Вы находитесь на странице: 1из 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan komposit hybrid merupakan gabungan antara tipe serat lurus dengan
tipe serat acak, dengan pertimbangannya supaya dapat mengeliminir kekurangan
dari kedua tipe serat dan juga menggabungkan kelebihan dari kedua serat tersebut
(Muslim, 2013)

Penggunaan serat hayati sebagai bahan penguat pada suatu


kompositmemilki beberapa keunggulan, diantaranya yaitu lebih ramah lingkungan,
berasal dari sumber yang dapat diperbaharui, murah, lebih tidak abrasif terhadap pe
ralatan proses sertamemiliki densitas yang relatif rendah. Telah dilakukan studi
mengenai pembuatan komposit lidah mertua (sansevieria) bermatriks polipropilena
dengan menggunakan metode tekan panas dengan fraksi volume serat terukur 4.9%,
8.6% dan 13.5%. Kekuatan tarik dan kekakuan tertinggi dari komposit sansevieria
diperoleh pada komposit sansevieria dengan fraksi volume serat terukur 13.5%,
yakni sebesar 53.07 MPa. (Mardiyati, 2016).
Serat bambu memiliki sifat mekanis lebih baik dibandingkan dengan serat
alam yang lainnya. Dilakukan pembuatan komposit dengan polimer resin epoksi
sebagai perekat serat. Sampel I dicetak dengan menyusun serat dengan sudut silang
sebesar 00, 450, 900. Sampel II dicetak dengan ukuran diameter yang berbeda yaitu
serat berdiameter rata-rata 1 mm dan serat yang berdiameter rata-rata 0,01 mm.
Kedua sampel dicetak dengan tekanan sebesar 2 kgf/cm2. Hasil uji ketahanan tekan
didapatkan serat yang diameter lebih besar dan dengan arah silang 45 0 memiliki
ketahanan tekan yang lebih baik. (Wahid Hermawan, 2015).
Pada penelitian sebelumnya (Siti komariah, 2016) Pembuatan komposit
dengan metode blending dengan variasi komposisi serbuk bambu 5%; 10%; dan
15% fraksi massa komposit, dilakukan analisa densitas dan analisa kekuatan lentur
berdasarkan ASTM D-790. Dari penelitian ini diperoleh, komposit dengan
penambahan 15% serbuk bambu memiliki nilai densitas sebesar 0.1093 gr/cm3 dan
kekuatan lentur sebesar 28,20 MPa.

1
(Putri Agustina, 2017) Telah membuat spesimen komposit dengan variasi
arah serat lidah mertua longitudinal dan acak, kekuatan tarik dan modulus elastisitas
maksimum diperoleh pada bahan komposit hasil sintesis dengan arah penguat
longitudinal yakni 7,91 ± 1,46 N/mm2 dan 4,00 ± 1,32 N/mm2 sedangakan kekuatan
tarik dan modulus elastisitas bahan komposit dengan arah penguat acak yakni 2,64
±0,26 N/mm2 dan 1,19 ± 0,24 N/mm2.
(Respati, 2016) telah melakukan pengaruh waktu perendaman larutan
bawang putih (allium sativum) pada serat tanaman lidah mertua (sansevieria
trifasciata) terhadap kekuatan tarik serat bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisa struktur mikro dari permukaan serat dan kekuatan tarik serat tanaman
lidah mertua terhadap lama perendaman dengan larutan bawang putih selama 0, 2, 4,
dan 6 jam. Didapatkan hasil dari uji tarik serat tanaman lidah mertua dengan
perlakuan perendaman 0 jam, 2 jam, 4 jam dan 6 jam, memiliki tegangan tarik
sebesar yaitu 51,2255 kgf/ mm2, 41,7520 kgf/ mm2, 57,6971 kgf/ mm2, dan 7,3049
kgf/ mm2. Memiliki regangan sebesar 4,8160 %. Sedangkan untuk serat tanpa
perlakuan dan di beri perlakuan dengan perendaman selama 2 dan 6 jam yaitu
4,4720 %, 3,5840 %, dan 4,3760 %.
(Septiari, 2014) Menentukan komposisi dan tekanan papan partikel terbaik
dilihat dari daya serap air minimum dan kuat tekan maksimumnya. dilakukan
dengan menggunakan 2 variabel bebas yaitu komposisi dan tekanan. Eksperimen
pertama, papan partikel dibuat dengan cara plastik polyprophylene dilarutkan dalam
xylene dan dipanaskan pada suhu 170°C. Kemudian matrik plastik dicampurkan
dengan serbuk bambu sebagai filler hingga homogen dengan komposisi filler
berbanding matrik yang digunakan adalah 90%:10%, 80%:20%, 70%:30%,
60%:40%, dan 50%:50%. Selanjutnya campuran yang homogen dicetak pada
tekanan 25 kg/cm2 selama 1 jam. Papan partikel yang dihasilkan dikeringkan
kemudian diuji kuat tekan dan daya serap air. Komposisi cetakan papan partikel
yang daya serap airnya minimum dan kuat tekannya maksimum digunakan untuk
eksperimen kedua. Eksperimen kedua, papan partikel dibuat menggunakan
perbandingan komposisi filler dan matrik yang terbaik dengan variasi tekanan pada
saat pencetakan yaitu berturut-turut 15 kg/cm2, 20 kg/cm2, 25 kg/cm2, 30 kg/cm2,

