Вы находитесь на странице: 1из 22

3.4.

Material Bahan Pada perencanaan Pelaksanaan Proyek

Pekerjaan proyek Pringgading memiliki keterikatan dengan beberapa aspek


konstruksi, salah satunya adalah material bahan yang di gunakan.Material bahan dapat
berpengaruh pada konstruksi yang di rencanakan. Bahan yang di gunakan agar
mencapai konstruksi yang direncanakan pada proses pekerjaan sangat beragam, di
sesuaikan dengan jenis pekerjaan, kualitas/ mutu yang di gunakan, waktu untuk
melaksanakan pekerjaan serta biaya yang di miliki. Pada pelaksanaan pekerjaan
proyek memiliki bahan material yang di gunakan, sebagai berikut:

3.4.1. Tanah
Tanah pada perencanaan pekerjaan digunakan pada tahap penimbunan.
Tanah yang di gunakan pada proses pekerjaan di dapatkan dari metode cut and
fill. Dasar penggunaan tanah dari metode tersebut adalah meminimalisir
pengeluaran biaya untuk membeli tanah timbunan dan mengendalikan area
pembuangan tanah. Sedangkan tanah berasal dari tanah urugan itu sendiri dan
disimpan di penyimpanan didaerah kaligawe sebagian ditempatkan didaerah
Jalan Gajah Raya, jalan Tri lomba juang dan Jalan Sri Kuncoro.

Gambar 3.4.1. Tanah


Sumber: Dokumentasi Pribadi, (2017)
3.4.2. Air
Air merupakan bahan yang di gunakan selama pekerjaan proyek
berlangsung dari mulai tahap persiapan hingga tahap pelaksanaan selesai, oleh
karna itu air merupakan bahan bangunan yang sangat penting dalam pekerjaan
suatu proyek. Selain sebagai bahan campuran untuk membuat beton dan
plesteran air digunakan untuk mencuci bahan bangunan serta peralatan selain
itu air digunakan untuk perawatan beton setelah pengecoran.Air yang
digunakan dalam campuran beton harus memenuhi syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971 antara lain, air tidak menggandung unsur minyak,
asam alkali, garam-garaman dan bahan yang dapat merusak atau menurunkan
mutu pekerjaan (merusak beton atau baja tulangan). Proyek Prnggading
menggunakan sumber air PDAM, karena di wilayah proyek air tidak keluar
dari sumur bor.

Gambar 3.4.2 Air


Sumber: Dokumentasi Pribadi, (2017)
3.4.3. Agregat Halus ( Pasir )
Agregat halus yang berada di lapangan digunakan untuk
pengaplikasian Pile Cap. Sedangkan pasir berasal dari muntilan, Jawa Tengah.
Dengan harga Rp. 2.305.000/Truk.

3.3.4. Agregat Kasar ( Batu Pecah)


Agregat kasar yang berada di lapangan memiliki kemiripan dengan
agregat halus, Agregat kasar yang dimaksut adalah batu belah atau split. Batu
belah berasal dari muntilan, Jawa Tengah. Dengan diameter 1 cm – 2 cm.

3.4.5. Semen
Semen merupakan bahan material pelengkap pada pembuatan beton,
semen di gunakan sebagai material perekat pada campuran agregat halus
(pasir), agregat kasar (Batu Pecah) dan air. Pada pelaksanaan kerja praktek
proyek pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang menggunakan Semen
Portland. Semen Portland yang digunakan yaitu Indocement. Semen ini
digunakan sebagai salah satu material pembuatan beton decking.
Penggunaan semen pada proyek ini cukup sedikit dikarenakan
pembuatan beton pada proyek ini menggunakan beton readymix sehingga
pendatangan material semen hanya ketika dibutuhkan.

