Вы находитесь на странице: 1из 58

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN FASE PRE OPERATIF


Ruang Perawatan : Maria Joseph Autoanamnese :√
Kamar : IA Bed 2 Alloanamnese :√
Normor CM/DM : 270676 Tanggal Masuk RS : 21/02/2015(12.55)
Nomor Register : 1688 Tanggal Pengkajian: 23/02/2015(11.10)

1. Identitas

a. Pasien
Nama inisial : Tn. M.S.
Umur : 68 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Status : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Suku bangsa : Minahasa
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Pinaras Lingkungan VI, Tomohon
Selatan
b. Identitas Penanggung
Nama inisial : Ny. M.E.
Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pinaras Lingkungan VI, Tomohon
Selatan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan pasien : Istri
2. Data Medik
a. Diagnosa Medik
Saat masuk : Orchitis Dextra et Sinistra (Bilateral)
(Sabtu, 21 Februari 2015).
Saat pengkajian : Hidrokel Bilateral (Senin, 23 Februari
2015)
b. Kelainan bawaan atau trauma kelainan
Pasien mengatakan tidak memiliki kelainan bawaan sejak lahir.
c. Riwayat tumbuh kembang sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak mengalami kelainan tumbuh kembang
sebelumnya.
d. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi seperti makanan, debu,
udara, maupun obat-obatan.

3. Keadaan Umum
a. Keadaan Sakit
Pasien tampak sakit sedang.
Alasan : Karena keadaan umum pasien tampak lemah, terdapat nyeri
tekan pada daerah skrotum terutama pada skrotum daerah
sinistra. Nyeri dirasakan menyebar hingga ke daerah abdomen
kuadran kanan dan kiri bawah. Ekspresi wajah tampak
meringis. Jika nyeri dirasakan pasien tampak memegang
daerah nyerinya. Terpasang IVFD cairan RL 20 tetes/menit di
lengan kanan.
b. Pemeriksaan Status Kesadaran
1) Kualitatif : Pasien sadar penuh
2) Kuantitatif : GCS (Glasgow Coma Scale)
a) Respon membuka mata : Nilai 4 (Pasien membuka mata
spontan).
b) Respon Bicara : Nilai 5 (Pasien orientasi penuh).
c) Respon Motorik : Nilai 6 (Pasien mampu mengikuti
perintah sederhana).
Jumlah : 15
Kesimpulan : Pasien sadar penuh (Compos
Mentis).
c. Pemeriksaan Tanda - tanda Vital
1) Tekanan darah
Lokasi : Dilengan kanan
Hasil : 110/80 mmHg
Sistol + 2 . Diastol 110 + 2 . 80 270
MAP : = = =
3 3 3
90 mmHg
Kesimpulan : Perfusi darah ke arteri coronary, otak, dan
ginjal dalam batas normal. (Nilai normal 70
– 110 mmHg).
2) Nadi
Lokasi : Di arteri radialis
Hasil : 80 x / Menit
Irama : Reguler
Kesimpulan : Denyut nadi dalam batas normal. (Normal
60 - 100x/menit).
3) Pernapasan
Hasil : 24 x / Menit
Irama : Teratur
Jenis pernapasan : Perut
Kesimpulan : Frekuensi pernapasan dalam batas normal.
(Norrmal 16 – 25 x/menit).
4) Suhu tubuh
Lokasi : Axilla Kanan
Hasil : 37,5° Celcius
d. Pengukuran
1) Tinggi badan : 170 cm
2) Berat badan : 67 kg
3) Indeks massa tubuh
Berat badan 67 67
Rumus : = 170 = 1,7 𝑥 1,7 =
Tinggi badan(m2 )
67
= 23,9
2,89

Keterangan :
 BB Kurang : <18,50
Kurus Kering : <16,00
Kurus Sedang : 16,00 – 16,99
Kurus Ringan : 17,00 – 18,49
 BB Normal : 18,50 – 24,99
 BB Lebih : 25,00 – 29,99
 Kegemukan/Obesitas : ≥30,00
Obesitas derajat I : 30,00 – 34,99
Obesitas derajat II : 35,00 – 39,99
Obesitas derajat III : ≥40,00
Kesimpulan : Pasien tergolong dalam Berat Badan normal
(18,50 – 24,99).
e. Pemeriksaan Khusus Nyeri (PQRST)
Lokasi nyeri : Pasien mengatakan nyeri di daerah skrotum.
1) P (Paliative/ Provocative)
Pasien mengatakan faktor yang membuat nyeri semakin bertambah
yaitu pada saat banyak bergerak, bagian skrotum disentuh terutama
skrotum sinistra, serta saat mengangkat beban berat dan faktor yang
membuat nyeri dapat berkurang adalah saat pasien diam, tidak
beraktivitas ataupun dalam keaadaan istirahat.
2) Q (Quality/ Quantity)
Pasien mengatakan kualitas nyeri dapat dikarakteristikkan seperti di
pukul benda tumpul dan sifatnya hilang timbul.
3) R (Region/Radiation)
Pasien mengatakan nyeri dirasakan dibagian skrotum terutama
skrotum sinistra dan menyebar/menjalar ke bagian abdomen kuadran
kanan dan kiri bawah.
4) S (Scale/ Severity)
Skala nyeri : 8
Intensitas nyeri : Nyeri berat terkontrol
Ekspresi wajah : Meringis
5) T (Time)
Durasi nyeri : ± 5 menit
Frekuensi nyeri : Tidak menentu, hanya jika pasien bergerak
atau daerah skrotum tersentuh.
f. Pengkajian Khusus Ansietas Hamilton Rating Scale For Anxiety
(HARS)
SCORE
No PERTANYAAN
0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
1) Cemas
2) Firasat Buruk √
3) Takut Akan Pikiran Sendiri
4) Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
1) Merasa Tegang
2) Lesu
3) Tak Bisa Istirahat Tenang √
4) Mudah Terkejut
5) Mudah Menangis
6) Gemetar
7) Gelisah
3 Ketakutan
1) Pada Gelap
2) Pada Orang Asing
3) Ditinggal Sendiri √
4) Pada Binatang Besar
5) Pada Keramaian Lalu Lintas
6) Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
1) Sukar Masuk Tidur
2) Terbangun Malam Hari
3) Tidak Nyenyak
4) Bangun dengan Lesu √
5) Banyak Mimpi-Mimpi
6) Mimpi Buruk
7) Mimpi Menakutkan

5 Gangguan Kecerdasan
1) Sukar Konsentrasi √
2) Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
1) Hilangnya Minat
2) Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi √
3) Sedih
4) Bangun Dini Hari
5) Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang
Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
1) Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
2) Kaku √
3) Kedutan Otot
4) Gigi Gemerutuk
5) Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
1) Tinitus
2) Penglihatan Kabur √
3) Muka Merah atau Pucat
4) Merasa Lemah
5) Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
1) Takhikardia
2) Berdebar
3) Nyeri di Dada √
4) Denyut Nadi Mengeras
5) Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau
Pingsan
6) Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
1) Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
2) Perasaan Tercekik √
3) Sering Menarik Napas
4) Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
1) Sulit Menelan
2) Perut Melilit
3) Gangguan Pencernaan
4) Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
5) Perasaan Terbakar di Perut √
6) Rasa Penuh atau Kembung
7) Mual - Muntah
8) Buang Air Besar Lembek
9) Kehilangan Berat Badan
10) Sukar Buang Air Besar
(Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
1) Sering Buang Air Kecil
2) Tidak Dapat Menahan Air Seni
3) Amenorrhoe
4) Menorrhagia √
5) Menjadi Dingin (Frigid)
6) Ejakulasi Praecocks
7) Ereksi Hilang
8) Impotensi
13 Gejala Otonom
1) Mulut Kering
2) Muka Merah
3) Mudah Berkeringat √
4) Pusing, Sakit Kepala
5) Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
1) Gelisah
2) Tidak Tenang
3) Jari Gemetar
4) Kerut Kening √
5) Muka Tegang
6) Tonus Otot Meningkat
7) Napas Pendek dan Cepat
8) Muka Merah
SCORE 0 5 8 3 0
TOTAL SCORE 16