2
dan 35 kg/cm2 masing-masing selama 1 jam. Hasil penelitian eksperimen pertama
yaitu daya serap air 14,34% dan kuat tekan 671 kg/cm2 dan pada eksperimen kedua
yaitu tekanan terbaik saat proses pencetakan papan partikel yaitu 35 kg/cm2 dengan
nilai daya serap air 6,93% dan nilai kuat tekan 878 kg/cm2.
(H. Liu.al, 2008) Berhasil meningkatkan tegangan tarik dan tekuk serta
modulus tarik dan tekuk komposit secara signifikan dengan penambahan bubuk
bambu sebanyak 40% ke dalam matriks HDPE(High Density Polyethylene).
(Yudhanto, 2016) Standarisasi SNI pada komposit hybrid fabric serat alam
sisal dan fabric serat gelas (fiberglass) menggunakan resin polyester kekuatan 68
MPa sampai dengan 117 MPa dapat dijadikan bahan alternatif untuk aplikasi
komposit struktur yang mempertimbangkan kekuatan bahan seperti pada pembuatan
lambung kapal dengan kekuatan tarik minimal 85 MPa (Biro Klasifikasi Indonesia),
pembuatan sambungan kaki buatan (soket prosthesis) dengan kekuatan tarik
minimal 80 MPa (ISO10328-3) dan Helm pada pengendara sepeda motor dengan
kekuatan tarik minimal 34 MPa (SNI 1811-2007).
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan komposit hybrid berpenguat lidah
meretua (sanseivieria) dan serbuk serat batang bambu dengan berbagai fraksi
volume serat lidah mertua (sanseivieria) dengan penambahan serbuk serat batang
bambu bermatriks polyester menggunakan metode Hand lay up. Pengujian yang
dilakukan yaitu: Pengujian Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk mengamati
morfologi dari komposit, Pengujian Fourier Transform Infrared Spectroscopy
(FTIR) untuk menganalisa unsur dari material, pengujian Spektroskopi difraksi
sinar-X X-ray difraction (XRD) untuk melihat tingkat kekristalan dan kuantitas fase
komposit, Pengujian tarik untuk mengetahui kekuatan tarik dan regangan material
(ASTM D-638), uji daya serap air untuk menentukan besarnya persentase air yang
terserap oleh sampel dan uji densitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh fraksi volume serbuk serat bambu dan serat lidah
mertua (sanseivieria), terhadap uji tarik, uji daya serap air, uji densitas dan a
nalisa struktur permukaan menggunakan Scanning Elektron Microscopi (SE
M), Spektroskopi difraksi sinar-X X-ray difraction (XRD) pembuatan kompo

3
sit dengan menggunakan metode hand-lay up bermatrik polyester dan
penambahan Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO) sebagai hardener.
2. Bagaimana perbandingan matrik dengan filler terhadap karateristik
komposit hiybrid yang dihasilkan.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan Teknologi Kimia Industri Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Lhokseumawe.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menentukan pengaruh fraksi volume serbuk serat batang bambu dan serat
lidah mertua (sanseivieria), terhadap uji tarik, uji daya serap air, uji
densitas dan analisa struktur permukaan menggunakan Scanning Elektron
Microscopi (SEM), Spektroskopi difraksi sinar-X X-ray difraction (XRD)
dengan menggunakan metode hand-lay up bermatrik polyester dan
penambahan Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO) sebagai hardener.
2. Menentukan pengaruh perbandingan matrik dengan filler terhadap
terhadap komposit hybrid yang dihasilkan.

1.4 Manfaat Penelitian :


Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai pembuatan


komposit hybrid dari serat mertua (sanseivieria) dengan serbuk serat
batang bambu.
2. Dapat menghasilkan suatu material baru yang ramah lingkungan,
berkualitas dan bernilai ekonomis.
3. Dapat menambah wawasan tentang pemanfaatan serat alam sebagai
material terbarukan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4
2.1 Material Komposit
Material komposit merupakan material yang terbentuk dari kombinasi antara
dua atau lebih material pembentuknya melalui pencampuran yang tidak homogen,
dimana sifat mekanik dari masing–masing material pembentuknya berbeda.
Memiliki kekuatan bias yang tinggi (tailorability), memiliki kekuatan lelah (fatigue)
yang baik, memiliki kekuatan jenis (strength/weight) dan kekuatan jenis (modulus
young/density) yang lebih tinggi dari pada logam. (Abdurrachman Fiqri, 2017).
Dengan komposit hibrid yang mengandung dua atau lebih pengisi, maka
keunggulan dari suatu pengisi dapat melengkapi kelemahan pengisi lainnya.
Komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber) sebagai bahan
pengisi dan bahan pengikat serat-serat tersebut yang dikenal dengan matriks.
Didalam komposit unsur utamanya adalah serat, sedangkan bahan pengikatnya
menggunakan bahan polimer yang mudah dibentuk dan mempunyai daya pengikat
yang tinggi. (Silvia, 2015).

