Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 4
PERENCANAAN DRAINASE
4.1.1. Umum
Bandara Soekarno-Hatta memiliki sistem jaringan drainase yang cukup baik, hal ini didukung
dengan banyak nya outlet pembuangan dari debit banjir yang ada di bandara melalui sungai-
sungai yang ada di sekitar dan juga ketersediaan tampungan debit banjir yang berada di
sebelah Timur Bandara Soekarno-Hatta yang berupa stilling basin dengan luasan dan
kapasitas tampungan debit banjir yang cukup untuk menampung debit banjir hingga debit
banjir 25 tahunan.
Selain itu, untuk pengaliran air hujan, pada Bandara Soekarno-Hatta ini memiliki channel-
channel yang berdimensi cukup besar baik di sebelah Selatan runway, tengah maupun di
sebelah Utara runway. Adapun dapat diuraikan mengenai sistem jaringan utama Bandara
Soekarno-Hatta didalam uraian berikut :
a. Saluran utama di runway Selatan
Channel 100;
Channel 101;
Channel 102.
b. Saluran utama di area terminal
Channel 203;
Channel 500;
Channel 600;
c. Saluran utama di runway Utara
Channel 200;
Channel 201;
Channel 202;
Channel 203.
Keberadaan saluran ini cukup untuk mengalirkan debit air hujan, dengan kemiringan saluran
rata-rata 0.1%, arah pembungan saluran sebagian kecil dialirkan melalui saluran di sebelah
Barat di luar bandara, sebagian lagi dialirkan melalui saluran atau sungai di sebelah Utara,
dan sebagian lagi dialirkan menuju stilling basin. Sistem jaringan eksisting yang sudah ada
ini, menjadi acuan di dalam perencanaan drainase di dalam Rencana Teknik Terinci (RTT)
Extension Taxiway SP1 & NP1 ini dimana aliran air akan dialirkan menuju saluran utama yang
sudah tersedia, dan juga sebagian dialirkan langsung menuju tampungan air hujan berupa
stilling basin yang berada di sebelah Timur bandara.
Gambaran mengenai sistem jaringan drainase Bandara Soekarno-Hatta ini dapat dilihat di
dalam gambar berikut :
Gambar 4.1.
Sistem Jaringan Drainase Utama Bandara Internasional Soekarno-Hatta
Secara umum sistem jaringan drainase Terminal 3 ini dibagi menjadi 3 kelompok,
disesuaikan dengan outlet dari masing-masing bagian tersebut, adapun pembagian
kelompok ini sebagai berikut :
a. Saluran eksiting Pier 1
Saluran eksisting Pier 1 ini dialirkan menuju saluran 600 yang berada di sebelah
Barat dari bangunan Pier 1;
b. Saluran di areal Apron pengembangan bagian dalam/Main Apron;
Saluran ini terbagi menjadi 4 saluran utama, yaitu saluran A, B, C dan D yang akan
dialirkan menuju channel 202 untuk selanjutnya dialirkan menuju sungai/Kali Dadap;
c. Saluran Di sebelah Timur Pier 2
Saluran ini terdiri atas 4 saluran, yaitu saluran E, Saluran F, Saluran G dan saluran H,
yang akan dialirkan ke areal stilling basin di sebelah Utara.
Gambar 4.2.
Sistem Jaringan Drainase Utama Terminal 3
Dari gambar di atas, dapat dilihat arah aliran air hujan yang berada di areal Terminal 3
Bandara Soekarno-Hatta. Kebutuhan prasarana pengaliran air hujan untuk Apron
Terminal 3 disesuaikan dengan Kebutuhan dan kondisi eksisting yang ada, serta standar
yang berlaku di dalam perencanaan drainase bandara. Beberapa jenis saluran yang akan
digunakan diantaranya yaitu :
a. Saluran Terbuka/Open Channel
Saluran ini ditempatkan pada areal perencanaan east cross taxiway.
b. Box Culvert
Saluran ini ditempatkan pada bagian yang berada di bawah taxiway, dengan dimensi
yang disesuaikan dengan ukuran dimensi saluran eksisting, sehingga tidak terjadi
banyak perubahan dimensi, sedangkan bagian lain ditempatkan pada jalan service
road.
c. Split Gully
Split gully ini ditempatkan di tengah Apron, agar dapat mengalirkan air hujan dengan
cepat sehingga tidak menimbulkan genangan air di tengah Apron, dan mampu
menahan beban pesawat, karena posisinya yang berada di daerah pergerakan
pesawat.
