Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB III

LAS BUSUR LISTRIK


( ARC-WELDING )

3.1 PENDAHULUAN
Dalam las busur listrik, yang ditemukan di pertengahan tahun 1800-an, panas yang
dibutuhkan berasal dari energi listrik. Penggunaan baik sebuah elektroda habis pakai
(konsumeable) dan elektroda tak habis pakai (non konsumeable) (rot atau wire), sebuah
busur listrik yang dihasilkan antara busur elektroda dengan benda kerja yang akan dilas,
menggunakan sumber arus searah (DC) atau arus bolak balik (AC). Las busur listrik ini
mencapai temperatur sampal 30.000C (54.000F),yang mana jauh lebih tinggi dengan
yang dihasilkan pada penggelasan gas oxy-asetelin.
Proses pengelasan busur listrik ditunjukkan pada gambar 5.1. dibawah ini :

Gambar 3.1. Proses Pengelasan Busur Listrik.

3.2 TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan praktikum adalah :
1. Dapat mengatur mesin las listrik, mempersiapkan elektroda, benda kerja dan peralatan
pembantu yang akan digunakan dalam pengelasan.
2. Dapat menentukan jenis elektroda, dan kecepatan pengelasan sesuai dengan kebutuhan.
3. Dapat menentukan besarnya arus dan hal-hal yang mempengaruhinya didalam proses
pengelasan.
4. Dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari proses pengelasan.

34
5. Dapat membuat beberapa mode produk.

3.3 LANDASAN TEORI


Dalam las busur listrik, yang ditemukan di pertengahan tahun 1800-an, panas yang
dibutuhkan berasal dari energi listrik. Penggunaan baik sebuah elektroda habis pakai
(konsumeable) dan elektroda tak habis pakai (non konsumeable) (rot atau wire), sebuah
busur listrik yang dihasilkan antara busur elektroda dengan benda kerja yang akan dilas,
menggunakan sumber arus searah (DC) atau arus bolak balik (AC). Las busur listrik ini
mencapai temperatur sampal 30.000C (yang mana jauh lebih tinggi dengan yang
dihasilkan pada penggelasan gas oxy-asetelin.
Ilustrasi skematik dari las busur listrik ditunjukkan pada gambar 5.2. dibawah ini :

Gambar 3.2. ilustrasi skematik dari las busur listrik.

Mesin las listrik dengan elektroda terbungkus (shielded metal arc welding)
merupakan metode yang tertua, paling sederhana dan paling gampang berubah dari proses
penyambungan logam yang ada, menggunakan elektroda kawat logam yang terbungkus
fluks. Proses pemindahan logam dari elektroda terjadi saat elektroda mencair dan
membentuk butir-butir yang terbawa oleh aliran arus busur listrik yang terjadi.
Pola pemindahan elektroda dipengaruhi oleh besarya arus listrik. Makin besar arus
listrik, maka makin halus butiran logamnya. Disamping itu juga hasil las-lasan dipengaruhi
oleh komposisi fluks yang digunakan. Adapun fungsi dari fluks (dalam bentuk terak)
adalah untuk melindungi busur dari kontaminasi udara luar (oksigen).

35
Las tipe ini memiliki beberapa keuntungan yaitu relatif mudah dan dapat
diubah-ubah, membutuhkan relatif sedikit variasi dalam diameter elektroda. Peralatan
mesin listrik ini terdiri dari sebuah power supply, kabel listrik dan pemegang elektroda. Hal
yang perlu diperhatikan adalah pemakaian peralatan keamanan terutama kaca untuk
melindungi dari sinar yang dihasilkan busur listrilk.

