Вы находитесь на странице: 1из 3

2.

Pendekatan STM Di Indonesia

Gerakan pendekatan STM di Indonesia menurut Hidayat (1997) merupakan respon atas
kondisi dan situasi dan situasi pendidikan yang pada umumnya menunjukkan bahwa:

 Siswa pada umumnya kurang dapat menerapkan konsep dan proses sains yang mereka
pelajari di sekolah dalam kehidupan mereka sehari-hari.
 Otoritas guru yang menonjol, dimana guru menganggap dirinya sebagai sumber
informasi yang harus dipelajari siswa.
 Pembelajaran sains pada umumnya dilakukan didalam kelas dan guru jarang
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajarnya.

Sebagaimnana telah diuraikan dalam bab I bahwa hakikat sains adalah sebagai produk
dan proses, maka dalam pembelajarannya diharapkan tidak hanya menyampaikan pengetahuan
yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja melainkan juga tentang proses bagaimana produk
sains tersebut ditemukan. Oleh karena itu, pemilihan materi dan pendekatan pembelajaran
merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran sains.
Disamping itu, bila dilihat salah satu fungsi mata pelajaran adalah mengembangkan kesadaran
tentang adanya hubungan / keterkaitan yang saling mempengaruhi antara sains-pengetahuan-
teknologi dan masyarakat, maka dalam pembelajarannya dibutuhkan wahana yang dapat
memfasilitasi tumbuhnya kesadaran tersebut. Untuk itu dalam pembelajaran sains perlu dikaitkan
dengan teknologi, karena pada dasarnya, teknologi antara sains dan teknologi memiliki
hubungan timbal balik artinya pengembangan sains akan menghasilkan pengetahuan dasar yang
dibutuhkan untuk pengembangan teknologi, sementara pengembangan teknologi dapat
menghasilkan cara atau sarana bagaimana memecahkan masalah sains yang ada.

Di Indonesia gagasan penerapan pendekatan STM sebetulnya sudah dimunculkan dalam


Garis-Garis Besar Program Pengajaran materi sains Kurikulum 1994n namun dalam praktik di
lapangan masih jarang bahkan bisa dikatakan belum diterapkan. Penerapan pendekatan STM
pada umumnya masih terbatas pada tahap uji coba/ penelitian-penelitian. Disinyalir salah satu
kendala yang menyebabkan adalah belum dipahami dengan baik bagaimana operasionalisasi
pendekatan tersebut bagi sebagian besar guru sains.

Pentingnya untuk mengembangkan pembelajaran sains lewat pendekatan STM tertuang


kembali dalam Kurukulum Berbasis Kompetensi yang secara resmi mulai diterapkan tahun 2004.
Dalam kurikulum tersebut secara eksplisit ditegaskan bahwa Salingtemas (sains, lingkungan,
teknologi dan masyarakat) merupakan salah satu aspek yang “harus” dipelajari siswa dalam
pembelajaran sains.
3. Keterkaitan Sains dan Teknologi dengan Pendekatan STM

Contoh kongkrit yang menunjukkan dan adanya hubungan timbal balik antara sains dan
teknologi dapat dipaparkan sbb:

Salah satu produk yang dihasilkan lewat proses sains adalah prinsip bahwa lensa
cembung dapat memperbesar bayangan benda. Prinsip ini dipakai untuk menciptakan produk
teknologi yang berbentuk mikroskop. Setelah diciptakan mikroskop maka dapat ditemukan fakta
bahwa unit/struktur dasar makhluk adalah sel. Ditemukannya sel akanb menimbulkan rasa ingin
tahu manusia lebih lanjut tentang apa yang ada dalam sel dan bagaimana proses yang terjadi
dalam sehingga menyebabkan tubuh makhluk hidup menjadi besar. Hal ini akan memacu untuk
penciptaan teknologi pembesar, bayangan benda yang lebih kuat/baik, sehingga memacu
terjadinya perkembangan tipe mikroskop. Mikroskop yang senula dibuat hanya mikroskop
cahaya, lambat laun dapat diciptakan mikroskop fase kontras dan mikroskop elektron. Setelah
terciptanya teknologi yang lebih canggih bermunculan penemuan-penemuan fakta atau prinsip
sains yang baru, begitu seterusnya.

Dari sudut pandang yang lain Bybee (1998) menggambarkaan keterkaitan antara sains
dan teknologi seperti skema pada gambar 8:

Skema dalam gambar 8 tersebut menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara metode
inkuiri dalam sains dengan strategi dalam teknologi, serta antara penjelasan dengan sains dengan
dengan solusi teknologi. Dalam arti teknologi tergantung pada keakuratan informasi sains dan
tidak bisa bertentangan dengan hukum/prinsip-prinsip sains. Sebaliknya sains tergantung pada
sebagai penyedia sarana untuk melakukan observasi-observasinya. Disamping itu sains dan
teknologi memberikan hasil yang bermanfaat bagi masyarakat. Manfaat langsung dari sains
adalah memberikan memberikan pemahaman yang benar tentang alam, sedang manfaat langsung
dari solusi teknologi adalah memfasilitasi atau memberikan jalan/kemudahan bagi manusia untuk
merespon lingkungannya.
Disisi lain salah satu tujuan pembelajaran sains adalah menanamkan pengetahuan dan
konsep sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, maka materi pembelajaran sains juga
harus membumi artinya tidak asing bagi siswa sehingga fakta/fenomenanya dapat dengan mudah
dijumpai dan diaplikasikan dalam kehidupannya.

Begitu juga tentang teknologi seharusnya tidak lepas dari kehidupan masyarakat, artinya
teknologi yang dikembangkan harus mempertimbangkan aspek sosial dan etika sehingga
memberikan manfaat yangt berarti bagi masyarakat. Oleh karena itu agar tujuan tersebut dapat
terealisir maka sejak awal perlu dikembangkan pendekatan STM dalam pembelajaran sains.

Вам также может понравиться