Вы находитесь на странице: 1из 15

MANAJEMEN PEMASARAN SYARIAH

Implementasi Supermarket Dalam Prespektif Islam

Disusun guna memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah


Manajemen Pemasaran Syariah

DISUSUN OLEH :

Nada Syarifatus Sana


041511433001
(Kelas D)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
ABSTRAK
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWE yang telah melimpahkan hidayah-Nya dan
memberikan petun juk yang benar seta memberikan kemudahan dan kelancaran
sehingga saya bisa melaksanakan suatu amanah, yakni dalam membuat dan
menyelesaikan sebuah paper yang berjudul “Implementasi Supermarket Dalam
Prespektif Islam”
Adapun penyusunan paper ini bertujuan untuk :
1. Sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Pemasaran Syariah.
2. Untuk menambah pengetahuan kita tentang salah satu kasus pemasaran
yakni supermarket dalam prespektif islam
Penyusun berterima kasih kepada para pembina atas bantuan penyusunan
paper yang telah mendapatkan pembimbingan dari beliau.
Penyusun memohon maaf sebesar-besarnya jika dalam paper ini ada
kesalahan dan kata-kata yang kurang mendukung terkait dengan tema paper ini,
dari penyusun akan menerima dengan terbuka segala sesuatu kritik dan saran dari
para pihak pembaca.
Dan semoga paper ini bisa berguna dan bermanfaat bagi masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Terima kasih.

Surabaya, Desember 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemajuan di bidang perdagangan selama ini banyak membawa perkembangan