3.3.1 Arus Yang di Hasilkan Mesin Las Busur Listrik


Tipe mesin las busur listrik menurut arus yang dihasilkan adalah arus searah (DC)
dan arus bolak-balik (AC).
1. Arus searah (DC)
Arus DC adalah arus yang dihasilkan oleh motor generator, alat penyearah arus
(rectifier set) atau mesin yang menggerakan generator. Arus searah mengalir dari mesin
las ke tang las dan terus ke benda kerja. Walaupun dalam pemakaiannya tidak
agak jauh, karena kerugian tegangan lebih kecil dari pada arus searah merata,
tetapi tidak menggangu jalannya pengelasan, sebab arus las mengalir terus menerus,
sehingga pengelasan dapat berjalan lancar dan baik.
Kabel las sebaiknya dibuat sependek mungkin karena kabel yang panjang lebih
kritis pada sistim arus searah (DC) daripada arus bolak- balik (AC). Untuk
mendapatkan kembali tegangan yang hilang dan busur las yang sesuai yang baik untuk
pengelasan terpaksa tegangan pada mesin las dinaikkan sehingga mesin las mendapat
beban lebih (over Load) sehingga mesin menjadi panas. Arus DC lebih baik dipakai
pada pemakaian kawat las bergaris tengah kecil karena dapat memakai ampere yang
rendah.
2. Arus bolak-balik (AC)
Untuk keperluan ini dibuat mesin las dengan konstruksi transformator yang
khusus, dan disebut mesin tansformator las. Semua jenis kawat las dapat digunakan.
Pada mesin ini dapat dikombinasikan sistem kutub langsung dan sitem kutub arus AC.
Berdasarkan sistem pengatur arus yang digunakan, mesin las busur listrik AC
dapat dibagi dalam empat jenis yaitu : jenis inti bergerak, jenis kumparan begerak, jenis
reaktor jenuh dan jenis saklar.

36
Dapat dipakai (DC). Panjang kabel las jangan terlalu berlebihan, pemakaian kabel
berlipat dan melingkar dihindari karena dapat menimbulkan induksi sehingga tegangan
pada mesin las menjadi tinggi.

3.3.2 Bagian-Bagian Las Busur Listrik


Bagian-bagian las busur listrik adalah :
1. Elektroda
Pada dasarnya bila ditinjau dari logam yang dilas kawat elektroda dibedakan
menjadi lima group besar yaitu : baja lunak, baja karbon tinggi, baja paduan, besi tuang
dan logam non ferro. Karena filler metal harus mempunyai kesamaan sifat dengan
logam induk, maka sekaligus ini berarti bahwa tiada elektroada yang dapat dipakai
untuk semua jenis pengelasan, demikian pula ukuran diameternya.
Elektroda pada las listrik merupakan bagian yang sangat penting. Elektroda akan
mencair pada waktu pengelasan. Macam dan jenis elektroda banyak sekali, berdasarkan
selaputnya dibedakan menjadi :
a. Elektroda polos
b. Elektroda berselaput tipis
c. Elektroda berselaput tebal
Tebal selaput elektroda antara 11% - 50% dari diameter elektroda. Selaput
elektroda akan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan
sebagian benda kerja terhadap udara luar. Karena udara mengandung O2 dan N yang
dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam yang di las.
2. Kabel Las
Kabel las digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari sumber listrik ke mesin
las atau dari mesin las ke elektroda dan massa. Arus yang digunakan atau arus yang
dialirkan melalui kabel cukup besar, karena daya yang digunakan untuk pengelasan
besar. Arus yang besar harus dapat dialirkan lewat kabel tanpa banyak mengalami
hambatan. Untuk meminimalkan hambatan yang terjadi sepanjang penghantar perlu
dipilih kabel yang sesuai dengan arus yang dialirkan semakin besar hambatan jenis
suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut mengalirkan arus atau semakin besar
hambatan yang terjadi.

