Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika seseorang melemparkan sebuah pertanyaan: apakah filsafat
itu? Menurut para ahli dan orang-orang yang telah melakukan perjalanan
jauh dalam dunia filsafat, kita tetap sulit untuk mendapatkan sebuah
jawaban defenitif terhadap pertanyaan tersebut. Setiap jawaban yang
disuguhkan tidak akan pernah mampu memberi jawaban final. Sebab
perbincangan filsafat bukan hanya sebatas wacana intelektual, pemikiran;
konsep-konsep, dan teori-teori abstrak filosofis, melainkan juga
perenungan, penghayatan, pengembaraan tanpa henti dan petualangan
kehidupan. Filsafat merupakan pergulatan seseorang dalam gelanggang
kehidupan, persentuhan, pengalaman, sekaligus pergumulan setiap kita
dengan sang hidup dan kehitupan itu sendiri.1
Kata filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah yang dalam bahasa
inggris dikenal dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa
Yunani philo-sophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti
cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-
dalamnya. Seorang filsuf adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan. Kata
filsafat pertama kali digunakan oleh Phytagoras (582-496 SM). 2 Kita
semua sebagai manusia bukanlah sophos, sang Pemilik Kebijaksanaan dan
Kebenaran Utuh; melainkan hanya philosophos, sang pencinta
kebijaksanaan dan pencari kebenaran. Dengan kata lain, philosophos
adalah orang yang mencintai kebijaksanaan dan mencari kebenaran, bukan
orang yang sudah memiliki kebijaksanaan dan kebenaran secara lengkap.
Dengan demikian, mencintai kebjaksanaan bukanlah sebuah situasi,

1
Zaprulkhan, Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), hlm. 3.
2
Surajiyo, Filsafat Ilmu, (Jakarta:Bumi Aksara, 2016), hlm. 3.

1
melainkan sebuah aktivitas; bukan sebuah pencapaian, melainkan sebuah
dambaan.
Filsafat adalah sebuah dambaan, dan dambaan (kerinduan) hanya
mungkin hadir jika masih ada sesuatu yang belum selesai; masih ada
sesuatu yang belum tuntas; masih ada sesuatu yang dicari; masih ada
sesuatu kekurangan atau defisit. Seorang filsuf senantiasa merasa
kekurangan, selalu merindukan karena masih ada rongga di dalamnya yang
membuatnya tidak penuh, tidak utuh, dan tidak cukup 3 . Seorang yang
berfilsafat akan melihat wajah dunia begini:
“We live in a world of meaning. That world is the earth school, the
physical arena of our personal and collective experiences. We are
the students. Our experiences are the curriculum”, (bahwa kita
semua menjalani kehidupan dalam sebuah dunia makna. Kehidupan
dunia menjelma sekolah kehidupan, sebuah arena fisikal mengenai
pengalaman personal dan kolektifkita. Kita semua adalah murid
kehidupan, sementara pengalaman kita menjadi kurikulumnya).4

3
Zaprulkhan, Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), hlm 5.

4
Ibid., hlm 7

2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu

1. Apakah faktor-faktor pendorong timbulnya filsafat dan filsafat ilmu?


2. Apa hakikat dan karakteristik filsafat?
3. Apa hakikat dan karakteristik filsafat ilmu?
4. Apa relasi filsafat dan filsafat ilmu?
5. Apa relasi filsafat dan ilmu?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

1. Memahami faktor-faktor pendorong timbulnya filsafat dan filsafat ilmu.


2. Memahami hakikat dan karakteristik filsafat.
3. Memahami hakikat dan karakteristik filsafat ilmu.
4. Memahami relasi filsafat dan filsafat ilmu.
5. Memahami relasi filsafat dan ilmu.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Dan Filsafat Ilmu


Secara etimologi kata filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah yang
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy, adalah berasal
dari bahasa Yunani philo-sophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein
yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan dalam arti yang
sedalam-dalamnya. Seorang filsuf adalah pencinta atau pencari
kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Phytagoras (582-
496 SM).5
Secara terminologi maksudnya arti yang dikandung oleh istilah atau
statmen ‘filsafat’. Berikut ini beberapa pendapat para ahli atau filosof
mengenai pengertian filsafat6 :
1. Socrates (469-399 SM)
Socrates mendefenisikan filsafat sebagai suatu peninjauan diri
yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari
kehidupan yang adil dan bahagia (principle of the just and happy
life). Socrates mengeluarkan statmen The unexamined life is not
worth living (bahwa kehidupan yang tak teruji dan tak pernah
dipertanyakan, merupakan kehidupan yang tidak berharga).
2. Plato (427-347 SM)
Plato memandang filsafat sebagai visi yaitu visi kebenaran.
Filsafat tidak lain adalah pengetahuan tentang segala hal.
3. Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles mengetengahkan bahwa filsafat berurusan dangan
penelitian sebab-sebab dan prinsip-prinsip segala sesuatu
4. Harold H. Titus

5
Surajiyo, Filsafat Ilmu, op. cit., hlm. 3.
6
Zaprulkhan, Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik, op. cit., hlm. 15-19.

