Вы находитесь на странице: 1из 20

MAKALAH

ENERGI SAMUDRA

Disajikan pada Mata Kuliah PTP365 Teknik Konversi dan Konservasi


Energi
Dosen Pengampu : Edo Saputra, S.TP., MP

Disusun Oleh:
Kelompok V1
1. Robbi Agustian J1B115041 (10)
2. Al Azhar Fauzan J1B116015 (22)
3. Yenni Tri Kartika J1B115036 (12)
4. Wira Enjelina Sitorus J1B115043 (12)
5. Randa Saputra J1B115048 (17)
6. M. Ribut Wahyu P. J1B115029 (08)
7. M. Rezki Azkialana J1B115052 (19)

TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

MARET 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan atas kemurahan Allah SWT


yang telah memberi rahmat dan karunia yang tiada terputus serta yang telah
memberi kesehatan kepada penulis, sehingga makalah yang berjudul “Energi
Samudra” dapat terselesaikan. Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Adapun tujuan penyusunan makalah ini
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teknik Konversi dan Konservasi Energi.
Dalam kesempatan ini, penulis menghanturkan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu memberi dukungan yang sangat berharga pada
penyusunan makalah ini, khususnya kepada:
1. Bapak Edo Saputra, S.TP., MP sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknik
Konversi dan Konservasi Energi
2. Orang tua dan keluarga atas doa nya, serta
3. Teman-teman atas dukungan dan kerjasamanya dalam penyusunan makalah
ini.
Penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Penulis menyadari makalah ini
mempunyai banyak kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun tentu
sangat berarti bagi penulis.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jambi, Maret 2018

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................2
BAB II ISI........................................................................................................3
2.1 Energi Samudra...................................................................................3
2.2 Aplikasi Energi Samudra.....................................................................2
2.3 Perhitungan Kerja, Daya dan Efisiensi ...............................................2
BAB III PENUTUP.........................................................................................8
3.1 Kesimpulan..........................................................................................8
3.2 Saran....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi memiliki peran penting dan tidak dapat dilepaskan dalam
kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia,
tingkat kebutuhan energi manusia juga semakin meningkat. Terlebih, saat ini
hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi. Seperti yang
telah diketahui terdapat dua kelompok besar energi yang didasarkan pada
pembaharuan. Dua kelompok tersebut adalah energi yang terbarukan dan
energi yang terbatas di alam. Salah satu energi terbarukan yang sangat
berlimpah di dunia adalah energi air atau samudra.
Negara Indonesia merupakan suatu negara yang mempunyai lautan yang
cukup luas yaitu 5,8 juta km2 yang merupakan tiga per empat dari
keseluruhan wilayah Indonesia. Sebagai negara kepulauan dan maritim
terbesar di dunia, Indonesia diberkahi dengan kekayaan laut yang sangat
besar. Akan tetapi sampai saat ini, belum ada pemanfaatan potensi energi
kelautan secara optimum. Sebenarnya potensi tersebut dapat dimanfaatkan
untuk menjawab tantangan kebutuhan energi dalam mendukung
pembangunan nasional.
Merujuk pada Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang energi,
mengamanatkan bahwa dalam rangka mendukung pembangunan nasional
secara berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan energi nasional, maka
pengelolaan energi ditujukan untuk tercapainya kemandirian pengelolaan
energi, terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, terjaminnya
pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu, dan berkelanjutan,
tercapainya peningkatan akses masyarakat, tercapainya pengembangan
kemampuan industri energi dan jasa energi dalam negeri, meningkatkan
profesionalisme sumber daya manusia, terciptanya lapangan kerja, dan
terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Oleh karena itu, pada makalah ini dibahas mengenai pentingnya


pengembangan potensi kelautan yang optimal bagi peningkatan kesejahteraan
bangsa Indonesia. Pengembangan kelautan tersebut diawali dengan adanya

1
isu-isu permasalahan yang ada dan ditindaklanjuti dengan upaya pengelolaan
kelautan dengan menggunakan prinsip-prinsip pengelolaan yang
berkelanjutan, terpadu, dan pemberdayaan masyarakat.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu mengetahui jenis-jenis
energi samudra, mempelajari tentang pengaplikasian energi samudra serta
untuk merngetahui perhitungan kerja, daya dan efisiensi pada energi samudra
sebagai alternatif penghasil energi.