37
3. Pemegang Elektroda
Pemegang elektroda berfungsi sebagai penjepit atau pemegang ujung elektroda
yang tak berselaput. Sebenarnya fungsi untuk memegang ujung elektroda ini tidak saja
memegang tetapi harus mampu mengalirkan arus dari kabel elektroda ke elektroda.
Karena fungsi yang sangat penting ini maka pemegang elektroda harus mampu
memegang dengan mantap dan terbuat dari bahan yang mampu mengalirkan arus
dengan baik, sehingga arus yang mengalir dari kabel ke elektroda dapat berjalan
sempurna.
4. Tang Massa
Tang massa berfungsi untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja atau ke
meja kerja. Tang massa juga berfungsi sebagai alat untuk mengalirkan arus listrik dari
kabel massa ke benda kerja atau meja kerja. Oleh karena itu, tang massa harus
dijepitkan pada bagian yang bersih dan mampu mengantarkan arus listrik pada bagian
benda kerja atau pada meja kerja.
Cara kerja untuk menempelkan tang massa pada benda kerja atau meja kerja ada 2
macam yaitu : dengan sistim penjepit atau klem dan sistim magnet. Tang massa sistim
klem dilengkapi dengan pegas yang kuat untuk memberikan gaya penjepit yang kuat ke
benda kerja atau meja kerja. Tang massa ditempelkan pada benda kerja, sebaiknya
diletakkan pada bagian yang tidak mengganggu pelaksanaan pengelasan.
5. Palu Terak
Palu terak digunakan untuk membersihkan terak yang terjadi akibat proses
pengelasan dengan cara memukul atau menggores teraknya. Pada waktu membersihkan
terak digunakan kaca mata yang terang untuk melindungi mata dari percikan bunga api
dan terak.
6. Tang Panas
Tang panas digunakan untuk memegang benda-benda panas yang memperoleh
pemanasan dari pengelasan. Tangkai tang biasanya diisolasi dengan isolator panas
misalnya plastik atau bahan lain yang dapat menahan panas. Tang panas memiliki
tangkai yang panjang karena sering kali tang panas juga digunakan untuk memegang
benda kerja yang akan di las.

38
7. Sikat Kawat
Sikat kawat berfungsi untuk membersihkan benda kerja yang akan dilas dan sisa-
sisa terak yang masih ada setelah dibersihkan dengan palu terak. Bahan serabut sikat
terbuat dari kawat baja yang tahan terhadap panas dan elastis, dengan tangkai dari kayu
yang dapat mengisolasi panas dari bagian yang disikat.

3.3.3 klalifikasi Las Busur Listrik


Cara pengelasan yang sering digunakan dalam praktek dan termasuk klasifikasi las
busur listrik adalah : las elektroda terbungkus, las busur dengan pelindung gas dan las
busur dengan pelindung bukan gas, las busur rendam.
1. Las elektroda terbungkus
Las elektroda terbungkus menggunakan kawat elektroda logam yang dibungkus
dengan fluks. Busur listrik terbentuk diantara logam induk dan ujung elektroda. Karena
panas dari busur ini maka logam induk dan ujung elektroda tersebut akan mencair dan
kemudian akan mencair bersama.
Mesin las listrik dengan elektroda terbungkus (Shielded metal arc welding)
(SMAW) merupakan metode yang tertua, paling sederhana dan paling gampang
berubah dari proses penyanbungan logam yang ada,
Las tipe ini memiliki beberapa keuntungan yaitu relatif mudah dan dapat diubah-
ubah, membutuhkan relatif sedikit variasi dalam diameter elektroda. Peralatan mesin
listrik ini terdiri dari sebuah power supply, kabel listrik dan pemegang electroda. Hal
yang perlu diperhatikan adalah pemakaian peralatan keamanan terutama kaca, untuk
melindungi mata dari terangnya sinar yang dihasilkan.
2. Busur dengan pelindung gas
Las busur gas adalah cara pengelasan dimana gas dihembuskan kedaerah las untuk
melindungi busur dan logam yang mencair terhadap atmosfir. Gas yang digunakan
sebagai pelindung adalah gas helium (He), gas Argon (Ar), gas karbon dioksida (CO2)
atau campuran dari gas-gas tersebut.