yang pesat. Sejalan dengan itu banyak perusahaan dagang yang bergerak dibidang
perdagangan eceran yang berbentuk seperti toko, supermarket, departemen store, pasar
swalayan, dan lain-lain. Bisnis perdagangan seperti minimarket atau swalayan
(supermarket) nampaknya memang cukup menjanjikan, karena seiring bertambahnya
jumlah penduduk maka tingkat kebutuhan sehari-hari pun semakin meningkat. Oleh
karena itu tidak heran jika banyak swalan seperti supermarket maupun hypermarket
yang saling bersaing dalam memenuhi kebutuhan pelangganya. Untuk memenangkan
persaingan usaha tersebut, maka berbagai upaya dilakukan oleh tiap perusahaan dagang.
Misalnya dengan melakukan promosi yang menarik, pelayanan yang optimal, perluasan
cabang dan sebagainya.
Di dalam ajaran Islam terdapat aturan halal dan haram yang telah
memerintahkan kita hanya memakan makanan yang halal dan baik saja , boleh atau
tidaknya produk (makanan dan minuman) yang diperdagangkan haruslah sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah yang sudah dijelaskan dalam Alquran. “Dan makanlah makan
yang halal lagi baik baik dari apa yang Allah telah rizkikan kepadamu, dan bertaqwalah
kepada Allah yang kamu beriman kepadanya” (QS. Al Maaidah: 88). Ayat tersebut
dengan jelas telah menyuruh kita hanya meamakan makanan yang halal dan baik saja,
dua kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, yang dapat diartikan halal dari segi syariah dan
baik (Thoyyib) dari segi kesehatan, gizi, estetika dan lainya. Sesuai dengan kaidah ushul
fiqih, segala sesuatu yang Allah tidak melarangnya berarti halal. Dengan demikian
semua makanan dan minuman di luar yang diharamkan adalah halal. Halal berdasarkan
Kamus Besar Indonesia adalah hal-hal yang diizinkan (tidak dilarang oleh syarak). Oleh
karena itu, apabila dilihat dari ayat tersebut, sebenarnya sangatlah sedikit makanan dan
minuman yang diharamkan dan masih banyak yang dihalalkan untuk manusia (terutama
untuk kaum muslim). Walaupun demikian, pada zaman dimana teknologi telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari manusia, maka permasalahan makanan dan minuman
halal menjadi relatif kompleks.
Supermarket yang sudah memiliki nama-nama besar seperti Carrefour, Super
Indo, Giant, Foodmart, Lotte Mart , Hypermart dan lainya. yang sebagian besar dimiliki
oleh pihak asing dan sebagian besar diterapkan berdasarkan prinsip konvensional
menawarkan produk dengan berbagai kenyamanan. Namun, dibalik semua kenyamanan
tersebut, banyak produk yang ditawarkan di sana merupakan produk yang masih belum
ada label halal dari LP-POM MUI maupun dari BPOM RI. Harusnya ada perlindungan
untuk konsumen dengan adanya pencantuman label halal dan tanggal kadaluwarsa suatu
produk.
Melihat dari apa yang terjadi, munculah gagasan untuk dikembangkannya
Supermarket dengan konsep syariah. Di dalamnya terdapat sistem bagi hasil yang tentu
tidak merugikan baik produsen maupun pedagang dan fokus utama penjualan tidak
hanya mengenai profitabilitas saja tetapi juga mengandung unsur sosial bagi masyarakat
yang kurang mampu. Selain itu tingkat kehalalan baik dari permodalan, produk yang
ditawarkan, sampai pelayanan dan fasilitas yang ada juga terjamin.
LITERATURE REVIEW
1.1 Pengertian Supermarket
Supermarket atau pasar swalayan adalah sebuah toko yang menjual segala
kebutuhan sehari-hari. Kata yang secara harfiah yang diambil dari bahasa Inggris ini
artinya adalah pasar yang besar. Barang barang yang dijual di supermarket biasanya
adalah barang barang kebutuhan sehari hari. Supermarket menawarkan berbagai macam
makanan baik berupa bahan makanan maupun makanan siap saji, minuman, barang
keperluan rumah tangga seperti tissue dan lain sebagainya. Supermarket lebih besar
dalam ukuran dan lebih luas dibandingkan dengan toko bahan makanan tradisional atau
Minimarket, akan tetapi lebih kecil bila dibandingkan satu pasar raya atau
superstore/Hypermarket
Supermarket ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia.
Sistem penjualanya sangat berbeda dengan yang terdapat di pasar tradisional. Tempat
ini tidak lain merupakan sebuah toko besar yang menyediakan berbagai bahan
keperluan manusia. Dalam supermarket atau toserba terdapat lorong- lorong diantara
sejumlah jajaran rak yang memuat barang- barang yang disusun menurut jenisnya, agar
pembeli dapat lebih mudah menemukan barang yang diinginkanya. Semua barang yang
terdapat pada supermarket pada dasarnya sudah diberi harga sehingga pengunjung dapat
langsung mengukur kemampuanya untuk membeli barang yang dimaksud atau dicari.
Pengunjung akan masuk ke supermarket tersebut dengan membawa keranjang atau
kereta dorong (trolley) yang memang disediakan oleh pihak toko. Sementara itu,
barang- barang bawaan milik pengunjung biasanya akan dititipkan di tempat penitipan
barang. Barang titipan itu dapat diambil kembali setelah menyerahkan kartu bernomor
yang sebelumnya telah diberikan oleh penjaga barang. Tempat penitipan barang tersebut
disediakan agar pengunjung dapat lebih leluasamencari dan menemukan barang yang
ada di supermarket tersebut
Menurut Kotler dan Amstrong (1996 : 428) adalah : “ A Supermarket is a retail
organization that carries a wide variety of product lines-tipicaly clothing, home
furnishings, and household goods, each line is operated as a separete departement
managed by specialist buyers or merchandisers.” Dan Menurut George H. Lucas et all
(1994 : 43), pengertian Supermarket adalah sebagai berikut : “Supermarket is vast retail
organization that offer consumers both wide variety and deep assortment within their
product mix.” Maksud dari pengertian tersebut menyatakan bahwa supermarket adalah
suatu organisasi perdagangan eceran yang menawarkan berbagai macam produk yang
mendalam kepada konsumen mereka.
Sedangkan menurut Winardi (1993 : 121) supermarket merupakan
lembaga perniagaan eceran, yang menjual berbagai macam barang yang
dikelompokkan kedalam bagian-bagian yang diatur dengan teliti untuk mencapai
tujuan.
a. Ciri-ciri Supermarket
Menurut Winardi (1993 : 121) ada hal yang membedakan supermarket
dengan perusahaan perdagangan eceran lainnya yaitu :
1. Supermarket menitikberatkan pada penjualan shopping Goods dan
beberapa maca, Specilty Goods
2. Supermarket merupakan suatu swalayan yang besar dan membutuhkan
banyak sekali tenaga kerja
b. Sifat-sifat Operasional Khusus pada Supermarket
Ada tiga aspek penting dalam bidang operasi supermarket :
1. Basement Store (Swalayan dilantai bawah)
Biasanya swalayan bawah (basement Store) menjual produk-
produk jenis umum seperti Convenience Goods (barang-barang
kebutuhan sehari-hari).
2. Leased Departement (bagian-bagian yang disewakan)
Sebuah Leased Departement adalah sebuah bagian yang
dikendalikan serta diawasi pihak manajemen swalayan, sedangkan
ruangan tersebut disewakan kepada pihak penyewa. Keuntungan
utama menyewakan bagian-bagian dari supermarket adalah bahwa
supermarket tersebut dapat menawarkan produk-prduk dan
pelayanan secara lengkap kepada konsumen tanpa harus
mengalihkan usaha-usaha manajemennya kebidang usaha lain.
3. Branch Swalayan
Adanya perpindahan penduduk antar keluar daerah maka setiap
Supermarket cenderung untuk mendirikan cabang (Branch Store)
dalam usahanya untuk tetap mempertahankan omset penjualan
serta laba mereka. Ciri khas swalayan cabang adalah bahwa
swalayan tersebut dikendalikan oleh swalayan utama, dimana
produk-produk yang dibeli swalayan utama disimpan dan
didistribusikan ke swalayan cabang tersebut.