BAB II
ISI

2.1 Energi Samudra


Energi laut merupakan alternatif energi terbaharui dan termasuk
sumberdaya non-hayati yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Selain menjadi sumber pangan, laut juga mengandung beraneka sumberdaya
energi yang keberadaannya semakin signifikan, manakala energi yang
bersumber dari bahan bakar fosil semakin menipis. Laut sebagai Last

2
Frontier di bumi memang menjadi tujuan akhir menjawab tantangan
kekurangan energi. Diperkirakan potensi laut mampu memenuhi empat kali
kebutuhan listrik dunia, sehingga tidak mengherankan apabila berbagai
negara maju telah berlomba memanfaatkan energi ini.
Energi laut atau samudra adalah energi yang dapat dihasilkan dari konversi
gaya mekanik, gaya potensial serta perbedaan temperatur air laut menjadi
energi listrik. Secara umum, potensi energi samudra yang dapat menghasilkan
listrik dapat dibedakan dalam 4 jenis yaitu energi pasang surut (tidal power),
energi gelombang laut (wave energy), energi arus laut (current power), dan
energi panas laut (ocean thermal energy).
2.1.1 Energi Pasang Surut (Tidal Power)
Pasang-surut (pasut) merupakan salah satu gejala alam yang tampak
nyata di laut, yakni suatu gerakan vertikal (naik turunnya air laut secara
teratur dan berulang-ulang) seluruh partikel massa air laut dari permukaan
sampai bagian terdalam dasar laut. Gerakan tersebut disebabkan oleh
pengaruh gravitasi (gaya tarik menarik) antara bumi dan bulan, bumi dan
matahari, atau bumi dengan bulan dan matahari. Energi pasang surut
merupakan bentuk energi dengan memanfaatkan beda ketinggian pada
waktu air laut pasang dan air laut surut. Pasang surut akan bervariasi
dengan waktu dan tingginya tergantung pada posisi relatif matahari, bulan
dan bumi.
Pasang surut menggerakkan air dalam jumlah besar setiap harinya
dan pemanfaatannya dapat menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang
relatif besar. Dalam sehari bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang surut.
Oleh karena waktu siklus bisa diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5 jam
sekali), maka suplai listriknya pun lebih dapat diandalkan daripada
pembangkit listrik bertenaga ombak. Prinsip dasar pembangkit listrik
pasang surut adalah dinamika pergerakan turbin yang dipasang secara
teknis pada pertemuan muara sungai dan laut, serta pemanfaatan energi
potensial dari pasang ke surut.
Listrik tenaga pasang surut memiliki beberapa keunggulan.
Diantaranya adalah bahwa tenaga pasang surut merupakan sumber energi
terbarukan karena pasang surut di planet kita disebabkan oleh interaksi
gaya gravitasi antara bulan dan matahari, serta rotasi bumi, yang berarti

3
bahwa listrik tenaga pasang surut tidak akan habis. Satu keunggulan besar
yang dimiliki tenaga pasang surut dibandingkan beberapa sumber energi
terbarukan lainnya (terutama energi angin) adalah bahwa tenaga pasang
surut merupakan sumber energi yang sangat handal. Hal ini dapat
dipahami karena kita bisa memprediksi kapan air pasang akan naik dan
kemudian surut, karena pasang-surutnya air laut jauh lebih siklik daripada
pola cuaca yang acak. Dan juga, listrik tenaga pasang surut tidak
menghasilkan gas rumah kaca seperti bahan bakar fosil serta limbah
berbahaya seperti dikhawatirkan terjadi pada penggunaan energi nuklir.
Kelemahan utama energi pasang surut adalah pembangkit listrik
pasang surut sangat mahal untuk dibangun. Listrik tenaga pasang surut jika
dibandingkan dengan pembangunan listrik pembangkit atau bahan bakar
fosil biayanya lebih mahal. Namun begitu, pembangkit listrik pasang surut
dibangun hanya sekali dan biaya pemeliharaannya relatif rendah.
2.1.2 Energi Gelombang Laut (Wave Energy)
Gelombang laut merupakan energi dalam transisi, yang merupakan
energi yang terbawa oleh sifat aslinya. Prinsip dasar terjadinya gelombang
laut adalah sebagai berikut ” Jika ada dua massa benda yang berbeda
kerapatannya (densitasnya) bergesekan satu sama lain, maka pada bidang
geraknya akan terbentuk gelombang”.

