Вы находитесь на странице: 1из 23

TEKNOLOGI TERAPAN DALAM PELAYANAN NIFAS

OBAT DAN VAKSIN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Teknologi Tepat Guna Pelayanan Kebidanan

Dosen Pembimbing :
Rahajeng Siti Nur Rahmawati, M.Keb

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:


1.RAHMA SINTYA S. P17251002001
2. SURYATUR ROFIAH P17251002002
3. VIVI WAHYUNINGSIH P17251002003
4. AIEGUSTIN DIANSARI P. P17251002004

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat beserta salam semoga
senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Tehnologi Tepat Guna Pelayanan Kebidanan dalam perkuliahan Program Studi DIV
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang dengan judul “Tehnologi Terapan Dalam Pelayanan
Nifas Obat dan Vaksin”.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini , penulis banyak mendapatkan hambatan
dan kesulitan, tetapi karena bantuan dan saran dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Ibu Susanti Pratamaningtyas, M.Keb selaku Keprodi D-IV Kebidanan Kediri
Poltekkes Kemenkes Malang.
2. Rahajeng Siti Nur Rahmawati, M.Keb selaku Dosen Pembimbing mata kuliah
Tehnologi Tepat Guna Pelayanan Kebidanan.
3. Orang tua dan teman – teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
4. Semua pihak yang telah membantu menyusun makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Kediri, 28 Februari 2018


Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ 1


KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
A. Latar Belakang .............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6
A. Obat Pada Masa Nifas.................................................................................... 6
1) Farmakokinetika Pada Ibu Menyusui ....................................................... 6
2) Farmakodinamika Pada Ibu Menyusui ..................................................... 6
3) Jenis Obat dan Vitamin yang Sering Diberikan Pada Ibu Nifas .............. 13
B. Vaksin Pada Ibu Nifas ................................................................................... 16
1) Vaksin ........................................................................................................ 16
2) Jenis Vaksin ................................................................................................ 17
3) Jenis dan Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Orang Dewasa .................... 18
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 22
A. Kesimpulan ................................................................................................... 22
B. Saran .............................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2013). Masa nifas merupakan
masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi 24
jam pertama (Saifuddin, 2013).
Di Jawa Timur Angka Kematian ibu nifas masih sangat tinggi, Menurut profil
kesehatan Jawa Timur pada tahun 2012 angka kematian ibu (AKI) adalah 582 kasus,
Angka kematian pada ibu nifas mencapai 319 kasus (54,8%), Sedangkan dikabuaten
Malang, AKI yang dilaporkan yakni 19 kasus, kematian yang terjadi pada masa nifas
mencapai 17 kasus (89,4%). Adapun penyebab kematian terbesar pada masa nifas
yakni pedarahan (42%), Komplikasi pada masa nifas (11%), Eklamsia (13%) dan
infeksi pada masa nifa (10%).
Masih tingginya angka kematian pada ibu hamil terutama pada ibu nifas
mengindikasikan belum berhasilkan petugas kesehatan dalam menurunkan angka
kematian pada ibu. Ada beberapa usaha dalam mencegah kematian ibu pada ibu nifas
salah satunya adalah dengan memberikan terapi obat untuk mencegah terjadinya
infeksi luka perineum dan juga untuk mengurangi rasa sakit pada ibu sebagi wujud
asuhan sayang ibu. Selain untuk mencegah infeksi pada luka perineum, pemberian
obat pada masa nifas juga dilakuakn dalam berbagai masalah yang dialami ibu seperti
halnya puting lecet, bendungan asi, mastitis, abses payudara dan lain-lain. Selain itu,
Untuk mencegah terjadinya anemia dan kurang vitamin A pada ibu nifas juga
diberikan suplemen penambah darah dan juga vitamin A.
Selain pemberian obat, pemberian vaksin untk imunisasi juga perlu untuk
dilakukan pada ibu nifas yang beresiko terkena infeksi pada penyakit tertentu.
Pemberian vaksin ini bertujuan untuk menambah kekebalan tubuh ibu sehingga
diharapkan ibu tidak terkena infeksi penyakit tertentu, karna penyakit yang diderita
ibu dapat ditularkan ke anaknya. Pemberian vaksin dan obat pada ibu nifas harus
dilakukan dengan hati- hati, oleh sebab itu dalam makalah ini kelompok kami

