Вы находитесь на странице: 1из 14

Bidai atau spalk a d a l a h a l a t d a r i k a y u , a n y a m a n k a w a t a t a u b a h a n

l a i n y a n g k u a t tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga


agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat
dan mengurangi rasa sakit.
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada
c e d e r a / t r a u m a s i s t e m muskuloskeletal untuk mengistirahatkan ( immobilisasi)
bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat.
Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh
yangmengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku
maupun fleksibel sebagai fixator/imobilisator.

Beberapa macam jenis bidai :

a.Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang
kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan
sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan
yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

b.Bidai traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang
paha.
Contoh: bidai traksi tulang paha

c.Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong.
Contoh: majalah, koran, karton dan lain-lain.
d.Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai
mitela(kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana
untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh: gendongan lengan.

Tujuan pembidaian:
· Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami dislokasi.
· Untuk meminimalisasi / mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar tulang yang
patah.
· Untuk mengurangi perdarahan & bengkak yang timbul.
· Untuk mencegah terjadinya syok.
· Untuk mengurangi nyeri.
· Mempercepat penyembuhan.

Indikasi Pembidaian
· Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
· Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
· Dislokasi persendian

Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian tubuh
ditemukan :
· Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek.
· Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau
mengalamiangulasi abnormal
· Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
· Posisi ekstremitas yang abnormal
· Memar
· Bengkak
· Perubahan bentuk
· Nyeri gerak aktif dan pasif
· Nyeri sumbu
· Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan
ekstremitasyang mengalami cedera (Krepitasi)
· Perdarahan bisa ada atau tidak
· Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
· Kram otot di sekitar lokasi cedera

Jika mengalami keraguan apakah terjadi fraktur atau tidak, maka


perlakukanlah pasien seperti orang yang mengalami fraktur.

Kontra Indikasi Pembidaian


Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasandan
sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasidan atau
gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko
memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknyapembidaian tidak perlu
dilakukan.

Komplikasi Pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa
ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :
· Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur olehujung fragmen
fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasilainnya pada bagian tubuh
yang mengalami fraktur saat memasang bidai.
· Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat.
· Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderitamenunggu
terlalu lama selama proses pembidaian.

Jenis Pembidaian
· Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit.Bahan
untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya.Bertujuan untuk mengurangi rasa
nyeri dan menghindarkan kerusakan yang lebih berat.B i s a d i l a k u k a n o l e h
s i a p a p u n y a n g s u d a h m e n g e t a h u i p r i n s i p d a n t e k n i k d a s a r pembidaian.

· Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif


Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit).Pembidaian
dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi.Menggunakan alat dan bahan
khusus sesuai standar pelayanan (gips, dll).Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
sudah terlatih

Prinsip pembidaian
1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan
dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan
ketandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan
danpembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan
setiap terjadikecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan
sebagai fraktur.

Prinsip umum dalam tindakan pembidaian


1. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal
d a e r a h fraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di
bawahdan di atas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur,
maka bidai harus bisa mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut.
2. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami frakturmaupun
dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan.
Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka p e m b i d a i a n
d i l a k u k a n a p a a d a n y a . Pada trauma
s e k i t a r s e n d i , p e m b i d a i a n h a r u s m e n c a k u p t u l a n g d i bagian proksimal dan
distal.
3. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan
traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian
4. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien
merasakanpeningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi.
Jikaanda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikansebelum
ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan b a i k , k a r e n a
kedua ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkantambahan
k e r u s a k a n j a r i n g a n d a n b e r e s i k o u n t u k m e n c e d e r a i s a r a f atau pembuluh
darah.
5. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama
pada daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll),yang sekaligus untuk mengisi
sela antara ekstremitas dengan bidai.
6. Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian
yang luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan padabidai, yakni pada beberapa
titik yang berada pada posisi :
a.superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur
b.diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama
c.inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur
d.diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)
7. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat
sehinggamengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan
bahwapemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atau peregangan
pada bagian yang cedera.
8. Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat
9. Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan
d a l a m tindakan pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yangsesuai
untuk membidai, cedera pada tungkai bawah seringkali dapat dilindungi dengan
merekatkan tungkai yang cedera pada tungkai yangtidak terluka. Demikian pula bisa
diterapkan pada fraktur jari, denganmerekatkan pada jari disebelahnya sebagai
perlindungan sementara.
10. Kantong es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahuludibungkus dengan perban
elastis. Harus diberikan perhatian khusus untukm e l e p a s k a n k a n t o n g e s s e c a r a
b e r k a l a u n t u k m e n c e g a h “ c o l d i n j u r y ” pada jaringan lunak. Secara umum,
es tidak boleh ditempelkan secaraterus menerus lebih dari 10 menit.
Ekstremitas yang mengalami cederasebaiknya sedikit ditinggikan posisinya
untuk meminimalisasipembengkakan.

