Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
3.1 PENDAHULUAN
Dalam las busur listrik, yang ditemukan di pertengahan tahun 1800-an, panas yang
dibutuhkan berasal dari energi listrik. Penggunaan baik sebuah elektroda habis pakai
(konsumeable) dan elektroda tak habis pakai (non konsumeable) (rot atau wire), sebuah
busur listrik yang dihasilkan antara busur elektroda dengan benda kerja yang akan dilas,
menggunakan sumber arus searah (DC) atau arus bolak balik (AC). Las busur listrik ini
mencapai temperatur sampal 30.000C (54.000F),yang mana jauh lebih tinggi dengan
yang dihasilkan pada penggelasan gas oxy-asetelin.
Proses pengelasan busur listrik ditunjukkan pada gambar 5.1. dibawah ini :
34
5. Dapat membuat beberapa mode produk.
Mesin las listrik dengan elektroda terbungkus (shielded metal arc welding)
merupakan metode yang tertua, paling sederhana dan paling gampang berubah dari proses
penyambungan logam yang ada, menggunakan elektroda kawat logam yang terbungkus
fluks. Proses pemindahan logam dari elektroda terjadi saat elektroda mencair dan
membentuk butir-butir yang terbawa oleh aliran arus busur listrik yang terjadi.
Pola pemindahan elektroda dipengaruhi oleh besarya arus listrik. Makin besar arus
listrik, maka makin halus butiran logamnya. Disamping itu juga hasil las-lasan dipengaruhi
oleh komposisi fluks yang digunakan. Adapun fungsi dari fluks (dalam bentuk terak)
adalah untuk melindungi busur dari kontaminasi udara luar (oksigen).
35
Las tipe ini memiliki beberapa keuntungan yaitu relatif mudah dan dapat
diubah-ubah, membutuhkan relatif sedikit variasi dalam diameter elektroda. Peralatan
mesin listrik ini terdiri dari sebuah power supply, kabel listrik dan pemegang elektroda. Hal
yang perlu diperhatikan adalah pemakaian peralatan keamanan terutama kaca untuk
melindungi dari sinar yang dihasilkan busur listrilk.
36
Dapat dipakai (DC). Panjang kabel las jangan terlalu berlebihan, pemakaian kabel
berlipat dan melingkar dihindari karena dapat menimbulkan induksi sehingga tegangan
pada mesin las menjadi tinggi.
37
3. Pemegang Elektroda
Pemegang elektroda berfungsi sebagai penjepit atau pemegang ujung elektroda
yang tak berselaput. Sebenarnya fungsi untuk memegang ujung elektroda ini tidak saja
memegang tetapi harus mampu mengalirkan arus dari kabel elektroda ke elektroda.
Karena fungsi yang sangat penting ini maka pemegang elektroda harus mampu
memegang dengan mantap dan terbuat dari bahan yang mampu mengalirkan arus
dengan baik, sehingga arus yang mengalir dari kabel ke elektroda dapat berjalan
sempurna.
4. Tang Massa
Tang massa berfungsi untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja atau ke
meja kerja. Tang massa juga berfungsi sebagai alat untuk mengalirkan arus listrik dari
kabel massa ke benda kerja atau meja kerja. Oleh karena itu, tang massa harus
dijepitkan pada bagian yang bersih dan mampu mengantarkan arus listrik pada bagian
benda kerja atau pada meja kerja.
Cara kerja untuk menempelkan tang massa pada benda kerja atau meja kerja ada 2
macam yaitu : dengan sistim penjepit atau klem dan sistim magnet. Tang massa sistim
klem dilengkapi dengan pegas yang kuat untuk memberikan gaya penjepit yang kuat ke
benda kerja atau meja kerja. Tang massa ditempelkan pada benda kerja, sebaiknya
diletakkan pada bagian yang tidak mengganggu pelaksanaan pengelasan.
5. Palu Terak
Palu terak digunakan untuk membersihkan terak yang terjadi akibat proses
pengelasan dengan cara memukul atau menggores teraknya. Pada waktu membersihkan
terak digunakan kaca mata yang terang untuk melindungi mata dari percikan bunga api
dan terak.
6. Tang Panas
Tang panas digunakan untuk memegang benda-benda panas yang memperoleh
pemanasan dari pengelasan. Tangkai tang biasanya diisolasi dengan isolator panas
misalnya plastik atau bahan lain yang dapat menahan panas. Tang panas memiliki
tangkai yang panjang karena sering kali tang panas juga digunakan untuk memegang
benda kerja yang akan di las.
38
7. Sikat Kawat
Sikat kawat berfungsi untuk membersihkan benda kerja yang akan dilas dan sisa-
sisa terak yang masih ada setelah dibersihkan dengan palu terak. Bahan serabut sikat
terbuat dari kawat baja yang tahan terhadap panas dan elastis, dengan tangkai dari kayu
yang dapat mengisolasi panas dari bagian yang disikat.
39
3. Las busur dengan pelindung bukan gas
Operasi pengelasan ini sama dengan operasi pada las busur gas. Dalam hal semi
otomatik, kawat las digerakan secara otomatik sedang alat pembakar digerakkan
dengan tangan, sedangkan dalam hal otomatik penuh kedua-duanya digerakan secara
otomatik. Sesuai dengan namanya pengelasan ini tidak menggunakan selubung gas
apapun juga. Karena itu peroses pengelasan menjadi lebih sederhana.Berikut ini adalah
beberapa hal penting dalam las busur tanpa gas:
a. Tidak menggunakan gas pelindung sehingga pengelasan dapat dilakukan dilapangan
yang berangin.
b. Efisiensi pengelasan lebih tinggi dari pada pengelasan dengan busur terlindung.
c. Dapat menggunakan sumber listrik AC.
d. Dihasilkan gas yang banyak sekali.
e. Kualitas pengelasan lebih rendah daripada pengelasan yang lain.