Gambar 3.1. Semen


Sumber: Dokumentasi Pribadi, (2017)
3.4.6. Ready Mix
Beton merupakan campuran pasir, semen, batu pecah dan air, tetapi
untuk meningkatkan kemudahan pekerjaan dan membatasi jumlah volume
rongga digunakan bahan aditif dalam campuran beton. Fungsi ready mix pada
pekerjaan proyek Pringgading 24 adalah sebagai Pekerjaan pengecoran pile
cap, pengecoran kolom, pengecoran balok, precast plat lantai, ramp, Sherwall,
Tie Beam dll. Dengan menggunakan Mutu beton K300 (f’c = 25 MPa) yang
diproduksi oleh PT. Pionirbeton Industri, Aris Putra Beton, PT Varia Usaha
Beton dan Jati Kencana Beton.
Tabel 3.1 Mutu Beton Stuktur
Mutu Beton
Stuktur
karakteristik F’c (Mpa)
Plat Lantai K-300 25 MPa
Tangga K-300 25 MPa
Pile Cap K-300 25 MPa
Tie Beam K-300 25 MPa
Kolom K-300 25 MPa
Shear Wall K-300 25 MPa
Precast Plat Lantai K-300 25 MPa
Sumber : Data Proyek

Pada Proyek pekerjaan Pringgading 24 PT. Pionirbeton Industri


melakukan pengecoran pada lokasi Lantai kerja, Pile Cap & Tie Beam,
Dinding Raitining wall dan Plat lantai Basement. Sedangkan PT Varia Usaha
Beton melakukan pengecoran pada lokasi Pile Cap & Tie Beam dan Kolom
Parkir.
Keunggulan menggunakan beton ready mix antara lain :
1. Mutu lebih terjamin yaitu komposisi material pembentuk beton dan
kualitas adukan lebih konsisten.
2. Dapat menghasilkan beton bermutu tinggi.
3. Lebih efisien. Waktu pengecoran beton lebih cepat dan penggunaan tenaga
kerja lebih sedikit dibandingkan menggunakan beton site mix.

Gambar 3.1. Beton Ready Mix


Sumber: Dokumentasi Pribadi, (2017)
3.4.7. Besi Tulangan
Besi tulangan merupakan material yang di gunakan untuk memberikan
kekuatan tarik pada beton bertulang.Tulangan yang di gunakan di pabrikasi
sesuai dengan desain yang telah di rencanakan. Pada pelaksanaan pekerjaan,
setelah besi tersebut mengalami proses pabrikasi langsung di cor dengan beton
ready mix dengan pertimbangan besi tulangan yang digunakan besi ulir.Dasar
penggunaan tulangan ulir adalah memiliki kekuatan 400 Mpa dan memiliki
spesifikasi yang baik untuk tulangan longitudinal (tulangan memanjang).Besi
yang digunakan dalam proyek Pringgading 24 diproduksi oleh master steal dan
lautan steal dengan diameter yang digunakan yaitu Ø8, D13, D10, D16, D19,
D22, D25, D28,dan D32.
Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan yang dapat digunakan pada
elemen beton bertulang di batasi hanya pada Baja Tulangan dan Kawat Baja
saja. Belum ada peraturan yang mengatur penggunaan tulangan lain, selain
dari baja tulangan atau kawat baja tersebut.
Baja Tulangan yang tersedia di pasaran ada 2 jenis, yaitu
 Baja Tulangan Polos (BJTP)
 Baja Tulangan Ulir atau Deform (BJTD)

Tulangan Polos biasanya digunakan untuk tulangan geser/begel/sengkang,


dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal sebesar 240 MPa (disebut BJTP-
24), dengan ukuran Ø8, (dengan Ø menyatakan simbol diameter polos).
Tulangan Ulir/ deform digunakan untuk untuk tulangan longitudinal atau
tulangan memanjang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 300 MPa
(disebut BJTD-30). Ukuran diameter nominal tulangan ulir yang umumnya
tersedia di pasaran dapat dilihat di bawah :
Tabel 3.2 Ukuran Tulangan Ulir

Sumber :SNI 03-2847-20


Sedangkan menurut SII 0136 – 80 spesifikasi baja tulangan yang
beredar di pasaran Indonesia yaitu :

Tabel 3.3 Notasi dan Kualitas Baja Tulangan


Jenis Kelas Simbol Tegangan Leleh Minimum Tegangan Ultimate Minimum
MPa MPa
(kgf/cm2) (kgf/cm2)

Polos 1 BJTP24 235 382


(2400) (3900)