4
membahas mengenai teknologi tepat guna obat dan vaksin pada ibu nifas agar
pembaca dapat memahami vaksin dan obat yang dapat diberikan pada ibu nifas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana farmakokinetika ibu menyusui ?
2. Bagaimana farmakodinamika pada ibu menyusui?
3. Apa yang dimaksud dengan Vaksin ?
4. Apa saja jenis-jenis vaksin?
5. Vaksin apa saja yang boleh diberikan pada ibu nifas?
6. Bagaimana jadwal pemberian vaksin?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui farmakokinetika pada ibu menyusui.
2. Untuk mengetahui farmakodinamika pada ibu menyusui.
3. Untuk mengetahui vaksin.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis vaksin.
5. Untuk mengetahui vaksin-vaksin yang boleh diberikan pada nifas.
6. Untuk mengetahui jadwal pemberian vaksin.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Obat Pada Masa Nifas


1. Farmakokinetika pada Ibu Menyusui
Hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui terdeteksi didalam
ASI, untungnya konsentrasi ibat di ASI umumnya rendah. Konsentrasi obat dalam
darah ibu adalah faktor utama yang berperan pada proses transfer obat ke ASI delain
dari faktor fisiko- kimia obat. Volume darah/ cairan tubuh dan curah jantung yang
meningkat pada kehamilan akan kembali normal setelah 1 bulan melahirkan. Karena
itu pemberian obat secara kronik mungkin memerlukan penyesuaian dosis (Kemenkes
RI, 2006).
Pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1- 3 jam sesudah ibu
meminum obat. Hal ini mungkin dapat membantu mempertimbangkan untuk tidak
memberikan ASI pada kadar puncak. Bila Ibu menyusui tetap harus meminum obat
yang potensial toksik terhadap bayinya maka untuk sementara ASI tidak diberikan
tetapi tetap harus di pompa. ASI dapat diberikan kembali setelah dapat dikatakan
tubuh bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan setelah 5 kali waktu paruh obat.
2. Farmakodimanika pada Ibu Menyusui (Kemenkes RI, 2006).
Mekanisme obat pada ibu menyusui dapat dikatakan tidak berbeda. Sedangkan
farmakodinamik obat pada bayi masih sangat terbatas dipelajari. Kemungkinan
sensitivitas reseptor pada bayi lebih rendah, sebagai contoh dari hasil penelitian bahwa
sensitivitas d-tubokurarin meningkat pada bayi (Kemenkes RI, 2006).
Daftar Pemilihan Obat secara Umum untuk Ibu Menyusui
(Kemenkes RI, 2006).
Obat/ Efek pada bayi
Golongan Obat
Acetaminophe Compatible, malulopapular rash pada bayi bagian atas
n/ Paracetamol dan wajah pada bayi telah dilaporkan
Acyclovir Compatible, terkonsentrasi dalam ASI
Aspirin Satu kasus terjadi keracunan salisilat berat (asidosis
metabolik), potensial terjadi gangguan fungsi platelet
dan rash, AAP merekomendasikan penggunaannya

6
dengan perhatian.

Alprazolam Withdrawal nyata setelah 9 bulan terpapar melalui ASI.


Penggunaan obat lain yang termasuk golongan ini
selama menyusui dipertimbangkan
Amiodaron Diekskresikan lewat ASI, tidak direkomendasikan
karena waktu paruh eliminasi panjang
Amitriptilin Tidak ada efek samping yang dilaporka, tapi AAP
mempertimbangkan penggunaannya
Aminoglikosid Potensial mengganggu flora normal saluran cerna bayi
a Aspartam Dieksresikan lewat ASI, penggunaannya hati-
hati pada bayi dengan fenilketonuria
Beta – blocker Amati pada bayi tanda-tanda blokade seperti hipotensi ,
bradikardi, asebutolol, atenolol dan nadolol
terkonsentrasi dalam ASI
Bromfeniramin Amati gejala pada bayi: iritasi, gangguan pola tidur.
Compatible Bupropion Terakumulasi dalam ASI,
penggunaan dengan hati-hati
Caffein Akumulasi dapat terjadi jika ibu pengkonsumsi berat,
compatible dalam jumlah biasa. Amati iritasi dan
gangguan tidur
Carbamazepin Compatible
Cephalosporin Potensial mengganggu flora normal usus, considered
compatible
Chloramfeniko Dieksresikan lewat ASI, potensial menekan sumsum
l tulang. AAP merekomendasikan penggunaannya dengan
hati-hati
Chlorpromazin Diekskresikan lewat ASI, ngantuk dan lemas teramati
pada bayi. AAP mempertimbangkan penggunaannya
karena efek dan potensial galaktore
Cimetidin Dapat terakumulasi dalam ASI, potensial menekan asam
lambung, menghambat metabolisme obat, dan CNS
stimulan. Compatible

7
Clindamisin Considered compatible
Codein Compatible
Diazepam Letargin dan kehilangan berat badan dilaporkan, amati
akumulasi pada bayi, pertimbangkan penggunaannya
Digoxin Eksresi lewat ASI, compatible
Difenhidramin Eksresi lewat ASI, tidak ada efek yang dilaporkan

Pedoman untuk Pengobatan dan Pemberian ASI (Kemenkes RI, 2006).