Dalam pengelasan ini menggunakan kawat las berisi fluks yang bersifat: dapat
menghasilkan gas yang banyak dan dapat membentuk terak, mempunyai sifat
deoksidator dan denitrator dan dapat memantapkan busur.
4. Las busur rendam
Las busur rendam adalah suatu cara mengelas dimana logam cair dihitung dengan
fluks yang diatur melalui suatu penampung fluks dan logam pengisi yang berupa kawat
pejal diumpankan secara terus-menerus. Dalam pengelasan ini busur listriknya terendam
dalam fluks. Hal-hal penting dalam pengelaan ini adalah :
a. Karena seluruh cairan tertutup oleh fluks maka kwalitas daerah las sangat baik.
b. Karena dapat digunakan kawat las yang besar, maka arus pengelasan juga besar
sehingga penetrasi cukup dalam dan efisiensi pengelasan tinggi.
c. Karena kampuh las dapat dibuat kecil maka bahan las dapat dibuat hemat.
d. Karena prosesnya secara otomatik, maka tidak diperlukan keterampilan juru las yang
tinggi dan perubahan-perubahan teknik pengelasan yang dilakukan oleh juru las tidak
banyak pengaruhnya terhadap kualitas las.
e. Posisi pengelasan terbatas hanya pada posisi horisontal.
f. Karena prosesnya otomatik, maka penggunaannya lebih terbatas bila dibandingkan
dengan las dengan tangan atau semi otomatik.
40
3.4 PELAKSANAAN / CARA PRAKTIKUM
Adapun langkah-langkah Pengerjaan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat yang akan digunakan seperti (alat potong, kikir, meteran, elektroda,
dll.)
2. Memotong bahan benda kerja sesuai ketentuan.
3. Menghilangkan kerak hasil lasan dengan palu terak.
4. Mengerinda ujung dari 1 pasang plat dengan tipe yang berbeda ( bentuk V ).
5. Melakukan pengelasan terhadap kedua benda kerja tersebut dengan tipe pengelasan
yang berbeda ( bentuk V, dan I ).
6. Membersihkan hasil lasan dengan sikat baja.
Untuk lebih jelasnya bentuk pengelasan yang dilakukan dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
41
3.5 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.5.1 Hasil Proses Pengelasan
42
3.5.2 Pembahasan
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga
elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus
sampai habis. Dalam praktikum kali ini logam yang disambung adalah logam ST-37
dengan panjang 100 mm dan tebal 5 mm, dimana dalam praktikum ini digunakan settingan
tegangan dan arus pada trafo yaitu 400 volt dan 90 ampere.
Pertama-tama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah memotong logam atau
benda kerja dengan panjang 100 mm sebanyak 4 bahan baku, ke empat bahan baku
tersebut kemudian dibuat menjadi dua tipe sambungan atau kampuh yang berbeda yaitu
kampuh v dan kampuh i. terlebih dahulu sebelum mengelas benda kerja, kami memulai
latihan mengelas dengan menggunakan sisa-sisa material lasan kelompok sebelumnya,
ketika kami sudah merasa bisa untuk mengelas, maka kami langsung mulai mengelas
material kampuh v dan kampuh I tersebut.
Dalam pengelasan listrik kali ini kami mengunakan diameter kawat elektroda ukuran
2,6 mm, oleh karena itu kami mengatur arus dari trafo yaitu 90 ampere. Jika arus Jika kita
tidak menyesuaikan arus yang dikeluarkan oleh trafo dengan diameter elektroda yang
digunakan, maka hasil pengelasan tidak akan baik. Arus yang besar dengan diameter
elektroda yang kecil akan mengakibatkan elektroda cepat mencair sehingga waktu
pengelasan akan menjadi lebih cepat namun hasil lasanya kurang baik, dan apabila kita
menggunakan arus yang kecil dengan diameter elektroda yang besar, maka hal itu akan
menyebabkan elektroda lama mencair sehingga waktu pengelasan akan menjadi lebih lama
dan hasil pengelasannya akan sulit menjadi baik.
Ketika mengelas sudut kemiringan elektroda harus dijaga agar hasil lasan menjadi
baik, sudut kemiringan ketika mengelas yang baik antara 70o sampai 80o. Jarak antara
elektroda dengan benda keja juga harus dijaga agar hasil lasan menjadi baik, jika jaraknya
terlalu dekat hasil lasan akan terlalu tebal atau bahkan dapat menyebabkan bahan baku
menjadi rusak. Apabila jarak antara elektroda dengan bahan baku terlalu jauh, maka akan
menyebabkan hasil lasan menjadi putus-putus.
43
Dari hasil praktikum didapatkan hasil yaitu waktu pengelasan untuk kampuh I lebih
lama dibandingkan kampuh v. hal ini disebabkan kerena pada pengelasan kampuh I kami
mengelas spesimen dengan cara bolak balik, tidak seperti kampuh v yang hanya dilas
bagian atasnya saja. Dalam pengelasan ini sendiri yang harus tetap dijaga adalah ketelitian
dan hati-hati dalam mengelas, agar kita tetap aman dan hasil yang diperoleh menjadi baik.
44
3.6 PENUTUP
3.6.1 Kesimpulan
45