1.2 Pengertian Supermarket dalam Prespektif Islam


Supermarket syariah merupakan supermarket yang dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah, baik dari segi produk yang dijual, bentuk-
bentuk pelayanan yang disediakan atau fasilitas, sekaligus permodalan dari usaha
tersebut. Pada dasarnya supermarket syariah sama seperti supermarket pada
umumnya, yang mana supermarket ini menyediakan kebutuhan- kebutuhan sehari-
hari. Namun yang membedakan supermarket syariah dengan supermarket yang lain
adalah terletak pada adanya prinsip-prinsip syariah yang harus terpenuhi dalam
pendirian supermarket syariah ini. Penerapan prinsip syariah dalam sebuah konsep
supermarket merupakan ciri khas kebudayaan Islam yang membedakan dengan
kebudayaan lainnya. Di dalam kitab suci Al-Quran telah dijelaskan bahwa semua
aktivitas yang dapat dilakukan oleh manusia patut mendapatkan falah yaitu untuk
mencapai kesempurnaan dunia akan akhirat. Jika falah ini dicapai maka manusia
akan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, suatu keadaan di mana kedua aspek
tersebut tidak menimbulkan konflik kepentingan.

Artinya : “Sesungguhnya, Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamar,


bangkai, babi, dan patung.” (HR. Bukhari no. 2236 dan Muslim no. 4132)
Dalil diatas menunjukkan adanya larangan yang tegas, bahwa seseorang
tidak boleh melakukan transaksi jual-beli atas barang terlarang atau barang yang
diharamkan. Supermarket syariah merupakan pusat perbelanjaan yang menjamin
tersedianya produk halal, thayyib dan berkah. yang lebih mengutamakan menjual
produk-produk yang baik dan halal untuk dikonsumsi masyarakat, contohnya
dengan tidak menjual rokok dan minuman keras.