Gambar. Pergerakan air laut


Gelombang merupakan gerakan naik turunnya permukaan air laut
secara teratur dengan memperlihatkan bagian-bagian yang tinggi sebagai
puncak dan yang rendah sebagai lembah yang bergerak pada arah tertentu.
Bila gelombang mencapai suatu pantai, maka massa air laut akan
menghempas atau memukul ke pantai atau daratan. Gerakan naik turunnya
air laut di laut lepas dan gerakan air laut memukul ke pantai dapat
dikonversikan menjadi energi listrik. Secara gerakan air laut yang naik

4
turun itu dipakai untuk menggerakkan suatu tuas naik turun, atau untuk
menggerakkan suatu pompa, atau menekan kolom udara untuk
menggerakkan baling-baling. Prinsipnya adalah mengkonversi gerak
mekanik menjadi energi listrik.
Angin adalah sumber utama terjadinya gelombang lautan. Dengan
demikian tinggi gelombang, periode, dan arah gelombang selalu
berhubungan dengan kecepatan dan arah angin. Angin dengan kecepatan
rendah akan menyebabkan kecilnya tinggi gelombang dan rendahnya
periode gelombang yang terjadi, sedangkan angin yang kuat dan angin
ribut akan menyebabkan variasi tinggi dan periode gelombang serta
mengarah ke berbagai penjuru. Pada kondisi angin yang baik, gelombang
laut dapat diobservasi secara random, baik untuk tinggi, periode, maupun
arahnya. Angin memberikan pengaruh yang besar terhadap terjadinya
gelombang laut sehingga efisiensi hampir semua konversi energi
gelombang laut dipengaruhi oleh frekuensi angin yang terjadi sepanjang
tahun pada suatu zone lautan tertentu.
2.1.3 Energi Arus Laut (Current Power)
Arus laut adalah sistem sirkulasi dari samudra dalam arah
pergerakan vertikal dan horizontal yang dibangkitkan oleh gaya gravitasi,
gaya gesek angin (wind friction) dan variasi kerapatan air pada bagian
yang berbeda dalam samudra. Aliran arus samudra berada dalam pola yang
sangat kompleks, selain disebabkan oleh faktor yang telah disebutkan di
atas, arus laut juga disebabkan oleh karena adanya topografi dasar samudra
(topography of the ocean floor) dan rotasi bumi (the earth's rotation). Arus
laut merupakan proses pergerakan massa air laut yang berpindah dari satu
tempat ketempat lain secara kontinu atau terjadi secara terus-menerus.
Arus dipermukaan laut terutama disebabkan oleh tiupan angin, sedangkan
arus dikedalaman laut disebabkan oleh perbedaan densitas massa air laut.
Selain itu, arus dipermukaan laut dapat juga disebabkan oleh gerakan
pasang surut air laut atau gelombang. Arus laut dapat terjadi di samudra
luas yang bergerak melintasi samudra (ocean currents), maupun terjadi
diperairan pesisir (coastal currents).
Aliran arus relatif konstan dalam memindahkan sejumlah besar
massa air dari satu tempat ke tempat lainnya. Arus laut terbentuk dari

