Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Jaringan jalan dalam UU 22 tahun 2009 (Sekretariat Negara, 2009) adalah
serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
Aksesibilitas menurut Black (1981) adalah suatu ukuran kenyamanan atau
kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau
sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi.
Simpul lalu lintas dalam UU 22 tahun 2009 (Sekretariat Negara, 2009) adalah
tempat yang diperuntukkan bagi pergantian antarmoda dan intermoda yang
berupa terminal, stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan
danau, dan/atau bandar udara.
Terminal dalam UU 22 tahun 2009 (Sekretariat Negara, 2009) adalah
pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur
kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau
barang, serta perpindahan moda angkutan.
Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam UU 22 tahun 2009
(Sekretariat Negara, 2009) adalah Ruang Lalu Lintas, Terminal, dan
Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan dan
pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung.
Angkutan dalam UU 22 tahun 2009 (Sekretariat Negara, 2009) adalah
perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan.
B. Pengertian Organisasi
a. “Organization as the process of dividing up work or arranging personal
to handle the work of the enterprise” artinya organisasi adalah sebagai
proses pembagian tugas, mengatur pegawai-pegawai untuk memikul
tugas atau pekerjaan dari suatu badan usaha(Yoseph Kingsbury &Robert
Wilcox 1961).
b. “Organization is the act or process of bringing together or arranging the
related groups of the agency into a working whole” artinya organisasi
merupakan suatu kegiatan atau suatu proses menghimpun atau mengatur
kelomok-kelompok yang saling mengadakan hubungan dari unit
perwakilan ke dalam suatu pekerjaan yang menyeluruh (Harleigh B.
Trecker 1950).
C. Pengertian Pelayanan
Pengertian pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi
dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin
secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan
orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus)
apa yang diperlukan orang lain. Servis berasal dari orang-orang bukan
perusahaan. Tanpa memberi nilai pada diri sendiri, tidak akan member nilai
apa-apa. Demikian halnya pada organisasi atau perusahaan yang esensial
merupakan kumpulan orang-orang.Oleh karena itu harga diri yang tertinggi.
Sementara istilah pelayanan publik yang berasal dari bahasa inggris (public),
terdapat beberapa pengertian yang memiliki variasi arti dalam bahasa
Indonesia yaitu umum masyarakat, dan Negara. Publik dalam pengertian
umum atau masyarakat dapat ditemukan dalam istilah public offering
(penawaran umum), public ownership (milik umum), dan public utility
(perusahaan umum), public relation (hubungan masyarakat), Public service
(pelayanan masyarakat).Public interest (kepentingan umum) dll.Sedangkan
dalam pengertian Negara salah satunya adalah public authorities (otoritas
Dalam konsep pelayanan dikenal dua jenis pelaku pelayanan yaitu penyedia
layanan dan penerima layanan.Penyedia layanan atau service provider
(Barata, 2003:11) adalah pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu
kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan
penyerahan barang atau jasa-jasa (service).Penerima layanan atau service
reciver adalah pelanggan (customer) atau konsumen (customer) yang
menerima layanan dari para penyedia layanan.
Dari sisi lain sektor swasta berperan dalam hal penyediaan barang dan jasa
yang bersifat privat. Situasi persaingan selalu timbul dalam penyelenggaraan
penyediaan barang dan jasa oleh sektor swasta.Ada kalanya pemerintah juga
menyediakan layanan barang privat. Untuk menghindari crowding out effect,
dimana pemerintah lebih berperan sebagai competitor pemain pasar lainnya,
perlu diatur secara jelas, mana barang dan jasa yang harus diserahkan ke
swasta, mana yang dapat dikerjakan secara bersama-sama dan mana yang
murni dikerjakan oleh pemerintah.
Freddy Rangkuti (2008 : 17) menyatakan bahwa, salah satu cara agar
penjualan jasa satu perusahaan lebih unggul dibandingkan dengan para
pesaingnya adalah dengan memberikan pelayanan yang berkualitas dan
bermutu, yang memenuhi tingkat kepentingan konsumen. Tingkat
kepentingan konsumen terhadap jasa yang akan mereka terima dapat dibentuk
berdasarkan pengalaman dan saran yang mereka peroleh. Konsumen memilih
pemberi jasa berdasarkan peringkat kepentingan. Dan setelah menikmati jasa
tersebut mereka cenderung akan membandingkannya dengan yang mereka
harapkan.