4
Harold merumuskan filsafat sebagai suatu proses perenungan dan
pengkritisan terhadap keyakinan-keyakinan kita yang dianut
paling dalam (a process of reflecting upon criticizing our most
deeply held beliefes).
5. Louis O. Kattsoff
Filsafat merupakan suatu analisis secara hati-hati terhadap
penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan
secara sengaja serta sistematis atas suatu sudut pandang yang
menjadi dasar suatu tindakan.
Al Kindi (800-870), ” kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi
adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat
segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia...Bagi filsafat yang paling
mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang
merupakan sebab dari segala kebenaran...”. Ibnu Rushd (1126-1198)
“Filsafat itu hikmah yang merupakan pengetahuan otonom yang perlu
ditimba oleh manusia sebab ia dikarunia oleh Allah dengan akal. Filsafat
diwajibkan pula oleh Al-Qur’an agar manusia dapat mengagumi karya
Tuhan dalam persada dunia.7
Manusia dikaruniai akal fikiran sehingga sudah menjadi kegiatan
manusia untuk berfikir, mencari tahu hal-hal yang sebelumnya tidak
diketahui, meneliti tentang kebenaran segala sesuatu karena sesuai dengan
pendapat para filsuf bahwa kehidupan yang tak teruji dan tak pernah
dipertanyakan merupakan kehidupan yang tidak berharga.
Pada dasarnya setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek
material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan
sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu
kedokteran. Adapun objek formalnya adalah metode untuk memahami
objek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Objek
material dalam filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup
yang tampak dan yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia

7
Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hlm 100

5
empiris, sedangkan yang tak tampak adalah alam metafisika. Adapun
objek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan
rasional tentang segala yang ada.8
Cakupan objek filsafat lebih luas dibanding dengan ilmu karena ilmu
hanya terbatas pada persoalan yang empiris saja, sedangkan filsafat
mencakup yang empiris dan yang non-empiris. Objek ilmu terkait dengan
filsafat pada objek empiris. Secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat
karena awalnya filsafatlah yang melakukan pembahasan tentang segala hal
yang ada secara sistematis, rasional, dan logis, termasuk hal yang empiris.
Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang
empiris semakin bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan
spesialisasi dan penampakan kegunaan yang praktis. Inilah proses
terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Karena itu, filsafat oleh para
filosof disebut sebagai induk ilmu. Sebab dari filsafatlah, ilmu-ilmu
modern dan kontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati
ilmu dan sekaligus buahnya yaitu teknologi.9

B. Hakikat dan Karakteristik Filsafat


Terdapat beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut
kalangan filosof adalah:10
1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik
serta lengkap tentang seluruh realitas.
2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta
nyata.
3. Upaya untuk menentukan batas-batas da jangkauan pengetahuan:
sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan
pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang
pengetahuan.
8
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 1.
9
Ibid., hlm. 2.
10
Ibid., hlm. 5-6.

6
5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa
yang Anda katakan dan untuk mengatakan apa yang anda lihat.
Imanuel Kant (1724-1804 M), mengatakan bahwa filsafat itu ilmu
dasar segala pengetahuan, yang mencakup didalamnya empat persoalan,
yaitu:
1. Apakah yang dapat kita ketahui? (Dijawab oleh metafisika)
2. Apakah yang boleh kita kerjakan? (Dijawab oleh etika/norma)
3. Sampai dimanakah pengharapan kita? (Dijawab oleh agama)
4. Apakah yang dinamakan manusia? (Dijawab oleh antropolog)11
Dalam pandangan Sidi Gazalba filsafat adalah berpikir secara
mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari
kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. Pendapat
Sidi Gazalba ini memperlihatkan adanya tiga ciri/karakteristik pokok
dalam filsafat, yaitu:12
1. Adanya unsur berpikir yang dalam hal ini menggunakan akal
2. Adanya unsur tujuan yang ingin dicapai melalui berpikir
tersebut.
3. Adanya unsur ciri yang terdapat dalam pikiran tersebut, yaitu
mendalam.
Uraian di atas menunjukkan dengan jelas ciri dan karakteristik
berpikir secara filosofis. Intinya adalah upaya secara sungguh-sungguh
dengan menggunakan akal pikiran sebagai alat utamanya untuk
menemukan hakikat segala sesuatu.