5
tenaga angin, pasang surut, ataupun perbedaan tekanan. Pembentukan arus
tersebut menghasilkan gerak di perairan, gerak perairan (arus) kemudian
dikonversi menjadi energi listrik. Teknologi konversi arus laut menjadi
energi listrik yang saat ini berkembang adalah dengan menggunakan
turbin. Turbin digerakkan oleh arus laut, kemudian energi gerak (mekanik)
dikonversi menjadi energi listrik. Mekanisme kerja konversi energi ini
tidak jauh berbeda dengan mekanisme konversi energi angin yang juga
memanfaatkan putaran turbin. Prinsip teknologi pembangkit listrik tenaga
arus laut untuk mendapatkan energi optimal memanfaatkan kecepatan arus
laut minimum 2 meter/detik, dengan kecepatan arus ideal sebesar 2,5
meter/detik.
2.1.4 Energi Panas Laut (ocean thermal energy)
Lautan yang meliputi dua per tiga permukaan bumi, menerima energi
panas yang berasal dari penyinaran matahari. Lautan befungsi sebagai
suatu penampungan yang cukup besar dari energi surya yang mencapai
bumi. Kira-kira seperempat dari daya surya sebesar 1,7 x 10 17 watt yang
mencapai atmosfer diserap oleh lautan. Selain itu, air laut juga menerima
energi panas yang berasal dari panas bumi, yaitu magma yang berasal dari
bawah laut. Pemanasan dari permukaan air di daerah tropikal
mengakibatkan permukaaan air laut memiliki suhu kira-kira 27 – 300C.
Bilamana air permukaan yang hangat ini dipakai dalam kombinasi dengan
air yang lebih dingin (5 – 70C) pada kedalaman 500 - 600 meter, maka
suatu sumber energi panas yang relatif besar akan tersedia.
Energi panas laut (cean thermal energy, OTEC) merupakan sumber
energi terbaharukan yang menggunakan bahan bakar (fuel) air laut (warm
water and cold water). Air laut tersebut merupakan media thermal heat
sinar matahari yang digunakan untuk memutar turbin sehingga dapat
menghasilkan listrik dan air tawar. Sistem kerja OTEC ini pada umumnya
terbagi menjadi 2 yaitu open siklus dan closed siklus.
Sistem kerja OTEC mirip dengan sistem kerja siklus hidrologi di
bumi yaitu ketika siang, matahari mengangkat molekul-molekul air
terevaporasi ke awan lalu meniupkan ke arah daratan, dan saat terjadi
kondensasi di awan, maka butiran-butiran air yang tadinya berupa uap
kembali menjadi cair lalu turun ke darat. Sistem kerja inilah yang ditiru

6
OTEC yaitu memompa air laut ke permukaan yang bertemperatur tinggi
(hangat) dan mengevaporasikannya kedalam turbin untuk menghasilkan
listrik kemudian mengkondensasikannya kembali dengan air laut dingin
yang diambil pada kedalaman laut, kemudian siklus berulang.
Energi panas laut memiliki kelebihan maupun kelemahan,
diantaranya sebagai berikut,
Kelebihan:
 Tidak menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya
 Tidak membutuhkan bahan bakar
 Biaya operasi rendah
 Produksi listrik stabil

Kekurangan:
 Jika menggunakan amonia sebagai bahan yang diuapkan
menimbulkan potensi bahaya kebocoran
 Efisiensi total masih rendah sekitar 1%-3%
 Biaya pembangunan tidak murah
2.2 Konversi Energi Samudra
Konversi energi adalah upaya merubah bentuk suatu energi menjadi
bentuk energi lainnya. Konversi energi laut dapat diartikan merubah energi
laut menjadi energi lain yang dapat dimanfaatkan sesuai keperluan manusia,
misalnya energi laut yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik.
2.2.1 Pembangkit Listrik Energi Pasang Surut
Cara ini serupa seperti pembangkitan listrik secara hidro-elektrik yang
terdapat di dam/waduk penampung air sungai. Hanya saja dam yang
dibangun untuk memanfaatkan siklus pasang surut jauh lebih besar
daripada dam air sungai pada umumnya. Dam ini biasanya dibangun di
muara sungai dimana terjadi pertemuan antara air sungai dengan air laut.
Ketika ombak masuk atau keluar (terjadi pasang atau surut), air mengalir
malalui terowongan yang terdapat di dam. Aliran masuk atau keluarnya
ombak dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin.