Prosedur Dasar Pembidaian


1. Mempersiapkan penderita
· Penanganan kegawatan (Basic Life Support)
· Menenangkan penderita. Jelaskanlah bahwa akan memberikan
pertolongankepada penderita.
· Pemeriksaan untuk mencari tanda fraktur atau dislokasi.
· Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang
prosedurtindakan yang akan dilakukan.
· Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan
ataumemindahkan korban sampai daerah yang patah tulang distabilkankecuali
jika keadaan mendesak (korban berada pada lokasi yang berbahaya, bagi korban
dan atau penolong)
· Sebaiknya guntinglah bagian pakaian di sekitar area fraktur. Jikadiperlukan, kainnya
dapat dimanfaatkan untuk proses pembidaian.
· Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahan. Bersihkanluka dengan
cairan antiseptik dan tekan perdarahan dengan kasa steril.Jika luka tersebut mendekati
lokasi fraktur, maka sebaiknya dianggapbahwa telah terjadi patah tulang terbuka.
Balutlah luka terbuka ataufragmen tulang yang menyembul dengan bahan yang
se-steril mungkin
· Pasang Collar Brace maupun sejenisnya yang dapat digunakan untuk menopang
leher jika dicurigai terjadi trauma servikal
· Tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas yang
berat sebaiknya hanya dilakukan jika ditemukan adanya gangguan denyut nadiatau
sensasi raba sebelum dilakukannya pembidaian. Proses pelurusanini harus
hati-hati agar tidak makin memperberat cedera.
· Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur:
-Periksa nadi di daerah distal dari fraktur, normal, melemah, ataukah bahkan
mungkin menghilang?
-Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekanlah kuku jari padaekstremitas
yang cedera dan ekstremitas kontralateral secarabersamaan. Lepaskan tekanan
secara bersamaan. Periksalah apakahpengembalian warna kemerahan terjadi
bersamaan ataukah terjadiketerlambatan pada ekstremitas yang mengalami fraktur.
-Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus langsungdibawa ke
rumah sakit secepatnya.
· Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, maka sebaiknya
perhiasan yang dipakai pada lokasi itu dilepaskan, setalah andamenjelaskan pada
penderita.
· Pada fraktur terbuka, kecepatan penanganan merupakan hal yang esensial.Jangan
pernah menyentuh tulang yang tampak keluar, jangan pernah pulamencoba untuk
membersihkannya. Manipulasi terhadap fraktur terbukatanpa sterilitas hanya akan
menambah masalah.