Untuk lebih jelas mengenai sistem saluran khususnya saluran di Terminal 3, dapat dilihat
didalam gambar berikut ini.
Gambar 4.3.
Aliran Drainase Utama Terminal 3
Sistem drainase pada runway dan sekitarnya dapat dirinci sebagi berikut :
1. Tidak diperkenankan ada selokan terbuka kecuali selokan keliling bandar udara
(Interseption Ditch, selanjutnya disebut saluran sekunder) yang menampung air yang
akan memasuki bandar udara dari daerah sekelilingnya. Jadi sistem drainasenya
merupakan gabungan dari surface dan subsurface drainase.
2. Air hujan yang melimpas di atas Runway, Taxiway dan Shoulder dialirkan masuk ke
dalam lubang–lubang inlet yang terletak 75 m dari runway di daerah shoulder. Dari
inlet air dialirkan keluar lewat pipa beton di dalam tanah ke out fall. Dan diteruskan
ke Interseption Ditch. Jika Interseption Ditch terletak di ujung runway, maka harus
dibuat konstruksi selokan tertutup dari beton pada bagian itu. Sungai yang
merupakan daerah yang dekat bagian ujung dari runway juga dapat dimanfaatkan
sebagai alternatif pengaliran akhir beban hujan dari daerah ini.
Debit rencana diperhitungkan berdasarkan jumlah limpasan air hujan (pada intensitas
rancangan) yang membebani daerah bandara. Untuk kawasan yang relatif tidak luas,
beban limpasan air hujan (dalam bentuk direct run off) dapat diperkirakan dengan
metode rasional sebagai berikut :
Q . .I t tc .A
Dengan :
Q = Debit limpasan air hujan ( m3/det )
= Koefisien limpasan
= Koefisien sebaran hujan
I = Intensitas curah hujan selamam waktukonsentrasi tc (l/det/ha, mm3/det/km2)
A = Luas lahan (m2)
Nilai koefisien limpasan () untuk beberapa penutupan lahan adalah sebagai berkut ini :
Tabel 4.1.
Nilai Koefisien Limpasan ()
Kondisi Koefisien
Lahan Limpasan
Atap rumah 0,75 – 0,95
Perkerasan aspal 0,8 – 0,95
Tanah padat sukar tembus air 0,40 – 0,55
Taman 0,05 – 0,25
Waktu konsentrasi untuk daerah yang relatif kecil menurut Kinori (1984) dapat dihitung
dengan menjumlahkan waktu tempuh aliran limpasan pada lebar lahan (dengan
mempertimbangkan jenis penutup permukaan lahan dan kemiringan lahan) dan waktu
tempuh aliran di saluran (dengan mempertimbangkan jenis bahan saluran, dimensi dan
kemiringan dasar saluran). Secara sederhana asumsi tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut :
t c = to + ts
Dengan :
tc = Waktu konsentrasi
to = Waktu tempuh limpasan di permukaan lahan (waktu masuk)
ts = Waktu tempuh aliran melewati saluran (waktu pengaliran)
Dengan waktu konsentrasi yang diperhitungkan terhadap area pembebanan hujan pada
ruas saluran yang bersangkutan, dapat dihitung debit rencana yang dipergunakan
sebagai dasar dalam penetapan dimensi saluran drainase untuk masing–masing ruas
saluran yang ditinjau. Waktu masuk (ti) didapatkan dengan menggunakan Grafik Kurva
Waktu masuk menurut FAA untuk jarak lintasan dan kemiringan tertentu sesuai dengan
kondisi lahan, sedangkan waktu pengaliran di saluran (ts) dihitung berdasarkan
kecepatan aliran minimal untuk mencegah aksi erosi yang dapat menyebabkan di saluran
yang ditetapkan oleh FAA sebesar 2,5 kaki/detik (0,762 meter/detik).