Keterangan :
SCORE :
0 = Tidak Ada Gejala Sama Sekali
1 = Ringan (satu dari gejala yang ada)
2 = Sedang (separuh dari gejala yang ada)
3 = Berat (lebih dari separuh gejala yang ada)
4 = Berat Sekali (semua gejala nampak)
TOTAL SCORE :
< 14 = Tidak Ada Kecemasan
14 – 20 = Kecemasan Ringan
21 – 27 = Kecemasan Sedang
28 – 41 = Kecemasan Berat
42 – 56 = Kecemasan Berat Sekali
Kesimpulan : Pasien berada dalam rentang kecemasan ringan (14 – 20).
4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kulit
Saat dilakukan pemeriksaan, tidak terdapat tanda dehidrasi melalui
pemeriksaan finger print, kulit teraba hangat dan lembab, turgor kulit
elastis, warna kulit sawo matang, tidak terdapat ikterik, terdapat
gangguan kulit berupa bintik-bintik merah dan terasa gatal pada
pergelangan kaki sinistra, serta kulit tampak kotor.
b. Kepala dan rambut
Saat dilakukan pemeriksaan, bentuk kepala mesosephal, tidak terdapat
luka di kulit kepala, tidak terdapat benjolan, penyebaran rambut merata,
warna rambut hitam beruban, rambut mudah rontok dan berketombe,
rambut dan kulit kepala tampak kotor dan berbau, rambut tampak
pendek, serta tidak terdapat nyeri tekan.
c. Mata
Saat dilakukan pemeriksaan, pasien tampak tidak menggunakan kaca
mata, tidak ada raccoon eye’s, tidak terdapat edema pada palpebrae,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus, tampak pupil isokor
(bulat, sama besar, diameter kira – kira 2 mm), refleks pupil terhadap
cahaya positif, tekanan intra okuler mata kiri dan kanan sama, fungsi
penglihatan pasien mulai menurun.
d. Telinga
Saat dilakukan pemeriksaan, canalis tampak kotor, terdapat serumen,
tidak terdapat battle sign, membran timpani utuh, tampak tidak
menggunakan alat bantu dengar, fungsi pendengaran baik, serta tidak
terdapat otorhea.
e. Hidung
Saat dilakukan pemeriksaan, tampak posisi septum ditengah, terdapat
secret dalam rongga hidung, tidak terdapat peradangan pada mukosa
hidung, tidak ada perdarahan, tidak ada nyeri tekan pada sinus, fungsi
penciuman baik, serta tidak menggunakan alat bantu pernapasan dan
tidak terdapat selang NGT.
f. Rongga mulut, gigi, lidah dan tonsil
Saat dilakukan pemeriksaan, rongga mulut tampak kotor dan berbau,
tidak terdapat sariawan, tidak terdapat luka pada mukosa bibir, tampak
beberapa gigi sudah tanggal yaitu 4 buah gigi geraham, tidak
menggunakan gigi palsu dan kawat gigi, terdapat karang gigi, tidak
terdapat perdarahan dan luka pada gusi, lidah tampak bersih, tidak ada
peradangan atau pus pada tonsil, serta ukuran tonsil normal yaitu T1.
g. Leher
Saat dilakukan pemeriksaan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
pembesaran kelenjar getah bening, tidak terdapat kaku kuduk, serta nilai
JVP normal yaitu 5 + 0 cm air.
h. Thoraks dan pernapasan
Saat dilakukan pemeriksaan, bentuk thoraks normal, frekuensi
pernapasan 24 x/menit, pernapasan teratur, tampak menggunakan jenis
pernapasa perut, tidak terdapat tanda – tanda dyspneu, tidak terdapat
sianosis pada daerah bibir dan perifer kuku, vokal fremitus teraba sama
kiri dan kanan, perkusi paru normal yaitu terdengar bunyi sonor serta
bunyi pekak pada daerah hepar dan jantung, suara pernapasan normal
yaitu vesikuler, tidak terdapat suara tambahan, serta pasien tampak
batuk.
i. Jantung
Pada saat dilakukan pemeriksaan, ictus cordis nampak dan teraba pada
ICS V midklavikularis sinistra, heart rate 80 x/ menit.
Batas jantung : Batas atas jantung pada ICS II. Batas kanan jantung
pada linea sternalis dextra. Batas kiri jantung pada linea
midklavikularis sinistra. Batas bawah jantung pada ICS
V midklavikularis sinistra.
Bunyi jantung : Bunyi jantung II katub aorta terdengar bunyi tunggal
pada ICS II linea sternalis dextra. Bunyi jantung II
katub pulmonalis terdengar bunyi tunggal pada ICS II
dan III pada sternalis sinistra. Bunyi jantung 1 katub
trikuspidalis terdengar bunyi tunggal pada ICS IV linea
sternalis sinistra. Bunyi jantung I katub mitralis
terdengar bunyi tunggal pada ICS V midklavikularis
sinistra.
j. Abdomen
Saat dilakukan pemeriksaan, bentuk abdomen datar, tidak terdapat bekas
luka operasi, dinding perut teraba lemas, terdapat nyeri tekan pada
kuadran kanan dan kiri bawah, tidak terdapat benjolan, tidak ada
pembesaran hepar, suara perkusi abdomen normal yaitu tympani, serta
tidak terdapat tanda nyeri pada perkusi ginjal.
k. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas
Saat dilakukan pemeriksaan, tidak terdapat edema, tidak terdapat
atrofi otot, tidak terdapat luka, fraktur, dislokasi, dan kaku sendi,
rentang gerak terbatas, serta terpasang IVFD di lengan kanan cairan
RL 20 tetes/menit.
2) Ekstremitas bawah
Saat dilakukan pemeriksaan, tidak terdapat adanya edema, terdapat
atrofi otot, tidak terdapat luka, fraktur, dislokasi, dan kaku sendi,
rentang gerak bebas, serta terdapat lesi pada pergelangan kaki
sinistra.
Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah :
Kanan Kiri
5 5
4 4
Kanan Kiri
Keterangan :
0 = Tidak ada pergerakan dan kontraksi otot, jatuh pasif 100%
1 = Ada sedikit kontraksi, sedikit gerakan dan tahanan sewaktu jatuh
2 = Hanya mampu menahan grafitasi, tetapi akan jatuh dengan
sentuhan
3 = Mampu menahan tegak walupun sedikit didorong, tetapi tidak
mampu melawan tekanan/dorongan
4 = Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain
5 = Kekuatan Utuh
3) Refleks fisiologis
Refleks Kiri Kanan Keterangan
Bisep + + (Fleksi siku dan kontraksi bisep)
Trisep + + (Ekstensi siku dan kontraksi trisep)
Patela + + (Ekstensi lutut dan kontraksi
quadrisep)
Achiles + + (Fleksi bagian plantar)

4) Refleks Patologik
Refleks Telapak Telapak Keterangan
Patologi kaki kiri kaki kanan
(Kelima jari akan
Babinski - - melakukan gerakan plantar
fleksi)

l. Kolumna vertebralis
Pada saat dilakukan pemeriksaan, bentuk kolumna vertebralis normal,
tidak terdapat adanya luka, benjolan dan nyeri.
m. Genitalia
Saat dilakukan pemeriksaan, pasien berjenis kelamin laki – laki, terdapat
pembesaran dan kemerahan pada testis kiri dan kanan, tidak ada
pengeluaran pus atau cairan pada mulut uretra, kedua testis tampak
edema terutama testis dekstra, testis teraba elastis, terdapat nyeri tekan
pada kedua testis terutama testis sinistra, serta palpasi kandung kemih
teraba kosong.
n. Bokong dan anus
Saat dilakukan pemeriksaan, tidak ditemukan adanya tanda - tanda luka
maupun lesi pada bokong, ada saluran pembuangan anus, tidak ada luka
atau radang pada anus, tidak ada perdarahan, hemoroid dan fistula.
5. Pengkajian 12 Pola Persepsi Kesehatan
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan kegitan sehari-harinya adalah sebagai seorang
petani air nira. Mandi kadang hanya satu kali dalam sehari karena
jika kembali dari kebun pasien sudah merasa lelah.
2) Riwayat penyakit saat klien masuk rumah sakit (Sabtu, 21 Februari
2015)
a) Keluhan utama saat klien masuk rumah sakit
Pasien mengatakan nyeri abdomen bagian bawah hingga ke
daerah skrotum.
b) Riwayat keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri abdomen hingga daerah skrotum
dirasakan sejak Jumat 20 Februari 2015. Pasien mengatakan pada
hari Sabtu 21 Februari 2015 sekitar pukul 12.20 WITA pasien
dibawah ke RSU Gunung Maria Tomohon oleh keluarga,
kemudian dilakukan pemeriksaan dan dokter menganjurkan
untuk rawat inap. Pasien mengatakan skrotum membesar sejak ±
2 tahun yang lalu, dan akan terasa nyeri pada daerah skrotum bila
pasien mengangkat beban berat.
c) Keluhan lain yang menyertai saat klien masuk rumah sakit
Pasien mengatakan badan terasa lemah dan batuk sejak 4 hari
yang lalu. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan disertai
dengan demam dan nyeri kepala.
3) Riwayat penyakit saat dilakukan pengkajian (Sabtu, 21 Februari
2015)
a) Keluhan utama saat dilakukan pengkajian
Pasien mengatakan nyeri daerah skrotum hingga ke abdomen
kuadran bawah.
b) Riwayat keluhan utama saat dilakukan pengkajian
Pasien mengatakan nyeri daerah skrotum hingga ke daerah
abdomen semakin lama semakin terasa. Pasien mengatakan nyeri
hilang timbul, akan lebih terasa jika bergerak, durasi nyeri ± 5
menit, skala nyeri 8, nyeri berat terkontrol, ekspresi wajah
tampak meringis sehingga dokter mengindikasikan untuk operasi.
4) Riwayat penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya. Pasien mengatakan pernah dirawat di RSU Gunung
Maria Tomohon ini ± 1 minggu karena mual dan muntah sekitar
tahun 2010 yang lalu. Pasien mengatakan tidak ada riwayat
pembedahan, jika sakit memeriksakan diri ke puskesmas atau RS
terdekat. Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap
makanan, debu, udara maupun obat – obatan. Pasien mengatakan
dirinya seorang perokok, ± 12 batang atau sebungkus dalam sehari.
Pasien juga mengatakan bahwa dirinya seorang peminum alkohol
yaitu air nira ± ¼ gelas setiap kali akan makan.
b. Pola nutrisi dan metabolik
1) Keadaan sebelum sakit
Makan : Pasien mengatakan frekuensi makan ± 2 kali dalam sehari.
Jenis makanan yang dimakan nasi, kadang sayur, ikan dan
kadang daging. Pasien mengatakan tidak terlalu suka
makan sayur kecuali sayur pahit adalah makanan
kesukaannya. Pasien mengatakan tidak ada gangguan atau
masalah saat makan.
Minum : Pasien mengatakan sering – sering minum, terutama kopi.
Pasien minum air masak hanya 1 gelas dalam sehari karena
pasien lebih banyak minum kopi. Selain itu pasien juga
minum sedikit air nira tiap kali akan mengawali makan.
2) Keadaan sejak sakit
Makan : Pasien mengatakan tidak makan karena dipuasakan sejak
kemarin Minggu 22 Februari 2015 pukul 22.00 WITA.
Pasien mengatakan sudah merasa lapar.
Minum : Pasien mengatakan tidak minum karena dipuasakan sejak
kemarin Minggu 22 Februari 2015 pukul 22.00 WITA.
Pasien mengatakan kerongkongan terasa kering.
c. Pola eliminasi
1) Keadaan sebelum sakit
BAB : Pasien mengatakan BAB 1 kali dalam sehari, konsistensi
padat, tidak ada gangguan saat BAB.

