Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kepada Allah SWE yang telah melimpahkan hidayah-Nya dan
memberikan petun juk yang benar seta memberikan kemudahan dan kelancaran
sehingga saya bisa melaksanakan suatu amanah, yakni dalam membuat dan
menyelesaikan sebuah paper yang berjudul “Implementasi Supermarket Dalam
Prespektif Islam”
Adapun penyusunan paper ini bertujuan untuk :
1. Sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Pemasaran Syariah.
2. Untuk menambah pengetahuan kita tentang salah satu kasus pemasaran
yakni supermarket dalam prespektif islam
Penyusun berterima kasih kepada para pembina atas bantuan penyusunan
paper yang telah mendapatkan pembimbingan dari beliau.
Penyusun memohon maaf sebesar-besarnya jika dalam paper ini ada
kesalahan dan kata-kata yang kurang mendukung terkait dengan tema paper ini,
dari penyusun akan menerima dengan terbuka segala sesuatu kritik dan saran dari
para pihak pembaca.
Dan semoga paper ini bisa berguna dan bermanfaat bagi masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1.3 sd
BAB II
ANALISIS
Islam telah memberikan arahan yang sangat jelas untuk melaksanakan muamalah yang
baik dalam berdagang. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran tentang berdagang agar tidak
hanya mendapat untung dan tidak merugikan satu sama lain. Allah SWT berfirman dalam Al-
Quran surat Al-Baqarah Ayat 42 :
Artinya : "Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah
kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahui".
Kepedulian Islam terhadap masalah muamalah khususnya dalam jual-beli telah dimulai
sejak permulaan Islam diturunkan. Islam telah memberikan solusi dan telah dipraktekkan sejak
masa Nabi Muhammad Rasululah SAW (579 Masehi ) hingga saat ini. Nabi Muhammad SAW
benar-benar mengikuti prinsip-prinsip perdagangan yang adil dalam transaksi-transaksinya.
Selain itu ia juga selalu menasehati para sahabatnya untuk melakukan hal serupa. Ketika
berkuasa dan menjadi kepala negara Madinah, ia telah mengikis habis transaksi-transaksi dagang
dari segala macam praktik yang mengandung unsur-unsur penipuan, riba, judi, ketidakpastian,
keraguan, eksploitasi, pengambilan untung yang berlebihan dan pasar gelap. Ia juga melakukan
standarisasi timbangan dan ukuran, serta melarang orang-orang tidak mempergunakan standar
timbangan dan ukuran lain yang kurang dapat dijadikan pegangan.
Artinya : “ Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka “ .
“Ketahuilah bahwa surga adalah barang dagangan Allah, dan ketahuilah bahwa barang-
barang dari surga mahal harganya.” (HR. atTirmidzi).
Dalam melakukan suatu bisnis yang berbasis syariah (Supermarket Syariah) ada
beberapa poin yang harus dipenuhi sesuai dengan aturan dalam Islam. Yaitu
terdapat 4 karakteristik pemasaran atau bisnis islami (pemasaran syariah) yang
dapat menjadi panduan bagi para pemasar atau pembisnis diantaranya :
2. Kesetaraan (al-Musawah)
Kesetaraan adalah bagian penting dari nilai ketauhidan karena
setiap pihak melaksanakan muamalah dengan tanggung jawab bukan
hanya dalam kaitannya dengan pemilik perusahaan tetapi juga kepada
Allah SWT.
Kualitas barang yang diperjual belikan disesuaikan dengan
Penetapan harga dari kualitas barang yang telah di keluarkan. Artinya
harga suatu barang diperhitungkan seseuai dengan kualitras barang.
Ketika akan menetapkan harga, kenaikannya dari harga barang harus
sesuai dengan kualitas barang tersebut. Ketika seorang penjual
menaikkan harga yang tidak sesuai dengan kualitas barang maka ia
telah melakukan perbutan zhalim terhadap pembeli.
Pada dasarnya Jual Beli disyaratkan sahnya jual beli harus
memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. keridhoan antara penjual dan pembeli. Allah berfirman, ”Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.‛
(QS. An Nisa’ *4+:29). Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, Nabi SAW
bersabda, ‚Sesungguhnya jual beli itu dari keridhoan.‛ (HR. Ibnu
Majah, Ibnu Hibban, Baihaqi, dan Shahih Al Albani). Tidak sah
jual beli jika dengan paksaan dari salah satunya terhadap yang
lainnya secara tidak haq.