4.2.3. Hidrolika
Ditinjau dari aspek hidrolika, kapasitas saluran drainase direncanakan berdasarkan aliran
dalam saluran terbuka (open channel flow). Kapasitas saluran direncanakan berdasarkan
debit limpasan air hujan yang membebani kawasan perencanaan. Rumusan yang
digunakan untuk analisis kapasitas saluran drainase adalah sebagai berikut :
Q = V xA
Dengan :
Q = Debit saluran (m3/detik)
V = Kecepatan aliran (m/detik)
A = Luas tampang saluran (m2)
R = Jari – jari hidrolis (m)
I = Kemiringan saluran = 1/L (kemiringan dasar saluran ditentukan dengan mempertimbangkan
kecepatan yang akan terjadi dalam saluran, dan ketinggian kolom air yang tersedia di lapangan
berdasarkan elevasi rencana permukaan)
n = Angka kekasaran dasar menurut Manning (kekasaran dasar manning diambil berdasarkan
bahan saluran yang digunakan yaitu beton, sehingga dapat di ambil = 0,015)
Untuk mencegah luapan air diambil terlampauinya kapasitas saluran, dalam perencanaan
saluran drainase diperlukan diberikan tinggi jagaan yang cukup. Besar tinggi jagaan
disesuaikan dengan debit air yang ditampung dan jenis konstruksi saluran yang
digunakan seperti tampak pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2.
Tinggi Jagaan Berdasarkan Debit dan Jenis Bahan
Debit Tinggi Jagaan (m)
(m3/detik)
Saluran Tanah Saluran Pasangan
< 0,5 0,40 0,20
0,5 – 1,5 0,50 0,20
1,5 – 5,0 0,60 0,20
5,0 – 10,0 0,75 0,30
10,0 – 15,0 0,85 0,40
> 15,0 1,00 0,50
a. Hujan Rencana
Hujan merupakan faktor yang terpenting dan sangat mempengaruhi debit dari suatu
pengaliran air hujan. Hujan terjadi karena penguapan air, terutama air dari permukaan
laut yang naik ke atmosfer dan mendingin kemudian menyublin dan jatuh sebagian di
atas laut dan sebagian di atas daratan. Faktor–faktor yang menentukan besarnya curah
hujan rata-rata tahunan di suatu tempat adalah geografis dan waktu.
Tabel 4.3
Data Curah Hujan
No Tahun Curah Hujan
1 1975 105
2 1976 175
3 1977 225
4 1978 165
5 1979 215
6 1980 125
7 1981 240
8 1982 110
9 1983 200
10 1984 90
11 1985 165
12 1986 115
13 1987 145
14 1988 150
15 1989 165
16 1990 120
17 1991 220
18 1992 160
19 1993 150
20 1994 205
21 1995 115
22 1996 240
23 1997 195
24 1998 240
25 1999 210
26 2000 220
27 2001 210
28 2002 200
29 2003 225
30 2004 180
31 2005 156
32 2006 125
Untuk dapat memperkirakan besarnya curah hujan dengan jangka waktu ulang (Tr) tahun
ini, ketersediaan data curah hujan merupakan hal yang sangat penting. Akan lebih baik
apabila data diperoleh dalam waktu yang cukup panjang (misalkan data 5 tahun terakhir).
Dalam perencanaan sistem saluran pembuangan air hujan dibutuhkan data-data curah
hujan yang jatuh di sekitar lokasi. Pengumpulan data curah hujan diambil berdasarkan
data–data curah hujan maksimum harian pada stasiun curah hujan dengan periode
pengamatan 5 tahun.