39
3. Las busur dengan pelindung bukan gas
Operasi pengelasan ini sama dengan operasi pada las busur gas. Dalam hal semi
otomatik, kawat las digerakan secara otomatik sedang alat pembakar digerakkan
dengan tangan, sedangkan dalam hal otomatik penuh kedua-duanya digerakan secara
otomatik. Sesuai dengan namanya pengelasan ini tidak menggunakan selubung gas
apapun juga. Karena itu peroses pengelasan menjadi lebih sederhana.Berikut ini adalah
beberapa hal penting dalam las busur tanpa gas:
a. Tidak menggunakan gas pelindung sehingga pengelasan dapat dilakukan dilapangan
yang berangin.
b. Efisiensi pengelasan lebih tinggi dari pada pengelasan dengan busur terlindung.
c. Dapat menggunakan sumber listrik AC.
d. Dihasilkan gas yang banyak sekali.
e. Kualitas pengelasan lebih rendah daripada pengelasan yang lain.
Dalam pengelasan ini menggunakan kawat las berisi fluks yang bersifat: dapat
menghasilkan gas yang banyak dan dapat membentuk terak, mempunyai sifat
deoksidator dan denitrator dan dapat memantapkan busur.
4. Las busur rendam
Las busur rendam adalah suatu cara mengelas dimana logam cair dihitung dengan
fluks yang diatur melalui suatu penampung fluks dan logam pengisi yang berupa kawat
pejal diumpankan secara terus-menerus. Dalam pengelasan ini busur listriknya terendam
dalam fluks. Hal-hal penting dalam pengelaan ini adalah :
a. Karena seluruh cairan tertutup oleh fluks maka kwalitas daerah las sangat baik.
b. Karena dapat digunakan kawat las yang besar, maka arus pengelasan juga besar
sehingga penetrasi cukup dalam dan efisiensi pengelasan tinggi.
c. Karena kampuh las dapat dibuat kecil maka bahan las dapat dibuat hemat.
d. Karena prosesnya secara otomatik, maka tidak diperlukan keterampilan juru las yang
tinggi dan perubahan-perubahan teknik pengelasan yang dilakukan oleh juru las tidak
banyak pengaruhnya terhadap kualitas las.
e. Posisi pengelasan terbatas hanya pada posisi horisontal.
f. Karena prosesnya otomatik, maka penggunaannya lebih terbatas bila dibandingkan
dengan las dengan tangan atau semi otomatik.

40
3.4 PELAKSANAAN / CARA PRAKTIKUM
Adapun langkah-langkah Pengerjaan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat yang akan digunakan seperti (alat potong, kikir, meteran, elektroda,
dll.)
2. Memotong bahan benda kerja sesuai ketentuan.
3. Menghilangkan kerak hasil lasan dengan palu terak.
4. Mengerinda ujung dari 1 pasang plat dengan tipe yang berbeda ( bentuk V ).
5. Melakukan pengelasan terhadap kedua benda kerja tersebut dengan tipe pengelasan
yang berbeda ( bentuk V, dan I ).
6. Membersihkan hasil lasan dengan sikat baja.

Untuk lebih jelasnya bentuk pengelasan yang dilakukan dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :

Gambar 3.3. Bentuk Pengelasan Kampuh V

Gambar 3.4. Bentuk Pengelasan Kampuh I

41
3.5 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.5.1 Hasil Proses Pengelasan

Gambar 3.4. Hasil Pengelasan Kampuh V

Gambar 3.5. Hasil Pengelasan Kampuh I

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan


Diameter Waktu
Tipe Arus Tegangan
Elektroda Faktor daya Pengelasan
sambunga Listrik I V
(d) (cos phi) t
n (Ampere) (Volt)
(mm) (s)
V 2,6 90 400 0,8 29,79
I 2,6 90 400 0,8 55,23