BAK : Pasien mengatakan BAK sering dalam sehari karena pasien


minum cukup banyak air, warna kuning jernih, tidak ada
gangguan saat BAK.
2) Keadaan sejak sakit
BAB : Pasien mengatakan belum BAB sejak masuk rumah sakit.
BAK : Pasien mengatakan BAK 1 kali, warna kuning jernih.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri,
tanpa bantuan orang lain.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan karena nyeri yang dirasakannya pasien
membutuhkan bantuan dari istrinya untuk memenuhi kebutuhannya
sehari-hari.
3) Observasi aktivitas harian
Makan : Pasien dipuasakan
Mandi : 0 (Mandiri)
Pakaian : 2 (Bantuan orang)
Kerapihan : 2 (Bantuan orang)
BAB : Pasien belum BAB sejak masuk RS.
BAK : 0 (Mandiri)
Mobilisasi : 2 (bantuan orang)
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Bantuan dengan alat
2 : Bantuan orang
3 : Bantuan alat dan orang
4 : Bantuan total
Kesimpulan : Pasien beraktivitas secara mandiri juga
memerlukan bantuan orang lain.
e. Pola istirahat dan tidur
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan pasien tidur ± 10 jam dari malam pukul 20:00-
06:00 pagi. Pasien mengatakan tidak pernah tidur siang karena sehari
– hari hanya berada di kebun. Pasien mengatakan tidak memiliki
gangguan tidur.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan tidak dapat beristirahat dengan baik dari
semalam. Pasien mengatakan nanti tertidur sekitar jam 03.00 WITA
tadi, namun terbangun karena hari sudah pagi sekitar jam 05.00
WITA. Sejak saat itu sampai saat ini pasien mengatakan tidak bisa
tidur dan mata terasa panas. Ketika ditanya apa yang menyebabkan
pasien tidak bisa tidur pasien mengatakan tidak tahu penyebab
pastinya dan pasien juga mengatakan tidak cemas terhadap operasi
yang akan dilakukan terhadapnya. Namun, pasien tampak gelisah,
lesu, kaku, dan kening berkerut. Pasien juga mengatakan sedikit
nyeri kepala.
3) Observasi
Ekspresi wajah tampak mengantuk dan palpebra inferior berwarna
gelap, namun pasien tampak tidak banyak menguap.
f. Pola persepsi kognitif
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak pernah tahu tentang penyakitnya.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan tidak mengetahui kondisi penyakitnya saat ini,
pasien menyangka penyakitnya akan sembuh jika beristirahat dan
tidak sampai harus operasi. Pasien mengatakan menyerahkan
semuanya kepada Tuhan.
g. Pola persepsi konsep diri
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah pekerja keras, ia tidak suka
jika hanya duduk diam tanpa aktivitas, oleh karena itu ia mengatakan
lebih banyak menghabiskan waktunya sehari-hari di kebun. Pasien
mengatakan bahwa dirinya adalah seorang suami dan ayah dari lima
anaknya.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas seperti biasa lagi karena
terbaring lemah di rumah sakit ini. Walaupun ia mampu beraktivitas
secara mandiri tetapi ia juga membutuhkan bantuan dari istrinya.
3) Observasi
Saat dilakukan pengkajian kontak mata pasien baik, rentang
perhatian juga baik, suara pasien pelan namun cara bicara jelas dan
dimengerti, serta pasien sedang berbaring di atas tempat tidur.
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan hubungan dengan istrinya terjalin sangat akrab,
begitu juga dengan anak-anaknya, sanak saudaranya dan para
tetangganya berjalan baik. Pasien berperan sebagai seorang suami
dan kepala keluarga.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan bahwa meskipun berada di rumah sakit
hubungannya dengan orang lain tetap terjalin akrab, begitupun
terhadap pasien lain yang sekamar dengan dirinya. Tampak anak-
anaknya datang menjenguknya.
i. Pola reproduksi dan seksualitas
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan hubungannya dengan istrinya terjalin baik dan
intim. Pasien mengatakan sangat menyayangi istrinya.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan hubungan dengan istrinya terjalin baik dan akrab.
Tampak istri pasien setiap hari selalu menjaga pasien di rumah sakit.
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan setiap ada masalah yang terjadi kepada dirinya,
pasien mampu untuk menghadapi dan menyelesaikannya. Pasien
mengatakan jika menghadapi masalah selalu mengandalkan Tuhan
dalam menyelesaikannya.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan setelah dianjurkan oleh dokter untuk dioperasi,
pasien hanya mampu menyerahkan semuanya terhadap Tuhan.
k. Pola sistem nilai kepercayaan
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan pasien beragama Kristen Protestan. Pasien
melaksanakan ibadahnya di gereja bersama istri dan anaknya.
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan hanya bisa berdoa di atas tempat tidur dan
berharap kepada Tuhan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
6. Pengkajian Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Hubungan pernikahan
: Keturunan
: Pasien
: Meninggal
: Serumah

Kesimpulan :
Pasien adalah seorang laki-laki berumur 68 tahun. Pasien mempunyai saudara
14 orang. Pasien mempunyai seorang istri dan anak perempuan yang tinggal
serumah dengannya. Sebelum menikah dengan istrinya yang sekarang, pasien
pernah menikah dan mempunyai 4 orang anak, namun telah bercarai dengan
istri pertamanya. Tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga.
7. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium :
Laboratorium RSU Gunung Maria
Hari/Tgl : Sabtu, 21 Februari 2015

Parameter Nilai Flag Satuan Nilai Normal


WBC 6,3 103 / µl 4,0 – 9,0
RBC 4,49 106 / µl 3,80 – 5,30
HGB 14,3 g/dL 12,0 – 18,0
HCT 39,1 % 36,0 – 56,0
MCV 87,1 fL 80,0 – 100,0
MCH 31,8 Pg 27,0 – 32,0
MCHC 36,6 H g/dL 32,0 – 36,0
PLT 119 L 103 / µl 120 – 380
RDW 9,6 L % 11,5 – 16,5
PCT 0,07 L % 0,10 – 1,00
MPV 6,3 fL 5,0 – 10,0
PDW 17,3 % 12,0 – 18,0
LY% 18,4 % 11,0 – 49,0
MO% 2,8 % 0,0 – 9,0
GR% 78,8 % 42,0 – 85,0
LY# 1,2 103 / µl 0,4 – 4,4
MO# 0,2 103 / µl 0,0 – 0,8
GR# 4,9 103 / µl 1,7 – 0,8
Golongan darah O Rhesus +

