Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
(Putri Agustina, 2017) Telah membuat spesimen komposit dengan variasi
arah serat lidah mertua longitudinal dan acak, kekuatan tarik dan modulus elastisitas
maksimum diperoleh pada bahan komposit hasil sintesis dengan arah penguat
longitudinal yakni 7,91 ± 1,46 N/mm2 dan 4,00 ± 1,32 N/mm2 sedangakan kekuatan
tarik dan modulus elastisitas bahan komposit dengan arah penguat acak yakni 2,64
±0,26 N/mm2 dan 1,19 ± 0,24 N/mm2.
(Respati, 2016) telah melakukan pengaruh waktu perendaman larutan
bawang putih (allium sativum) pada serat tanaman lidah mertua (sansevieria
trifasciata) terhadap kekuatan tarik serat bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisa struktur mikro dari permukaan serat dan kekuatan tarik serat tanaman
lidah mertua terhadap lama perendaman dengan larutan bawang putih selama 0, 2, 4,
dan 6 jam. Didapatkan hasil dari uji tarik serat tanaman lidah mertua dengan
perlakuan perendaman 0 jam, 2 jam, 4 jam dan 6 jam, memiliki tegangan tarik
sebesar yaitu 51,2255 kgf/ mm2, 41,7520 kgf/ mm2, 57,6971 kgf/ mm2, dan 7,3049
kgf/ mm2. Memiliki regangan sebesar 4,8160 %. Sedangkan untuk serat tanpa
perlakuan dan di beri perlakuan dengan perendaman selama 2 dan 6 jam yaitu
4,4720 %, 3,5840 %, dan 4,3760 %.
(Septiari, 2014) Menentukan komposisi dan tekanan papan partikel terbaik
dilihat dari daya serap air minimum dan kuat tekan maksimumnya. dilakukan
dengan menggunakan 2 variabel bebas yaitu komposisi dan tekanan. Eksperimen
pertama, papan partikel dibuat dengan cara plastik polyprophylene dilarutkan dalam
xylene dan dipanaskan pada suhu 170°C. Kemudian matrik plastik dicampurkan
dengan serbuk bambu sebagai filler hingga homogen dengan komposisi filler
berbanding matrik yang digunakan adalah 90%:10%, 80%:20%, 70%:30%,
60%:40%, dan 50%:50%. Selanjutnya campuran yang homogen dicetak pada
tekanan 25 kg/cm2 selama 1 jam. Papan partikel yang dihasilkan dikeringkan
kemudian diuji kuat tekan dan daya serap air. Komposisi cetakan papan partikel
yang daya serap airnya minimum dan kuat tekannya maksimum digunakan untuk
eksperimen kedua. Eksperimen kedua, papan partikel dibuat menggunakan
perbandingan komposisi filler dan matrik yang terbaik dengan variasi tekanan pada
saat pencetakan yaitu berturut-turut 15 kg/cm2, 20 kg/cm2, 25 kg/cm2, 30 kg/cm2,
2
dan 35 kg/cm2 masing-masing selama 1 jam. Hasil penelitian eksperimen pertama
yaitu daya serap air 14,34% dan kuat tekan 671 kg/cm2 dan pada eksperimen kedua
yaitu tekanan terbaik saat proses pencetakan papan partikel yaitu 35 kg/cm2 dengan
nilai daya serap air 6,93% dan nilai kuat tekan 878 kg/cm2.
(H. Liu.al, 2008) Berhasil meningkatkan tegangan tarik dan tekuk serta
modulus tarik dan tekuk komposit secara signifikan dengan penambahan bubuk
bambu sebanyak 40% ke dalam matriks HDPE(High Density Polyethylene).
(Yudhanto, 2016) Standarisasi SNI pada komposit hybrid fabric serat alam
sisal dan fabric serat gelas (fiberglass) menggunakan resin polyester kekuatan 68
MPa sampai dengan 117 MPa dapat dijadikan bahan alternatif untuk aplikasi
komposit struktur yang mempertimbangkan kekuatan bahan seperti pada pembuatan
lambung kapal dengan kekuatan tarik minimal 85 MPa (Biro Klasifikasi Indonesia),
pembuatan sambungan kaki buatan (soket prosthesis) dengan kekuatan tarik
minimal 80 MPa (ISO10328-3) dan Helm pada pengendara sepeda motor dengan
kekuatan tarik minimal 34 MPa (SNI 1811-2007).