2.2 Serat Alami (Natural Fiber)


Keuntungan mendasar yang dimiliki serat alami adalah jumlahnya
melimpah, memiliki specific cost yang rendah, dapat diperbaharui (renewable) dan
didaur ulang serta tidak mencemari lingkungan, sehingga dengan seperti ini
subsitusi penggunaan bahan-bahan sintetis dengan bahan alami yang ramah
lingkungan dan dapat diperbaharui menjadi persyaratan produk. Hadirnya komposit
hybrid yang merupakan gabungan dari beberapa lapisan yang searah (unidrectional)
yang disusun dengan jumlah dan urutan tertentu, dapat dijadikan peluang yang baik
untuk diteliti lebih lanjut untuk pemakaian aplikasi struktur komposit secara lebih
luas. (Yudhanto, 2016).
Berbagai alternatif serat alam dari tanaman yang sudah dieksplorasi antara
lain serat jerami, jerami padi, serat rerumputan seperti rumput switch, rumput India,
rumput napier, dan rumput mendong. Beberapa serat tersebut telah diaplikasikan
sebagai penguat komposit polimer (Suryanto, 2012) :

1. Jerami, contoh: jagung, gandum, dan padi.


2. Kulit pohon, contoh: kenaf (Hibiscus cannabicus), flax (Linum usitatissium),
jute (Corchorus), rami (Boehmeira nivea), dan hemp (Cannabis sativa).

5
3. Daun, contoh: sisal (Agave sisalana), daun nanas (Ananas comosus), dan
serat henequen (Agave fourcroydes).
4. Serat rumput/grass, contoh: serat bambu, rumput, rotan, switch grass
(Panicumvirgatum), dan rumput gajah (Erianthus elephantinus).

2.2.1 Bambu Apus


Bambu apus dikenal juga sebagai bambu tali atau dalam bahasa Sundanya
awi tali. Bambu apus (Gigantochloa apus) termasuk dalam genus Gigantochloa,
jenis bambu yang tumbuh merumpun. Keunggulan bambu yakni mudah ditanam dan
tidak diperlukan perlakuan secara khusus serta masa produksi yang singkat
mempermudah menghasilkan material bambu yang siap pakai. Tingginya bisa
mencapai 20 m dengan warna buluh hijau cerah atau kekuning-kuningan. Batangnya
tidak bercabang di bagian bawah, diameternya 2,5-15 cm, tebal dinding 6-13 mm,
dan panjang satu ruas 45-65 cm. Panjang batang yang dapat dimanfaatkan antara 3
m – 15 m. Bambu apus berbatang kuat, liat, dan lurus. Bentuk batangnya sangat
teratur dengan buku-buku yang sedikit membengkak. Apus terkenal paling bagus
untuk dijadikan bahan baku anyaman karena seratnya yang panjang, halus, dan
lentur. Sebaliknya bila sudah kering warnanya menjadi putih kekuning-kuningan,
liat, dan tidak mudah putus.

Gambar 2.1 Bambu apus

Serat bambu memiliki sifat mekanis lebih baik dibandingkan dengan serat
alam yang lainnya oleh sebab itu, serat bambu dapat digunakan sebagai penguat
komposit. (Dian Wahid Hermawan, 2015).
Bambu ditemukan di alam dalam keadaan melimpah khususnya di Asia dan

6
Amerika selatan. Banyak negara Asia yang belum mengeksplorasi bambu sepenuhn
ya meskipun dianggap sebagai sumber bahan teknik alami. Secara tradisional bambu
telah digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai fasilitas dan alat-alat, yang
mapu menahan beban yang besar. Sifat ini disebabkan oleh bentuk baris longtudinal
dari serat. Serat bambu secara alami memiliki sifat mekanik yang halus, tetapi rapuh
jika dibandingkan dengan serat alami lainnya karena memiliki kandungan lignin
yang besar. (Zakikhani, 2014).

2.2.2 Lidah Mertua(Sansevieria)


Lidah mertua (Sansevieria) merupakan salah satu jenis tanaman yang
umumnya digunakan sebagai tanaman hias yang banyak tumbuh di Indonesia serta
tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, dapat tumbuh
dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari. Serat dari tanaman ini pada
dasarnya memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan penguat pada komposit
bermatriks polimer karena memiliki sifat mekanik yang cukup baik, namun masih
belum banyak dipelajari dalam aplikasinya sebagai penguat komposit. (Mardiyati,
2016).
Serat daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata) merupakan tanaman dari
family Sansevieria dan salah satu jenis tanaman yang perlu diteliti, melihat tanaman
ini mudah untuk dibudidayakan dan memiliki potensi yang sangat baik sebagai
penguat komposit berbasis serat alam. (Efendi, 2015)
(Rahmat iskandar fajri, 2013) Mampu meningkatkan fungsi guna dari serat
sansevieria yang biasa digunakan untuk bahan tekstil dan kerajinan rakyat menjadi
material teknik, maka perlu diteliti dan dikembangkan sebagai bahan komposit yang
sesuai sifat fisis dan mekanisnya, sehingga akan tercipta bahan komposit baru.