8. Terapi Obat
a. Ceftriaxone ( Injeksi ) 1 x 2 gr / 24 jam via IV
Sabtu, 21 Februari 2015 jam 13.30
Minggu, 22 Februari 2015 jam 13.30
Indikasi:
Infeksi - infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap
ceftriaxone seperti infeksi saluran napas, infeksi telinga hidung
tenggorokkan, infeksi saluran kemih, sepsis, infeksi tulang, sendi dan
jaringan lunak, infeksi intra abdominal, infeksi genital (termasuk gonore)
dan infeksi pada pasien dengan gangguan pertahanan tubuh.
Kontra Indikasi:
Pada pasien yang hipersensitif terhadap penisilin, kemungkinan
terjadinya reaksi alergi silang harus diperhitungkan.
Efek samping:
Gastrointestinal : Feses encer/cair/diare, mual, muntah, stomatitis.
Kulit : Pruritus, urtikaria, dermatitis allergika, edema.
Hematologi : Pendarahan,trombositopenia, granulo-sitopenia.
Lain-lain : Sakit kepala, pusing, reaksi anafilaktik.
b. Ketorolac (Injeksi) 3 x 1 Ampul ( 1 mL ) / 8 jam via IV
Sabtu, 21 Februari 2015 jam 13.20, jam 19.20.
Minggu, 22 Februari 2015 jam 03.20, jam11.20, jam 19.20.
Senin, 23 Februari 2015 jam 03.20, jam 11.20.
Indikasi:
Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap
nyeri akut, sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total
ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara parental
dianjurkan untuk digunakan sebagai obat prabedah obstetri atau untuk
analgesia obstetrik karena belum diadakan penelitian yang akurat
mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek menghambat
biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi fetus.
Kontra Indikasi:
Pada pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini,
karena ada kemungkinan sensitivitas hilang, ketorolac juga dikontra
indikasikan pada pasien yang menunjukkan manifeksi alergi serius akibat
pemberian asetosal atau obat anti-inflamasi non steroid lain. Ketorolac
diindikasikan pada pasien yang menderita ulkus peptikum aktif.
Efek Samping:
Efek samping di bawah ini terjadi pada uji klinis dengan ketorolac 1 m
20 dosis dalam 5 hari.
a) Saluran cerna : Diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal.
b) Sistem saraf pusat : Sakit kepala, pusing, mengantuk.
c) Gastrointestinal : Konstipasi, rasa penuh, kelainan fungsi
hati, melena, ulkus peptikum, perdarahan rektal, stomatitis, muntah
dan flatus.
d) Susunan saraf pusat : Depresi, mulut kering, euforia, haus
berlebihan, parestosia, stimulasi dan vertigo.
e) Respirasi : Asma, dyspnea.
f) Dermatologi : Pruritus, urtikaria.
g) Kardiovaskuler : Vasodilatasi, pucat.
c. Paracetamol (Tablet) 3 x 500 gram via Oral
Sabtu, 21 Februari 2015 jam
Minggu, 22 Februari 2015 jam
Indikasi:
Parasetamol atau asetaminofen diindikasikan untuk mengurangi rasa
nyeri ringan sampai sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot,
dan nyeri setelah pencabutan gigi serta menurunkan demam. Selain itu,
parasetamol juga mempunyai efek anti-radang yang lemah.
Kontra Indikasi:
Parasetamol tidak boleh diberikan pada orang yang alergi terhadap obat
anti-inflamasi non-steroid (AINS), menderita hepatitis, gangguan hati
atau ginjal, dan alkoholisme. Pemberian parasetamol juga tidak boleh
diberikan berulang kali kepada penderita anemia dan gangguan jantung,
paru, dan ginjal.
Efek samping:
Efek samping parasetamol jarang ditemukan. Efek samping dapat berupa
gejala ringan seperti pusing sampai efek samping berat seperti gangguan
ginjal, gangguan hati, reaksi alergi dan gangguan darah. Reaksi alergi
dapat berupa bintik – bintik merah pada kulit, biduran, sampai reaksi
alergi berat yang mengancam nyawa. Gangguan darah dapat berupa
perdarahan saluran cerna, penurunan kadar trombosit dan leukosit, serta
gangguan sel darah putih.
9. Terapi cairan
Senin, 23 Februari 2015
Jenis Cairan : RL
Komposisi Cairan : Calcium Chlorida 2H2O 0,10 g
Pottasium Chlorida 0,15 g
Sodium Chlorida 300 g
Sodium Lactate 1,55 g
Osmolaritas 273 mOsm/L
Indikasi : Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan
dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi
kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan
asidosis metabolik, karena akan menyebabkan
penumpukan asam laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.
Tetesan / Menit : 20 tetes/menit.
Jumlah cairan : 250 ml (sisa caiaran saat pengkajian).
B. KLASIFIKASI DATA
1. Data Subjektif
a. Pasien mengatakan nyeri tekan pada daerah skrotum terutama skrotum
daerah sinistra.
b. Pasien mengatakan nyeri dirasakan menyebar hingga ke daerah
abdomen kuadra kanan dan kiri bawah.
c. Pasien mengatakan faktor yang membuat nyeri semakin bertambah
yaitu pada saat bergerak, bagian skrotum disentuh, atau saat
mengangkat beban berat.
d. Pasien mengatakan faktor yang membuat nyeri dapat berkurang adalah
saat pasien diam, tidak beraktifitas ataupun dalam keadaan istirahat.
e. Pasien mengatakan kualitas nyeri dapat dikarakteristikkan seperti
dipukul benda tumpul.
f. Pasien mengtakan sifat nyeri hilang timbul.
g. Pasien mengatakan durasi nyeri ±5 menit.
h. Psien mengatakan frekuensi nyeri tidak menentu, hanya jika bergerak
atau daerah skrotum tersentuh.
i. Pasien mengatakan nyeri dirasakan sejak hari Jumat, 20 Februari 2015.
j. Pasien mengatakan nyeri disertai demam dan nyeri kepala.
k. Pasien mengatakan skrotum membesar sejak ±2 tahun yang lalu.
l. Pasien mengatakan badan terasa lemah.
m. Pasien mengatakan batuk sejak 4 hari yang lalu.
n. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan semakin lama semakin terasa.
o. Pasien mengatakan karena nyeri yang dirasakannya pasien
membutuhkan bantuan dari keluarganya untuk memenuhi
kebutuhannya.
p. Pasien mengatakan tidak dapat tidur dengan baik dari semalam.
q. Pasien mengatakan matanya terasa panas.
r. Pasien mengatakan tidak mengetahui kondisi penyakitya saat ini.
s. Pasien mengatakan tidak bisa beraktifitas seperti biasa lagi karena
terbaring lemah di tempat tidur.
2. Data Objektif
a. Pasien tampak sakit sedang.
b. Keadaan umum lemah.
c. Ekspresi wajah tampak meringis.
d. Pasien tampak memegang daerah nyerinya.
e. Tampak terpasang IVFD cairan RL 20 tetes/menit dilengan kanan.
f. Tanda-tanda vital:
TD: 110/80 mmhg
N: 80 x/menit
R: 24 x/menit
SB: 37,50 C
g. Skala nyeri 8.
h. Intensitas nyeri, nyeri berat terkontrol.
i. Pasien berada dalam rentang kecemasan ringan (14 – 20; Skala HARS)
j. Tampak adanya gangguan kulit berupa bintik-bintik merah dan terasa
gatal pada pergelangan kaki sinistra.
k. Kulit pasien tampak kotor.
l. Tampak rambut pasien mudah rontok dan berketombe.
m. Rambut dan kulit kepala pasien tampak kotor dan berbau.
n. Canalis tampak kotor.
o. Terdapat serumen pada telinga.
p. Terdapat sekret dalam rongga hidung.
q. Rongga mulut tampak kotor dan berbau.
r. Terdapat karang gigi.
s. Pasien tampak sedang batuk.
t. Tampak ada pembesaran pada kedua skrotum terutama skrotum dekstra.
u. Pasien tampak lesu, kaku, dan kening tampak berkerut.
C. ANALISA DATA
Penyebab Masalah
No Data (Sign/Simptom)
(Etiology) (Problem)
1. Data Subjektif: Nyeri
a. Pasien mengatakan nyeri tekan pada Akut
daerah skrotum terutama skrotum
daerah sinistra.
b. Pasien mengatakan nyeri dirasakan
menyebar hingga ke daerah abdomen
kuadran kanan dan kiri bawah.
c. Pasien mengatakan faktor yang
membuat nyeri semakin bertambah
yaitu pada saat bergerak, bagian
skrotum disentuh, atau saat
mengangkat beban berat.
d. Pasien mengatakan faktor yang
membuat nyeri dapat berkurang
adalah saat pasien diam, tidak
beraktifitas ataupun dalam keadaan
istirahat.
e. Pasien mengatakan kualitas nyeri
dapat dikarakteristikkan seperti benda
tumpul.
f. Pasien mengatakan sifat nyeri hilang
timbul.
g. Pasien mengatakan durasi nyeri ±5
menit.
h. Pasien mengatakan frekuensi nyeri
tidak menentu, hanya jika bergerak
atau daerah skrotum tersentuh.
i. Pasien mengatakan nyeri dirasakan
sejak hari Jumat, 20 Februari 2015.
j. Pasien mengatakan nyeri disertai
demam dan nyeri kepala.
k. Pasien mengatakan skrotum
membesar sejak ±2 tahun yang lalu.
l. Pasien mengatakan badan terasa
lemah.
m. Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan semakin lama semakin
terasa.
n. Pasien mengatakan karena nyeri yang
dirasakannya pasien membutuhkan
bantuan dari keluarganya untuk
memenuhi kebutuhannya.
o. Pasien mengatakan tidak dapat tidur
dengan baik dari semalam.
p. Pasien mengatakan matanya terasa
panas.
Data Objektif:
a. Pasien tampak sakit sedang.
b. Keadaan umum lemah.
c. Ekspresi wajah tampak meringis.
d. Pasien tampak memegang daerah
nyerinya.
e. Tampak terpasang IVFD cairan RL
20 tetes/menit di lengan sebelah
kanan.
f. Tanda-tanda vital:
TD: 110/80 mmhg
N: 80 x/menit
R: 24 x/menit
SB: 37,50 C
g. Skala nyeri 8.
h. Intensitas nyeri, nyeri berat
terkontrol.
i. Tampak adanya gangguan kulit
berupa bintik-bintik berwarna merah
dan terasa gatal pada pergelangan
kaki sinistra.
j. Kulit pasien tampak kotor.
k. Tampak rambut pasien mudah rontok
dan berketombe.
l. Rambut dan kulit kepala pasien
tampak kotor dan berbau.
m. Canalis tampak kotor.
n. Terdapat serumen pada telinga.
o. Terdapat sekret dalam rongga hidung.
p. Rongga mulut tampak kotor dan
berbau.
q. Terdapat karang gigi.
r. Tampak atrofi otot pada ekstremitas
atas dan ekstremitas bawah.
s. Tampak ada pembesaran pada kedua
skrotum terutama skrotum dekstra.
t. Pasien tampak lesu, kaku, dan kening
tampak berkerut.
2. Data Subjektif: Ansietas
a. Pasien mengatakan skrotum
membesar sejak ±2 tahun yang lalu.
b. Pasien mengatakan badan terasa
lemah.
c. Pasien mengatakan batuk sejak 4 hari
yang lalu.
d. Pasien mengatakan tidak dapat tidur
dengan baik dari semalam.
e. Pasien mengatakan matanya terasa
panas.
f. Pasien mengatakan tidak mengetahui
kondisi penyakitya saat ini.
g. Pasien mengatakan tidak bisa
beraktifitas seperti biasa lagi karena
terbaring lemah di tempat tidur.
Data Objektif:
a. Pasien tampak sakit sedang.
b. Keadaan umum lemah.
c. Tampak terpasang IVFD cairan RL
20 tetes/menit dilengan sebelah
kanan.
d. Tanda-tanda vital:
TD: 110/80 mmhg.
N: 80 x/menit.
R: 24 x/menit.
SB: 37,50 C.
e. Pasien berada dalam rentang
kecemasan ringan (14 – 20; Skala
HARS).
f. Pasien tampak sedang batuk.
g. Tampak ada pembesaran pada kedua
skrotum terutama skrotum dekstra.
h. Pasien tampak lesu, kaku, dan kening
tampak berkerut.

D. MASALAH KEPERAWATAN
 Nyeri Akut
 Ansietas
E. PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan
2. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan yang akan dilakukan.