2 BJTP30 294 480


(3000) (4900)
Ulir 1 BJTD24 235 382
(2400) (3900)

2 BJTD30 294 480


(3000) (4900)
3 BJTD35 343 490
(3500) (5000)
4 BJTD40 392 559
(4000) (5700)
5 BJTD50 490 610
(5000) (6300)
Sumber : SII 0136 – 80
Tabel 3.4. Dimensi dan Berat Baja Tulangan

Tulangan Baja Diameter Tulangan Luas Berat Nominal

Polos Deform (mm) Nominal (kg/m)


(mm2)
P6 D6 6 28,3 0,222

P8 D8 8 50,3 0,395

P9 D9 9 63,6 0,499

P10 D10 10 78,5 0,617

P12 D12 12 113,1 0,888

P13 D13 13 132,7 1,040

P14 D14 14 154 1,210

P16 D16 16 201,1 1,580

P18 D18 18 254,5 2,000

P19 D19 19 283,5 2,230

P20 D20 20 314,2 2,470

P22 D22 22 380,1 2,980

P25 D25 25 490,9 3,850

P28 D28 28 615,7 4,830

D29 29 660,5 5,190

P32 D32 32 804,3 6,310

D36 36 1017,9 7,990

D40 40 1256,5 9,870

D50 50 1963,5 15,400

Sumber : SII 0136 – 80

Gambar 3.1. Baja Tulangan


Sumber: Dokumentasi Pribadi, (2017)
3.4.8. Kawat Pengikat/ Bendrat
Pada proyek ini kawat bendrat digunakan untuk pengikat antar besi
tulangan agar bisa membentuk suatu bentuk struktur yang dikehendaki. Kawat
ini mempunyai diameter 1 mm. Pengaplikasian kawat bendrad lainnya di
lapangan adalah untuk mengikat tahu beton dengan kolom. Persyaratan kawat
pengikat dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2 adalah :
a. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimal 1
mm yang telah dipijarkan dahulu dan tidak bersepuhkan seng.
b. Dalam hal pemakaian kawat pengikat untuk berkas tulangan yang terdiri
dari 2, 3 atau 4 batang yang sejajar, maka diameter kawat pengikat
minimum adalah 2,5 mm dan jarak pengikatan tak lebih dari 24 kali
diameter pengenal batang terkecil.

Gambar 3.1. Kawat Pengikat


Sumber: Dokumentasi Pribadi, (2017)
3.4.9 Sika Chapdur
Sika Chapdur digunakan sebagai bahan pelapis kedap air (anti
bocor atau waterproofing) dengan bahan dasar semen yang telah
dimodifikasi. Pada proyek Pringgading 24 Sika Chapdur digunakan
untuk bahan tambahan pada pengecoran plat lantai kerja.

Gambar 3.1. Sika Chapdur


Sumber: Dokumentasi Pribadi, (2017)
3.4.10. Calbond (Bonding)
Calbond atau bonding adalah bahan yang digunakan untuk
perekat antara beton lama dengan beton baru.

Gambar 3.1. Sika Chapdur


Sumber: Dokumentasi Pribadi, (2017)

3.4.11. Papan Multiplek


Pada proyek pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang,
multiplek digunakan sebagai bahan bekisting dan dinding kantor proyek.
Untuk bahan bekisting, multiplek yang digunakan mempunyai lapisan
halus agar beton yang dicetak halus dan rata permukaannya dan jika
kondisi multiplek yang digunakan masih bagus bisa digunakan berulang
kal. Sedangkan untuk pemakaian multiplek digunakan sekitar 4 kali
untuk pemasangan bekisting selama digunakan masih bagus untuk bisa
digunakan berulang kali. Pada awal pembuatan bekisting menggunakan
rangka kayu meranti (setara) atau system scaffolding dan steel prop.
Dengan Memakai multiplek tebal minimum 12 mm, untuk sisi yang
bersentuhan dengan beton, di beri bahan anti lengket agar mudah di buka
nantinya. Pada pemakaian pertama masih berkisar sekitar 100% , setelah
pemakaian kedua berkurang sekitar 75%, setelah penggunaan yang
ketiga berkurang menjadi 40%, pada pemakaian terakhir penggunaan
papan multiplex hanya sekitar 5% dari jumlah pembuatan awal bekisting
sehingga tidak dapat digunakan lagi dikarenakan terjadi kerusakan dan
harus dibuat ulang apabila bekisting tidak cukup lagi. Untuk jumlah
pembelian papan multiplek dilakukan secara bertahap untuk awal
pemesanan berkisar 50 papan multiplek.
Gambar 3.1. Papan Multiplek
Sumber: Dokumentasi Pribadi, (2017)