Jasa menurut Kotler (1994), Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, (2008 : 6),
adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan satu pihak kepada
pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apapun. Produksi jasa bisa berkaitan dengan produk fisik atau
sebaliknya. Pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara
bersamaan, dimana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa
mempengaruhi hasil jasa tersebut.
Menurut Goetsh dan Davis (Fandy Tjiptono, 2006 : 51) kualitas merupakan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses dan lingkungan yang memenuhi dan melebihi harapan. Sedang
Kualitasmenurut Anang Hidayat (2007 : 207) adalah penyelarasan
produk/jasa/proses terhadap persepsi konsumen tentang nilai-nilai dari
kualitas itu sendiri. Kualitas jasa yang ditawarkan tidak dapat dipisahkan dari
mutu yang menyediakan jasa, menurut istilah Richard Chase (1978 : 137)
disebut “High Contact” (kontak tinggi). Pada usaha jasa yang memakai
banyak tenaga orang, harus diberikan perhatian khusus terhadap mutu
penampilan orang tersebut, (Buchari Alma, 2007 : 251). Jasa sifatnya tidak
berwujud, karena itu konsumen akan memperhatikan benda berwujud yang
memberi layanan, sebagai patokan terhadap kualitas jasa yang ditawarkan.
Misal jasa angkutan bis, dinilai oleh konsumen dari keadaan bis, merk bis,
nama baik bis, kebersihan, dan sebagainya, (Buchari Alma, 2007 : 252).
Kualitas pelayanan jasa menurut Wyckof (Fandy Tjiptono, 2006 : 59) adalah
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut memenuhi pelanggan. Philip Kotler dan Kevin Lane
Keller (2007 : 207), pelanggan berperilaku guna memaksimumkan nilai.
Mereka membentuk harapan akan nilai dan bertindak berdasarkan harapan
itu. Pembeli akan membeli dari perusahaan yang mereka anggap menawarkan
nilai bagi pelanggan (customer delivered value) tertinggi, yang didefinisikan
sebagai selisih antara nilai pelanggan total dan biaya pelanggan total.
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2007 : 173-174), nilai yang dipikirkan
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa tingkat pelayanan adalah suatu tingkatan
dimana terdapat standar/batasan minimal kualitas pelayanan yang dipenuhi
oleh perusahaan yang arahnya untuk mencapai kepuasan pelanggannya.
D. Pelayanan Prima
Kompetensi pelayanan prima yang diberikan oleh aparatur pemerintah kepada
masyarakat selain dapat dilihat dalam Keputusan MenPan Nomor 81/1993,
Salah satu keluhan yang sering terdengar dari masyarakat yang berhubungan
dengan aparatur pemerintah adalah selain berbelit-belit akibat birokrasi yang
kaku, juga perilaku oknum aparatur yang kadang kala kurang
bersahabat.Realita demikian ini memerlukan kepedulian dari kalangan
aparatur, agar masyarakat mendapatkan layanan prima. Keprimaan dalam
pemberian layanan pada gilirannya akan mendapatkan pengakuan atas
kualitas pelayanan yang memuaskan masyarakat (pelanggan).
Layanan prima adalah layanan yang memberikan kepuasan pelanggan. Hal ini
sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(MENPAN) Nomor 81/1995. Dalam keputusan ini dijelaskan sendi-sendi
pelayanan prima yaitu:
a. Kesederhanaan, dalam arti bahwa prosedur/tata cara pelayanan
diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah
dipahami dan mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan dan kepastian dalam arti adanya kejelasan dan kepastian
mengenai:
- Prosedur/tatacara pelayanan umum
- Persyaratan pelayanan umum, baik teknis maupun administrative
- Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
G. Aspek Legalitas
Aspek legalitas merupakan aspek yang dilihat berdasarkan kepada peraturan
dan undang-undang yang berlaku.
1. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Bab VI) Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu
H. Kronologis
1. Periode 2011 s.d. 2013 (Usulan Pembentukan Badan Otoritas
Transportasi Jabodetabek (OTJ))