F. PERSIAPAN FISIK DAN PSIKIS PRE OPERATIF


a) Persiapan Fisik
Tindakan Persiapan Waktu
Rasional
Fisik Pelaksanaan
1. Mengingatkan 1. Menghindari aspirasi 11.10 WITA
kembali kepada pasien yaitu masuknya cairan
untuk puasa sebelum lambung kedalam paru-
operasi. paru dan menghindari
kontaminasi feses ke
area pembedahan
sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca
pembedahan.(Majid,
2011).

2. Melakukan tindakan 2. Informed Consent 11.15 WITA


penanda tanganan merupakan wujud dari
informed concent atau rumah sakit dalam
persetujuan tindakan menjunjung tinggi aspek
operasi dengan salah etik dan hukum, maka
satu anggota keluarga pasien atau orang yang
pasien yaitu istri bertanggung jawab
pasien. Hasil :Pasien terhadap pasien wajib
dan keluarga setuju untuk menandatangani
atas tindakan medis surat pernyataan
yang akan dilakukan persetujuan operasi.
dan menandatangani (Majid, 2011).
surat pertujuan
tindakan operasi.

3. Menggunting kuku 3. Kuku merupakan salah 11.20 WITA


tangan dan kuku kaki satu tempat
pasien. Hasil : Kuku perkembangbiakan
tangan dan kaki mikroorganisme dan
tampak bersih. untuk mencegah infeksi
(Doenges, 2000).

4. Membantu pasien 4. Kebersihan tubuh pasien 11.25 WITA


dalam memenuhi sangat penting untuk
kebutuhan sehari-hari persiapan operasi karena
yaitu dengan tubuh yang kotor dapat
mengelap tubuh pasien merupakan sumber
dengan kain basah. kuman dan dapat
Hasil: Pasien tampak mengakibatkan infeksi
bersih. pada daerah yang
dioperasi. (Majid, 2011).

5. Membantu pasien 5. Penggunaan baju 11.40 WITA


menggunakan pakaian seragam bedah yang
operasi. Hasil: Pasien bersih didesain secara
telah menggunakan khusus untuk mencegah
pakaian operasi. kontaminasi dari luar
(Doenges, 2000).

6. Mengajarkan teknik 6. Batuk adalah mekanisme 11.50 WITA


batuk efektif sesuai pembersihan jalan napas
dengan toleransi alami, membantu silia
pasien. Hasil : pasien untuk mempertahankan
mengerti dan dapat jalan napas paten
melakukannya. (Doenges, 2000).

7. Mengajarkan teknik 7. Mengurangi nyeri setelah 12.40 WITA


relaksasi nafas dalam. operasi dan dapat
Hasil: Pasien mengerti membantu pasien
dan dapat relaksasi sehingga pasien
melakukannya. lebih mampu beradaptasi
terhadap nyeri dan dapat
meningkatkan kualitas
tidur serta meningkatkan
ventilasi paru dan
oksigenasi darah setelah
anestesi umum serta
mengurangi angka
kejadian atelektasis pada
pasien post operati.
(Majid, 2011).

8. Mendampingi dan 8. Dapat mengurangi 14.20 WITA


mengantar pasien ke perasaan khawatir dan
instalasi bedah. membuat pasien lebih
tenang (Doenges, 2000).

9. Membersihkan daerah 9. Menghindari terjadinya 14.25 WITA


genitalia dengan infeksi pada daerah yang
mencukur. Hasil: dilakukan pembedahan
Daerah genitalia karena rambut yang tidak
menjadi bersih dicukur dapat menjadi
tempat bersembunyi
kuman dan juga
menggangu atau
menghambat proses
penyembuhan dan
perawatan luka.(Majid,
2011).

10. Melakukan 10. Selain untuk 14.30 WITA


pemasangan kateter pengosongan kandung
didampingi oleh kemih juga diperlukan
perawat ruangan. untuk mengobservasi
Hasil : Kateter keseimbangan cairan.
terpasang. (Majid, 2011).

b) Persiapan Psikis
Tindakan Persiapan Waktu
Rasional
Psikis Pelaksanaan
1. Mengkaji tingkat 1. Ketakutan dan 12.00 WITA
kecemasan pasien kecemasan yang dialami
terhadap tindakan pasien dapat dideteksi
operasi. Hasil: Pasien dengan adanya
mengatakan perubahan-perubahan
menyerahkan semua fisik seperti
proses operasinya meningkatnya frekuensi
kepada Tuhan, nadi dan pernafasan,
namun wajah pasien gerakan-gerakan tangan
masih tampak gelisah yang tidak
dan kening tampak terkontrol,telapak tangan
berkerut. yang lembab, gelisah,
menanyakan pertanyaan
yang sama berulang kali,
sulit tidur, sering
berkemih. (Majid, 2011).

2. Menjelaskan kepada 2. Persiapan mental yang 12.10 WTA


pasien tentang kurang memadai dapat
pentingnya tindakan mempengaruhi
operasi yang akan pengambilan keputusan
dilakukan. Hasil: pasien dan keluarganya.
Pasien mengerti dan (Majid, 2011).
pasien tampak pasrah
pada tindakan
operasi.

3. Menjelaskan tentang 3. Dapat menjamin dan 12.15 WITA


kondisi ruangan dan meredakan keresahan
tenaga medis saat pasien, menyediakan
diruang operasi. informasi untuk
Hasil: Pasien perawatan intraoperasi,
mengerti tentang dan pasien dapat
penjelasan yang telah menyesuaikan diri saat
diberikan. berada di ruang operasi
(Doenges, 2000).

4. Menjelaskan tentang 4. Dengan memberitahu 12. 25 WITA


pemakaian anastesi bahwa saat akan
dalam pelaksanaan dilakukan tindakan
tindakan operasi. anastesi maka pasien
Hasil : akan mengalami hal-hal
Pasien mengerti seperti pusing atau
dengan penjelasan mengantuk, sampai tidak
yang diberikan. sadar akan mengurangi
ansietas (Doenges,
2000).

5. Mengajarkan teknik 5. Mengurangi nyeri 11.50 WITA


relaksasi napas dalam setelah operasi dan dapat
kepada pasien. membantu pasien
Hasil: Pasien dapat relaksasi sehingga pasien
melakukannya. lebih mampu beradaptasi
terhadap nyeri dan dapat
meningkatkan kualitas
tidur serta meningkatkan
ventilasi paru dan
oksigenasi darah setelah
anestesi umum serta
mengurangi angka
kejadian atelektasis pada
pasien post operati.
(Majid, 2011).

6. Mengajak pasien 6. Meningkatkan 12.30 WITA


untuk melakukan kepercayaan pasien dan
pendekatan religious membuat pasien lebih
dengan berdoa merasa tenang (Doenges,
sebelum tindakan 2000).
operasi dilakukan.
Hasil: Pasien
melakukannya dan
pasien merasa tenang.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Fase Intra Operatif


Ruang perawatan : OK/RR Autoanamnese :-
Kamar Operasi :2 Alloanamnese :-
Nomor CM / DM : 270676 Tanggal Operasi : 23 Februari 2015
Nomor Register : 1688 Tanggal Pengkajian : 23 Februari 2015

1. Identitas Pasien
Nama Inisial : Tn. M. S.
Umur : 68 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Suku bangsa : Minahasa

2. Data Medik
Diagnosa Medik Saat Masuk RS : Orchitis Dextra et Sinistra (Bilaeral)
Diagnosa Medik Saat Pengkajian : Hidrokel Bilateral

3. Riwayat Kesehatan Saat Dikaji


a. Status kesadaran : Compos Mentis
b. Pernapasan : Pasien menggunakan alat bantu pernapasan O2 6
liter/menit via masker.
c. Luka Insisi
Lokasi : Di skrotum dekstra.
Ukuran luka : Panjang luka ± 8 cm
Posisi luka : Vertikal
Lokasi insisi ± 8 cm

(Gambar 2.1: Gambar posisi luka operasi)