Kategori
Pengobatan Catatan
A B C D
Asetaminofen Analgesik non- narkotika. Digunakan

(Tylenol) post partum.
Asiklovir Digunakan untuk herpes. Konsentrasi

rendah di dalam ASI
Albuterol √ Pencegahan terhadap bronkospasme
Alprazolam Gunakan obat pengganti. Risiko

akumulasi
Aminofilin Observasi adanya iritabilitas dan

insomnia pada bayi
Amoksisilin √ Masuk ke dalam ASI secara lambat
Ampisilin √ Konsentrasi dalam ASI rendah
Amitriptilin √ Tidak terdeteksi dalam urin bayi
Antimetabolit √ Aktivitas anti DNA
Aspirin Dosis analgesik biasa (300-600 mg)
√ biasanya aman. Obat pilihan untuk
diagnosa. Artritis jangka panjang
Atenolol Dilaporkan adanya bayi yang
√ mengalami sianosis dan bradikardi
pada terapi maternal
Azitromisin √ Cocok untuk laktas
Bromokriptin Tidak digunakan untuk menekan

produksi ASI

8
Butorfanol √ Aman dalam dosis tunggal
Kafein Jika dosis ibu tinggi, bayi menjadi

peka dan lemah
Kapropril Antihipertensi jumlahnya sedikit

dalam ASI
Karbamazepin Antikonvulsan, akumulasi tidak

terlihat
Sefalosporin Masuk ke dalam ASI dengan
(cefaclor, konsentrasi rendah. Umumnya
cefamandole, dianggap aman
cefazolin, √
cefotaxime,
cefoxitin,
cephalexin)
Klorampfeniko Risiko kecil terhadap supresi sumsum

l tulang terdapat efek merugikan
Klorpomazin Antimalaria Obat penenang, observasi

sedasi pada bayi
Simetidin Antagonis H-2, menurunkan produksi

asam
Siprofloksasin Quinolone, terjadinya artopati dan

(cipro) kartilago pada hewan yang imatur
Klindamisin Berbentuk krim vagina, oral dan dapat

diinjeksi
Kodein Aman untuk kesehatan, pada bayi

untuk pemakaian yang singkat
Kontrasepsi, Tunggu sampai laktasi telah terbentuk
hannya √ dengan baik 4-6 minggu.
progestin oral
Kontrasepsi Biasanya akan menurunkan pasokan
oral dengan √ ASI
estrogen
Kortikosteroid √ Gunakan hanya untuk waktu yang

9
singkat dan dengan dosis yang rendah
Krotamiton Digunakan untuk skabies. Aman dan

10% efektif untuk wanita yang menyusui
Desipramin Tidak ada obat yang terdeteksi di
√ dalam urin bayi. Pilihan antidepresan
untuk wanita manyusui
Diazepam Gunakan obat pengganti, risiko

akumulasi
Dikloksasilin √ Resisten – penisilin, antistafilokokus
Digoksin Obat antiaritmia. Paparan terhadap

bayi kemungkinan tidak bermakna
Efedrin Komponen yang biasa digunakan
√ dalam campuran obat batuk dan obat
demam yang dijual bebas
Ergonovin Menekan produksi ASI. Masa
√ postpartum singkat dapat menjadi
aman
Ergotamine Digunakan untuk migren. Menekan
√ suplai ASI. Dapat menyebabkan
muntah, diare, konvulsi
Eritromisin Tidak boleh diberikan pada usia
√ kurang dari 1 bulan jika berisiko
ikterik
Fentanil Terdapat dalam ASI dengan jumlah
(Sublimaze) √ kecil. Tidak dapat dideteksi setelah 10
jam
Flukonazol Digunakan untuk mengobati
√ kandidiasis. Aman digunakan untuk
anak-anak
Furosemide Antibiotik aminoglikosida. Dapat

diberikan pada bayi
Gentamisin √ Perpindahan minimal
Heparin √ Tidak diekskresi ke dalam ASI

