Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1
1.2.4 Bagaiman perhitungan perjanjian pembagian laba dan rugi pada
persekutuan?
1.2.5 Bagaiman perhitungan pertimbangan jasa dalam perjanjian laba rugi?
Diharapkan setelah penulisan makalah ini penulis serta pembaca dapat memahami
:
2
BAB II PEMBAHASAN
Di Indonesia, terdapat tiga jenis persekutuan yang diakui oleh Kitab Undang
Undang Hukum Perdata(KUHP): Persekutuan Perdata, Firma, dan Persekutuan
Komanditer (CV). Persekutuan komanditer disebut juga CV (commanditaire
venotschaap). Persekutuan adalah bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih
untuk menjalankan usaha bersama. Masing-masing orang tadi disebut sekutu.
Pada firma, semua sekutu (disebut juga firman) bertanggung jawab renteng dan
menanggung kerugian firma sampai ke harta pribadi. Artinya, jika firma
menderita kerugian, semua sekutu harus menanggung kerugian tersebut. Di
samping itu, harta pribadi masing-masing sekutu juga ikut digunakan untuk
menanggung kerugian tersebut apabila harta firma tidak cukup untuk
menyelesaikan kerugian tersebut. Pada persekutuan komanditer, semua sekutu
juga bertanggung jawab renteng sebagaimana pada firma. Namun, terdapat sekutu
yang tanggung jawabnya terbatas pada harta yang telah disetorkannya ke
persekutuan komanditer. Sekutu tersebut sering dinamai sekutu diam, pasif, atau
silent partner. Selain sekutu diam disebut sekutu aktif yang tanggung jawabnya
terhadap kerugian CV sampai kepada harta pribadinya.
Persekutuan adalah sebuah asosiasi yang terdiri atas dua atau lebih individu
untuk bekerja sama dengan kepemilikan bersama terhadap bisnis tersebut, dengan
tujuan untuk mencari laba. Berdasarkan konsep mutual agency, setiap sekutu
merupakan seorang agen untuk seluruh kegiatan persekutuan, dengan kemampuan
untuk mengikat sekutu lainnya dengan aktivitasnya di dalam persekutuan. Bila
mengalami insolvensi, setiap sekutu memiliki kewajiban untuk melunasi
kewajiban persekutuan, termasuk menggunakan harta pribadinya. Jadi, kewajiban
sekutu pada persekutuan bersifat tidak terbatas.
3
memasukkan sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan dengan maksud membagi
keuntungan yang diperoleh karenanya
Darii ketentuan Pasal 1618 KUHPerdata tersebut ,dapat beberapa unsur yang
terdapat di dalam persekutuan perdata ,yaitu :
4
Tangung jawab seorang anggota terbatas pada jumlah yang ditanam di dalam
usaha persekutuan. Apabila di dalam keadaan tertentu persekutuan tidak dapat
membayar hutang-hutangnya karena jumlah kekayaan tidak cukup, maka kreditur
berhak menagih pada salah satu seorang dari anggota persekutuan tersebut.
d. Memiliki suatu bagian/hak di dalam persekutuan (Ownership of an Interest
in a Partnership)
Kekayaan yang ditanam di dalam perusahaan tidak lebih dari hak milik yang
terpisah dari anggota yang menjadi kekayaan persekutuan. Anggota yang
menanamkan kekayaan ke dalam persekutuan berarti menyerahkan haknya untuk
mengusahakan dan menggunakan kekayaannya itu, dan sepenuhnya rela untuk
dipakai guna mencapai tujuan-tujuan persekutuan. Hak yang diberikan kepada
persekutuan ini memberikan hak yang sama dengan anggota lainnya untuk
memimpin dan menjalankan usaha persekutuan.
e. Pengembalian bagian keuntungan persekutuan
Setiap anggota mendapat bagian dari keuntungan persekutuan. Suatu persetujuan
yang dibuat untuk membagi keuntungan itu sendiri, tidak merupakan suatu
bentuk persekutuan.
Persekutuan (partnership) didefinisikan sebagai asosiasi antara dua atau
lebih orang yang menjalankan suatu bisnis guna menghasilkan laba sebagai
pemilik bersama. Salah satu fitur hukum persekutuan adalah umur yang terbatas
(limited life).
Menurut konsep hukum Mutual Agency, setiap sekutu merupakan agen bagi
semua aktivitas persekutuan, dengan kekuasaan mengikat semua sekutu lainnya
melalui tindakannya yang mengatas namakan persekutuan. Implikasi dari murtual
agency terutama akan disignifikan apabila dipertimbangkan kaitannya dengan
fitur persekutuan dengan kewajiban tidak terbatas (unlimited liability). Setiap
sekutu bertanggung jawab pada semua utang persekutuan dan dalam kasus
insolvensi, mungkin perlu menggunakan aktiva pribadi untuk membayar utang
persekutuan yang diotorisasi oleh setiap sekutu.
Perjanjian persekutuan (partnership agreements) secara tertulis merupakan
praktik bisnis yang sehat, perjanjian tersebut harus merinci kepada :
5
1. Jenis produk dan jasa yang akan disediakan dan detail tetang operasi
bisnis lainya.
2. Hak dan tanggung jawan setiap sekutu dalam melaksanakan bisnis.
3. Investasi awal setiap sekutu.
4. Kondisi investasi tambahan.
5. Provisi penarikan aktiva
6. Rumus pembagian laba dan rugi.
7. Prosedur untuk membubarkan persekutuan.
Jika tidak ada perjanjian khusus menyangkut pembagian laba dan rugi, semua
sekutu akan membaginya secara rata tanpa memandang investasi yang dilakukan
atau waktu yang dicurahkan bagi persekutuan.