Tabel 2.1 Physical properties of sansevieria fibres

7
(Sumber: kanimozhi, 2011)

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Performa Fiber-Matrik Composites


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peforma Fiber-Matrik
Composites antara lain (Jauhari Muslim, 2013) :

1. Faktor serat
Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan untuk dapat memperbaiki
sifat dan struktur matrik yang tidak dimilikinya, juga diharapkan mampu menjadi
bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan gaya yang terjadi.
2. Letak Serat
Dalam pembuatan komposit tata letak dan arah serat dalam matrik yang akan
menentukan kekuatan mekanik komposit, dimana letak dan arah dapat mempengaru
hi kinerja komposit tersebut. Menurut tata letak dan arah serat diklasifikasikan
menjadi 3 bagian yaitu:
 One dimensional reinforcement, mempunyai kekuatan dan modulus maksimum
pada arah axis serat.
 Two dimensional reinforcement (planar), mempunyai kekuatan pada dua arah
atau masing-masing arah orientasi serat.
 Three dimensional reinforcement, mempunyai sifat isotropic kekuatannya lebih
tinggi dibanding dengan dua tipe sebelumnya.
Pada pencampuran dan arah serat mempunyai beberapa keunggulan, jika
orientasi serat semakin acak (random) maka sifat mekanik pada satu arahnya akan
melemah, bila arah tiap serat menyebar maka kekuatannya juga akan menyebar
kesegala arah maka kekuatan akan meningkat.
3. Panjang Serat
Panjang serat dalam pembuatan komposit serat pada matrik sangat
berpengaruh terhadap kekuatan. Serat panjang lebih kuat dibanding serat pendek.
4. Bentuk serat

8
Pada umumnya, semakin kecil diameter serat akan menghasilkan kekuatan
komposit yang lebih tinggi. Selain bentuknya kandungan seratnya juga dapat
mempengaruhi.
Selain itu ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan komposit dari
prosespembuatan komposit itu sendiri. Pada saat pembuatan komposit, kesulitan
yang terjadi adalah mengurangi banyaknya void, dikarenakan pada saat pencetakan
spesimen, banyak void yang terjebak diantara serat-serat yang disusun dan juga
teknik yang digunakan pada saat pencetakan komposit dengan alur serat lurus,
kendalanya adalah saat pencampuran antara matrik dan penguat, dikarenakan matrik
dan serat tidak diaduk secara bersamaan, melainkan dengan teknik laminasi yaitu
menuangkan sebagian larutan resin kedalam cetakan, kemudian menyusun serat
secara horizontal, dan menuangkan kembali sisa dari resin diatas serat hingga serat
tertutup.
2.4 Tipe Serat
Berdasarkan penempatannya serat pada komposit dibagi menjadi beberapa
tipe, yaitu:
1. Continuous Fiber Composite
Tipe ini mempunyai kelemahan pada pemisahan antar lapisan. Hal ini
dikarenakan kekuatan antar lapisan dipengaruhi oleh matriknya.

Gambar 2.1 Continous fiber composit

(Sumber: Gibson, 1994)

9
2. Woven Fiber Composite (bi-dirtectional)
Komposit ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan karena
susunan seratnya juga mengikat antar lapisan. Akan tetapi susunan serat
memanjangnya yang tidak begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuan akan
melemah.

Gambar 2.2 Woven fiber composite


(Sumber: Gibson, 1994)

3. Discontinuous Fiber Composite


Tipe ini dibedakan lagi menjadi 3 :

Gambar 2.3Discontinuous Fiber Composite

(Sumber: Gibson, 1994)

4. Hybrid Fiber Composite


Tipe ini digunakan supaya dapat menganti kekurangan sifat dari kedua tipe
dan dapat menggabungkan kelebihannya.

10
Gambar 2.4Hybrid composite

(Sumber : Gibson, 1994)

2.5 Metode Hand Lay Up


(Tjuk Oerbandono, 2015) Pada metode ini biasanya digunakan resin termos
et sebagai matriksnya proses pembuatan komposit dengan cara ini merupakan yang
paling sederhana karena dilakukan secara manual. Cetakan yang digunakan harus
bersih dan mempunyai permukaan permukaan yang halus agar hasil yang diperoleh
maksimal. metode ini dilakukan pengerjaan lapisan sehingga diperoleh ketebalan
yang diinginkan. Setiap lapisan terdiri dari matriks yang telah dicampur dengan serat
dan katalis. Setelah mencapai ketebalan yang diinginkan, proses berikutnya adalah
meratakan permukaan dengan roller. Roller tersebut digunakan sampai permukaan
rata dan tidak ada udara yang terjebak di dalamnya.

2.6 Resin Polyester


Polyester merupakan polimer jenis plastik yang berfasa cair, digunakan
sebagi matrik pengisi komposit. Matrik ini berfungsi untuk mengikat dan memperta
hankan posisi serat agar tetap pada posisinya dan mendistribusikan beban yang
diterima komposit kepada serat secara merata. Berdasarkan karakteristik termalnya,
plastik dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu termoplastik dan termosetting.
Polyester sendiri termasuk dalam kategori plastik termosetting. Apabila polyester
dipanaskan maka tidak akan mecair dan mengalir, tetapi akan terbakar dan menjadi
arang. (Rahmat Iskandar Fajri, 2013).
Jenis UPR populernya sering disebut polyester saja. UPR berupa resin cair
dengan viskositas yang relatif rendah, dapat mengeras pada suhu kamar dengan
penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti banyak resin
termoset lainnya. Salah satu resin yang termasuk jenis UPR adalah resin Yukalac
157® BQTN-EX Series. Resin ini banyak dijual di toko-toko kimia sehingga
memungkinkan untuk mudah didapat. Juga rasio harganya yang rendah yang dapat
dipertimbangkan dalam pemilihan bahan material komposit.