2. orang yang berakad memang diperbolehkan melakukan transaksi,
seperti ia sudah baligh, berakal, merdeka, dan pintar. Dari sini
melihat bagaimana luar biasanya Al Qur’an mengajarkan tentang
transaksi jual beli ini. Yang menarik adalah cerita mengenai Abu
Hanifah ra, seorang pedagang pakaian yang besar dijamannya.
Lalu datang seorang dari desa hendak menjual barang dagangan
dari Abu Hanifah, sementara orang ini tidak tahu harga pasar. Abu
Hanifah meminta agar orang tersebut mendatangi beberapa toko
lain untuk melihat penawaran yang tertinggi, dengan harga itulah
Abu Hanifah menawar barang dagangannya.
3. penjual memiliki barang dagangan yang dijual, atau ia berdiri
sebagai pemilik barang tersebut, seperti wakil, wali, wasiat, atau
yang diberikan hak. Tidak sah jual beli seseorang terhadap barang
yang bukan miliknya. Sabda Rasulullah SAW kepada Al Hakim
bin Hazam ra, “Jangan kau menjual apa yang bukan milikmu.‛
(HR. Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah, Shohih Al
Albani). Makelar boleh selama ia menempati posisi sebagai
pemilik barang selama sesuai dengan kaidah yang syar’i.
4. yang dijual adalah yang dibolehkan untuk dimanfaatkannya.
Seperti makanan, minuman, pakaian, kendaraan, properti dan lain
sebagainya. Tidak boleh menjual barang yang diharamkan untuk
dimanfaatkan seperti khomr, babi, bangkai, alat-alat musik dan lain
sebagainya. Kecuali alat-alat musik yang memang dibolehkan.
Kalau rebana, boleh karena ada dalilnya. Atau misalnya CD. Kalau
isinya sesuai dengan syari’at, maka boleh. Tapi kalau bertentangan,
maka tidak boleh. Hadits dari Jabir ra, bersabda Rasulullah SAW,
‚Sesungguhnya Allah mengharamkan jual beli khomr, bangkai,
babi dan patung.‛ (Mutafaqun alaih). Dari Ibnu Abbas ra, bahwa
Nabi SAW bersabda, ‚Sesungguhnya jika Allah mengharamkan
suatu kaum dari memakan sesuatu, maka Allah juga
mengharamkan hasil jual beli dari sesuatu tersebut.” (HR. Ahmad
dan Abu Daud). Jadi kalau barangnya diharamkan, maka jual beli
barang tersebut juga ikut diharamkan. Tidak juga diperbolehkan
menjual anjing. Hadits dari Ibnu Mas’ud ra, ‛Rasulullah SAW
melarang hasil jual beli anjing”
5. menjual sesuatu itu hanya atas barang yang mampu untuk
diserahkannya. Makanya yang dinamakan future trading itu haram,
karena yang diperjualbelikan hanya sekedar catatan saja bukan
barangnya sendiri. Karena yang tidak mampu diserahkan, dianggap
tidak ada, sehingga tidak boleh diperjualbelikan. Ia termasuk ke
dalam jual beli ghoror, yaitu penipuan dimana secara dhohir jelas
namun isinya membodohi. Termasuk dalam kategori ini adalah
yang sekarang sedang heboh, yaitu gadai emas di bank syariah.
6. hendaklah barang yang diperjualbelikan itu diketahui oleh kedua
belah pihak dengan melihat atau menyaksikan ketika berakad, atau
dengan menjelaskan sifat-sifatnya. Tapi untuk keempat komoditas
yang sudah disebutkan di atas, larangannya bersifat khusus. Kalau
kita hendak membeli mesin, boleh hanya dengan menjelaskan
sifatnya saja. Jadi dikhususkan keempat komoditas yaitu emas,
perak, garam dan gandum. Setiap sesuatu yang tidak diketahui
adalah ghoror, dan ghoror itu dilarang. Tidak diperbolehkan berjual
beli sesuatu yang ia tidak melihat atau ia melihat tapi ia tidak tahu.
Dialah ghoib dari majelis akad.
7. harga dari barang yang hendak diakadkan harus jelas, dengan
membatasi harga barang yang hendak diakadkan dan kita
mengetahui harga barang tersebut. Umpamanya kita tahu harga
suat barang adalah 500. Tapi kita menjadi kesal karena ada suatu
tempat yang menjualnya dengan harga 5.000 yang jauh lebih tinggi
dari harga yang kita ketahui. Ini tidak sah jual belinya, kecuali
terpaksa. Atau misalkan kita ridho dengan harga yang ditawarkan,
maka tidak masalah.