, yaitu PD 1 (gingivitis) hanya
terlihat gingiva margin yang mengalami eritema, terdapat sedikit plak gigi, PD 2
terjadi pendarahan ketika dilakukan probing, sulkus semakin dalam apabila dilihat
sulkus secara radiologi akan menunjukkan kehilangan perlekatan lebih dari 50%
2.2.5 Terapi
Penyakit periodontal dapat diatasi melalui dua cara terapi, yaitu terapi non
operasi dan terapi operasi. Tujuan dari dilakukannya terapi yaitu untuk mencegah
terhadap jaringan yang terinfeksi serta jaringan lain yang tidak terinfeksi. Terdapat
antara lain probing, pengambilan gambar radiografi pada gigi yang memiliki indeks
parameter plak dan radang yang tinggi, pencatatan evaluasi rongga mulut dengan
nilai indeks 0-3, 0 untuk gigi sehat dan 3 untuk keparahan yang tinggi, serta
penghilangan plak dan kalkulus dengan dental scalling. Dental scalling dilakukan
pada gigi dengan plak yang tipis. Untuk plak yang tebal pada gigi dihilangkan
Susu kambing merupakan susu yang didapat dari hasil perahan kambing.
Susu kambing memiliki kandungan gizi yang tidak jauh berbeda dengan susu sapi.
Lemak susu kambing mempunyai sifat yang mudah dicerna dibanding susu sapi,
karena diameter glubula lemak susu kambing berdiameter lebih kecil. Protein dari
13
susu kambing juga lebih mudah dicerna karena ukuran kasein pada susu kambing
lebih kecil dari pada susu sapi (Atmiyati, 2001). Manfaat yang dimiliki susu
2014)
bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Kefir seperti halnya yogurt yang merupakan
produk hasil fermentasi, yang mempunyai rasa asam, alkoholik dan karbonat. Kadar
asam yang terdapat pada kefir tidak menyebabkan iritasi pada yang
yaitu kefir lebih tahan lama karena asam yang terbentuk pada kefir mencegah
meningkatkan kesamanan produk kefir. Susu kambing yang terbaik yaitu susu yang
masih segar (raw goat milk). Kandungan fluorine yang terdapat pada susu kambing
bakteri patogen pada tubuh (Budiana, 2005). Kandungan lactoferin yang juga
terdapat pada susu kambing berperan sebagai bakteriostatik dengan cara mengikat
2006). Bakteriosin yang terdapat pada kefir yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat
bakteri tidak mampu bertahan (Amanah, 2011). Manfaat yang terkandung dalam
kefir yaitu miningkatkan daya tahan tubuh karena kefir mengandung antimikrobia.
14
Antimikrobia yang terkandung dalam kefir yaitu asam laktat, asam asetat, hydrogen
Butir biji kefir berbentuk seperti potongan karang atau kembang kola tau
popcorn dengan besar 3-20 mm. Butir biji kefir terlihat seperti partikel putih atau
agar-agar kuning (gambar 2.5). Butir biji kefir mengandung bakteri asam laktat
Butir matriks terdiri atas 13% protein, 24% polisakarida, ditambah selular debris
dan komponen yang tidak diketahui. Polisakarida merupakan zat yang larut dalam
mendidih, kemudian didinginkan sampai suhunya 20-25oC lalu diberi butir kefir
sebanyak 2-10% (rata-rata 5%). Setelah waktu fermentasi selama 18-24 jam pada
suhu 20-25oC, butir kefir dapat dipisahkan dari susu dengan melakukan
penyaringan dan dapat dikeringkan pada suhu kamar dan disimpan pada suhu
dingin untuk digunakan pada inokulsi selanjutnya. Kefir disinpam pada suhu 4oC
Sistem imun dibagi menjadi dua yaitu sistem imun alamiah atau nonspesifik
dan didapat atau spesifik. Imunitas nonspesifik fisiologik berupa komponen normal
tubuh, selalu terdapat pada individu yang sehat dan akan mencegah mikroba yang
akan masuk ke dalam tubuh. Jumlah dari imunitas nonspesifik akan meningkat
apabila terdapat infeksi, seperti sel darah putih yang akan meningkat selama fase
16
akut penyakit. Pertahanan pada sistem imun nonspesifik dibagi menjadi tiga yaitu
(Baratawidjaja, 2013):
1. Pertahanan fisik/mekanik, yaitu berupa kulit, selaput lendir dan silia saluran
epidermis kulit, dan epitel mukosa yang utuh tidak dapat ditembus oleh
kebanyakan mikroba. Apabila terjadi kerusakan maka akan lebih mudah terkena
2. Pertahanan biokimia, yaitu pertahanan terhadap infeksi dari zat-zat yang terdapat
dalam tubuh. Seperti lisozim dalam keringat, ludah, air mata, dan air susu ibu
usus halus dapat menciptakan keadaan dimana mikroba tidak dapat hidup.