10
Ibuprofen Biasanya digunakan untuk nyeri

postpartum. Perpindahan minimal
Imipramine √ Antidepresan
Vaksin Vaksinasi maternal dianggap tidak
influenza √ menyebabkan risiko terhadap bai yang
disusui
Insulin Tidak diekskresikan ke dalam ASI

dengan berat molekul yang besar
Yodium Mudah diabsorpsi dan terkonsentrasi
dalam ASI; dapat menyebabkan

supresi tiroid; dosis 15 % dapat masuk
ke dalam ASI dalam 3 hari
Zat besi Suplemen tidak mengubah kadar zat

besi pada ASI dalam jumlah besar
Isoniazid Antituberkular. Sampai saai ini tidak
dilaporkan adanya efek merugikan
√ pada bayi. Mungkin baik untuk
memantau tanda-tanda keracunan pada
bayi
Ketoconazole Digunakan untuk mengobati

kanddiasis yang berat
Levonogestrel Kontrasepsi yang efektif. Efek pada

suplai ASI tidak meyakinkan
Linden Secara klinis jumlahnya tidak
√ bermakna (30 g/ml) dalam ASI.
Membutuhkan informasi lebih
Magnesium Dapat menghambat masuknya ASI

sulfat
Medroksiproge Didapat pada ASI dalam jumlah yang
steron (Depo- √ tidak bermakna. Akumulasi tidak
Provera) merupakan masalah
Metformin Antidiabetik baru. Efeknya belum

diuji

11
Metildopa √ Antihipertensi
Nifedipin Dosis rendah digunakan untuk
√ engobati vasospasme puting; dosis
maternal
Nistatin √ Aman digunakan untuk kandidiasis
Penisilin Diekskresikan ke dalam ASI dalam
konsentrasi rendah. Dapat terjadi

modifikasi flora usus besar dan
kemungkinan repons alergenik
Ranitidine Bayi memperoleh obat ini dalam

jumlah sangat kecil melalui ASI
Rifampin Antituberkular. Tidak dilaporkan

adanya efek merugikan
Streptomisin Diberikan secara langsung pada bayi.

Tidak lebih dari dua minggu
Pencahar Efek local

laksatif
Terbutalin Dosis untuk bayi adalah 0,2 % dari
dosis maternal. Gejala dari rangsangan

beta-adrenergik tidak ditemukan
dalam penelitian terhadap bayi.
Terkonazole Digunakan untuk candidiasis.
√ Berbentuk krim vagina dan
supositoria.
Tiroid dan Dapat meningkatkan volume ASI bila

tiroksin ibu hipotiroid.
Vepamil Tidak ada obat yang ditemukan dalam

plasma bayi.
Keterangan Kategori:
A : Relatif Aman
B : Membutuhkan Perhatian
C : Tidak diketahui
D : Kontraindikasi