Tabel 4.4
Reduce Mean (Yn)
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.4952 0.4996 0.5035 0.5070 0.5100 0.5128 0.5157 0.5181 0.5202 0.5220
20 0.5236 0.5252 0.5268 0.5283 0.5296 0.5300 0.5820 0.5882 0.5343 0.5353
30 0.5362 0.5371 0.5380 0.5388 0.5396 0.5400 0.5410 0.5418 0.5424 0.5430
40 0.5436 0.5442 0.5448 0.5453 0.5458 0.5468 0.5468 0.5473 0.5477 0.5481
50 0.5485 0.5489 0.5493 0.5497 0.5501 0.5504 0.5508 0.5511 0.5515 0.5518
60 0.5521 0.5524 0.5527 0.5530 0.5533 0.5535 0.5538 0.5540 0.5543 0.5545
70 0.5548 0.5550 0.5552 0.5555 0.5557 0.5559 0.5561 0.5563 0.5565 0.5567
80 0.5569 0.5570 0.5572 0.5574 0.5576 0.5578 0.5580 0.5581 0.5583 0.5585
90 0.5586 0.5589 0.5589 0.5591 0.5592 0.5593 0.5595 0.5596 0.5598 0.5599
100 0.5600 - - - - - - - - -
Tabel 4.5
Reduced Mean (Yn) Dan Reduced Standard Deviation (Sn)
n Yn Sn n Yn
8 0.48430 0,90430 51 0,54890
9 0.49020 0,92880 52 0,54930
10 0.49520 0,94970 53 0,54970
11 0,49960 0,96760 54 0,55010
12 0.50350 0,98330 55 0,55040
13 0.50700 0,99720 56 0,55080
14 0,51000 1.00950 57 0,55110
15 0,51280 1.02057 58 0,55150
16 0,51570 1.03160 59 0,55180
17 0,51810 1.04110 60 0,55208
18 0,52020 1.49300 62 0,55270
19 0,52200 1.05660 64 0,55330
20 0,52355 1.06283 66 0,55380
21 0,52520 1.36960 68 0,55430
22 0,52680 1.07540 70 0,55477
23 0.52830 1.08110 72 0,55520
24 0,52960 1.08640 74 0,55570
25 0,53086 1.09145 76 0,55610
26 0,53200 1.09610 78 0,55650
27 0,53320 1.10040 80 0,55683
28 0,53430 1.10470 82 0,55720
29 0,53630 1.10860 84 0,55760
30 0.53622 1.11238 86 0,55800
31 0.53710 1.11590 88 0,55830
32 0,53800 1.11930 90 0,55860
33 0,53880 1.12260 92 0,55890
34 0,53960 1.12550 94 0,55920
35 0,54034 1.12847 96 0,55950
36 0,54100 1.13130 98 0,55980
37 0,54180 1.13390 100 0,56002
38 0,54240 1.13630 150 0,56461
39 0,54300 1.13880 200 0,56715
40 0,54362 1.14132 250 0,56878
41 0,54420 1.14360 300 0,56993
42 0,54480 1.14580 400 0,57144
43 0,54530 1.14800 500 0,57240
44 0,54580 1.14990 750 0,57377
45 0,54630 1.15185 1000 0,57450
46 0,54680 0.66790 - -
47 0,54730 0.67140 - -
48 0,54770 0.67490 - -
49 0,54810 0.67840 - -
50 0,54854 0.68190 - -
b. Periode Hujan
Besarnya curah hujan rencana dalam perencanaan ini dapat dihitung dengan
menggunakan metode yaitu Metode Pearson Tipe III.
Tabel 4.6.
Tabel Hubungan Syarat Pemilihan Distribusi Data dengan Parameter Statistik
No Jenis Distribusi Syarat
1 Distribusi Normal g = 0 dan g = 3,0
2 Distribusi Gumbell g = 1,14
3 Distribusi Pearson Tipe III g = 0 dan g ¹ 0
(n 1)(n 2) S 3
n
N 2 . ( X i X t ) 4
i 1
[( N 1)( N 2)( N 3) S 4 ] de
Berdasarkan syarat pemilihan tipe distribusi yang bisa dilihat dalam Tabel 4.3, metode
yang sesuai dengan data tersebut adalah metode Pearson Tipe III. Rumus umum untuk
menghitung analisa frekuensi dengan metode Pearson Tipe III adalah :
XTr = Xa + Sx x K (Tr,g)
Dimana :
XTr = Curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun
Xa = Curah hujan harian maksimum rata-rata
Sx = Standar deviasi data pengamatan
K(Tr,g) = Faktor frekuensi Pearson III yang besarnya tergantung pada harga Tr dan g, yang
di baca pada Tabel 4.4
Tr = Periode ulang T tahun
g = Koefisien skewness
Tabel 4.7
Nilai X dan X2
No Tahun X X2
1 1975 105 11.025