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan komposit hybrid berpenguat lidah
meretua (sanseivieria) dan serbuk serat batang bambu dengan berbagai fraksi
volume serat lidah mertua (sanseivieria) dengan penambahan serbuk serat batang
bambu bermatriks polyester menggunakan metode Hand lay up. Pengujian yang
dilakukan yaitu: Pengujian Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk mengamati
morfologi dari komposit, Pengujian Fourier Transform Infrared Spectroscopy
(FTIR) untuk menganalisa unsur dari material, pengujian Spektroskopi difraksi
sinar-X X-ray difraction (XRD) untuk melihat tingkat kekristalan dan kuantitas fase
komposit, Pengujian tarik untuk mengetahui kekuatan tarik dan regangan material
(ASTM D-638), uji daya serap air untuk menentukan besarnya persentase air yang
terserap oleh sampel dan uji densitas.
3
sit dengan menggunakan metode hand-lay up bermatrik polyester dan
penambahan Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO) sebagai hardener.
2. Bagaimana perbandingan matrik dengan filler terhadap karateristik
komposit hiybrid yang dihasilkan.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan Teknologi Kimia Industri Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Lhokseumawe.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menentukan pengaruh fraksi volume serbuk serat batang bambu dan serat
lidah mertua (sanseivieria), terhadap uji tarik, uji daya serap air, uji
densitas dan analisa struktur permukaan menggunakan Scanning Elektron
Microscopi (SEM), Spektroskopi difraksi sinar-X X-ray difraction (XRD)
dengan menggunakan metode hand-lay up bermatrik polyester dan
penambahan Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO) sebagai hardener.
2. Menentukan pengaruh perbandingan matrik dengan filler terhadap
terhadap komposit hybrid yang dihasilkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Material Komposit
Material komposit merupakan material yang terbentuk dari kombinasi antara
dua atau lebih material pembentuknya melalui pencampuran yang tidak homogen,
dimana sifat mekanik dari masing–masing material pembentuknya berbeda.
Memiliki kekuatan bias yang tinggi (tailorability), memiliki kekuatan lelah (fatigue)
yang baik, memiliki kekuatan jenis (strength/weight) dan kekuatan jenis (modulus
young/density) yang lebih tinggi dari pada logam. (Abdurrachman Fiqri, 2017).
Dengan komposit hibrid yang mengandung dua atau lebih pengisi, maka
keunggulan dari suatu pengisi dapat melengkapi kelemahan pengisi lainnya.
Komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber) sebagai bahan
pengisi dan bahan pengikat serat-serat tersebut yang dikenal dengan matriks.
Didalam komposit unsur utamanya adalah serat, sedangkan bahan pengikatnya
menggunakan bahan polimer yang mudah dibentuk dan mempunyai daya pengikat
yang tinggi. (Silvia, 2015).
5
3. Daun, contoh: sisal (Agave sisalana), daun nanas (Ananas comosus), dan
serat henequen (Agave fourcroydes).
4. Serat rumput/grass, contoh: serat bambu, rumput, rotan, switch grass
(Panicumvirgatum), dan rumput gajah (Erianthus elephantinus).
Serat bambu memiliki sifat mekanis lebih baik dibandingkan dengan serat
alam yang lainnya oleh sebab itu, serat bambu dapat digunakan sebagai penguat
komposit. (Dian Wahid Hermawan, 2015).
Bambu ditemukan di alam dalam keadaan melimpah khususnya di Asia dan
6
Amerika selatan. Banyak negara Asia yang belum mengeksplorasi bambu sepenuhn
ya meskipun dianggap sebagai sumber bahan teknik alami. Secara tradisional bambu
telah digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai fasilitas dan alat-alat, yang
mapu menahan beban yang besar. Sifat ini disebabkan oleh bentuk baris longtudinal
dari serat. Serat bambu secara alami memiliki sifat mekanik yang halus, tetapi rapuh
jika dibandingkan dengan serat alami lainnya karena memiliki kandungan lignin
yang besar. (Zakikhani, 2014).
7
(Sumber: kanimozhi, 2011)
1. Faktor serat
Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan untuk dapat memperbaiki
sifat dan struktur matrik yang tidak dimilikinya, juga diharapkan mampu menjadi
bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan gaya yang terjadi.