7
Gambar 2. Prinsip pembangkit listrik pasang surut
Apabila muka air laut (surut) sama tingginya dengan muka air dalam
waduk maka saluran air ke turbin ditutup. Sementara itu muka air laut
(pasang) naik terus. Ketika tinggi muka air laut mencapai kira-kira
setengah tinggi air pasang maksimum, maka katup saluran air ke turbin
dibuka dan air laut masuk ke dalam waduk melalui saluran air ke turbin
dan menjalankan turbin dan generator dalam hal tersebut tinggi muka air
di dalam waduk akan naik. Apabila muka air laut telah mencapai
ketinggian maksimumnya tetapi masih lebih dari muka air dalam waduk,
turbin generator dan air dalam waduk menjadi sangat kecil. Sehingga
turbin generator tidak bekerja pada keadaan tersebut katup simpang yang
menghubungkan laut dengan waduk dibuka, sehingga air laut lebih cepat
masuk mengisi waduk.
Apabila perbedaan tinggi antara permukaan air laut dan permukaan air
dalam waduk sudah cukup besar maka turbin dijalankan dengan
membuka katup air ke turbin. Pada keadaan tersebut air mengalir dari
waduk ke laut melalui turbin sehingga turbin berputar dan permukaan air
dalam waduk turun. Proses ini terus berlangsung sampai tinggi air dalam
waduk tidak cukup untuk menjalankan turbin, dan katup simpang dibuka
supaya air yang masih ada di dalam waduk cepat keluar mengalir ke laut.

8
Dalam keadaan tersebut air laut masih surut atau telah naik tetapi masih
belum mencapai tinggi turbin setelah waduk kosong atau ketika
permukaan air laut dalam waduk sama tingginya dengan muka air laut,
katup simpang dan katup masuk turbin ditutup kembali.
Demikianlah proses tersebut terjadi berulang-ulang mengisi dan
mengosongkan air dalam waduk untuk menjalankan turbin generator
dengan memanfaatkan proses air pasang dan air surut sehingga nantinya
dapat menghasilkan listrik yang disalurkan melalui jaringan.
2.2.2 Pembangkit Listrik Energi Gelombang Laut
Pembangkit Listrik Energi Gelombang Laut ini menggunakan metode
OWC (Ocillating Water Column). OWC merupakan salah satu sistem dan
peralatan yang dapat mengubah energi gelombang laut menjadi energi
listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat OWC ini akan
menangkap energi gelombang yang mengenai lubang pintu OWC,
sehingga terjadi fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam ruang OWC,
kemudian tekanan udara ini akan menggerakkan baling-baling turbin
yang dihubungkan dengan generator listrik sehingga menghasilkan listrik

Gambar . skema oscilatting water column


Pembangkit listrik tenaga gelombang laut dengan teknologi
oscilatting water column ini ditempatkan di tengah laut dan dibuat di atas
sebuah ponton yang dipancangkan di dasar laut menggunakan kawat
baja. Listrik yang dihasilkan dialirkan melalui kabel transmisi menuju ke
daratan.
Sistem pembangkit listrik ini terdiri dari chamber berisi udara yang
berfungsi untuk menggerakkan turbin, kolom tempat air bergerak naik
dan turun melalui saluran yang berada di bawah ponton dan turbin yang

9
terhubung dengan generator. Gerakan air naik dan turun yang seiring
dengan gelombang laut menyebabkan udara mengalir melalui saluran
menuju turbin.
Sistem yang berfungsi mengkonversi energi mekanik menjadi listrik
(turbin, generator) diletakkan di atas permukaan laut dan terisolasi dari
air laut dengan meletakkannya di dalam ruang khusus kedap air, sehingga
bisa dipastikan tidak bersentuhan dengan air laut. Dengan sistem yang
dimilikinya, pembangkit listrik ini bisa memanfaatkan efisiensi optimal
dari energi gelombang dengan meminimalisir yang didapat ketika
gelombang dalam kondisi normal.
Skema pergerakan gelombang laut dengan oscilating water column
(OWC) terdiri dari 2 jenis aliran, yaitu aliran udara masuk dan aliran
udara keluar.