2 1976 175 30.625
3 1977 225 50.625
4 1978 165 27.225
5 1979 215 46.225
6 1980 125 15.625
7 1981 240 57.600
8 1982 110 12.100
9 1983 200 40.000
10 1984 90 8.100
11 1985 165 27.225
12 1986 115 13.225
13 1987 145 21.025
14 1988 150 22.500
15 1989 165 27.225
16 1990 120 14.400
17 1991 220 48.400
18 1992 160 25.600
19 1993 150 22.500
20 1994 205 42.025
21 1995 115 13.225
22 1996 240 57.600
23 1997 195 38.025
24 1998 240 57.600
25 1999 210 44.100
26 2000 220 48.400
27 2001 210 44.100
28 2002 200 40.000
29 2003 225 50.625
30 2004 180 32.400
31 2005 156 24.336
32 2006 125 15.625
32 5561 1.029.311
N = 32
XR = X/N
= 5561/32
= 173.7813 mm
X = 5561
X2 = 5561
SX = ((X2-XR.X)/(N-1))2
= 45.0496
Tabel 4.8
Nilai Yt
n = 32 Yn = 0.5283
Sn = 1.0811
T = 2 Tahun Yt = 0.3665
T = 5 Tahun Yt = 1.4999
T = 10 Tahun Yt = 2.2502
T = 15 Tahun Yt = 2.6054
R24 24
2
3
I =
24 tc
Dimana :
I = Intensitas curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/jam)
R24 = Curah hujan harian maksimum dalam periode ulang T tahun (mm)
tc = Waktu konsentrasi (jam)
I5 = (167.04/24)
Tabel 4.9
Intensitas Curah Hujan
t Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
(menit) I2 I5 I10 I15
5 303.530 389.351 446.163 473.059
10 191.212 245.276 281.065 298.008
15 145.922 187.180 214.493 227.423
20 120.456 154.514 177.060 187.734
25 103.806 133.156 152.586 161.784
30 91.925 117.916 135.122 143.268
35 82.947 106.400 121.926 129.276
40 75.883 97.338 111.541 118.265
45 70.152 89.987 103.117 109.334
50 65.394 83.883 96.123 101.917
55 61.368 78.719 90.205 95.643
60 57.909 74.283 85.122 90.253
65 54.900 70.423 80.698 85.563
70 52.254 67.028 76.808 81.439
75 49.905 64.015 73.356 77.778
80 47.803 61.319 70.266 74.502
85 45.909 58.890 67.483 71.551
90 44.193 56.688 64.960 68.876
Gambar 4.4
Intensitas Hujan
d. Metoda Rational
Penggunaan metoda rasional banyak dipakai di dalam berbagai perhitungan
perencanaan hidrologi, karena metoda ini dianggap mudah untuk di implementasikan
dan mudah dimengerti. Dan cukup akurat dipakai untuk luasan hingga 200 hektar.
Gambar 4.5.
Grafik Rational Methode
Rumus dari debit banjir secara sederhana dapat dilihat sebagai berikut :
Qp = CiA
Dimana :
Qp = Debit banjir (m3/Jam)
C = Koefisien Runoff
I = Intensitas Hujan (mm/Jam)
A = Luas Tangkapan Hujan (M2)
Tabel 4.10.
Runoff Coefficient (C)
Saluran ini ditempatkan pada daerah jalan service road, dengan area tangkapan hujan
yang tidakterlalu besar. Untuk memudahkan pengaliran dipermukaan pada daerah ini di
berikan gratting. Saluran ini lebih sekedar menampung air hujan yang berada disekitar
terminal. Gambaran mengenai saluran ini dapat dilihat didalam Gambar berikut 4.6 dan
4.7.
Gambar 4.6.
Typical 1 Saluran U Gratting
a. Parameter Perencanaan :
W = 1 m
s = 1.7 Ton/M3
ctbc = 2 Ton/M3
cruss aggregate = 1.85 Ton/M3
sand = 1.8 Ton/M 3
c = 2.4 Ton/M3
H1 = 0.9 m
H2 = 0.9 m
Kp = 4.596 (α = 90, β = 0, Ф = 25, δ = 20)
Ka = 0.38
Kas = 0.3645
d. Reinforcement Design
d.1. Bending
d.1.1. Bottom Slab
MU = 3.8303 ton m/m
As Req = MU/Fy Z
= 0.85
fc’ = 250 Kg/cm2 (25 Mpa)
fy = 4000 Kg/cm2
bw = 100 cm
d = 30 cm
Z = 0.85d = 25.5 cm
= 0.85
Max = b
= 0.02071
As Max = .bw. d
= 62.145 cm2
Gambar 4.7.