12
3. Jenis obat dan vitamin yang sering digunakan pada ibu nifas atau menyusui
1) Vitamin A
a. Definisi Vitamin A
Vitamin A merupakan salah zat penting yang larut dalam lemak dan
dalam hati , tidak dapat di buat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari
luar(essesnsial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap penyakit.(Kemenkes RI.2009)
b. Manfaat Vitamin A
a) Meningkatkan daya kesehatan ibu terhadap penyakit dan infeksi seperti
campak dan diare.
b) Membantu proses penglihatan dan adaptasi dari tempat yang terang ke
tempat yang gelap.
c) Mencegah kelainan pada sel-sel epitel termasuk pada selaput lendir mata
d) Mencegah terjadinya proses metaplasi sel-sel epitel sehingga kelerjer
tidak memproduksi cairan yang menyebabkan terjadinya kekeringan pada
mata di sebut xerosis konjungtiva.
e) Mencegah terjadinya kerusakan mata
c. Sumber dan Dosis Vitamin A
a) Sumber
Vitamin A sangat penting bagi kesehatan kulit, kelenjar, serta fungsi
mata.Sekalipun pada waktu lahir bayi memiliki simpanan vitamin A, ASI
tetap menjadisumber penting dari vitamin A dan karoten (zat gizi yang
banyak terdapat secaraalami dalam buah-buahan dan sayur - sayuran)
(Kemenkes RI 2009). Ada pun sumber vitamin A :
1) Bahan makanan hewani seperti hati, kuning telur, ikan, daging, ayam
dan bebek.
2) Buah- buahan yang berwarna kuning, dan jingga seperti: pepaya,
mangga masak, alpokat, jambu biji merah, pisang.
3) Sayuran yang berwarna hijau tua dan berwarna jingga seperti: bayam,
daun singkong, kangkung, daun katuk, daun mangkokan, daun kelor,
daun bluntas, kecipir, labu kuning, daun ubi jalar, tomat, wartel.
4) Bahan makanan yang difortifikasi (diperkaya)dengan vitamin A
seperti: margarine, susu, dan beberapa mie instant (Kemenkes RI 2009)
13
d. Dosis
Kebutuhan vitamin A yang dianjurkan untuk ibu nifas 850 mikrogram
retinol (vitamin A) per hari ( Kemenkes: 2009 )
e. Manfaat kapsul vitamin A untuk ibu nifas
a) Meningkatkan kandungan vitamin A dalam Air Susu Ibu (ASI)
b) Bayi lebih kebal dan jarang kena penyakit infeksi
c) Kesehatan ibu lebih cepat pulih setelah melahirkan.
Ibu nifas harus minum 2 kapsul vitamin A karena:
a) Bayi lahir dengan cadangan vitamin A yang rendah.
b) Kebutuhan bayi akan vitamin A tinggi untuk pertumbuhan dan
peningkatan daya tahan tubuh.
c) Pemberian 1 kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah pada ibu nifas
hanya cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI
selama 60 hari
d) Pemberian 2 kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah di harapkan dapat
menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi usia 6 bulan.
f. Penatalaksanaan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas
a) Bersamaan dengan pemberian imunisasi hepatitis B kepada bayi umur 0-7
hari pada kunjungan neonatal
b) Apa bila kapsul vitamin A tidak di berikan pada KN 1, maka dapat di
berikan pada kunjungan KN2 (8-28 hari) atau KN 3 (minggu ke -6 setelah
persalinan)
c) Sweeping
Sweeping adalah suatu upaya untuk menjaring ibu nifas dalam
meningkatkan pemberian kapsul vitamin A. Hal ini di lakukan bila masih
terdapat ibu nifas yang belum mendapatkan kapsul vitamin A pada hari
pemberian yang telah di tentukan dalam bentuk kunjungan rumah.Untuk
menghindari duplikasi pemberian kapsul vitamin A oleh petugas kepada
ibu nifas, setiap petugas yang akan memberikan kapsul harus
memberitahukan dan menanyakan kepada ibu nifa tentang pemberian
kapsul vitamin A. (Kemenkes RI.2009). Ibu dapat memperoleh kapsul
vitamin A di: Posyandu, Polindes Bidan Desa), Puskesmas Pembantu,
Puskesmas, Praktek Swasta (Bidan, Rumah Bersalin, Klinik Bersalin dll),
kelompok KIA yang memberikan kapsul vitamin A kepada ibu nifas:
14
dokter, tenaga gizi, bidan, perawat, vaksinator, dukun bersalin terlatih,
kader (Kemenkes RI, 2009).
2) Tablet Zat Besi
a. Pengertian
Zat besi merupakan mineral yang diperlukan oleh semua sistem biologi di
dalam tubuh. Sekitar 70 persen zat besi yag ada di dalam tubuh berada dalam
hemoglobin.Tablet zat besi merupakan tablet untuk suplementasi
penanggulangan anemia gizi atau defisiensi zat besi, yang setia tabletnya
mengandung fero sulfat 200 mg atau setara dengan 60 mg besi elementase dan
0,25 mg asam folat.Tablet sulfas ferosus yang dikeringkan merupakan preparat
yang paling sering diberikan.Konsumsi tablet Fe yaitu suatu kegiatan untuk
makan atau minum dalam memperoleh asupan zat besi yang terkandung dalam
tablet Fe.

Gambar 2.1 Tablet Zat Besi

b. Fungsi Tablet Fe
Zat besi sangat penting untuk fungsi sistem imun tubuh, defisiensi zat besi
dapat menurunkan kemampuan darah membawa oksigen, dan anemia dapat
menurunkan penyembuhan karena penurunan kadar oksigen. Sintesis kolagen
juga bergantung pada zat besi.Untuk membentuk sel darah merah, sementara
sel darah merah bertugas mengangkut oksigen dan zat-zat makanan keseluruh
tubuh serta membentu proses meabolisme tubuh untuk menghasilkan energi.
Jika asupan zat besi dalam tubuh berkurang dengan sendirinya sel darah merah
juga akan berkurang, tubuh pun akan kekurangan oksigen. Akibatnya timbul
gejala-gejala anemia, daya ingat dan daya konsentrasi menurun. Anemia dapat
dilihat melalui kadar Hemoglobin yang terkandung dalam tubuh.