3. Pertahaan humoral, yaitu molekul larut yang diproduksi di tempat infeksi dan
defensing, ketelisidin, dan interferon. Molekul larut lain diproduksi pada tempat
yang lebih jauh dan ditujukan ke jaringan sasaran melalui sirkulasi seperti
adalah salah satu dari beberapa zat yang dilepaskan oleh sel-sel spesifik sistem
kekebalan tubuh yang membawa sinyal lokal antara sel dan memiliki efek pada
aktivitas biologis, IL-6 bertugas mengatur reaktivitas imun, respon fase akut,
spesifik. IL-6 dapat diproduksi oleh fagosit mononuclear, sel endotel vascular,
fibroblas, serta sel lain sebagai respon terhadap mikroba maupun sitokin yang
acute phase protein (APP) serta bersama CSF merangsang progenitor di sumsum
akan merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel B menjadi sel plasma yang
oleh sel T yang telah diaktivasi, yaitu T-helper 17 (Th17), IL-17 juga dapat
diekskresikan oleh sel T CD8+, sel mast, netrofil dan natural cell killer (Lin dkk.,
2011). Gen IL-17 merupakan protein yang terdiri dari 150 asam amino dengan
berat molekul 15 kDa. IL-17 diproduksi oleh subset sel T-helper yaitu Th 17.
dengan proses inflamasi yang berlangsung kronis dan destruktif (Yamada dkk.,
2010). Salah satu peran dari IL-17 yaitu pengerahan, aktivasi dan migrasi
4. Pertahanan selular. Fagosit, sel NK, sel mast dan eosinophil berperan dalam
sistem imun nonspesifik selular. Sel-sel imun tersebut dapat ditemukan dalam
18
sirkulasi seperti neutrofil, eosinophil, basophil, moonosit, sel T, sel B, sel NK,
antigen yang sama dan masuk ke dalam tubuh untuk kedua akan dikenali lebih cepat
dan kemudian dihancurkan. Sistem imun spesifik dibagi menjadi sistem humoral
1. Sistem imun spesifik humoral. Pemeran utama dalam sistem imun spesifik
humoral yaitu limfosit B atau sel B. Sel B yang dirangsang oleh benda asing
2013).
2. Sistem imun spesifik selular. Sel limfosit T atau sel T berperan dalam sistem
imun spesifik humoral. Sel T terdiri atas sel CD4+ (Th1, Th2), CD8+. Fungsi dari
sistem imun spesifik selular yaitu sebagai pertahanan terhadap serangan bakteri
yang hidup intraselular, juga virus, jamur, dan parasit. Sel CD4+ akan
Bahan uji (obat) yang akan dipergunakan untuk manusia atau hewan seperti
hewan peliharaan, hewan ternak dan satwa liar terlebih dahulu harus lolos dalam
menggunakan hewan coba untuk kelayakan dan keamanan suatu bahan. Hewan
percobaan adalah setiap hewan yang digunakan dalam suatu penelitian biologis
dan biomedis yang dipilih berdasarkan syarat atau standar dasar yang diperlukan
dalam penelitian tersebut. Salah satu hewan coba yang sering digunakan dalam
sebuah penelitian yaitu mencit (Mus musculus). Mencit sebagai hewan percobaan
sangat praktis untuk penelitian kuantitatif karena sifatnya yang mudah untuk
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Species : Mus musculus
Mencit termasuk kedalam golongan omnivore sehingga dapat memakan semua
14%, hal ini dapat dipenuhi dengan memberi mencit makanan ayam komersial
yang proteinnya diatas 17%. Kondisi ruang pemeliharaan mencit harus bersih,