1.3 sd
BAB II
ANALISIS

2.1 Konsep Supermarket dalam Islam

Islam telah memberikan arahan yang sangat jelas untuk melaksanakan muamalah yang
baik dalam berdagang. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran tentang berdagang agar tidak
hanya mendapat untung dan tidak merugikan satu sama lain. Allah SWT berfirman dalam Al-
Quran surat Al-Baqarah Ayat 42 :

Artinya : "Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah
kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahui".
Kepedulian Islam terhadap masalah muamalah khususnya dalam jual-beli telah dimulai
sejak permulaan Islam diturunkan. Islam telah memberikan solusi dan telah dipraktekkan sejak
masa Nabi Muhammad Rasululah SAW (579 Masehi ) hingga saat ini. Nabi Muhammad SAW
benar-benar mengikuti prinsip-prinsip perdagangan yang adil dalam transaksi-transaksinya.
Selain itu ia juga selalu menasehati para sahabatnya untuk melakukan hal serupa. Ketika
berkuasa dan menjadi kepala negara Madinah, ia telah mengikis habis transaksi-transaksi dagang
dari segala macam praktik yang mengandung unsur-unsur penipuan, riba, judi, ketidakpastian,
keraguan, eksploitasi, pengambilan untung yang berlebihan dan pasar gelap. Ia juga melakukan
standarisasi timbangan dan ukuran, serta melarang orang-orang tidak mempergunakan standar
timbangan dan ukuran lain yang kurang dapat dijadikan pegangan.

Menurut prinsip syariah, kegiatan pemasaran (pendirian supermarket syariah)


harus dilandasi semangat beribadah kepada Tuhan Sang Maha Pencipta, berusaha
semaksimal mungkin untuk kesejahteraan bersama, bukan untuk kepentingan golongan
apalagi kepentingan sendiri. Selain itu juga Islam memandang bahwa pemasaran sebagai
jual beli yang harus dipajang dan ditunjukkan keistimewaankeistimewaannya dan
kelemahan-kelemahan dari barang tersebut agar pihak lain tertarik membelinya. Firman
Allah SWT dalam al-Qur’an QS. At-Taubah: 111, yaitu:

Artinya : “ Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka “ .

Dalam sebuah hadits juga disebutkan :

“Ketahuilah bahwa surga adalah barang dagangan Allah, dan ketahuilah bahwa barang-
barang dari surga mahal harganya.” (HR. atTirmidzi).
Dalam melakukan suatu bisnis yang berbasis syariah (Supermarket Syariah) ada
beberapa poin yang harus dipenuhi sesuai dengan aturan dalam Islam. Yaitu
terdapat 4 karakteristik pemasaran atau bisnis islami (pemasaran syariah) yang
dapat menjadi panduan bagi para pemasar atau pembisnis diantaranya :

a. Teistis (rabbaniyyah): jiwa seorang syariah marketer meyakini bahwa hukum-


hukum syariat yang teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah yang paling adil,
paling selaras dengan segala bentuk kebaikan, paling dapat mencegah segala
bentuk kerusakan. Jadi seorang pemasar syariah memiliki orientasi maslahah,
sehingga tidak hanya mencari keuntungan namun diimbangi pula dengan
keberkahan didalamnya. Allah berfirman dalam surat Al-Zalzalah: 7-8:

Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia


akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula”.