11
Tabel 2.2 Spesifikasi UPR Yukalac 157® BTQN-EX

( NO SIFAT MEKANIS Nilai


S
1 Densitas 1,2 g/cm3
u
2 Kekuatan 12,07 N/mm2
m
3 Modulus elastitas 1,8 x 103 N/mm2
b
e 4 Posion rasio 1,2 %
r
, Taurista, 2003)

2.7 Sifat Mekanik


Sifat mekanik bahan adalah hubungan antara respon atau deformasi bahan
terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik pada komposit merupakan sifat-sifat
yang berhubungan dengan material setelah diberikan gaya-gaya pada material
tersebut. Sifat-sifat mekanik bahan diantaranya adalah tegangan (stress), regangan
(strain) dan modulus elastisitas. (Wiwi Aprilia, 2013).

2.7.1 Uji tarik


(Rahmat Iskandar Fajri, 2013) Komposit yang telah jadi kemudian diuji
kekuatan mekaniknya yaitu kekuatan tariknya dengan menggunakan mesin uji tarik.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kekuatan tarik dari bahan
komposit. Pengujian dilakukan dengan mesin uji “Universal Testing Machine”.
Spesimen pengujian tarik dibentuk menurut standar ASTM D-638-03 yang
ditunjukkan pada gambar berikut :

12
Gambar 2.5 Spesimen uji tarik ASTM D 638
(Sumber, Hariyanto 2015)

2.7.2 Uji Densitas


Pengujian densitas merupakan pengujian sifat fisis terhadap spesimen, yang
bertujuan untuk mengetahui nilai kerapatan massa darispesimen yang diuji. Rapat
massa (mass density) suatu zat adalah massa zat per satuan volume. (Sugeng, 2013)

� = ..........................(2.1)

dimana : ρ = Densitas benda (gram/cm3)


m = Massa benda (gram)
v = volume benda (cm3)

2.7.3 Uji Daya Serap Air


Uji daya serap air dimaksudkan untuk mengetahui batas kemampuan
komposit dalam menyerap air sampai batas maksimal. Pori-pori yang terjadi pada
sampel dapat menjadi reservoir air bebas didalam agregat. Besarnya Presentase
berat air yang mampu diserap agregat dan serat didalam air disebut daya serapan air,
sedangkan banyaknya air yang terkandung dalam agregat dan serat disebut kadar air.
(Izaak, 2013) Untuk mendapatkan nilai penyerapan air dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :

Daya Serap Air = .............. (2.2)

Dengan: :
Mb = Massa sampel dalam keadaan basah(gr)

Mk = Massa sampel dalam keadaan kering(gr)

13
2.7.4 Karakteristik SEM (Scanning Elektron Mikroscopi)
Morfologi permukaan dari suatu sampel dapat dilihat menggunakan SEM
(Scanning Elektron Mikroscopi). Morfologi dari suatu sampel dapat dilihat dari tiga
sisi, yaitu: permukaan atas, permukaan samping, permukaan ruang dalam. Sampel di
potong dengan ukuran yang kecil dan diletakkan pada karbon tape. Setelah itu
sampel di coating menggunakan platina, tujuannya adalah untuk memberikan sifat
konduktir pada sampel. Scanning Elektron Mikroscopi (SEM) merupakan sejenis
mikroskop yang menggunakan elektron sebagai pengganti cahaya untuk melihat
benda dengan resolusi tinggi. Analisa SEM bermanfaat untuk mengetahui mikrostru
ktur termasuk porositas dan retakan) benda padat berkas sinar elektron dihasilkan
dari filamen yang dipanaskan, disebut elektron gun.
2.7.5 Karateristik XRD (X-ray diffraction)
Spektroskopi difraksi sinar-X (X-ray difraction/XRD) merupakan salah satu
metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan hingga
sekarang. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material
dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran
partikel.
Teknik analisis dengan XRD dapat digunakan untuk melihat tingkat
kekristalan dan kuantitas fase komposit (Harmiah, 2015). Dengan Pengujian XRD
juga dapat mengetahui fasa apa saja yang terdapat pada papan komposit. Pada
pengujian tingkat kekerasan, beban indentasi yang diberikan pada permukaan
sampel adalah tiga sampai empat titik pada setiap sampel. Kemudian jejak yang
ditimbulkan akibat pemberian beban tersebut diukur menggunakan alat uji
kekerasan secara digital dengan menentukan titik-titik diagonal nya. (Saptari, 2016).
Kegunaan dan aplikasi :
1. Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf
2. Mengukur macam-macam keacakan dan penyimpangan kristal.
3. Karakterisasi material Kristal
4. Penentuan dimensi-dimensi sel satuan

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboraturium Kimia Dasar dan
Laboraturium Analisis Jurusan Teknik kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe.