2. Letak Serat
Dalam pembuatan komposit tata letak dan arah serat dalam matrik yang akan
menentukan kekuatan mekanik komposit, dimana letak dan arah dapat mempengaru
hi kinerja komposit tersebut. Menurut tata letak dan arah serat diklasifikasikan
menjadi 3 bagian yaitu:
One dimensional reinforcement, mempunyai kekuatan dan modulus maksimum
pada arah axis serat.
Two dimensional reinforcement (planar), mempunyai kekuatan pada dua arah
atau masing-masing arah orientasi serat.
Three dimensional reinforcement, mempunyai sifat isotropic kekuatannya lebih
tinggi dibanding dengan dua tipe sebelumnya.
Pada pencampuran dan arah serat mempunyai beberapa keunggulan, jika
orientasi serat semakin acak (random) maka sifat mekanik pada satu arahnya akan
melemah, bila arah tiap serat menyebar maka kekuatannya juga akan menyebar
kesegala arah maka kekuatan akan meningkat.
3. Panjang Serat
Panjang serat dalam pembuatan komposit serat pada matrik sangat
berpengaruh terhadap kekuatan. Serat panjang lebih kuat dibanding serat pendek.
4. Bentuk serat
8
Pada umumnya, semakin kecil diameter serat akan menghasilkan kekuatan
komposit yang lebih tinggi. Selain bentuknya kandungan seratnya juga dapat
mempengaruhi.
Selain itu ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan komposit dari
prosespembuatan komposit itu sendiri. Pada saat pembuatan komposit, kesulitan
yang terjadi adalah mengurangi banyaknya void, dikarenakan pada saat pencetakan
spesimen, banyak void yang terjebak diantara serat-serat yang disusun dan juga
teknik yang digunakan pada saat pencetakan komposit dengan alur serat lurus,
kendalanya adalah saat pencampuran antara matrik dan penguat, dikarenakan matrik
dan serat tidak diaduk secara bersamaan, melainkan dengan teknik laminasi yaitu
menuangkan sebagian larutan resin kedalam cetakan, kemudian menyusun serat
secara horizontal, dan menuangkan kembali sisa dari resin diatas serat hingga serat
tertutup.
2.4 Tipe Serat
Berdasarkan penempatannya serat pada komposit dibagi menjadi beberapa
tipe, yaitu:
1. Continuous Fiber Composite
Tipe ini mempunyai kelemahan pada pemisahan antar lapisan. Hal ini
dikarenakan kekuatan antar lapisan dipengaruhi oleh matriknya.
9
2. Woven Fiber Composite (bi-dirtectional)
Komposit ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan karena
susunan seratnya juga mengikat antar lapisan. Akan tetapi susunan serat
memanjangnya yang tidak begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuan akan
melemah.
10
Gambar 2.4Hybrid composite
11
Tabel 2.2 Spesifikasi UPR Yukalac 157® BTQN-EX
12
Gambar 2.5 Spesimen uji tarik ASTM D 638
(Sumber, Hariyanto 2015)
� = ..........................(2.1)
Dengan: :
Mb = Massa sampel dalam keadaan basah(gr)
13
2.7.4 Karakteristik SEM (Scanning Elektron Mikroscopi)
Morfologi permukaan dari suatu sampel dapat dilihat menggunakan SEM
(Scanning Elektron Mikroscopi). Morfologi dari suatu sampel dapat dilihat dari tiga
sisi, yaitu: permukaan atas, permukaan samping, permukaan ruang dalam. Sampel di
potong dengan ukuran yang kecil dan diletakkan pada karbon tape. Setelah itu
sampel di coating menggunakan platina, tujuannya adalah untuk memberikan sifat
konduktir pada sampel. Scanning Elektron Mikroscopi (SEM) merupakan sejenis
mikroskop yang menggunakan elektron sebagai pengganti cahaya untuk melihat
benda dengan resolusi tinggi. Analisa SEM bermanfaat untuk mengetahui mikrostru
ktur termasuk porositas dan retakan) benda padat berkas sinar elektron dihasilkan
dari filamen yang dipanaskan, disebut elektron gun.