b. Etis (akhlaqiyyah): Keistimewaan lain dari syariah marketer adalah ia sangat


mengedepankan masalah akhlak (moral dan etika) dalam seluruh aspek
kegiatannya, karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat
universal, yang diajarkan oleh semua agama.
c. Realistis (al-waqiyyah): Pemasaran syariah adalah konsep pemasaran yang
fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah Islamiyah yang
melandasinya. Pemasar syariah adalah para pemasar profesional dengan
penampilan yang bersih, rapi dan bersahaja, bekerja dengan mengedepankan nilai-
nilai religius, kesalehan, dan kejujuran dalam segala aktivitas pemasarannya.
d. Humanistis (insaniyyah): Keistimewaan syariat Islam diciptakan untuk manusia
sesuai dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan dan
status. Hal inilah yang membuat syariah memiliki sifat universal sehingga
menjadi syariah humanistis universal.
2.2 Supermarket syariah merupakan supermarket yang dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah, baik dari segi produk yang dijual, bentuk-
bentuk pelayanan yang disediakan atau fasilitas, sekaligus permodalan dari usaha
tersebut. Islam memerintahkan umatnya untuk memepertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhanya didunia. Manusia sebagai wakil Tuhan harus mengatur
hidup mereka sesuai dengan statusnya. Ajaran Islam membantu merealisasikan
tujuan ini. Kesejahteraan umat dan peringanan beban berat merupakan tujuan
dasar syari’at. Pandangan ini, di bidang ekonomi, secara jelas menekankan
pentingnya kelayakan ekonomi melalui pemenuhan semua kebutuhan dasar,
pembebasan dari segala penyebab beban berat, peningkatan kualitas kehidupan,
baik secara moral maupun material. Manusia harus tunduk kepada aturan-aturan
syariah yang telah ditetapkan agar kehidupannya menjadi lebih aman, tentram,
dan sekaligus mebawa kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain. Tunduk pada
syariah seperti konsumen muslim harus memenuhi kebutuhannya dengan membeli
barang-barang yang halal.
Penerapan prinsip syariah dalam sebuah konsep supermarket merupakan
ciri khas kebudayaan Islam yang membedakan dengan falsafah kebudayaan
lainya. Menurut falsafah Al-quran semua aktivitas yang dapat dilakukan manusia
patut mendapatkan falah yaitu untuk mencapai kesempurnaan dunia akan akhirat.
Jika falah ini dicapai maka manusia akan mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat, suatu keadaan di mana kedua aspek tersebut tidak menimbulkan konflik
kepentingan
Untuk mencapai falah keputusan yang dibuat dalam aktivitas ekonomi
harus mengandung dasar-dasar moral yang mengedepankan nilai-nilai etika.
Sehingga Supermarket ini berdiri dengan sistem ekonomi Islam yang dijalankan
sesuai dengan prinsip-pinsip yang terdapat nilai moral di dalamnya, antara lain
sebagai berikut :
1. Kejujuran (Al-Shidq)
Kejujuran adalah ruh dari sistem ekonomi syariah. Kejujuran
menjadi bukti adanya komitmen akan pentingnya perkataan, tindakan dan
semua yang terkait dengan perikatan dalam sistem ekonomi syariah sehingga
dapat dijadikan pegangan dalam muamalah.
Pelaku jual beli di Supermarket harus jujur dan tidak boleh dibuat
kata sumpah dalam menunjukkan bahwa pedagang jujur dalam
melaksanakan transaksi jual beli. Kejujuran dari para pedagang dapat dilihat
pada berbagai aspek yaitu:
a. Penetapan harga dari modal yang telah di keluarkan. Artinya harga
suatu barang diperhitungkan setelah modal secara keseluruhan
diperhitungkan untuk mendapatkan barang tersebut. Ketika akan
menetapkan harga, kenaikannya dari harga modal tidak boleh lebih
dari seratus persen. Kenaikan paling tinggi dari harga modal
hanyalah lima puluh persen. Ketika seorang penjual menaikkan
harga seratus persen sebenarnya ia telah melakukan perbutan
zhalim terhadap pembeli.
b. Kenaikan harga di Supermarket harus sesuai dengan harga yang
dianggap rasional dan lajim dalam ekonomi syari’ah.