3.2 Alat Dan Bahan


3.2.1 Alat yang digunakan
 Cetakan ukuran (12 cm x 6 cm x 0,3 cm)
 Crusher
 Oven
 Meteran
 Timbangan digital
 Roller

15
 Ayakan 40 mesh
 Beaker gelas 1000 ml
 Cutter
 Spatula
 Alat uji Tarik (ASTM D-638)
 Alat analisa SEM
 Alat analisa FTIR
 Gelas ukur 500 ml
 Almunium foil

16
3.2.2 Bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu
 Resin polyester tak jenuh Yukalac 157® BQTN-EX sebagai matriks.
 Metyl etyl keton peroksida sebagai katalis.
 Serat bambu
 Serat lidah mertua
 NaOH

3.3 Perlakuan Penelitian Dan Pengambilan Data


3.3.1. Variabel Tetap
 Ukuran cetakan : (12 cm x 6 cm x 0,3 cm)
 Struktur serat : Random
 Hardener : 1%
 Ukuran partikel : 40 mesh

3.3.2. Variabel bebas


 Polyester 45 % : serat lidah mertua : serbuk serat batang bambu
(45:20:35, 45:30:25, 45:35:20)
 Polyester 45 % : serat lidah mertua : serbuk serat batang bambu
(50:25:25, 50:30:20, 50:35:15)
 Polyester 45 % : serat lidah mertua : serbuk serat batang bambu
(55:20:25, 55:25:20, 55:30:15)
3.3.3. Variabel terikat
 Uji Tarik
 Uji Daya Serap Air
 Uji Densitas
 Uji SEM
 Uji XRD
3.3.4 Pengambilan Data

Tabel 3.1 Perngambilan data sampel pada matriks 45% : filler

variasi Rata Uji Rata Uji Daya Rata


variasi serat : Uji -rata Densitas -rata serap air -rata
% resin variasi tarik (gr/cm3) %
polyester serbuk Sampel (Mpa)

1
2
45 20:35

3
45 30:25 1
2
3

Tabel 3.2 Perngambilan data sampel pada matriks 50% : filler

Rata- Uji Rata- Uji Rata-


variasi rata Densitas rata Daya rata
variasi serat : Uji (gr/cm3) serap
% resin variasi tarik air %
polyester serbuk Sampel (Mpa)
1
50 25:25 2

3
1
50 30:20 2

Tabel 3.3 Perngambilan data pada matriks 55% : filler

Rata- Uji Rata Uji Rata-


variasi variasi rata Densitas -rata Daya rata
% resin serat : Uji (gr/cm3) serap
polyest variasi Samp tarik air %
er serbuk el (Mpa)
1
55 20:25 2
3
55 25:20 1
2
3

3.4 Prosedur Percobaan dan Pengujian


3.4.1 prosedur percobaan
A. Persiapan serat bambu

1. Potong bambu dan cruher menggunakan mesin untuk memperoleh serbuk


bambu ukuran 100 mesh.
2. Cuci serbuk bambu menggunakan air lalu direndam dalam natrium
hidroksida (NaOH) pada konsentrasi 6% dari volume air selama 3 jam
pada suhu kamar.
3. Serat kemudian dicuci dua kali dengan air.
4. Serat yang telah dicuci dikeringkan pada suhu kamar selama 8 jam lalu
diovenkan pada suhu 500C selama 2 hari.
5. Serat kering disimpan dalam kantong plastik tertutup untuk menghindari
kontaminasi kelembaban atsmosfer sebelum dibentuk komposit.
B. Serat lidah mertua
1. Proses pengambilan serat daun lidah mertua dengan memotong bagian daun
berukuran panjang 50 cm – 70 cm.
2. Pencucian pada serat untuk menghilangkan debu.
3. Penyerutan bagian daun menggunakan gelas atau pisau tumpul.
4. Serat yang diperoleh selanjutnya dikeringkan.
5. perlakuan alkali yaitu proses perendamanserat dengan larutan NaOH 1%
selama 3 jam.
6. Serat dicuci dengan air mineral dan serat dikeringkan lagi.
7. Pemotongan seratsesuai variasi ukuran dan panjang. (Riyan Efendi, 2015).
C. Tahap Pembuatan Komposit

1. Penyiapan serat lidah mertua dan serbuk serat bambu yang sudah dikeringk
an.
2. Pembuatan cetakan untuk pengujian tarik, uji daya serap airdan uji densitas
dilakukan dengan menggunakan cetakkan.
3. Penarukan aluminium foil pada cetakan sesuai ukuran cetakan untuk
memudahkan pengambilan komposit.
4. Resin Polyester Yukalac 157® BQTN-EX dicampur dengan Katalis.
Katalis MEXPO yang digunakan sebanyak 1% dari banyaknya resin Polyes
ter Yukalac 157® BQTN-EX yang digunakan dan diaduk sampai homogen.
5. Pencampuran serbuk bambu kedalam resin takaran yang sudah divariasikan
6. Penuangan campuran resin sebagian dari takaran kedalam masing-masing
cetakan, dilanjutkan penempatan serat lidah mertua secara random.
7. Kemudian diatas serat dituang kembali sisa campuran resin dengan serbuk
bambu pada gelas takaran kedalam cetakan sambil dipukul-pukul dengan
sendok supaya campuran resin masuk kedalam serat.
8. Proses pengeringan material komposit dilakukan sampai benar-benar kering
yaitu 24 jam dan apabila masih belum benar-benar kering maka proses
pengeringan dapat dilakukan lebih lama.
9. Proses pengambilan komposit dari cetakan yaitu menggunakan pisau atau
pun cutter.
10. Komposit benda uji dimasukkan ke dalam oven dengan suhu sampai 80°C
guna untuk menghilangkan void atau kekosongan yang ada di dalam
komposit selama 1 jam. Benda uji komposit siap untuk dipotong menjadi
spesimen benda uji.
3.4.2 Pengujian