2.7.5 Karateristik XRD (X-ray diffraction)
Spektroskopi difraksi sinar-X (X-ray difraction/XRD) merupakan salah satu
metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan hingga
sekarang. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material
dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran
partikel.
Teknik analisis dengan XRD dapat digunakan untuk melihat tingkat
kekristalan dan kuantitas fase komposit (Harmiah, 2015). Dengan Pengujian XRD
juga dapat mengetahui fasa apa saja yang terdapat pada papan komposit. Pada
pengujian tingkat kekerasan, beban indentasi yang diberikan pada permukaan
sampel adalah tiga sampai empat titik pada setiap sampel. Kemudian jejak yang
ditimbulkan akibat pemberian beban tersebut diukur menggunakan alat uji
kekerasan secara digital dengan menentukan titik-titik diagonal nya. (Saptari, 2016).
Kegunaan dan aplikasi :
1. Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf
2. Mengukur macam-macam keacakan dan penyimpangan kristal.
3. Karakterisasi material Kristal
4. Penentuan dimensi-dimensi sel satuan
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboraturium Kimia Dasar dan
Laboraturium Analisis Jurusan Teknik kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe.
15
Ayakan 40 mesh
Beaker gelas 1000 ml
Cutter
Spatula
Alat uji Tarik (ASTM D-638)
Alat analisa SEM
Alat analisa FTIR
Gelas ukur 500 ml
Almunium foil
16
3.2.2 Bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu
Resin polyester tak jenuh Yukalac 157® BQTN-EX sebagai matriks.
Metyl etyl keton peroksida sebagai katalis.
Serat bambu
Serat lidah mertua
NaOH
1
2
45 20:35
3
45 30:25 1
2
3
3
1
50 30:20 2
1. Penyiapan serat lidah mertua dan serbuk serat bambu yang sudah dikeringk
an.
2. Pembuatan cetakan untuk pengujian tarik, uji daya serap airdan uji densitas
dilakukan dengan menggunakan cetakkan.
3. Penarukan aluminium foil pada cetakan sesuai ukuran cetakan untuk
memudahkan pengambilan komposit.
4. Resin Polyester Yukalac 157® BQTN-EX dicampur dengan Katalis.
Katalis MEXPO yang digunakan sebanyak 1% dari banyaknya resin Polyes
ter Yukalac 157® BQTN-EX yang digunakan dan diaduk sampai homogen.
5. Pencampuran serbuk bambu kedalam resin takaran yang sudah divariasikan
6. Penuangan campuran resin sebagian dari takaran kedalam masing-masing
cetakan, dilanjutkan penempatan serat lidah mertua secara random.
7. Kemudian diatas serat dituang kembali sisa campuran resin dengan serbuk
bambu pada gelas takaran kedalam cetakan sambil dipukul-pukul dengan
sendok supaya campuran resin masuk kedalam serat.
8. Proses pengeringan material komposit dilakukan sampai benar-benar kering
yaitu 24 jam dan apabila masih belum benar-benar kering maka proses
pengeringan dapat dilakukan lebih lama.
9. Proses pengambilan komposit dari cetakan yaitu menggunakan pisau atau
pun cutter.
10. Komposit benda uji dimasukkan ke dalam oven dengan suhu sampai 80°C
guna untuk menghilangkan void atau kekosongan yang ada di dalam
komposit selama 1 jam. Benda uji komposit siap untuk dipotong menjadi
spesimen benda uji.
3.4.2 Pengujian
Pengujian sifat mekanik dilakukan dengan uji kekuatan tarik dari material
komposit dengan menggunakan ASTM D 638 type IV, dimana alat tersebut
dikondisikan pada beban 200 kgf dengan kecepatan penarikan 20 m/menit, material
komposit diamati sampai putus, dicatat tegangan maksimun (Fmaks) dan regangannya.
Prosedurnya :
1. Hubungkan chock dengan listrik dan pastikan semua kabel alat, komputer
dan CPU sudah terpasang dengan aman.
2. Nyalakan komputer dan hidupkan alat dengan memutar tombol dibawah ke
arah ke kiri.
3. Persiapkan sampel yang sudah terpotong sesuai ukuran standard ASTM D-
638.
4. Pasang pengikat sampel pada alat.
5. Pilih TW Elite pada layar komputer.
6. Klik interlock untuk menaiikan turun tempat pengikat sampel dan pasang
sampel yang akan diuji.