Gambar . Skema pergerakan gelombang laut pada oscilatting water


column
 Aliran udara keluar
Pada aliran udara keluar ini, skema pergerakan gelombang laut
dapat dijelaskan sebagai berikut, pertama diawali dari naiknya
permukaan gelombang laut sehingga menyebabkan udara di dalam
chamber bergerak naik karena ada tekanan dari gelombang laut
(proses 1). Kemudian udara tersebut masuk melewati katub A menuju
ke ruangan X (proses 2). Setelah itu udara ini mengalir menuju
ruangan Y, dimana aliran udara ini menyebabkan turbin berputar
(proses 3). Pada proses ini, energi kinetik yang dihasilkan oleh
perputaran turbin dikopel dengan generator sehingga menghasilkan
energi listrik. Kemudian setelah melewati turbin, udara bertekanan ini

10
mengalir melewati katub D dan selanjutnya mengalir keluar dari
OWC (proses 4).
 Aliran udara masuk
Pada aliran udara masuk ini, skema pergerakan gelombang laut
dapat dijelaskan sebagai berikut, pertama diawali dari turunnya
permukaan gelombang laut sehingga menyebabkan udara dari luar
masuk melewati katub C (proses 1). Kemudian udara tersebut masuk
melewati katub C menuju ke ruangan X (proses 2). Setelah itu udara
bertekanan ini mengalir menuju ruangan Y, dimana aliran udara
bertekanan ini menyebabkan turbin berputar (proses 3). Pada proses
ini, energi kinetik yang dihasilkan oleh perputaran turbin dikopel
dengan generator sehingga menghasilkan energi listrik. Kemudian
setelah melewati turbin, udara bertekanan ini mengalir melewati katub
B dan selanjutnya mengalir menuju kedalam chamber diikuti dengan
turunnya permukaan air laut.
2.2.3 Pembangkit Listrik Energi Arus Laut

Gambar . Pembangkit listrik energi arus laut


Arus laut adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat
lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan
ke samping). Dalam sistem pembangkitan arus laut ada beberapa peralatan
penting yang sangat berperan, diantaranya adalaha sebagai berikut:
 Mesin konversi energi arus laut yang berfungsi untuk menyalurkan
energi kinetik yang dihasilkan oleh arus kemudian dialiran ke
turbin

11
 Turbin yang berfungsi untuk mengubah energi kinetik arus menjadi
enerki mekanik yang dihasilkan oleh perputaran rotor pada turbin
 Generator, didalam generator ini energi mekanik dalam turbin
diubah kembali menjadi energi listrik atau boleh dikatakan
generator ini sebagai pembangkit tenaga listrik
Turbin bergerak dikarenakan adanya arus laut yang disebabkan oleh
pergerakkan lempengan bumi. Turbin ini diranacang mengikuti aliran atau
flow arus laut. Sistem ini ditanamkan ke dasar arus laut yang kencang.
2.2.4 Pembangkit Listrik Energi Panas Laut
Pada teknologi konversi energi panas laut a(Ocean Thermal Energy
Conversion, OTEC), siklus Rankine digunakan untuk menarik arus-arus
energi termal yang memiliki sekurang-kurangnya selisih suhu sebesar
200C. Pada saat ini terdapat dua siklus daya alternatif yang
dikembangkan, yaitu siklus terbuka dan siklus tertutup.

Gambar. Skema Prinsip Konversi Energi Panas Laut (Siklus Terbuka)