A. Tahap Uji Tarik

Pengujian sifat mekanik dilakukan dengan uji kekuatan tarik dari material
komposit dengan menggunakan ASTM D 638 type IV, dimana alat tersebut
dikondisikan pada beban 200 kgf dengan kecepatan penarikan 20 m/menit, material
komposit diamati sampai putus, dicatat tegangan maksimun (Fmaks) dan regangannya.
Prosedurnya :
1. Hubungkan chock dengan listrik dan pastikan semua kabel alat, komputer
dan CPU sudah terpasang dengan aman.
2. Nyalakan komputer dan hidupkan alat dengan memutar tombol dibawah ke
arah ke kiri.
3. Persiapkan sampel yang sudah terpotong sesuai ukuran standard ASTM D-
638.
4. Pasang pengikat sampel pada alat.
5. Pilih TW Elite pada layar komputer.
6. Klik interlock untuk menaiikan turun tempat pengikat sampel dan pasang
sampel yang akan diuji.
7. Pilih custom template lalu pilih ASTM D-638 Plastic Tension Test.
8. Isikan ketebalan sampel dan rate time dengan kecepatan 0,8 mm/s.
9. Pilih load lalu klik kanan dan zero signal klik OK.
10. Lalu pilih crosshead dan zero signal klik OK.
11. Klik run the test berikan nama sampel yang akan diuji lalu klik OK
12. Amati sampel sampai putus dan simpan grafik yang muncul di layar
komputer dengan memilih save as.
13. Hasil akan tersimpan dalam bentuk exel .
14. Pilih file klik new test untuk melanjutkan analisa.
15. Pilih file klik exit untukmengakhiri analisa.

B. Uji Daya Serap Air


Prosedur pengujian daya serap air ini mengacu pada ASTM C-20-00-2005.
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan besarnya persentase air yang terserap oleh
sampel yang direndam dengan perendaman selama 24 jam.

Prosedurnya :

1. Spesimen komposit di timbang dengan menggunakan timbangan analitik


dan dicatat beratnya.
2. Kemudian spesimen komposit direndam dalam loyang yang sudah berisi
air.
3. Kemudian didiamkan selama 24 jam.
4. Setelah direndam 24 jam, lalu komposit di timbang dan dicatat beratnya.
5. Daya serap air dari komposit dapat dihitung dengan menggunakan rumus.

C. Uji Densitas

Prosedur pengujian densitas kompositmengacu pada standar ASTM D-


7963- 00.
1. Spesimen komposit ditimbang menggunakan timbangan analitik dan dicatat
berat komposit.
2. Masukkan air 100 ml ke dalam gelas ukur 500 ml.
3. Kemudian dimasukkan komposit ke dalam gelas ukur 500 ml.
4. Catat penambahan volume air setelah dimasukkan komposit kedalam gelas
ukur 500 ml tersebut.
5. Densitas dapat dihitung dengan rumus yang telah ditetapkan.
D. Analisa SEM

1. Memasang Sampel

 Sampel dipasang spesimen.


 Preparasi sampel (tergantung jenis sampel) sebelum dimasukkan dalam
SEM.
 Sampel dimasukkan dalam kedalam specimen chamber.
 Diatur tinggi specimen (specimen heigt) ada software untuk mencegah
sampel menyentuh detector.
 Chamber divakumkan sampai tidak ada oksigen didalamnya.
 Ditunggu hingga status ready.
 Jika tombol ready sudah hidup, gambar siap diambil.
2. Observasi
 Dipastikan SEM sudah ready (30 menit setelah di hidupkan).
 Dihidupkan elektron gun menggunakan software.
 Diatur magnifikasi untuk mendapatkan pembesaran yang diinginkan.
 Diatur focus untuk mendapat ketajaman gambar.
 Diatur kontras/brightness untuk mendapatkan gelap terang gambar sesuai
yang inginkan.
 Untuk lebih mempertajam gambar, bisa diatur stigmator gambar.
 Untuk mengatur gambar bisa digunakan scaler.Dilakukan pelebaran pada
gambar sesuai dengan identifikasi.
E. Analisa XRD ( X-Ray diffraction)
Dilakukan dengan alat shimadzu XRD-700 X-Ray difaktometer maxima
dengan tabung anoda Cu. Analisa XRD bertujuan untuk mengetahui bentuk kristal
material. Perubahan dalam intensitas yang terdifraksi diukur,direkam, dan diplot
terhadap sudut difraksi 2 θ. Analisa menggunakan XRD memungkinkan untuk
menentukan struktur kristal, analisis fase kuatntitatif dan kualitatif, ukuran kristal,
maupun perhitungan kisi-kisi dari suatu material.