2. Persiapan alat
· Bidai dapat menggunakan alat bidai standar telah dipersiapkan, namunjuga bisa
dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnya ranting pohon, papan
kayu, dll. Panjang bidai harus melebihi panjangtulang dan sendi yang akan dibidai.
· Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll) sebaiknya dibungkus/dibalut
terlebih dahulu dengan bahan yang lebih lembut (kain, kassa, dll)
· Bahan yang digunakan sebagai pembalut pengikat untuk pembidaianbisa berasal dari
pakaian atau bahan lainnya. Bahan yang digunakanuntuk membalut ini harus bisa
membalut dengan sempurnamengelilingi extremitas yang dibidai untuk
mengamankan bidai yang digunakan, namun tidak boleh terlalu ketat yang bisa
menghambat sirkulasi

3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang,
diukur dahulupada sendi yang sehat.
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di
antara bagianyang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh
darah, atau penekanansyaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai
dari sebelahatas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di
atas bagian fraktur.
6. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh
yangdibidai.
7. I k a t a n j a n g a n t e r l a l u k e r a s a t a u k e n d o r. I k a t a n h a r u s c u k u p
j u m l a h n y a a g a r s e c a r a keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
8. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
9. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera


· Fraktur cranium dan tulang wajah
Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan
pada tempatyang dicurigai mengalami fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai
adanya fraktur tulangbelakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang
belakang. Ada beberapa bidaikhusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah
(bersifat bidai definitif), namun tidak dibahas pada sesi ini karena biasanya dilakukan
oleh para ahli.

· Pembidaian leher
Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan
p e m b a l u t a n . P e m b a l u t a n dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan
bagian leher dan kepala. Pembalutan dianggap efektif jika mampu meminimalisasi
pergerakan daerah leher.Jika tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan
cervical Collar

· Tulang klavikula
Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif yaitu
dengan“ransel bandage” (lihat gambar 2). Pembebatan yang efektif akan berfungsi untuk
traksidan fiksasi, sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi
yangseanatomis mungkin, sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil
yangcukup baik.

· Tulang iga
Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah
bagian patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan
sebagai pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan ke
rumah sakit adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada dinding dada, memasang
sling untuk merekatkan lengan pada sisi dada yang mengalami cedera sedemikian
sehingga menempelsecara nyaman pada dada.

· Lengan atas
ü Pasanglah sling (kain segitiga) untuk gendongan lengan bawah,
s e d e m i k i a n s e h i n g g a s e n d i s i k u membentuk sudut 90%, dengan cara
ü Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan
puncak d a r i s l i n g b e r a d a p a d a b a h u s i s i l e n g a n y a n g t i d a k c e d e r a .
posisikan lengan b a w a h sedemikian sehingga posisi tangan sedikit
terangkat (kira-kira membentuk sudut 10°).ikatlah dua ujung sling pada bahu
dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di sisi siku.
ü Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada
bagian sisilateral dinding thoraks
ü Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi
l a t e r a l l e n g a n a t a s y a n g mengalami fraktur.- Bebatlah lengan atas diantara
papan bidai (di sisi lateral) dan dinding thorax (pada sisi medial).
ü Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan menggunakan
kain yang lebar.

· Lengan bawah
o Imobilisasi lengan yang mengalami cedera.
o Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak
antara siku sampai ujung telapak tangan
o Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera
o Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi
membuat sudut 90°terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan
secara perlahan dan hati-hati
o Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan
agar berada dalam posisi fungsional
o Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel
antara sikusampai ujung jari
o Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa
pergelangan tangan sudah terimobilisasi
o Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai
o Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi
pembidaian,untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat
o Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara
Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling
berada pada siku, dan puncak d a r i s l i n g b e r a d a p a d a b a h u
sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan
b a w a h sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat
(kira-kira membentuk sudut 10°).ikatlah dua ujung sling pada
bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di sisi
siku.

· Fraktur Tangan dan Pergelangan Tangan


Ekstremitas ini seharusnya dibidai dalam “posisi dari fungsi mekanik”, yakni posisi
yangsenatural mungkin. Posisi natural tangan adalah pada posisi seperti sedang
menggenggamsebuah bola softball. Gulungan pakaian atau bahan bantalan yang
lain dapat diletakkanpada telapak tangan sebelum tangan dibalut.

· Tulang jari
Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan
merekatkanpada jari di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting)

· Tulang punggung
Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus
dibidaimenggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.