15
c. Cara Kerja
Absorpsi zat besi meningkat dengan mengkonsumsi bersama vitamin
C dapat larut dalam air, sehingga vitamin C dapat cepat larut dalam plasma
darah. Oleh karena itu sebaiknya meminum pil zat besi dengan segelas air
jeruk, akan membantu penyerapan zat besi lebih cepat. Tablet Fe juga bisa
diminum dengan air putih.Absorpsi zat besi dapat menurun, jika
mengkonsumsi bersama dengan konsumsi kalsium, sereal gandum murni,
kacang cokelat, kuning telur dan juga minuman yang mengandung
kafein,seperti : teh (dapat menurunkan zat besi hingga 60 %) dan kopi. Maka
tidak dianjurkan meminum pil zat besi dengan segelas susu, teh, atau kopi.
d. Kebutuhan Zat Besi Ibu Post Partum
Ibu post partum hendaknya mengkonsumsi tablet Fe selama 42 hari
setelah melahirkan, untuk mencegah terjadinya anemia pada masa post partum.
Tidak hanya tablet Fe, perbanyak konsumsi makanan yang kaya akan zat besi,
seperti : daging merah, hati, keju ikan, sayuran berwarna hijau tua, dan
kacang-kacangan.
e. Efek Samping
Peningkatan absorpsi zat besi dapat menembah inensitas efek samping
yang dialami pasien, seperti :
1) Akan timbul rasa mual saat tablet Fe tersebut bekerja dalam tubuh. Untuk
menguranginya ibu dianjurkan meminum tablet Fe saat malam hari,
menjelang tidur.
2) Konsumsi tablet Fe juga dapat mengakibatkan konstipasi, bahkan tinja
dapat menjadi berwarna hitam kecoklatan. Harusnya ibu tidak usah
khawatir dengan hal ini, karena hanya pengaruh obat saja dan tidak
berbahaya.

B. VAKSIN PADA IBU NIFAS


1. Vaksin
Konsep pencegahan penyakit melalui vaksinasi sudah lama berkembang, sejak
1000 SM sudah dimulai di Cina dan India. Istilah vaksinasi diambil dari kata ”
Vacca”dari bahasa latin yang berarti sapi, yang merupakan bentuk bentuk
penghargaan untuk Edwar Jenner yang telah berhasil membuktikan bahwa seseorang
yang terserang /terpapar cowpox memiliki imunitas terhadap pada tahun 1796.
16
Perkembangan vaksinasi sendiri dibagi dalam tiga masa yakni, era pra-Jenner, era
Jenner dan era pasca-Jenner.
Vaksin adalah suspensi mikroorganisme (bakteri, virus, atau riketsia) yang
dilemahkan atau dimatikan atau suspensi protein antigenik yang berasal dari
mikroorganisme tersebut yang diberikan untuk mencegah, meringankan dan
mengobati penyakit menular (Dorlan, 2008)
Vaksinasi atau yang sering disebut dengan imunisasi adalah proses memasukkan
vaksin ke dalam tubuh untuk menghasilkan kekebalan (Dorlan, 2008).
Imunisasi merupakan salah satu bentuk pencegahan penyakit yang efektif, mudah,
serta murah untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi, mulai dari anak, orang
dewasa hingga orangtua. Imunisasi menjadi salah satu bentuk intervensi kesehatan
yang paling sukses dan efektif. Melalui imunisasi seseorang diharapkan memiliki
kekebalan terhadap suatu penyakit infeksi tertentu, sementara tujuan akhir dari
pemberian imunisasi adalah eradikasi suatu penyakit. Secara umum, imunisasi
bertujuan untuk meningkatkan derajat kekebalan tubuh, memberikan perlindungan
dengan menginduksi respon memori terhadap patogen tertentu atau toksin dengan
menggunakan preparat antigen nonvirulen atau nontoksik. Pencegahan penyakit
infeksi dengan pemberian imunisasi merupakan kemajuan dalam usaha
imunoprofilaksis.