2. Kesetaraan (al-Musawah)
Kesetaraan adalah bagian penting dari nilai ketauhidan karena
setiap pihak melaksanakan muamalah dengan tanggung jawab bukan
hanya dalam kaitannya dengan pemilik perusahaan tetapi juga kepada
Allah SWT.
Kualitas barang yang diperjual belikan disesuaikan dengan
Penetapan harga dari kualitas barang yang telah di keluarkan. Artinya
harga suatu barang diperhitungkan seseuai dengan kualitras barang.
Ketika akan menetapkan harga, kenaikannya dari harga barang harus
sesuai dengan kualitas barang tersebut. Ketika seorang penjual
menaikkan harga yang tidak sesuai dengan kualitas barang maka ia
telah melakukan perbutan zhalim terhadap pembeli.
Pada dasarnya Jual Beli disyaratkan sahnya jual beli harus
memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. keridhoan antara penjual dan pembeli. Allah berfirman, ”Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.‛
(QS. An Nisa’ *4+:29). Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, Nabi SAW
bersabda, ‚Sesungguhnya jual beli itu dari keridhoan.‛ (HR. Ibnu
Majah, Ibnu Hibban, Baihaqi, dan Shahih Al Albani). Tidak sah
jual beli jika dengan paksaan dari salah satunya terhadap yang
lainnya secara tidak haq.
2. orang yang berakad memang diperbolehkan melakukan transaksi,
seperti ia sudah baligh, berakal, merdeka, dan pintar. Dari sini
melihat bagaimana luar biasanya Al Qur’an mengajarkan tentang
transaksi jual beli ini. Yang menarik adalah cerita mengenai Abu
Hanifah ra, seorang pedagang pakaian yang besar dijamannya.
Lalu datang seorang dari desa hendak menjual barang dagangan
dari Abu Hanifah, sementara orang ini tidak tahu harga pasar. Abu
Hanifah meminta agar orang tersebut mendatangi beberapa toko
lain untuk melihat penawaran yang tertinggi, dengan harga itulah
Abu Hanifah menawar barang dagangannya.
3. penjual memiliki barang dagangan yang dijual, atau ia berdiri
sebagai pemilik barang tersebut, seperti wakil, wali, wasiat, atau
yang diberikan hak. Tidak sah jual beli seseorang terhadap barang
yang bukan miliknya. Sabda Rasulullah SAW kepada Al Hakim
bin Hazam ra, “Jangan kau menjual apa yang bukan milikmu.‛
(HR. Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah, Shohih Al
Albani). Makelar boleh selama ia menempati posisi sebagai
pemilik barang selama sesuai dengan kaidah yang syar’i.
4. yang dijual adalah yang dibolehkan untuk dimanfaatkannya.
Seperti makanan, minuman, pakaian, kendaraan, properti dan lain
sebagainya. Tidak boleh menjual barang yang diharamkan untuk
dimanfaatkan seperti khomr, babi, bangkai, alat-alat musik dan lain
sebagainya. Kecuali alat-alat musik yang memang dibolehkan.
Kalau rebana, boleh karena ada dalilnya. Atau misalnya CD. Kalau
isinya sesuai dengan syari’at, maka boleh. Tapi kalau bertentangan,
maka tidak boleh. Hadits dari Jabir ra, bersabda Rasulullah SAW,
‚Sesungguhnya Allah mengharamkan jual beli khomr, bangkai,
babi dan patung.‛ (Mutafaqun alaih). Dari Ibnu Abbas ra, bahwa
Nabi SAW bersabda, ‚Sesungguhnya jika Allah mengharamkan
suatu kaum dari memakan sesuatu, maka Allah juga
mengharamkan hasil jual beli dari sesuatu tersebut.” (HR. Ahmad
dan Abu Daud). Jadi kalau barangnya diharamkan, maka jual beli
barang tersebut juga ikut diharamkan. Tidak juga diperbolehkan
menjual anjing. Hadits dari Ibnu Mas’ud ra, ‛Rasulullah SAW
melarang hasil jual beli anjing”
5. menjual sesuatu itu hanya atas barang yang mampu untuk
diserahkannya. Makanya yang dinamakan future trading itu haram,
karena yang diperjualbelikan hanya sekedar catatan saja bukan
barangnya sendiri. Karena yang tidak mampu diserahkan, dianggap
tidak ada, sehingga tidak boleh diperjualbelikan. Ia termasuk ke
dalam jual beli ghoror, yaitu penipuan dimana secara dhohir jelas
namun isinya membodohi. Termasuk dalam kategori ini adalah
yang sekarang sedang heboh, yaitu gadai emas di bank syariah.
6. hendaklah barang yang diperjualbelikan itu diketahui oleh kedua
belah pihak dengan melihat atau menyaksikan ketika berakad, atau
dengan menjelaskan sifat-sifatnya. Tapi untuk keempat komoditas
yang sudah disebutkan di atas, larangannya bersifat khusus. Kalau
kita hendak membeli mesin, boleh hanya dengan menjelaskan
sifatnya saja. Jadi dikhususkan keempat komoditas yaitu emas,
perak, garam dan gandum. Setiap sesuatu yang tidak diketahui
adalah ghoror, dan ghoror itu dilarang. Tidak diperbolehkan berjual
beli sesuatu yang ia tidak melihat atau ia melihat tapi ia tidak tahu.
Dialah ghoib dari majelis akad.
7. harga dari barang yang hendak diakadkan harus jelas, dengan
membatasi harga barang yang hendak diakadkan dan kita
mengetahui harga barang tersebut. Umpamanya kita tahu harga
suat barang adalah 500. Tapi kita menjadi kesal karena ada suatu
tempat yang menjualnya dengan harga 5.000 yang jauh lebih tinggi
dari harga yang kita ketahui. Ini tidak sah jual belinya, kecuali
terpaksa. Atau misalkan kita ridho dengan harga yang ditawarkan,
maka tidak masalah.