7. Pilih custom template lalu pilih ASTM D-638 Plastic Tension Test.
8. Isikan ketebalan sampel dan rate time dengan kecepatan 0,8 mm/s.
9. Pilih load lalu klik kanan dan zero signal klik OK.
10. Lalu pilih crosshead dan zero signal klik OK.
11. Klik run the test berikan nama sampel yang akan diuji lalu klik OK
12. Amati sampel sampai putus dan simpan grafik yang muncul di layar
komputer dengan memilih save as.
13. Hasil akan tersimpan dalam bentuk exel .
14. Pilih file klik new test untuk melanjutkan analisa.
15. Pilih file klik exit untukmengakhiri analisa.
Prosedurnya :
C. Uji Densitas
1. Memasang Sampel
Bulan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4
1 Pengadaan alat dan bahan baku
2 Persiapan penelitian
3 Pelaksanaan penelitian
4 Analisa bahan baku dan produk
5 Pengolahan Data
6 Pembuatan laporan
7 Seminar Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Agus Hariyanto. 2015. Peningkatan Kekuatan Tarik Dan Impak Pada Rekayasa Dan
Manufaktur Bahan Komposit Hybrid Berpenguat Serat E-Glass Dan Serat
Kenaf Bermatrik Polyester Untuk Panel Interior Automotive.Universitas
Muhammadiyah.Jurusan Teknik Mesin. Semarang.
Efendi Riyan., Jumarji., Hermawan, Y. 2015. Analisis Variasi Panjang Serat Dan
Fraksi Volume Terhadap Sifat Mekanik Material Komposit Polyester Yang
Diperkuat Serat Daun Lidah Mertua. Universitas Jember. Jurusan Teknik
kimia.
Fiqri Abdurrachman., Yudo,H., dan Budiarto untung. 2017. Analisa Teknis Komposit
Berpenguat Serat Daun Nanas (Smooth Cayenne) Dan Serat Ampas Tebu
(Saccharum Officinarum L) Sebagai Alternatif Komponen Kapal Ditinjau Dari
Kekuatan Bending dan Impact.Universitas Diponerogoro. Jurnal Hasil Karya
Ilmiah Lulusan S1Teknik Perkapalan.Vol.5(2): 408-420.
Izaak, D. F., Rauf, A. F., Lumintang Romels. 2013. Analisis Sifat Mekanik dan Daya
Serap Air Material Komposit Serat Rotan.
Irvina, F., Astuti, D.W., Fatimah, Luthfiana, N.H., Maharani, R., Maestuti, N., dan
Widhyastuti, Y . 2009. X-Ray Difractometer (XRD). Jurusan Teknik Kimia
UNS: Surakarta.
Kanimozhi, M. 2011. Invetigating The Physical Characteristics Of Sansevieria
Trifasciata Fibre. International Journal Of Scientific And Research Publicatio
ns. Vol.1
Muslim, J., Sari, N. H., dan Dyah, E. 2013. Analisis Sifat Kekuatan Tarik dan
Kekuutan Bending Komposit Hibryd Serat Lidah Mertua Dan Karung
Goni Dengan Filler Abu Sekam Padi 5% Bermatrik Epoxy. Jurnal
Dinamika Tenik Mesin.Vol. 3(1): 26-33.
M.P. Stevens. 2002. Kimia Polimer. Pradnya Paramita. University Of Hartford. hal
163-164.
Suryanto, H., Irawan, Y.S., Marsyahyo, E., Soenoko, R., 2012. Karakteristik Serat
Mendong (Fimbristylis globulosa).Upaya Menggali Potensi Sebagai Penguat
Komposit Matriks.Polimer. In: Seminar Nasional Green Technology 3. pp. 49–
53.
Taurista, A.Y, Riani, A.O, Putra, K.H. (2003), Komposit Laminat Bambu Serat Woven
Sebagai Bahan Alternatif Pengganti FiberGlass Pada Kulit Kapal. ITS,
Surabaya.
Zakikhani Parnia, R. Z., Zahari, R., Sultan, M. T. H., Majid. D. I.2014. Extraction
and preparation of bambbo fibre reinforced composites. materials and Design
.Vol.63 hal:820-828.
LAMPIRAN
Diagram Alir Pembuatan Komposit Hybrid Bermatrik Resin Polyester