2. Jenis vaksin
Berdasarkan produksinya dapat dibedakan beberapa jenis menurut Siegrist (2008) :
a. Vaksin hidup dilemahkan (live attenuated vaccines). proses melemahkan
antigen tersebut dilakukan melalui pembiakan sel, pertumbuhan jaringan
embrionik pada suhu rendah atau pengurangan gen pathogen secara selektif.
vaksin ini memberikan imunitas jangka panjang.
b. Vaksin Dimatikan (Killed Vacciine/Inactivated vaccine). mengandung
organisme yang tidak aktif setelah melalui pemanasan dan penambahan bahan
kimia.
c. Vaksin rekombinan. Susunan vaksin ini (misal hep B) memerlukan epitop
organisme yang patogen. sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan
penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
d. Vaksin plasma DNA (Plasmid DNA vaccines). dibuatkan berdasarkan isolasi
DNA miroba mengandung kode antigen yang patogen, masih dalam penelitian.
17
3. Jenis dan Jadwal Pemberian Imunisasi pada orang dewasa
Pemberian imunisasi juga diberikan pada orang dewasa, berikut ini merupakan
imunisasi yang diberikan menurut Loucq dan Siegrist :
a) Jenis Vaksin
a. Tetanus dan difteri, pertusis aselular ( Td/Tdap)
1) Definisi
Tetanus merupakan gangguan neurologis akut yang ditandai oleh
meningkatnya tonus otot dan spameakibat tetanospasmin, suatu
toksinprotein kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Difteri
merupakan suatu penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium diphtheria.
2) Indikasi : Wanita post partum, orang yang kontak erat dengan bayi, petugas
kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, orang dengan usia diatas
65tahun yang belum pernah mendapat imunissai Tdap.
3) Kontraindikasi: adanya reaksi alergi pada pemberian sebelumnya.
Kewaspadaan: syndrome gullain-Barre
4) Pemberian
Pemberian: diberikan pada orang dewasa dengan riwayat vaksinasi yang
tidak mendapatkan vaksinasi primer sejumlah tiga dosis. Dua dosis pertama
vaksinasi diberikan dengan jarak 4 minggu, dosis ketiga diberikan 6-12
bulan setelah dosis kedua. Tdap digunakan pada salah satu dosis dari
vaksinasi primer tersebut, dua dosis yang lain menggunakan Td. Setelah
vaksinasi primer , dosis penguat diberikan setiap 10 tahun sekali. Cara
pemebrian dengan Intramuskular (IM) daerah deltoid dengan dosis 0,5mL.
Jenis Vaksin: toksoid, sediaan : Tdwp (pediacel®), Tdap (tripacel ®
,
infanrix®, infanrix-Hib®)
b. Varicella (Cacar Air)
1) Definisi
2) Indikasi
Seorang Ibu yang menderita Varicella (Cacar Air), sejak lima hari
sampai dua hari setelah melahirkan, dapat beresiko menularkan kepada
bayinya dikarenakan kadar virus dalam darah yang sedang tinggi. Pada
kasus ini, Ibu harus di isolasi sementara waktu selama fase lesi menular
18
hingga fase kerak.
3) Kontraindikasi : reaksi alergi, wanita hamil atau akan hamil pada 1 bulan
kemudian Kewaspadaan: individu yang baru mendapar donor darah, pasien
dengan penyakit akut sedang atau berat
4) Pemberian
Diberikan dalam 2 dosis dengan jarak 4-8 minggu antara kedua dosis.
Cara pemberian: Subkutan (SC) dosis 0.5mL Jenis vaksin: live-attenuated :
sediaan : Varivax®
Bayi harus di observasi hingga usia 21 hari. Masih belum ada
penelitian yang menyatakan bahwa virus dapat masuk kedalam kandungan
ASI dan dapat menginfeksi bayi. Untuk itu, tidak ada indikasi untuk
menghentikan proses menyusui. Namun, jika bayi menunjukkan gejala
sebuah penyakit pada fase ini, terapi asiklovir harus diberikan. Ibu yang
menderita Varicella sejak lima hari sebelum melahirkan atau tiga hari
setelah melahirkan telah membentuk antibodi melalui plasenta dan ASI
untuk melindungi bayi dari infeksi virus. Di dalam kasus ini, bayi bisa saja
mengembangkan infeksi dalam bentuk ringan, dengan tanpa harus melalui
isolasi atau profilaksis (pencegahan). Ibu tetap dapat memberikan ASI
kepada bayinya asalkan dengan prosedur yang benar yaitu rutin melakukan
cuci tangan, menggunakan masker dan menutup lesi dengan benar.
Pemberian ASI Perah dengan media lain seperti cupfeeder, softcup atau
sendok juga dapat digunakan.
c. Measles, Mumps, Rubella ( MMR)
1) Definisi
Measles atau campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus RNA
genus Morbilivirus family paramyxovirus. Mumps atau gondongan atau
parotitis epidemika adalah penyakit akibat virus genus paramyxovirus yang
ditandai dengan pembesaran kelnjar ludah, terutama kelenjar parotis.
Rubella atau campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus rubella
jenis RNA.
2) Indikasi
Seseorang yang lahir 1957 atau setelahnya dan tidak memiliki bukti sudah
divaksin MMR.
a) Campak : diberikan dalam 2 dosis, dosis ke-2 diberikan minimal 28