C. Hakikat dan Karakteristik Filsafat Ilmu


Ilmu berasal dari bahasa Arab yakni: alima, ya’lamu, ilman yang
berarti: mengerti, memahami benar-benar. Pengertian ilmu yang terdapat
dalam kamus bahasa indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang

11
Ibid., hlm. 8.
12
Ibid., hlm. 9.

7
dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang
(pengetahuan) itu.Mulyadi Kartanegara mengatakan bahwa ilmu adalah
any organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda
terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada
bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada
bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.13
Beberapa ciri-ciri utama ilmu menurut terminologi, antara lain
adalah:14
1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris,
sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan.
2. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan
kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu
menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek (atau
dalam objek) yang sama dan saling berkaitan secara logis.
3. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan
masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat
di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori
yang belum sepenuhnya dimantapkan.
4. Di sisi lain, yang seringkali berkaitan dengan konsep ilmu (
pengetahuan ilmiah) adalah ide bahwa metode-metode yang
berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus
terbuka kepada semua pencari ilmu.
5. Ciri hakiki lainnya adalah metodologi, sebab kaitan logis yang
dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan
tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide-ide yang terpisah.
Sebaliknya ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis.
Beberapa definisi ilmu menurut para ahli di antaranya adalah:15

13
Ibid., hlm. 12-13
14
Ibid., hlm. 13-14
15
Ibid., hlm. 15

8
1. Mohammad Hatta, mendefenisikan ilmu adalah pengetahuan
yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu
golongan masalah.
2. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah
yang empiris, rasional, umum, dan sistematik, dan keempatnya
serentak.
3. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan
yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman
dengan istilah yang sederhana.
4. Ashley Montagu, Guru Besar Antropolog di Rutgers University
menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun
dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan
percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang
sedang dikaji.
5. Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran,
merangkan bahwa ilmu adalah:
a. Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan.
b. Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh
dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan
waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca
indera manusia.
c. Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada ahli-
ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk:
“Jika..., maka...”.
6. Afanasyef, seorang pemikir marxist bangsa Rusia
mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam,
masyarakat dan pikiran.
Dari pendapat para ahli tentang ilmu seperti yang dituliskan diatas,
dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang empiris,
sistematis dapat diuji dan dibuktikan, yang diperoleh dengan pengamatan
yang metodis, kemudian disusun dalam suatu sistem.

9
Mulyadi Kartanegara berpendapat bahwa objek ilmu tidak mesti
selalu empiris karena realitas itu tidak hanya yang empiris bahkan yang
tidak empiris lebih luas dan dalam dibandingkan dengan yang empiris.16
Adapun perbedaan antara ilmu dan pengetahuan, ilmu adalah bagian dari
pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat
dibuktikan kebenarannya secara empiris. Pengetahuan adalah keseluruhan
pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik.
17

Setelah dipahami pengertian filsafat, ilmu, dan pengetahuan, maka


dapat disimpulakan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian secara
mendalam tentang dasar-dasar ilmu, sehingga filsafat ilmu perlu menjawab
beberapa persoalan berikut:18
1. Pertanyaan landasan ontologis
Objek apa yang ditelaah? Bagaimana wujud yang hakiki dari
objek tersebut? Bagaimana korelasi antara objek tadi dengan
daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera)
yang menghasilkan ilmu? Dari landasan ontologis ini adalah
dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang-
bidang ilmu.
2. Pertanyaan landasan epistemologi
Bagaimana proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak
teratur itu menjadi ilmu? Bagaimana prosedur dan
mekanismenya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita
mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut
kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Cara/teknik/sarana apa
yang membantukita dalam mendapatkan pengetahuan yang
berupa ilmu?
3. Pertanyaan landasan aksiologis

16
Ibid., hal. 16.
17
Ibid., hal.17
18
Ibid

10
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan
kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek dan metode
yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana
korelasi antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral?
D. Relasi Filsafat dan Filsafat Ilmu
Relasi filsafat dan filsafat ilmu dapat ditinjau dari objek matrial dan
objek formalnya.
1. Objek material filsafat
Objek material adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau
disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa
saja, baik hal-hal konkret ataupun hal yang abstrak. Ada
beberapa pendapat dari para cendikiawan tentang objek material
filsafat diantaranya:19
a. Poedjawijatna berpendapat, ’ Jadi objek material filsafat ialah
yang ada dan yang mungkin ada. Manakah objek filsafat
dengan objek segala dari keseluruhan ilmu atau dapatkah
dikatakan bahwa filsafat itu keseluruhan dari segala ilmu
yang menyelidiki segala sesuatunya?’ Dapat dikatakan
memang, bahwa objek filsafat yang kami maksud objek
materialnya sama dengan objek material dari ilmu
seluruhnya. Akan tetapi filsafat tetap filsafat dan bukanlah
merupakan kumpulan atau keseluruhan ilmu’.
b. Dr. Oemar Amir Hoesin berpendapat bahwa masalah
lapangan penyelidikan filsafat adalah karena manusia
mempunyai kecenderungan hendak berpikir tentang segala
sesuatu dalam alam semesta, terhadap segala yang ada dan
yang mungkin ada