12
Gambar. Skema Prinsip Konversi Energi Panas Laut (Siklus Tertutup)

Siklus terbuka dengan mendidihkan air laut yang beroperasi pada


tekanan rendah, menghasilkan uap air panas yang melewati turbin
penggerak/generator. Siklus tertutup menggunakan panas permukaan laut
untuk menguapkan fluida pengerak dengan Amonia atau Freon. Uap
panas menggerakan turbin, kemudian turbin berkerja menghidupkan
generator untuk menghasilkan listrik. Prosesnya, air laut yang hangat
dipompa melewati tempat pengubah dimana fluida pemanas tekanan
rendah diuapkan hingga menjalankan turbo-generator. Air dingin dari
dalam laut dipompa melewati pengubah kedua dengan mengubah uap
menjadi cair kemudian dialiri kembali dalam sistem. Dalam siklus
terbuka, air laut digunakan sebagai medium kerja maupun sebagai
sumber energi. Air hangat yang berasal dari permukaan laut diuapkan
dalam suatu alat penguap (flash evaporator) dan menghasilkan uap air
dengan tekanan yang sangat rendah. 0,02 hingga 0,03 bar dan suhu kira-
kira 200C. Uap itu memutar sebuah turbin uap yang merupakan
penggerak mula bagi generator yang menghasilkan energi listrik
(Gambar terbuka). Karena tekanan uap itu rendah sekali maka ukuran-
ukuran turbin menjadi sangat besar. Setelah melewati turbin, uap yang
sudah dimanfaatkan dialirkan ke sebuah kondensor yang menghasilkan
air tawar. Kondensor didinginkan oleh air laut yang berasal dari lapisan

13
bawah permukaan laut. Dengan demikian, metode dengan siklus ini
menghasilkan energi listrik maupun air tawar.
Masalah dengan metode ini adalah bahwa ukuran-ukuran turbin
menjadi sangat besar oleh karena tekanan uap yang begitu rendah.
Sebagai contoh, sebuah modul sebesar 10 MW yang terdiri atas penguap,
turbin dan kondensor, akan memerlukan ukuran garis tengah dan panjang
100 meter. Dalam kaitan ini maka metode kedua, yaitu dengan siklus
tertutup, merupakan pilihan yang pada saat ini lebih disukai dan
digunakan banyak proyek percobaan. Seperti yang terlihat pada gambar
(tetrtutup), air permukaan yang hangat dipompa ke sebuah penukar panas
atau evaporator, dimana energi panas dilepaskan kepada suatu medium
kerja, misalnya amonia. Amonia cair itu akan berubah menjadi gas
dengan tekanan kira-kira 8,7 bar dan suhu 210C. Turbin berputar
menggerakkkan generator listrik yang menghasilkan energi listrik. Gas
amonia akan meninggalkan turbin pada tekanan kira-kira 5,1 bar dan
suhu 110C dan kemudian di bawa ke kondensor. Pendinginan pada
kondensor mengakibatkan gas amonia itu kembali menjadi bentuk benda
cair.
2.3 Perhitungan daya dan efisisensi
2.3.1 Perhitungan Daya
Pengembangan teknologi ekstraksi energi laut ini dilakukan dengan
mengadaptasi prinsip teknologi ekstraksi energi dari angin yang telah
lebih dulu berkembang yaitu dengan mengubah energi kinetik dari laut
menjadi energi listrik. Kapasitas daya yang dihasilkan dihitung dengan
pendekatan matematis sebagai berikut:
P = 0.593 x 0.5 x ρ x A x V3
Dimana,
P = Daya listrik yang dihasilkan (KW)
ρ = Berat Jenis Air laut (1.025 kg/m³)
V = Kecepatan Arus (m/s)
A = Luas penampang piringan turbin (m2)
0.593 = Besaran efisiensi berdasarkan ketetapan Betz
Contoh:
Pengukuran kecepatan arus dilakukan sebanyak 3 kali
percobaan. Pada percobaan pertama yang dilakukan pada sore hari,
hasil yang tercatat pada stopwatch selama 4 detik yaitu 0,75 m/s.
Percobaan kedua yang dilakukan pada siang hari, hasil yang

14
tercatat selama 7 detik yaitu 0,43 m/s. Pada percobaan yang ketiga
yang dilakukan pada sore hari untuk hari ke 2 yaitu sebesar 0,6
m/s. Untuk turbin yang digunakan yaitu turbin kolold dengan luas
permukaan 36 m2.
Dik: A = 36 m2
ρ = 1.025 kg/ m³
V1 = 0.75 (m/s)
V2 = 0.43 (m/s)
V3 = 0.6 (m/s)
Dit: daya listrik yang dihasilkan
Jawab:
P1 = 0.593 x 0.5 x A x ρ x V3
P1 = 0.593 x 0.5 x 36 x 1.025 x 0.753
P1 = 4.61 KW