c) Tanda vital rerata selama intra operatif


1) Tekanan Darah
Lokasi : Di lengan kiri via monitor vital sign
Hasil : Terendah 88/54 mmHg (MAP: 65,3 mmHg) dan tertinggi
130/78 mmHg ( MAP: 95,3 mmHg ).
2) Nadi
Hasil : Terendah 58 x/menit dan tertinggi 68 x/menit (via
monitor).
3) Respirasi
Hasil : Terendah 18 x/menit dan tertinggi 19 x/menit (via
monitor).
4) SPO2 :100%
d) Alat bantu medis yang terpasang pada pasien
Pasien menggunakan Folley Catheter no. 18, O2 6 liter/menit via
masker, monitor vital sig n, dan EKG monitor.
4. Laporan Anastesi
a. Ahli Anestesi : Brur C.S a/n Dr. M.L, Sp.An
b. Ahli Bedah : Dr. T.W SpB
c. Diagnosa Pra Bedah : Hidrokel Bilateral
d. Jenis Operasi : Hidrokelektomi
e. Lama Operasi : 15.25 WITA – 15.50 WITA (± 25 Menit)
f. Jenis Anestesi : Anastesi Regional
g. Lama Anestesi : 15.15 WITA – 19.00 WITA (3 jam 45
menit)
h. Keadaan Pra Bedah
Berat Badan : 67 Kg
Golongan Darah/Rhesus : B Rhesus +
Makanan dan Minuman Terakhir : Tanggal 23 Februari 2015 pasien
dipuasakan.
TD : 110/80 mmHg
N : 68 x/menit
SB : 370 C
i. Obat Anastesi : Bupivacain Spinal 4 Ml
Indikasi:
Anestesi Intrathekal (sub-arachnoid, spinal) unutk pembedahan.
Pembedahan di daerah perut selama 45 - 60 menit (termasuk operasi
Caesar). Pembedahan dibidang urologi dan naggota gerak bawah
selama 2-3 jam.
Kontra Indikasi:
1) Hipersensitif terhadap anestesi lokal jenis amida.
2) Penyakit akut dan aktif pada sistem saraf, seperti meningitis,
poliomyelitis, perdarahan intrakranial, dan demyelinating,
peningkatan tekanan intrakranial, adanya tumuor otak atau di
daerah spinal.
3) Stenosis spinal dan penyakit aktif (spondilitis) atau trauma
(fraktur) baru pada tulang belakang.
4) TBC tulang belakang.
5) Infeksi pada daerah penyuntikan.
6) Septikemia.
7) Anemia pernisiosa dengan degeerasi kombinasi sub-akut pada
medulaspinalis.
8) Gangguan pembekuan darah atau sedang mendapat terapi
antikoagulan secara berkesinambungan.
9) Hipertensi tidak terkontrol.
10) Syok kardiogenik atau hipovolme.
11) Obstetric paracervical block.
12) Anestesi Intravena (Bier's Block) dan semua pemberian secara
intravena.
Efek Samping:
1) Pada umumnya, hampir semua efek samping yang terjadi pada
anestesi spinal, berhubungan dengan efek blokade pada saraf itu
sendiri, bukan karena efek obatnya, antara lain: hipotensi,
bradikardi, sakit kepala setelah punksi dural.
2) Total blok spinal yang akan menyebabkan terjadinya depresi
kardiovaskuler, yang disebabkan blok pada sistem saraf
simpatetis yang luas, dengan akibat hipotensi, bradikardi, bahkan
henti jantung; dan depresi pernapasan yang disebabkan blokade
otot-otot pernapasan, termasuk otot diafragma.
3) Cedera neurologis, meskipun sangat jarang, seperti parastesi,
anestesi, kelemahan motorik, hilangnya kontrol
sphincter.meskipun bersifat reversibel, tetapi dilaporkan juga
adanya gangguan yang bersifat permanen.
4) Reaksi alergi, meskipun jarang, yang berupa dermatitis alergikan,
bronchospasme dan anafilaksis.
5) Toksisitas sistemik akut, seperti mengantuk (drowsiness), gelisah,
excitement, gugup, pandangan kabur, mual, muntah, kekakuan
otot, sampai kejang hingga hilangnya kesadaran dan henti
jantung. Hal ini biasanya akibat terjadinya penyuntikan ke
intravaskuler secara tidak sengaja, yang ditandai rasa tebal di
lidah, light headedness, dizziness, dan tremor yang diikuti dengan
kejang dan gangguan kardiovaskuler.
j. Teknik Anastesi : SAB (Sub Arachnoid Blok) pada lumbal
III – IV, LCS spinal positif ( + ).
k. Pernapasan : O2 6 liter/menit via masker.
l. Posisi pasien saat pembedahan : Terlentang
m. Cairan IVFD
1) Jenis Cairan : RL (diguyur)
Jumlah : 250 mL
Komposisi : Calcium Chlorida 2H2O 0,10 g
Pottasium Chlorida 0,15 g
Sodium Chlorida 300 g
Sodium Lactate 1,55 g
Osmolaritas 273 mOsm/L
Indikasi : Mengembalikan keseimbangan elektrolit
pada keadaan dehidrasi dan syok
hipovolemik. Ringer laktat menjadi
kurang disukai karena menyebabkan
hiperkloremia dan asidosis metabolik,
karena akan menyebabkan penumpukan
asam laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.
2) Jenis Cairan : Nacl 0,9 %
Jumlah : 350 mL
Komposisi : Sodium chlorida 4,5 g
Sodium 154 mm / L
Chlorida 154 mm / L
Osmolanitas 308 mOsm / L
Indikasi : Untuk resusitas, kehilangan Na > Cl
misalnya diare sindrom yang berkaitan
dengan kehilangan natrium (asidosis
diabetikum, insfuensi adrenokortikal, luka
bakar).
n. Keadaan Akhir Bedah
Kesadaran : Compos Mentis
Perfusi Kulit : Dingin
TD : 89/58 mmHg
N : 63 x/menit
R : 19 x/menit
SB : 35,90 C
SpO2 : 100 %
o. Jenis Insisi : Vertikal (dari daerah skrotum bagian atas
kearah skrotum bagian bawah).
p. Jenis Hecting dan Benang : Terputus-putus sederhana.

5. Instruksi Pasca Bedah


a. Cairan IVFD
Setelah operasi pasien diberikan cairan NaCL 0,9% : Dextrose 5% 20
Tetes/ menit.
b. Obat Antibioka
Ceftriaxone 1 x 2 gr setiap 24 jam via IV.
Indikasi:
Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif
terhadapceftriaxone seperti infeksi saluran napas, infeksi telinga
hidung tenggorokkan, infeksi saluran kemih, sepsis, infeksi tulang,
sendi dan jaringan lunak, infeksi intra abdominal, infeksi genital
(termasuk gonore) dan infeksi pada pasien dengan gangguan
pertahanan tubuh.
Kontra Indikasi:
Pada pasien yang hipersensitif terhadap penisilin, kemungkinan
terjadinya reaksi alergi silang harus diperhitungkan.
Efek Samping:
Efek samping di bawah ini terjadi pada uji klinis dengan ketorolac 1 m
20 dosis dalam 5 hari.
1) Saluran cerna : Diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal.
2) Sistem saraf pusat : Sakit kepala, pusing, mengantuk.
3) Gastrointestinal : Konstipasi, rasa penuh, kelainan fungsi
hati, melena, ulkus peptikum, perdarahan rektal, stomatitis, muntah
dan flatus.
4) Susunan saraf pusat : Depresi, mulut kering, euforia, haus
berlebihan, parestosia, stimulasi dan vertigo.
5) Respirasi : Asma, dyspnea.
6) Dermatologi : Pruritus, urtikaria.
7) Kardiovaskuler : Vasodilatasi, pucat.
c. Obat Analgetika
Ketorolac 1 Ampul (1 mL) setiap 8 jam via IV.
Indikasi:
Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek
terhadap nyeri akut, sedang sampai berat setelah prosedur bedah.
Durasi total ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara
parental dianjurkan untuk digunakan sebagai obat prabedah obstetri
atau untuk analgesia obstetrik karena belum diadakan penelitian yang
akurat mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek
menghambat biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan
sirkulasi fetus.
Kontra Indikasi:
Pada pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat
ini, karena ada kemungkinan sensitivitas hilang, ketorolac juga
dikontra indikasikan pada pasien yang menunjukkan manifeksi alergi
serius akibat pemberian asetosal atau obat anti-inflamasi non steroid
lain. Ketorolac diindikasikan pada pasien yang menderita ulkus
peptikum aktif.
Efek Samping:
Efek samping di bawah ini terjadi pada uji klinis dengan ketorolac 1 m
20 dosis dalam 5 hari.
1) Saluran cerna : Diare, dispepsia, nyeri
gastrointestinal.
2) Sistem saraf pusat : Sakit kepala, pusing, mengantuk.
3) Gastrointestinal : Konstipasi, rasa penuh, kelainan
fungsi hati, melena, ulkus peptikum, perdarahan rektal, stomatitis,
muntah dan flatus.
4) Susunan saraf pusat : Depresi, mulut kering, euforia, haus
berlebihan, parestosia, stimulasi dan vertigo.
5) Respirasi : Asma, dyspnea.
6) Dermatologi : Pruritus, urtikaria.
a) Kardiovaskuler : Vasodilatasi, pucat.
d. Posisi dan Mobilisasi
Pasien dianjurkan untuk miring kanan dan miring kiri jika tidak terasa
nyeri. Selanjutnya pasien dianjurkan untuk duduk secara bertahap dan
selanjutnya beraktivitas seperti biasa dengan luka tetap terkontrol.
e. Hidrasi dan Nutrisi Oral
Pasien dianjurkan untuk berpuasa dulu kecuali jika pasien sudah flatus
kemudian bisa makan dan minum secara bertahap.
f. Perawatan Luka
Perawatan luka akan dilakukan pada Rabu, 25 Februari 2015 dengan
teknik perawatan luka steril, menggunakan kassa steril, betadin dan
plester.
g. Perawatan Drain
Perawatan drain akan dilakukan pada Rabu, 25 Februari 2015 dengan
menggunakan kassa dan plester.
6. Laporan Perjalanan Operasi
No. Jam Tindakan Pelaksana
(WITA)
1. 15:00 Pasien dibawa ke dalam ruangan Perawat sirkuler
operasi dengan menggunakan
brancard lalu di pindahkan ke
ruang persiapan. Kemudian
menjelaskan posisi saat akan
dilakukan teknik anastesi nanti.

2. 15:05 Pembersihan daerah genitalia Perawat sirkuler


dengan cara mencukur.

4. 15:10 Membantu pasien pada posisi Perawat anastesi


yang siap untuk dilakukun teknik
anestesi yaitu miring kiri lalu
menekukn kedua kaki kearah
dada.

5. 15:15 Desinfeksi daerah lumbal III – Perawat anastesi


IV.
LCS Spinal positif.
6. 15:20 Pemberian Bupivacain Spinal 4 Perawat anestesi
cc pada lumbal III – IV.

7. 15:25 Pemasangan monitor vital sign, Perawat sirkuler


selang O2, SpO2, monitor EKG
serta kedua kaki dan tangan
diluruskan kemudian dilakukan
fiksasi menggunakan kain.

8. 15:30 Desinfeksi pada daerah genitalia. Perawat instrument

9. 15:35 Insisi diatas benjolan/skrotum Dokter bedah


dilanjutkan Insisi lapis demi lapis
kulit pada skrotum,kantong di
buka, isi cairan jernih ±150 cc.
Kantong sebagian besar diangkat
dan di marsupialisasi.
Perdarahan dirawat. Kemudian
testis di kembalikan pada
tempatnya dan dipasang drain
tube. Dilanjutkan dengan proses
hecting mulai dari bagian otot dan
pembuluh arteri mengunakan
benang mersilk 2/0 dan kulit
menggunakan benang cromic
no.1. setelah itu, kulit ditutup
menggunakan kain kassa dan
betadine.