3.4.12. Beton Tahu ( Concrete Decking)


Beton Tahu adalah beton atau spesi yang dibentuk sesuai
ukuran selimut beton yang diinginkan. Pemberian beton Tahu ini
sangat penting karena jika tulangan tidak terlindung baik dengan
selimut beton akan sangat mudah sekali terserang korosi. Fungsi dari
beton tahu yaitu untuk menjaga tulangan agar sesuai dengan posisi
yang diinginkan. Pada proyek ini beton tahu yang digunakan
merupakan campuran dari bahan semen, air dan pasir 1yang dibentuk
silinder kemudian diberi pengait diatasnya. Diameter beton tahu yaitu
menyesuiakan ketebalan selimut beton.
Gambar 3.1. Beton Decking
Sumber: Dokumentasi Pribadi, (2017)

3.4.13 Batako
Batako merupakan campuran dari bahan semen, air, kricak, dan
pasir. Batako yang digunakan adalah batako berlubang dengan ukuran
40 cm x 20 cm x 10 cm dinding pemisah lubang 15 mm dan luar 20
mm. Batako ini digunakan untuk bekisting pada pile cap. Batako pada
proyek Pringgading 24 diproduksi dari Cv. Lima Jari dengan harga Rp.
2.450 per Buah. Untuk lokasi penyimpanan dari batako ditempatkan di
sekitar Plat lantai.

Gambar 3.1. Batako


Sumber: Dokumentasi Pribadi, (2017)
3.4.14 Balok Kayu
Balok kayu di proyek pembangunan Gedung Pringgading 24
Semarang digunakan untuk bahan pembuatan kantor direksi, support
untuk bekisting, dan keperluan lainya.

Gambar 3.1. Balok kayu


Sumber: Dokumentasi Pribadi, (2017)
3.5 PERMASALAHAN DAN SOLUSI

A. PERMASALAHAN
Pada pelaksanaan fisik proyek sangat memungkinkan timbul masalah–
masalah yang tidak sesuai dengan rencana. Untuk mengatasi permasalahan yang
ada perlu adanya rapat koordinasi kedua belah pihak antara owner dan perencana,
tidak hanya satu pihak saja yang mengatasi. Permasalahan tersebut harus dicari
solusi dan pemecahan terbaik dengan mempertimbangkan segala aspek. Berikut
permasalahan yang ada dilapangan pada proyek pembangunan Gedung
Pringgading 24 Semarang, meliputi :
1. Pasir
Penyimpanan pasir untuk keperluan bahan tambahan untuk proses
pengecoran. Disimpan ditempat yang terbuka yang dapat mengakibatkan
massa pasir lebih berat yang dapat menimbulkan turunnya kualitas dan mutu
beton.

2. Ready Mix
Proyek pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang dikerjakan
pada musim hujan sehingga menyebabkan lokasi proyek banyak tergenang air,
terutama pada galian basement dan pile cap. Selain itu proses pengecoran juga
menjadi sangat terganggu saat hujan karena dapat mempengaruhi mutu beton.

Gambar 1. Pengecoran plat lantai saat hujan


3. Kawat Pengikat/ Bendrat
Dari awal kedatangan kawat pengikat/bendrat sudah terbungkus
dengan pelindung. Namun setelah pemakaian kawat pengikat untuk proses
penulangan sisa bendrat kurang diperhatikan perawatannya. Hal tersebut dapat
mengakibatkan korosi atau karat pada kawat pengikat/ bendrat.