Contoh :
Pada bulan Januari 2010, Joko dan Dadang sepakat untuk melakukan
usaha bersama dengan membentuk persekutuan. Investasi awal yang akan
dilakukan oleh Joko dan Dadang akan dicatat pada akun modal. Joko dan Dadang
sepakat untuk mengeluarkan modal awal dalam bentuk kas sebesar Rp800.000.
Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah :
6
Investasi awal pada persekutuan tidak hanya dapat dilakukan dengan penyetoran
modal dalam bentuk kas, tetapi juga dengan jenis aset lainnya. Untuk mencatat
penyetoran aset selain kas sebagai modal awal persekutuan, akan menggunakan
nilai wajar aset tersebut. Contohnya sebagai berikut. Joko dan Dadang sepakat
untuk membentuk suatu persekutuan, tetapi setoran awal modal tidak dalam
bentuk kas. Berikut penjabaran masing-masing aset yang disetorkan sebagai
investasi awal.
7
Di dalam suatu persekutuan, pasti ada perjanjian pembagian laba yang
diperoleh untuk masing-masing sekutu dengan jumlah tertentu. Biasanya pada
awal pembentukan persekutuan sudah disepakati jumlah pembagian laba untuk
masing-masing sekutu. Pada praktiknya, jumlah pembagian laba didasarkan pada
rasio tertentu, biasanya rasio kepemilikan modal. Begitu juga bila persekutuan
mengalami kerugian maka kerugian tersebut akan dialokasikan ke saldo modal
masing-masing sekutu berdasarkan rasio yang telah disepakati.
Masalah pembagian laba dan rugi akan semakin kompleks bila terdapat
perjanjian atau kondisi tertentu. Misalnya, bila seorang sekutu bertindak sebagai
koordinator atau manajer dari persekutuan maka dia juga berhak atas gaji sebagai
manajer dari persekutuan tersebut, di luar pembagian laba yang menjadi haknya.
Atau seorang sekutu berinvestasi dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan
sekutu yang lainnya, pada perjanjian awal biasanya mereka meminta bunga atas
investasinya yang lebih tersebut, di luar pembagian laba yang menjadi haknya.
8
pada tabel.
Bila pada tahun tersebut persekutuan memperoleh laba yang kecil sehingga
tidak mampu menutupi gaji sekutu aktif maka akan menghasilkan rugi yang akan
dibagikan secara merata juga. Misalnya, pada tahun 2010 persekutuan
memperoleh laba sebesar Rp17 juta. Alokasinya sebagai berikut.
Tabel 1.3
Skedul Alokasi Laba (dalam ribuan)
9
modal Dias karena terdapat alokasi kerugian sebesar Rp1 juta. Hal ini terjadi
karena laba yang diperoleh tidak mampu menutupi gaji untuk sekutu aktif. Jurnal
untuk mencatat alokasi laba dan rugi ini adalah
Pembagian yang sama besar atas laba persekutuan ditetapkan apabila tidak
ada perjanjian bagi hasil. Namun, para sekutu umumnya sepakat untuk membagi
labanya dalam rasio tertentu, misal pembagian 60:40. Perjanjian bagi hasil juga
berlaku untuk pembagian kerugian kecuali bila dinyatakan lain dalam perjanjian.
Walaupun perjanjian untuk membagi laba rugi sama besar atau dalam rasio
tertentu, bersifat umum, perjanjian yang lebih kompleks juga bisa ditemukan
dalam praktek lapangan. Waktu yang didedikasikan sekutu untuk kegiatan bisnis
persekutuan dan modal yang diinvestasikan ke dalam bisnis oleh sekutu individual
seringkali menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perjanjanjian bagi
hasil. apabila seorang sekutu mengelola persekutuan, perjanjian persekutuan
10
memperbolehkan sekutu tersebut memperoleh tunjangan gaji yang besarnya sama
dengan jumlah yang bisa dia peroleh dari kesempatan bekerja di tempat lain
sebelum laba yang tersisa dialokasikan.
Contoh :
Persekutuan amir iwan, Amir merupakan sekutu aktif yang menerima penyisihan
gaji Rp.6.000.000,00,
2.6 Bonus
Bonus bisa dihitung dengan cara persentase tertentu dari laba bersih
persekutuan setelah penyisihan gaji terlebih dahulu.
Contoh :Jika sekutu memperoleh laba Rp.60.000.000 dan jika disepakati amir
mendapat bonus 10% ditambah gaji Rp.6.000.000 dan iwan mendapat gaji
Rp.3.000.000 maka :
=10% X 51.000.000
= Rp.5.100.000
11
=10% X ( 51.000.000 – B)
= Rp.5.100.000 – 10%B
10%B = 5.100.000
= 5.100.000/110%
= Rp.4.636.363,4
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persekutuan (Partnership) adalah suatu penggabungan diantara dua
orang (badan) atau lebih untuk memiliki bersama-sama dan menjalankan suatu
perusahaan guna mendapatkan keuntungan atau laba.
Karakteristik Persekutuan, secara umum ada 5 yang menjadi
karakteristik persekutuan yaitu : Berusaha Bersama-sama (Mutual Agency),
Jangka waktu terbatas (Limited life), Tanggung jawab tidak terbatas (Unlimited
Liability ), Memiliki suatu bagian/hak di dalam persekutuan (Ownership of an
Interest in a Partnership), Pengembalian bagian keuntungan persekutuan.
3.2 Saran
Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini bersifat sangat sederhana
dan simpel. Pembuatan makalah ini masih memerlukan kritikan dan saran bagi
pembahasan materi ini. Maka saran dan kritikan dari teman mahasiswa sangat
kami butuhkan untuk perbaikkan makalah ini menjadi lebih baik.
13