10. 15:55 Merapihkan pasien dan Perawat sirkuler.


mengganti pakaian pasien

11. 16:00 Operasi selesai, pasien Perawat sirkuler.


dipindahkan ke ruang RR.

7. Instrument Bedah yang Digunakan


No. Nama Instrumen Jumlah Kegunaan
1. Jas 3 buah Jas untuk melindungi dokter
dan perawat.

2. Lap tangan 4 buah Lap tangan untuk


mengeringkan tangan setelah
mencuci tangan steril.

3. Duck kecil 4 buah Untuk menutupi daerah steril


agar tetap steril.

4. Duck tebal 2 buah Untuk menutupi daerah yang


steril agar tetap steril.

5. Pengalas meja mayo 1 buah Pengalas meja untuk alat


steril.

6. Split laken 1 buah Split laken untuk menutupi


pasien agar tetep steril.

7. Suction. 1 buah Untuk menghisap cairan yang


tidak dibutuhkan pada tubuh
manusia.

8. Pinset anatomis. 2 buah Untuk menjepit kassa


sewaktu menekan luka,
menjepit jaringan yang tipis
dan lunak.

9. Pinset sirergis. 2 buah Digunakan untuk menjepit


jaringan yang bersifas kuat
dan tidak permanen.

10. Cromo klem. 3 buah

11. Scalpel handles 1 buah Untuk meletakkan pisau.


(gagang pisau).

12. Vena arteri klem 4 buah Untuk menghentikan


besar. perdarahan pembuluh darah
kecil dan menggenggam
jaringan lainnya dengan tepat
tanpa menimbulkan
kerusakan yang tidak
dibutuhkan.

13. Kom. 1 buah Untuk meletakkan betadine


saat desinfeksi.

14. Scissors (gunting 1 buah Gunting benang untuk


benang). memotong benang operasi,
dan merapihkan luka.

15. Gunting jaringan. 1 buah Untuk menggunting jaringan.

16. Duk klem (clamp). 5 buah Untuk klem kain yang


digunakan pada saat operasi.

17. Needle holder. 2 buah Gunanya adalah untuk


memegang jarum jahit (nald
hecting) dan sebagai
penyimpul benang.

18. Kocher. 2 buah Bergigi tajam pada salah satu


sisi ujungnya. Berfungsi
menjepit dan menahan agar
jaringan tidak mudah lepas.

19. Allis klem. 4 buah Untuk menjepit jaringan yang


halus dan menjepit tumor
kecil.

20. Bisturi (pisau). 1 buah Pisau bedah untuk menyayat


berbagai organ atau bagian
tubuh manusia.

21. Electric Couter. 1 buah Menghasilkan frekuensi


tinggi untuk melakukan
pembedahan dengan
keuntungan dapat
meminimalkan pendarahan
dan meningkatkan sterilitas
jaringan.
22. Stuppers (Ring 1 buah Untuk mengambil benda-
Tang). benda steril seperti kassa
steril.

23. Benang Mersilk 2/0 1 buah Menjahit kulit, mengikat


pembuluh arteri.

24. Benang Cromic No I 1 buah Menjahit jaringan otot.

25. Handscoen 3 pasang Hanscoen untuk mencegah


penularan kuman dan
mencegah terjadi infeksi.

26. Kassa Steril 2 Untuk disinfeksi daerah yang


gulungan akan di operasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Fase Post Operatif


Ruang perawatan : Maria Joseph Auto Anamnese : √
Kamar : Ia bed 2 Allo Anamnese : √
Nomor CM/DM : 270676 Tanggal Masuk RS : 21 Februari 2015
Nomor Register : 1688 Tanggal Operasi : 23 Februari 2015
Tanggal Pengkajian : 23 Februari 2015
1. Identitas Pasien
Nama inisial : Yn.M.S.
Umur : 68 Tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Status : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Suku bangsa : Minahasa

2. Riwayat Kesehatan Saat Dikaji


a. Pengkajian ABCDEF(1,2)G
1) A: Airway
Jalan napas bebas, tidak terdapat sumbatan jalan napas, suara napas
normal.
2) B : Breathing
Pola napas teratur, frekuensi napas 19 x/menit, bunyi napas
vesikuler, irama napas teratur, jenis pernapasan perut, penggunaan
otot bantu napas tidak ada, tidak terpasang alat bantu pernapasan.
3) C : Circulation
Perfusi kulit dingin, tidak ada tanda-tanda sianosis, kapiler refill <
2 detik, tidak ada perdarahan, kulit lembab dan turgor normal, tidak
ada muntah.
Tekanan darah :
Lokasi : Di lengan kiri.
Hasil : 103/56 mmHg
(2 x DP) +SP (2 x 56) +106
MAP : =
3 3
112 + 106
=
3
218
=
3
= 72,67 mmHg
Kesimpulan : Perfusi darah ke arteri coronary, otak dan ginjal
memadai.
Nadi :
Lokasi : Di arteri radialis
Hasil : 63 x/menit
Irama : Teratur
Kesimpulan : Nadi normal
Cairan IVFD :
 RL 20 tetes/menit
Komposisi : Calcium Chlorida 2H2O 0,10 g
Pottasium Chlorida 0,15 g
Sodium Chlorida 300 g
Sodium Lactate 1,55 g
Osmolaritas 273 mOsm/L
Indikasi : Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada
keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer
laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan
hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan
menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi
akibat metabolisme anaerob.
 Dextrose 5% 20 tetes/menit
Komposisi :
Glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Indikasi :
Sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk
keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada
keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang
dari 25 mg/100ml).
4) D : Disability
Tingkat kesadaran :
Kualitatif : Pasien dikatakan compos mentis / tidak coma.
Kuantitatif : GCS (Glasgow Coma Scale)
a) Respon Membuka Mata : 4 (Membuka mata spontan,
misalnya sesudah disentuh).
b) Respon bicara : 5 (Pasien orientasi penuh, baik dan
mampu berbicara).
c) Respon Motorik : 6 (Mampu menunjuk, tepat tempat
rangsangan nyeri).
Jumlah : 15
Kesimpulan : Secara kualitatif pasien dikatakan
compos mentis.
Pupil :
Pupil isokor, diameter pupil 2 mm, respon cahaya positif.
Posisi dan mobilisasi (ROM) :
Pasien dalam posisi terlentang dan mengalami keterbatasan gerak
akibat adanya luka operasi, pasien belum dianjurkan untuk miring
kiri dan kanan.
Kekuatan otot :
Kanan Kiri
5 5
4 4
Kanan Kiri
Keterangan :
0 = Tidak ada pergerakan dan kontraksi otot, jatuh pasif 100%
1 = Ada sedikit kontraksi, sedikit gerakan dan tahanan sewaktu
jatuh
2 = Hanya mampu menahan grafitasi, tetapi akan jatuh dengan
sentuhan
3 = Mampu menahan tegak walupun sedikit didorong, tetapi
tidak mampu melawan tekanan/dorongan
4 = Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain
5 = Kekuatan utuh
5) E = Exposure
Lokasi luka operasi pada skrotum dekstra memanjang secara
vertikal dengan panjang ± 8 cm.

(Gambar 2.2: Gambar Luka Daerah Operasi)