4. Besi Tulangan
Proyek pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang terjadi
keterlambatan material dan tidak tersedianya pada pabrikan material.
Keterlambatan material sangat menghambat pekerjaan dan juga berdampak
pada keuangan proyek. Akibat dari keterlambatan material dan alat, pekerja
tidak dapat sepenuhnya bekerja dengan efektif banyak waktu terbuang sia–sia
sedangkan pekerja tetap masuk dan tetap dihitung hari kerja masalah ini akan
sangat merugikan kontraktor. Pada awal pekerjaan proyek pembangunan
Gedung Pringgading 24 Semarang terdapat keterlambatan besi tulangan karena
kenaikan harga mencapai 20 % dari kontrak awal PT. Purikencana
Mulyapersada dan ketidaktersediaan spesifikasi besi tulangan rencana maupun
kurangnya stock besi tulangan dari Supplier (Master Steel). Solusinya yaitu
menggunakan supplier besi tulangan yang lain..
Selain keterlambatan ketidaktersediaan material (tulangan) di wilayah
proyek Gedung Pringgading no. 24 merupakan hambatan dalam pekerjaan
pula. Contoh, pada proyek pembangunan Gedung Pringgading no.24 besi
tulangan D32 tidak tersedia sehingga harus melakukan konversi tulangan,
yaitu mengganti ukuran tulangan ke D25 dengan jumlah tulangan bertambah.
Dan juga penyimpanan besi untuk penulangan hanya disusun didekat
diresi keet tanpa adanya perlindungan sehingga besi terkena hujan dan panas
yang mengakibatkan ada bagian besi yang berkarat. Dan juga besi yang
berkarat tetap digunakan untuk penulangan.
5. Papan Multiplek
Pada saat pemakaian bekisting selesai bekisting yang telah terpakai
tidak dirawat dan dibiarkan sembarangan, sehingga mengakibatkan banyak
bekisting yang rusak. Apabila perawat bekisting lebih diperhatikan seharusnya
bekisting masi bisa dipakai berulang kali. Tidak ada solusi dari proyek untuk
mengatasi masalah tersebut.
6. Batako
Pada proses penerimaan bahan material berupa batako terjadi
kerusakan pada sebagian batako. Kerusakan terjadi maksimal 5 % dari total
bahan yang datang selebihnya bahan dalam kondisi yang baik. Hal tersebut
disebabkan akses transportasi menuju proyek yang buruk, menurunkan dan
pemindahan material ke tempat penyimpanan yang kurang berhati hati, serta
salah penumpukan material yang tidak sesuai dengan rekomendasi pabrik atau
metode penumpukan. Solusi dari proyek untuk mengatasi permasalahan ini
adalah dengan menambah jumlah pembelian batako agar dapat meminimalisir
kerusakan yang terjadi.

B. SOLUSI
1. Agregat Halus ( Pasir ) dan Agregat Kasar ( Batu Pecah)

Dari pihak kontraktor tidak menemukan solusi untuk penyimpanan


pasir dan batu pecah tersebut
2. Ready Mix
Cara mengatasinya hujan saat pengecoran, kita ambil saat pengecoran
plat lantai, cara mengatasinya adalah dengan memasang tenda dari terpal dan
kayu di atas lokasi yang akan di cor.
3. Kawat Pengikat/ Bendrat
Tidak ada solusi dari pihak proyek unuk mengatasi permasalahan
penyimpanan kawat / bendrat tersebut.
4. Besi Tulangan
 Solusinya yaitu menggunakan supplier besi tulangan yang lain.
 Solusinya yaitu pengecekan barang material sebelum pekerjaan
dilakukan. Maksimal kurang dari 3 hari waktu pelaksanaan pekerjaan
yang akan dilakukan, lakukan pengecekan material yang dibutuhkan
terlebih dahulu.
 Dan tidak ada solusi dari pihak proyek untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
5. Papan Multiplek
Dari pihak kontaktor tidak menemukan solusi untuk keperluan bekisting
tersebut
6. Batako
Solusi dari proyek untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan
menambah jumlah pembelian batako agar dapat meminimalisir kerusakan
yang terjadi.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasl dari praktik kerja d Proyek Pringgading 24mulai dari
tanggal 10 september 2017 sampai 23 Desember 2017. Keimpuln yang daat
diambil yaitu :
1. Agregat Halus ( Pasir ) dan Agregat Kasar ( Batu Pecah)
Pada Proyek Pringading 24 kurangnya pengawasan
terhadap penyimpanan material pasir yang dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas dan mutu beton.