19
hari dari dosis pertama, direkomendasikan untuk: mereka yang terpapar
campak pada keadaan outbreak, pelajar SMU, Pekerja difasilitas
kesehatan, orang berencana bepergian ke luar negeri.
b) Gondong : wanita yang baru melahirkan yang belum diimunisasi dan
serenogatif. Imunisasi beberapa heri setelah melahirkan adalah penting
karena sekitar 60% abnormalitas konginetal akibat infeksi rubela pada
bayi dari wanita yang melahirkan lebih dari satu kali
c) Rubella: diberikan pada wanita (berapapun usianya), wanita yang tidak
hamil dan tidak memiliki bukti kekebalan, wanita hamil yang tidak
memiliki bukti kekebalan diberikan saat akhir kehamilan, petugas
kesehatan.
3) Kontraindikasi
Adanya reaski alergi pada pemberian vaksin tetanus, wanita hamil atau
akan hamil dalam waktu satu bulan, imunodefisiensi berat. Kewaspadaan:
seseorang yang baru (<11bulan)mendapat produk darah yang mengandung
antibody, riwayat trombositopenia atau ITP.

4) Pemberian
Imunisasi: diberikan sebanyak 1 dosis, dosis kedua perlu diberikan pada
kelompok orang yang beresiko besar terkena paparan. Cara pemberian
dengan Subkutan (SC) didaerah deltoid dengan dosis 0,5mL Jenis vaksin;
live-attenuated , Sediaan: Trimovax®, M-M-R II®
b) Jadwal pemberian

Gambar 2. 2 Jadwal imunisasi pada orang dewasa sesuai anjuran Unites


States 2014 -1

20
Gambar 2. 3 Jadwal imunisasi pada orang dewasa sesuai anjuran Unites
States 2014 – 2

Gambar 2. 3 Jadwal Imunisasi Pada Orang Dewasa Di Indonesia

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada Umumnya Puncak obat pada ibu menyusui di dalam ASI adalah 1-3 jam
sesudah ibu meminum obat. Hal ini mungkin dapat membantu mempertimbangkan
untuk tidak memberikan ASI pada kadar puncak.Asi dapat diberikan kembalai setelah
dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan diperhitungkan stelah lima kali waktu
paruh.
Tidak semua obat dapat diberikan pada ibu nifas karena dapat berpengaruh
pada kesehatan bayinya. Sehingga petugas kesehatan hendaknya mengetahui obat apa
saja yang tidak boleh diberikan pada ibu nifas agar tidak merugikan ibu maupun
bayinya. Ada beberapa obata yang sering digunakan untuk nifasa, obata tersebut yaitu
vitamin A dab zat besi.
Vaksin adalah suspensi microorgabisme yang dileahkan atau dimatikan atau
suspensi protein organik yang berasal dari icroorganisme tersebut yang diberikan
untuk mencegah dan mengobati penyakit menular. Pemberian vaksin pada ibu nifas
hampr sama dengan pemberian vaksin ada orang dewasa lainnya. Adapun jenis jenis
vaksin yan biasa diberikan yaitu td, varicella, MMR dan lain laian. Pemberian
imunisasi diberikan atas indikasi tertentu dan sesuaia jadwal

B. Saran
1. Hendaknya berhati- hati dalam pemberian obat pada bu nifas karena tidak semua
obat aman digunakan untk ibu nifas.
2. Jangan memberikan ASI pada kadar puncak reaksi obat dalam tubuh ibu.
3. Pemberian vaksin pada ibu nifas hendaknya sesuai jadwal dan sesuai indikasi
pada ibu nifas.

22
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2016. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu hamil dan
Menyusui. Jakarta : Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen
Kesehatan RI.
Dorlan. 2008. Kamus Saku Kedokteran Dorlan. Jakarta : EGC Medical Publisher
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta :Kementrian Kesehatan
_____________________. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:Kementrian Kesehatan
_____________________. 2006. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:Kementrian Kesehatan
Loucq C. 2013. Vaccines today, vaccines tomorrow: a perspective: Clin Exp Vaccine Res;
journal 2:4-7
Siegrist CA. 2008. Vaccine Immunology, Dalam: Plotkin SA, Orenstein WA, Offit PA,
(editor). Vaccines.Ed.5 Philadelphia: sauders Elsevier.: Journal : 17-36

23

Вам также может понравиться