Typical 2 Saluran U Gratting
Vc = λ 0.53 Ѵfc' bw d
= 25140.1 Kg
> Vu ok
a. Parameter Perencanaan :
W = 1m
s = 1.7 Ton/M3
ctbc = 2 Ton/M3
cruss aggregate= 1.85 Ton/M3
sand = 1.8 Ton/M3
c = 2.4 Ton/M3
H1 = 0.5 m
H2 = 0.5 m
Kp = 4.596 (α = 90, β = 0, Ф = 25, δ = 20)
Ka = 0.357
Kas = 0.355
Kps = 7.013
MB = Pp1 (0.5. h2) + Pp2 (1/3. h2) + 0.5 qu1 (0.5 B)2
= 8.9378 Ton
d. Reinforcement Design
d.1. Bending
d.1.1. Bottom Slab
MU = 3.4700 ton m/m
As Req =
= 0.85
fc’ = 250 Kg/cm2 (25 Mpa)
fy = 4000 Kg/cm2
bw = 100 cm
d = 30 cm
Z = 0.85d = 25.5 cm
= 0.85
As Req = 4.00 cm2
As Min = 0.25% bw d
= 7.5 cm2
ρb =
= 0.02762
Max = b
= 0.02071
As Max = .bw. d
= 62.145 cm2
Vc = λ 0.53 Ѵfc' bw d
= 25140.1 Kg
> Vu ok
Gambar 4.8.
Saluran U Shaped With Gratting
Saluran ini di tempatkan pada daerah apron, yang lebih tertutup, sehingga penampungan
air hujan ini menggunakan area sempit di tengah saluran. Hal ini di lakukan agar tidak
terjadi kemungkinan patah akibat beban pesawat yang bekerja diatas saluran. Typical
saluran ini lebih pada bangunan struktur beton bertulang yang di jepit oleh pavement
apron. Gambaran mengenai sal ini dapat dilihat didalam Gambar 4.8 dan 4.9 berikut ini.
Gambar 4.9.
Typical 1 Saluran Split Gully
a. Parameter Perencanaan :
W = 1m
s = 1.7 Ton/M3
ctbc = 2 Ton/M3
cruss aggregate= 1.85 Ton/M3
sand = 1.8 Ton/M3
c = 2.4Ton/M3
H1 = 0.9 m
H2 = 1.8 m
Kp = 4.596 (α = 90, β = 0, Ф = 25, δ = 20)
Ka = 0.38
Kas = 0.3645
Pa1 = (qu1 + γc. 0.55 + γCTBC. 0.15 + γCrush. 0.15 + γSand. 0.6). W. h1. Ka
= 3.0429 Ton
d. Reinforcement Design
d.1. Bending
d.1.1. Bottom Slab
MU = 3.8303 ton m/m
As Req =
= 0.85
fc’ = 250 Kg/cm2 (25 Mpa)
fy = 4000 Kg/cm2
bw = 100 cm
d = 30 cm
Z = 0.85d = 25.5 cm
= 0.85
As Req = 4.42 cm2
As Min = 0.25% bw d
= 7.5 cm2
ρb =
= 0.02762
Max = b
= 0.02071
As Max = .bw. d
= 62.145 cm2
Vc = λ 0.53 Ѵfc' bw d
= 25140.1 Kg
> Vu ok
Gambar 4.10.