2. Ready mix
Proyek pembangunan Gedung Pringgading 24
Semarang terjadi penggenagan pada galian basement dan pile
cap. Selain itu proses pengecoran juga menjadi sangat
terganggu saat hujan turun karena dapat mempengaruhi kualitas
dan mutu beton.

3. Besi Tulangan
 Pada lokasi proyek terdapat bahan material yaitu besi
tulagan yang hanya disusun tanpa ada perlidungan
sehingga sebagian besi mengalami korosi dan Besi
Tulangan yang mengalami korosi tidak dilakukan
penggosokan terlebih dahulu agar karat hilang.
 Sempat terjadi keterlambatan pekerjaan yang
disebabkan dari keterbatasan stock besi dan diganti
dengan distributor lain yaitu PT. Bahtera Abadi ex
Lautan Steel.
 Ketersediaan stock besi tidak ada ukuran D32 sehingga
diganti menggunakan besi ukuran D25 dengan mutu
yang sama dan jumlahnya ditambah menjadi lebih
banyak agar tidak mengakibatkan keterlambatan apabila
menunggu hingga terdapat stock besi ukuran D32.

4. Papan Multiplek
Tidak dirawatnya bekisting yang telah terpakai dan
dibiarkan sembarang mengakibatkan sebagian bekisting rusak
dan harus membuat ulang.
5. Batako
Pada Proyek Pringading 24 terjadi kerusakan pada
material batako pada saat kedatangan maupun penurunan dan
pemindahan materal ke tempat penyimpanan.
4.2 SARAN
Selama proses pelaksanaan pembangunan gedung pringgading 24
pastya terdapat kekurangan dan permasalahan yang timbul. Adapun saran –
saran yang disampaikan penulis adalah sebagai berikut:
4.2.1 Pasir
Untuk pelindungan bahan material pasir sebaiknya diletakkan
ditempat yang kering atau dapat ditutup dengan plastik agar tidak
terkena hujan.

4.2.2 Ready Mix


Solusi dari proyek sudah tepat yaitu dengan cara mengatasinya
dengan memasang tenda dari terpal dan kayu di atas lokasi yang akan
dilakukan proses pengecoran. Alangkah lebih baik jika akan
melakukan pengecoran ready mix dilakukan pengecekan terlebih
dahulu, salah satu cara yaitu dengan slump test agar ready mix yang
dipesan sesuai dengan ketentuan.

4.2.3 Besi Tulangan


 Perlindungan bahan harus lebih ditingkatkan contohnya seperti besi
ulangan disimpan dari tempat yang tidak terkena hujan. Jika tidak
memiliki gudang yang besar disusun diluar tetapi ditutup dengan
terpal atau plastik agar tidak terkena hujan dan berkarat.
 Perlunya penggosokan pada besi yang berkarat sebelum besi bisa
digunakan.
 Pemesanan bahan dilakukan jauh sehari sebelum pekerjaan
dilakukan agar tidak terjadi keterbatasan stock dan apabila
diharuskan ganti distributor tidak mendekati waktu pekerjaan
pembesian.
 Pergantian stock besi ukuran D32 ke ukuran D5 termasuk langkah
yang baik untuk mengatasi ketidaktersediaan besi ukuan D32,
asalkan dengan mutu yang sama dan jumlahnya menjadi lebih
banyak. Cara seperti ini dapat dipergunakan lagi jika memang
permasalahan serupa kembali terjadi.

4.2.4 Papan Multiplex


Harus lebih ditingkatkan pengawasan terhadap perawatan
terhadap material papan multiplex. Supaya dapat berhemat dalam
penggunaan papan multiplex unuk keperluan bekisting.

4.2.5 Batako
Solusi dari proyek sudah tepat yaitu dengan cara menambah
jumlah pembelian batako agar dapat meminimalisir kerusakan yang
terjadi. Dari pihak kontraktor harus lebih selektif dalam pemilihan
supplier untuk batako.

Вам также может понравиться