3. Keadilan dan Kebenaran (al-‘adhilah)


Keadilan dan kebenaran sangat penting karena ketiadaan rasa
keadilan akan mempengaruhi hasil dari transaksi tersebut. Misalnya,
dalam transaksi jual beli atau sewa. Faktor keadilan dan kebenaran
menjadi penting untuk saling dirasakan oleh semua pihak.
Ukuran Takaran dan Timbangan
Seorang penjual atau pembeli harus membuat takaran atau timbangan yang benar,
sehingga pembelia atau penjual tidak merasa ada yang menipu. Larangan mengurangi
takaran atau timbungan berdasarkan Firman Allah SWT.dalam Surah al-A`raf ayat 85, al-
Muthaffin : 1-3.
‫ ل ُمطفّْفيهِ ّْلِ ل ي و‬١ ِ‫ وفُِ ونِ ست يِ ٱلىَّاسِ عِلى ا كتالُو ٱ ئِذا ٱِلَّريه‬٢ ‫أِو م كِالُوهُ وِِئذا‬
ُ‫سونِ يُِ م ّْوِش ُووه‬ ُ ‫ خس‬٣
Artinya: 1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, 2. (yaitu) orang-orang
yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,3. Dan apabila
mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
Pada sewalayan Rahmat Syari’ah juga terdapat alat ukur timbangan, tetapi alat sukatan
tidak ditemukan karena barang-barang yang disukat biasanya diukur dengan timbangan
seperti beras, minyak makan, kacang-kacanagan dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil
penelitian penulis timbangan mereka selalu dikoreksi keakuratannya.12 Untuk memastikan
kebenaran pernyataan dari pengelola sewalayan ini penulis juga sering membandingkan
timbangan mereka dengan beberapa timbangan yang yang lain dan ternyata tidak
mengalami kekurangan
1.4 jhdjashd

Afzalurrahman. 2000. Muhammad sebagai Seorang Pedagang. Jakarta: Yayasan Swarna


Bhumy.

Вам также может понравиться