Typical 2 Saluran Split Gully
a. Parameter Perencanaan :
W =1m
s = 1.7 Ton/M3
= 2 Ton/M3
cruss aggregate= 1.85 Ton/M3
and = 1.8 Ton/M3
c = 0.5 Ton/M3
H1 = 0.5 m
H2 = 1.8 m
Kp = 4.596 (α = 90, β = 0, Ф = 25, δ = 20)
Ka = 0.357
Kas = 0.355
Kps = 7.013
MB = Pp1 (0.5. h2) + Pp2 (1/3. h2) + 0.5 qu1 (0.5 B)2
= 8.9231 Ton
d. Reinforcement Design
d.1. Bending
d.1.1. Bottom Slab
MU = 3.5133 ton m/m
As Req =
= 0.85
fc’ = 250 Kg/cm2 (25 Mpa)
fy = 4000 Kg/cm2
bw = 100 cm
d = 30 cm
Z = 0.85d = 25.5 cm
= 0.85
ρb =
= 0.02762
Max = b
= 0.02076
As Max = .bw. d
= 62.145 cm2
Vc = λ 0.53 Ѵfc' bw d
= 25140.1 Kg
Gambar 4.11.
Saluran Split Gully
Saluran box culvert di tempatkan dibawah permukaan pavement, dan bersifat struktur
beton bertulang, sebagaimana terlihat didalam gambar berikut ini.
Gambar 4.12.
Typical 1 Saluran Box Culvert
Tabel 4.10.
Distribusi Momen
A B D E
JOINT C F
MEMBER AF AB BA BC BE CB CD DC DE ED EB EF FE FA
EI/L 0.4255 0.7407 0.7407 0.7407 0.4255 0.7407 0.4255 0.4255 0.7407 0.7407 0.4255 0.7407 0.7407 0.4255
Cycle DF 0.3649 0.6351 0.3884 0.3884 0.2231 0.6351 0.3649 0.3649 0.6351 0.3884 0.2231 0.3884 0.6351 0.3649
- - - - -
1 FEM 1.5683 1.5692 -1.5692 1.5692 0 1.5692 1.5683 1.0682 1.0631 1.0631 0 1.0631 1.0631 1.0682
- - -
BAL 0.0003 0.0006 0 0 0 0.0006 0.0003 0.0019 -0.0032 0 0 0 0.0032 0.0019
- - -
2 CO 0.0009 0 -0.0003 0.0003 0 0 0.0009 0.0002 0 0.0016 0 0.0016 0 0.0002
- - - -
BAL 0.0003 0.0006 0 0 0 0.0006 0.0003 0.0001 0.00011 0 0 0 0.0001 0.0001
- - -
3 CO 0 0 0.00029 0.0003 0 0 0 0.0002 0 0.0001 0 0.0001 0 0.0002
-
BAL 0 0.0000 0 0 0 0 0 0.0001 -0.0001 0 0 0 0.0001 0.0001
-
4 CO 0 0 -1E-05 0 0 0 0 0 0 0.0001 0 0.0001 0 0.0000
5 CO 0 0 1E-05 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0000 0 0
BAL 0 0 0 0 0 0 0 0 -4E-06 0 0 0 0 0
6 CO 0 0 -3E-07 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BAL 0 0 0 0 0 0 0 0 1E-07 0 0 0 0 0
SUM -1.569 1.569 -1.569 1.569 0 -1.569 1.569 -1.070 1.060 -1.062 0 1.062 -1.060 1.070
a. Parameter Perencanaan :
W = 1m
= 1.7 Ton/M3
ctbc = 2 Ton/M3
cruss aggregate = 1.85 Ton/M3
and = 1.8 Ton/M3
c = 2.4 Ton/M3
H1 = 0.9 m
H2 = 0.9 m
Kp = 4.596 (α = 90, β = 0, Ф = 25, δ = 20)
Ka = 0.38
Kas = 0.3645
Kps = 7.013
Pa1 = (qu1 + γc. 0.55 + γCTBC. 0.15 + γCrush . 0.15 + γSand. 0.6). W. h1. Ka
= 2.9609 Ton
Pa2 = 0.5 γs h12 Ka
= 0.2616 Ton
P active = Pa1 + Pa2 + Pa01 + Pa02
= 5.2865 Ton
d. Reinforcement Design
d.1. Bending
d.1.1. Bottom Slab
MU = 1.569
As Req =
= 0.85
fc’ = 250 Kg/cm2 (25 Mpa)
fy = 4000 Kg/cm2
bw = 100 cm
d = 30 cm
Z = 0.85d = 25.5 cm
= 0.85
= 62.145 cm2