42
3.5.2 Pembahasan
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga
elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus
sampai habis. Dalam praktikum kali ini logam yang disambung adalah logam ST-37
dengan panjang 100 mm dan tebal 5 mm, dimana dalam praktikum ini digunakan settingan
tegangan dan arus pada trafo yaitu 400 volt dan 90 ampere.
Pertama-tama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah memotong logam atau
benda kerja dengan panjang 100 mm sebanyak 4 bahan baku, ke empat bahan baku
tersebut kemudian dibuat menjadi dua tipe sambungan atau kampuh yang berbeda yaitu
kampuh v dan kampuh i. terlebih dahulu sebelum mengelas benda kerja, kami memulai
latihan mengelas dengan menggunakan sisa-sisa material lasan kelompok sebelumnya,
ketika kami sudah merasa bisa untuk mengelas, maka kami langsung mulai mengelas
material kampuh v dan kampuh I tersebut.
Dalam pengelasan listrik kali ini kami mengunakan diameter kawat elektroda ukuran
2,6 mm, oleh karena itu kami mengatur arus dari trafo yaitu 90 ampere. Jika arus Jika kita
tidak menyesuaikan arus yang dikeluarkan oleh trafo dengan diameter elektroda yang
digunakan, maka hasil pengelasan tidak akan baik. Arus yang besar dengan diameter
elektroda yang kecil akan mengakibatkan elektroda cepat mencair sehingga waktu
pengelasan akan menjadi lebih cepat namun hasil lasanya kurang baik, dan apabila kita
menggunakan arus yang kecil dengan diameter elektroda yang besar, maka hal itu akan
menyebabkan elektroda lama mencair sehingga waktu pengelasan akan menjadi lebih lama
dan hasil pengelasannya akan sulit menjadi baik.
Ketika mengelas sudut kemiringan elektroda harus dijaga agar hasil lasan menjadi
baik, sudut kemiringan ketika mengelas yang baik antara 70o sampai 80o. Jarak antara
elektroda dengan benda keja juga harus dijaga agar hasil lasan menjadi baik, jika jaraknya
terlalu dekat hasil lasan akan terlalu tebal atau bahkan dapat menyebabkan bahan baku
menjadi rusak. Apabila jarak antara elektroda dengan bahan baku terlalu jauh, maka akan
menyebabkan hasil lasan menjadi putus-putus.

43
Dari hasil praktikum didapatkan hasil yaitu waktu pengelasan untuk kampuh I lebih
lama dibandingkan kampuh v. hal ini disebabkan kerena pada pengelasan kampuh I kami
mengelas spesimen dengan cara bolak balik, tidak seperti kampuh v yang hanya dilas
bagian atasnya saja. Dalam pengelasan ini sendiri yang harus tetap dijaga adalah ketelitian
dan hati-hati dalam mengelas, agar kita tetap aman dan hasil yang diperoleh menjadi baik.

44
3.6 PENUTUP
3.6.1 Kesimpulan

Dari hasil pengelasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:


1. Las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan
nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung.
2. Ukuran diameter elektroda dan arus yang dikeluarkan dari trafo harus
disesuaikan.
3. Arus yang besar dengan diameter elektroda yang kecil akan menyebabkan
elektroda cepat mencair.
4. Arus yang besar dengan diameter elektroda yang kecil akan menyebabkan
elektroda cepat mencair
5. Sudut kemiringan elektroda yang baik ketika mengelas berkisar antara 70o
sampai 80o.
6. Jika jarak elektroda terlalu dekat dengan benda kerja ketika mengelas, hasil lasan
tidak akan baik , dan juga dapat merusak benda kerja.
7. Jika jarak elektroda terlalu jauh dengan benda kerja ketika mengelas, maka hasil
lasan akan menjadi putus-putus.
8. Pengelasan kampuh I memiliki waktu yang lebih lama disebabkan karena
pengelasannya secara bolak-balik.
9. Dalam praktikum pengelasan diperlukan ketelitian dan hati-hati, agar kita tetap
aman dan selamat, dan agar hasil lasan yang diperoleh menjadi baik.
3.6.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya ketika praktikum ke depan nantinya digunakan alat-alat kerja yang
lebih baik lagi agar praktikum dapat berjalan lancar.

45

Вам также может понравиться