Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
"Demokrasi Terpimpin"
Sempat berjalan di Indonesia. Demokrasi terpimpin adalah sebuah
sistem demokrasi di mana seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada
pemimpin negara, kala itu Presiden Soekarno. Konsep sistem Demokrasi
Terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno dalam pembukaan
sidang konstituante pada tanggal 10 November1956.
Latar belakang
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden
Soekarno :
demokrasi terpimpin
Pengertian Demokrasi Terpimpin
Demokrasi terpimpin adalah reaksi terhadap demokrasi liberal/parlementer
karena pada masa Demokrasi Parlementer kekuasaan presiden hanya terbatas
sebagai kepala negara, sedangkan kekuasaan pemerintah dilaksanakan oleh
partai.
Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
Masa Demokrasi Terpimpin dimulai dengan berlakunya Dekrit Presiden 5
Juli 1959 sampai berakhirnya kekuasaan Presiden Soekarno tahun 1966.
Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit presiden ini sebagai upaya untuk
menyelesaikan masalah negara yang semakin mengkhawatirkan. Berlakunya
dekrit presoden ini memiliki sisi positif dan sisi negatis.
Berikut sisi positif berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Peranan PKI
Partai Komunis Indonesia (PKI) menyambut "Demokrasi Terpimpin"
Soekarno dengan hangat dan anggapan bahwa PKI mempunyai mandat untuk
mengakomodasi persekutuan konsepsi yang sedang marak di Indonesia kala itu,
yaitu antara ideologi nasionalisme, agama (Islam) dan komunisme yang
dinamakan NASAKOM.
Pada tahun 1962, perebutan Irian Barat secara militer oleh Indonesia yang
dilangsungkan dalam Operasi Trikora mendapat dukungan penuh dari
kepemimpinan PKI, mereka juga mendukung penekanan terhadap perlawanan
penduduk adat yang tidak menghendaki integrasi dengan Indonesia.
PEMBENTUKAN MPRS
Berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959 presiden membentuk
MPRS. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945. Berdasarkan UUD
1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi negara harus
melalui pemilihan umum sehingga parrtai-partai yang terpilih oleh rakyat
memiliki anggota-anggota yang duduk di MPR. Ketua MPRS adalah Chairul
Saleh, dengan tugas MPRS hanya terbatas pada menetapkan Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN).
Pada tanggal 10 November-7 Desember 1960, MPRS mengadakan sidang
umum pertama di Bandung. Hasil Sidang Umum MPRS ini menghasilkan dua
ketetapan sebagau berikut.
1. Ketetapan MPRS Nomor I/MPRS/1960 yang menetapkan Manifesto
Politik Republik Indonesia sebagai GBHN.
2. Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/196- tentang Garis-Garis Besar Pola
Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahap Pertama (1961-1969).
Berdasarkan UUD 1945, kedudukan presiden berada di bawah MPR, namun
pada kenyataanya MPRS tunduk kepada presiden yang terlihat dari tindakan
presiden dalam pengangkatan ketua MPRS yang dirangkap oleh wakil perdana
menteri III dan pengangkatan wakil ketua MPRS yang dipilih dari pimpinan
partai besar (PNI, NU, dan PKI) serta wakil ABRI yang masing-masing diberi
kedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin departemen.
OLEH:
-Diantika Elena -Nuriah Syahriani Latansa