19
Surajiyo, Filsafat Ilmu, op.cit., hlm.7-8

11
c. Louis O. Kattsoff berpendapat, ‘lapangan kerja filsafat itu
bukan main luasnya, yaitu meliputi segala pengetahuan
manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui
manusia’.
d. Drs. H.A. Dardiri berpendapat, ‘objek material filsafat adalah
segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada
dalam kenyataan, maupun ada dalam kemungkinan’.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa objek material dari filsafat adalah sangat luas yaitu mencakup
segala sesuatu yang ada.
2. Objek material filsafat ilmu
Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri,
yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan
metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya secara umum.20
Relasi yang dapat disimpulkan antara filsafat dan filsafat ilmu dari
segi objek materialnya adalah bahwa objek material filsafat ilmu
merupakan bagian dari objrk material filsafat, karena objek material
filsafat mencakup segala sesuatu yang ada.
3. Objek formal filsafat
Objek formal yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan
dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut
dari mana objek material itu disorot.
Objek formal filsafat yaitu sudut pandangan menyeluruh, secara
umum, sehingga dapat mencapai hakikat dari objek
materialnya.21
4. Objek formal filsafat ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek
menelaah objek materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam

20
Ibid., hlm. 48
21
Ibid., hlm. 9.

12
objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat
(esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh
perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti
apa hakikat ilmu itu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah? Apa fungsi ilmu pengetahuan itu bagi
manusia? Problem inilah yang dibicarakan dalam landasan
pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.22
Relasi yang dapat disimpulkan antara filsafat dan filsafat ilmu dari
segi objek formalnya adalah bahwa objek formal filsafat adalah sudut
pandang menyeluruh untuk mencapai hakikat objek materialnya. Sama
halnya dengan objek formal filsafat ilmu yaitu untuk menemukan hakikat
objek materialnya yakni ilmu pengetahuan.

E. Relasi Filsafat dan Ilmu


Persamaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
1. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya, menyelidiki
objek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
2. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau
koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan
mencoba menunjukkan sebab-sebabnya.
3. Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan
yang bergandengan.
4. Keduanya mempunyai metode dan sistem.
5. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan
seluruhnyatimbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan
pengetahuan yang lebih mendasar.23
Adapun perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:

22
Ibid., hal. 48
23
Ibid., hal 18.

13
1. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum),
yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek material
ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris.
Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-
masing secara kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat
tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
2. Objek formal (sudut pandang) filsafat itu bersifat
nonfragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu
yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan
ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu,
objek formal ilmu itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara
ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.
3. Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang
menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan
ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error.
Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis,
sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainya.
4. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan
mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu
menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang
lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan urain yang telah diungkapkan di atas dapat disimpulkan
bahwa filsafat adalah suatu proses atau aktifitas atau berfikir yang sangat
mendalam dan untuk menemukan hakikat dari objek material filsafat.
Objek material filsafat adalah yang diselidiki, dipandang atau disorot oleh
filsafat itu sendiri, objek material filsafat mencakup segala sesuatu yang
ada, meliputi yang ada dalam pikiran dan yang mungkin ada. Kegiatan
ber-filsafat ada karena manusia dikarunia akal pikiran, dan sudah menjadi
sifat manusia untuk berfilsafat, mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang ada.
Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang empiris, sistematis dapat
diuji dan dibuktikan, yang diperoleh dengan pengamatan yang metodis,
kemudian disusun dalam suatu sistem. Ilmu merupakan pengetahuan yang
disusun secara sistematik dapat diuji dan dibuktikan secara umum dan
diperoleh dengan pengamatan yang metodis kemudian disusun dalam
suatu sistem. Filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang
dasar-dasar ilmu.
Filsafat mempunyai objek material yang sangat luas mencakup
segala yang ada, sedangkan filsafat ilmu memiliki objek material yakni
ilmu itu sendiri. Filsafat mempunyai objek formal (sudut pandang dari
mana objek material disorot) menyeluruh untuk mendapat hakikat objek
materialnya, dan filsafat ilmu memiliki objek formal yakni menaruh
perhatian besar terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Surajiyo. 2016. Filsafat Ilmu. Bumi Aksara. Jakarta


Amsal Bakhtiar. 2012 Filsafat Ilmu. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Zaprulkhan. 2012. Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Nurani Soyomukti. 2016. Pengantar Filsafat Umum. Ar-Ruzz Media.
Jogjakarta

16

Вам также может понравиться