· Fraktur Panggul
Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorangyang
berusia tua terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul,maka sebaiknya
dianggap mengalami fraktur.
Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau ditemukan
pemendekandan atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral.
Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggul harus
menggunakan tandu. Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan
pada tungkai yang tidak cedera sebagai bidai.Anda bisa melakukan penarikan/traksi
untuk mengurangi rasa nyeri, jika perjalanan menuju rumah sakit cukup jauh,
dan terdapat orang yang bisa menggantikan anda saat andasudah kelelahan.

· Tungkai atas
Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggungbawah sampai
dengan di bawah lutut pada tungkai yang cedera. Traksi pada cedera tungkai lebih
sulit, dan resiko untuk terjadinyacedera tambahan akibat kegagalan traksi
seringkali lebih besar.Sebaiknya jangan mencoba untuk melakukan traksi
pada cederatungkai kecuali jika orang yang membantu pembidaian telah siapuntuk
memasang bidai.

· Fraktur/dislokasi sendi lutut


Cedera lutut membutuhkan bidai yang memanjang antara pinggul sampai
dengan pergelangan kaki. Bidai ini dipasang pada sisibelakang tungkai dan pantat

· Tungkai bawah

1. Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera untuk mengurangi nyeri dan mencegah
timbulnya kerusakan yanglebih berat
2. Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapaijarak antara telapak
tangan sampai dengan diatas lutut.
3. Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali untuk mengikat bidai
4. Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus
5. Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai, sehinggabidai dalam posisi
memanjang antara sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki
6. Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai bawah sejajar dengan bidai yang
dipasang di sisi bawah tungkai
7. Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah lokasi fraktur. Pastikan bahwa
lutut dan pergelangan kaki sudahterimobilisasi dengan baik
8. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai
9. Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi
pembidaian, untuk memastikan bahwapemasangan bidai tidak terlalu ketat

· Fraktur/dislokasi pergelangan kaki


Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukupdengan menggunakan
pembalutan. Gunakan pola figure of eight: Dimulai dari sisi bawah kaki, melalui sisi
atas kaki,mengelilingi pergelangan kaki, ke belakang melalui sisi ataskaki, kesisi bawah
kaki, dan demikian seterusnya.
Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakang dan sisi lateral
pergelangan kaki untuk mencegahpergerakan yang berlebihan. Saat melalukan
tindakanimobilisasi pergelangan kaki, posisi kaki harus selalu dijagapada sudut yang
benar

· Fraktur/dislokasi jari kaki


Sebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya dibantudengan
merekatkan jari yang cedera pada jari di sebelahnya.

Evaluasi pasca pembidaian


Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian. Misalnya jika membidai lenganmaka
periksa sirkulasi dengan memencet kuku ibu jari selama kurang lebih 5 detik.
Kuku akan berwarna putih kemudian kembali merah dalam waktukurang dari 2 detik
setelah dilepaskan.
Pemeriksaan denyut nadi dan raba seharusnya diperiksa di bagian
bawah bidai paling tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu
ketat,atau kesemutan, maka pembalut harus dilepas seluruhnya. Dan
kemudian bidai di pasang kembali dengan lebih longgar.
Tekan sebagian kuku hingga putih, kemudian lepaskan.Kalau 1-2 detik berubah
menjadi merah, berarti balutan bagus. Kalau lebihdari 1-2 detik tidak berubah warna
menjadi merah, maka longgarkan lagi balutan, itu artinya terlalu keras.
Meraba denyut arteri dorsalis pedis pada kaki  (untuk kasus di kaki).Bila tidak
teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.Meraba denyut arteri radialis pada tangan
untuk kasus di tangan. Bilatidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.

DAFTAR PUSTAKA
Perry, Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar
Azis Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM

DepartemenKesehatan RI. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat.Jakarta.Departemen


Kesehatan. 2003.

Stone,Keith. Current Diagnosisi & Treatment: Emergency Medicine. 6th Ed. Lange.2008.

Schwartz. Principle of Surgery. Mc Graw Hill. Eight edition. 2005.

Вам также может понравиться