P2 = 0.593 x 0.5 x A x ρ x V3
P2 = 0.593 x 0.5 x 36 x 1.025 x 0.433
P2 = 0.86 KW

P3 = 0.593 x 0.5 x A x ρ x V3
P3 = 0.593 x 0.5 x 36 x 1.025 x 0.63
P3 = 2.36 KW
Dari hasil perhitungan, dapat disimpulkan maka daya listrik
yang diperoleh dari perhitungan ini yaitu sebesar 0.86 KW –
4.61 KW.

2.3.2 Perhitungan Efisiensi


Efisiensi maksimum dari sebuah sistem OTEC dapat dihitung
dengan mengkonversi panas yang disimpan di lautan.

Dimana,
ηmax = Efisiensi Carrnott
Tw = Temperatur absolut dari air hangat
Tc = Temperatur absolut dari air dingin
Contoh:
Untuk wilayah laut dengan temperatur permukaan rata-rata
tiap tahunnya adalah berkisar 26.7 0C hingga 29.4 0C dengan cold
water pada 4.4 0C atau dibawah kedalaman 900 m. Berapakah

15
perbandingan dari energi atau hasil kerja pada sistem ke dalam
input energi.
Dik:
Tw = 26.7 0C - 29.4 0C
2
0
Tw = 28.05 C
Tc = 4.4 0C
Dit: ηmax
Jawab:

ηmax = 28.05 0C - 4.4 0C


28.05 0C
ηmax = 0.843
ηmax = 8.43 %
Jadi nilai efisiensi dari sebuah OTEC tersebut yaitu 8.43 %

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa energi laut memiliki
potensi yang cukup besar untuk dikembangkan mengingat negara Indonesia
memiliki sepertiga dari jumlah keseluruhan willayah adalah lautan. Energi
laut atau samudra adalah energi yang dapat dihasilkan dari konversi gaya
mekanik, gaya potensial serta perbedaan temperatur air laut menjadi energi
listrik. Energi samudra dapat di konversi menjadi beberapa jenis antara lain
energi pasang surut (tidal power), energi gelombang laut (wave energy),
energi arus laut (current power), dan energi panas laut (ocean thermal
energy).
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan diharapkan agar
penerapan energi laut atau samudra dapat diterapkan di Indonesia mengingat
bahwa sumber daya laut di Indonesia sangat melimpah dikarenakan Indonesia
adalah negara kepulauan. Selain itu perlunya mensosialisasikan pentingnya
energi samudra untuk memenuhi kebutuhan listrik masa depan, jika perlu
pemerintah menggalang kerjasama dengan pihak swasta dalam
pengembangan energi samudra

16
DAFTAR PUSTAKA

Beben Rachmat, Ediar Usman dan Dida Kusnida. 2012. “Potensi Arus Laut dan
Konversi Daya Listrik Sebagai Energi Baru Terbarukan di Perairan
Palalawan dan Indragiri Hilir, Provinsi Riau”. Jurnal Geologi Kelautan Vol.
10. No. 2
Dewi Surinati. 2007. “Pasang Surut Dan Energinya”. Oseana, Vol. 31. No. 1, 15-
22 hlm
Ferry Johnny Sangari. 2014. “Perancangan Pembangkit Listrik Pasang Surut Air
Laut”. Teknologi dan Kejuruan. Vol. 37. No. 1. 187-196 hlm
I Wayan Arta Wijaya. 2010. “Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
Menggunakan Teknologi Oscilating Water Column di Perairan Bali”. Jurnal
Teknologi Elektro. Vol. 166. No.2
Noir Primadona Purba. 2014. “Variabilitas Angin dan Gelombang Laut sebagai
Energi Terbarukan di Pantai Selatan Jawa Barat”. Jurnal Akuatika. Vol. 1
No. 1. 8-15 hlm

17

Вам также может понравиться