Luka dalam keadaan bersih dan terawat dengan menggunakan


betadin kemudian dibalut dengan kain kassa steril dan difiksasi
dengan plester.
Lokasi dan keadaan drainase :
Drainase terpasang baik 1 buah di daerah operasi, tidak terdapat
cairan dan keadaan drainase terawat.
6) F1: Fahrenheit (Suhu tubuh)
Lokasi : Axilla
Hasil : 37,2 o Celcius
F2 : Folley Catheter
Folley catheter nomor : 18 French
Keadaan folley catheter : Terpasang baik.
Jumlah urin dalam Urine Bag : ± 50 cc.
Warna urin : Kuning pekat.
7) G : Gastric
 Intake Nutrisi
Makan : Pasien belum dianjurkan oleh dokter untuk makan.
Minum : Pasien hanya boleh dibasahi air dibibir.
 Eliminasi
BAB : Pasien belum BAB.
BAK : Pasien BAK menggunakan kateter
Flatus : Pasien belum flatus.
b. Pemeriksaan Khusus Nyeri
1) P (Paliative/Provocative)
Pasien mengatakan, faktor yang membuat nyeri semakin
bertambah yaitu pada saat melakukan gerakan dan yang membuat
nyeri dapat berkurang jika tidur ataupun istirahat.
2) Q (Quality/ Quantity)
Pasien mengatakan, kualitas nyeri dapat dikarakteristikan seperti
ditusuk-tusuk dan nyeri yang dirasakan bersifat hilang timbul.
3) R (Region/Radiation)
4) Pasien mengatakan, nyeri hanya dirasakan pada bagian luka
operasi dan menyebar hingga ke daerah abdomen bawah.
5) S (Scale/Severity)
Skala Nyeri :6
Intensitas Nyeri : Nyeri sedang
Ekspresi wajah : Tampak meringis kesakitan.
6) T (Time)
Pasien mengatakan, nyeri yang dirasakan kira – kira 6 jam setelah
operasi dengan durasi ± 5 menit.
c. Keluhan lain pasien sehubungan dengan gangguan kondisi kesehatan
saat ini
 Pasien mengatakan sedang batuk.
 Pasien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas karena adanya luka
operasi dan nyeri yang dirasakan sehingga harus dibantu oleh
perawat dan keluarga.
 Pasien mengatakan belum pernah mandi sejak kemarin.
 Pasien mengatakan sudah merasa gerah.
 Pasien mengatakan kesulitan tidur jika nyeri luka operasi
dirasakan.
 Pasien mengatakan merasa haus dan lapar.
 Pasien mengatakan tenggorokan terasa kering.
d. Pemeriksaan kondisi fisik pasien yang menunjukkan adanya gangguan
kondisi kesehatan saat ini
 Pasien tampak tidak dapat bergerak secara bebas.
 Keadaan umum pasien tampak lemah.
 Pasien tampak kotor, bau keringat dan bau mulut.
 Pasien tampak tidak nyaman.
 Mukosa bibir tampak kering.
 Terdapat luka operasi pada daerah skrotum.
 Ekspresi wajah tampak meringis.
 Pasien tampak mengantuk.
 Palpebra anterior tam kehitaman.
e. Terapi Obat
Nama Obat & Dosis : Ceftriaxone 1 x 2 gram setiap 24 jsm via IV
Indikasi :
Infeksi - infeksi yang disebabkan oleh pathogen yang sensitif terhadap
ceftriaxone seperti infeksi saluran napas, infeksi telinga hidung
tenggorokkan, infeksi saluran kemih, sepsis, infeksi tulang, sendi dan
jaringan lunak, infeksi intra abdominal, infeksi genital ( termasuk
gonore ) dan infeksi pada pasien dengan gangguan pertahanan tubuh.
Kontra Indikasi :
Pada pasien yang hipersensitif terhadap penisilin, kemungkinan
terjadinya reaksi alergi silang harus diperhitungkan.
Efek Samping :
Gastrointestinal : Feses encer/cair/diare, mual, muntah,
stomatitis.
Kulit : Pruritus, urtikaria, dermatitis allergika, edema.
Hematologi : Pendarahan,trombositopenia, granulo-
sitopenia.
Lain-lain : Sakit kepala, pusing, reaksi anafilaktik.
Nama Obat & Dosis : Ketorolac 2 ml (1 Ampul) setiap 8 jam via IV.
Indikasi :
Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek
terhadap nyeri akut, sedang sampai berat setelah prosedur bedah.
Durasi total ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara
parental dianjurkan untuk digunakan sebagai obat prabedah obstetri
atau untuk analgesia obstetrik karena belum diadakan penelitian yang
akurat mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek
menghambat biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan
sirkulasi fetus.
Kontra Indikasi :
Pada pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat
ini, karena ada kemungkinan sensitivitas hilang, ketorolac juga
dikontra indikasikan pada pasien yang menunjukkan manifeksi alergi
serius akibat pemberian asetosal atau obat anti-inflamasi non steroid
lain. Ketorolac diindikasikan pada pasien yang menderita ulkus
peptikum aktif.
Efek Samping :
Efek samping di bawah ini terjadi pada uji klinis dengan ketorolac 1 m
20 dosis dalam 5 hari.
1) Saluran cerna : Diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal.
2) Sistem saraf pusat : Sakit kepala, pusing, mengantuk.
3) Gastrointestinal : Konstipasi, rasa penuh, kelainan fungsi
hati, melena, ulkus peptikum, perdarahan rektal, stomatitis, muntah
dan flatus.
4) Susunan saraf pusat : Depresi, mulut kering, euforia, haus
berlebihan, parestosia, stimulasi dan vertigo.
5) Respirasi : Asma, dyspnea.
6) Dermatologi : Pruritus, urtikaria.
7) Kardiovaskuler : Vasodilatasi, pucat.
B. KLASIFIKASI DATA
1. Data Subjektif
a. Pasien mengatakan nyeri luka operasi.
b. P: (Paliative/Provocative)
Pasien mengatakan, faktor yang membuat nyeri semakin bertambah
yaitu pada saat melakukan gerakan dan yang membuat nyeri dapat
berkurang jika tidur ataupun istirahat.
c. Q: (Quality/ Quantity)
Pasien mengatakan, kualitas nyeri dapat dikarakteristikan seperti
ditusuk-tusuk dan nyeri yang dirasakan bersifat hilang timbul.
d. R: (Region/Radiation)
Pasien mengatakan, nyeri hanya dirasakan pada bagian luka operasi
dan menyebar hingga ke daerah abdomen bawah.
e. T: (Time)
Pasien mengatakan, nyeri yang dirasakan kira – kira 6 jam setelah
operasi dengan durasi ± 5 menit.
f. Pasien mengatakan sedang batuk.
g. Pasien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas karena adanya luka
operasi dan nyeri yang dirasakan sehingga harus dibantu oleh perawat
dan keluarga.
h. Pasien mengatakan belum pernah mandi sejak kemarin.
i. Pasien mengatakan sudah merasa gerah.
j. Pasien mengatakan kesulitan tidur jika nyeri luka operasi dirasakan.
k. Pasien mengatakan merasa haus dan lapar.
l. Pasien mengatakan tenggorokan terasa kering.
2. Data Objektif
a. S: (Scale/Severity):
Skala Nyeri :6
Intensitas Nyeri : Nyeri sedang
Ekspresi wajah : Tampak meringis kesakitan.
b. TTV:
TD: 103/56 mmHg
N: 63 x/menit
R: 19 x/menit
SB: 37,20C
c. Tampak luka operasi pada skrotum dekstra memanjang secara vertikal.
d. Panjang luka operasi ±8 cm.
e. Terpasang drainase 1 buah pada daerah luka operasi.
f. Terpasang Folley catheter no. 18.
g. Pasien tampak tidak dapat bergerak secara bebas.
h. Keadaan umum pasien tampak lemah.
i. Pasien tampak kotor, bau keringat dan bau mulut.
j. Pasien tampak tidak nyaman.
k. Mukosa bibir tampak kering.
l. Pasien tampak mengantuk.
m. Palpebra tampak kehitaman.
n. Terapi yang diberikan Ceftriaxone 1 x 2 gram setiap 24 jsm via IV dan
Ketorolac 2 ml (1 Ampul) setiap 8 jam via IV.
C. ANALISA DATA
Masalah
No Data (Sign/Simptom) Penyebab (Etiology)
(Problem)
1. Data Subjektif: Nyeri akut
a. P:(Paliative/Provocati
ve)
Pasien mengatakan,
faktor yang membuat
nyeri semakin
bertambah yaitu pada
saat melakukan
gerakan dan yang
membuat nyeri dapat
berkurang jika tidur
ataupun istirahat.
b. Q: (Quality/ Quantity)
Pasien mengatakan,
kualitas nyeri dapat
dikarakteristikan
seperti ditusuk-tusuk
dan nyeri yang
dirasakan bersifat
hilang timbul.
c. R: (Region/Radiation)
Pasien mengatakan,
nyeri hanya dirasakan
pada bagian luka
operasi dan menyebar
hingga ke daerah
abdomen bawah.
d. T: (Time)
Pasien mengatakan,
nyeri yang dirasakan
kira – kira 6 jam
setelah operasi dengan
durasi ± 5 menit.
Data Objektif:
a. Keadaan umum lemah.
b. S: (Scale/Severity):
Skala Nyeri: 6
Intensitas Nyeri: Nyeri
sedang
Ekspresi wajah:
Tampak meringis
kesakitan.
c. TTV:
TD: 103/56 mmHg
N: 63 x/menit
R: 19 x/menit
SB: 37,20C
d. Tampak luka operasi
pada skrotum dekstra
memanjang secara
vertikal.
e. Panjang luka ±8 cm.
f. Terapi yang diberikan
Ketorolac 2 ml (1
Ampul) setiap 8 jam
via IV.
2. Data Subjektif: Hambatan
a. Pasien mengatakan mobilitas fisik
kesulitan untuk
beraktivitas karena
adanya luka operasi
dan nyeri yang
dirasakan sehingga
harus dibantu oleh
perawat dan keluarga.
b. Pasien mengatakan
belum pernah mandi
sejak kemarin.
c. Pasien mengatakan
sudah merasa gerah.
Data Objektif:
a. TTV:
TD: 103/56 mmHg
N: 63 x/menit
R: 19 x/menit
SB: 37,20C
b. Tampak luka operasi
pada skrotum dekstra
memanjang secara
vertikal.
c. Pasien tampak tidak
dapat bergerak secara
bebas.
d. Keadaan umum pasien
tampak lemah.
e. Pasien tampak kotor,
bau keringat dan bau
mulut.
3. Data Subjektif: Gangguan pola
a. Pasien mengatakan tidur
kesulitan tidur jika
nyeri luka operasi
dirasakan.
Data Objektif:
a. Keadaan umum
pasien tampak lemah.
b. Pasien tampak
mengantuk.
c. Palpebra tampak
kehitaman.
d. TTV:
TD: 103/56 mmHg
N: 63 x/menit
R: 19 x/menit
SB: 37,20C
4. Data Subjektif: Risiko tinggi
a. Pasien mengatakan infeksi
nyeri luka operasi. Sekunder
b. Pasien mengatakan
kesulitan untuk
beraktivitas karena
adanya luka operasi
dan nyeri yang
dirasakan sehingga
harus dibantu oleh
perawat dan
keluarga..
Data Objektif:
a. Keadaan umum
pasien tampak lemah.
b. Tampak luka operasi
pada skrotum dekstra
memanjang secara
vertikal.
c. Panjang luka operasi
±8 cm.
d. Terpasang drainase 1
buah pada daerah luka
operasi.
e. Terpasang Folley
catheter no. 18.
f. Terapi yang diberikan
Ceftriaxone 1 x 2
gram setiap 24 jsm
via IV.
g. TTV:
TD: 103/56 mmHg
N: 63 x/menit
R: 19 x/menit
SB: 37,20C
D. MASALAH KEPERAWATAN
 Nyeri Akut
 Hambatan Mobilitas Fisik
 Gangguan Pola Tidur.
 Risiko Tinngi Infeksi Sekunder

E. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Hambatan mbilitas fisik berhubungan dengan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan
4. Risiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan

Вам также может понравиться