F. Pengujian Kadar Air


1. Timbang bereat kosong cawan
2. Timbang bahan ( Serbuk bambu atau serat lidah mertua ) sebanyak 2 gram
3. Panaskan cawan dan bahan dalam oven selama 1 jam
4. Dinginkan dalam desikator selama 10 menit
5. Timbang berat cawan + bahan ( Serbuk bambu atau serat lidah mertua )
6. Masukkan kembali dalam oven sampai didapatkan berat konstan
3.5 Jadwal Penelitian
Tabel 3.4 Diagram Batang Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Bulan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4
1 Pengadaan alat dan bahan baku
2 Persiapan penelitian
3 Pelaksanaan penelitian
4 Analisa bahan baku dan produk
5 Pengolahan Data
6 Pembuatan laporan
7 Seminar Hasil

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia,W.,Darvina,Y., dan Ratna Wulan. 2013. Sifat Mekanis Komposit Berpenguat


Bilah Bambu Dengan Matriks Polyester Akibat Variasi Susunan.Pillar Of
Physics.Vol.2:51-58.

Agus Hariyanto. 2015. Peningkatan Kekuatan Tarik Dan Impak Pada Rekayasa Dan
Manufaktur Bahan Komposit Hybrid Berpenguat Serat E-Glass Dan Serat
Kenaf Bermatrik Polyester Untuk Panel Interior Automotive.Universitas
Muhammadiyah.Jurusan Teknik Mesin. Semarang.

Efendi Riyan., Jumarji., Hermawan, Y. 2015. Analisis Variasi Panjang Serat Dan
Fraksi Volume Terhadap Sifat Mekanik Material Komposit Polyester Yang
Diperkuat Serat Daun Lidah Mertua. Universitas Jember. Jurusan Teknik
kimia.
Fiqri Abdurrachman., Yudo,H., dan Budiarto untung. 2017. Analisa Teknis Komposit
Berpenguat Serat Daun Nanas (Smooth Cayenne) Dan Serat Ampas Tebu
(Saccharum Officinarum L) Sebagai Alternatif Komponen Kapal Ditinjau Dari
Kekuatan Bending dan Impact.Universitas Diponerogoro. Jurnal Hasil Karya
Ilmiah Lulusan S1Teknik Perkapalan.Vol.5(2): 408-420.

Fajri,R.I.,Tarkono., dan Sugiyanto. 2013. Studi Sifat Volume Bermatrik Polyester.


Jurnal Fema. Vol.1(2): 85- 93.

Gibson, Ronald F. 1994. Principle Of Composite Material Mechanics. New York : Mc


Graw Hill,Inc.

Harmiah., Melia Eli., dan Subaer. 2015. Karaterisasi Struktur Mikrokomposit


Geopolimer-Nano Perak.Jurnal Prosidig. Jurusan Fisika-FMIPA. Universitas
Negeri Makasar.

Hermawan,W.D.,Masturi., dan Yulianti,I. 2015.Ketahanan Tekan Komposit Dari


Resin Epoksi Berpenguat Serat Bambu.jurnal fisika.5(1).

H. Liu, Q. Wu, G. Han, F. Yao, Y. Kojima, S. Suzuki. 2008. Compatibilizing and


Toughening Bamboo Flour Filled HDPE Composites. Mechanical Properties
and Marphologies. Composites Part A. 39:1891-1900.

Izaak, D. F., Rauf, A. F., Lumintang Romels. 2013. Analisis Sifat Mekanik dan Daya
Serap Air Material Komposit Serat Rotan.

Irvina, F., Astuti, D.W., Fatimah, Luthfiana, N.H., Maharani, R., Maestuti, N., dan
Widhyastuti, Y . 2009. X-Ray Difractometer (XRD). Jurusan Teknik Kimia
UNS: Surakarta.
Kanimozhi, M. 2011. Invetigating The Physical Characteristics Of Sansevieria
Trifasciata Fibre. International Journal Of Scientific And Research Publicatio
ns. Vol.1

Komariah, S., Farid,Mohd., dan Rasyida,A.2016.Karakterisasi Sifat Fisik dan


Sifat Mekanik Komposit Polyurethane/Serbuk Bambu Sebagai Aplikasi
Panel Pintu Mobil.Jurnal Teknik ITS.Vol.5(2).

Mardiyati., Steven., Rizkiyansyah,R.R., dan Purnomo, I. 2016. Sifat Mekanik Kompo


sit Polipropilena Berpenguat Serat Sanseviera Unidirectional. Jurnal Teknik
Mesin.25(2) hal 73-83.

Muslim, J., Sari, N. H., dan Dyah, E. 2013. Analisis Sifat Kekuatan Tarik dan
Kekuutan Bending Komposit Hibryd Serat Lidah Mertua Dan Karung
Goni Dengan Filler Abu Sekam Padi 5% Bermatrik Epoxy. Jurnal
Dinamika Tenik Mesin.Vol. 3(1): 26-33.

M.P. Stevens. 2002. Kimia Polimer. Pradnya Paramita. University Of Hartford. hal
163-164.

Oerbandono, Tjuk., Gunawan, A.A., Sulistyo, Erwin. 2015. Karateristik Kekuatan


Bending dan Impact Akibat Variasi Unidirectional Preloading pada serat
penguat komposit Polyester. Proceeding seminar nasional tahunan
teknik mesin XIV (SNTTM XIV). Banjarmasin.

Porwanto,A.D., Johar Lizda. 2011.Karakterisasi Komposit Berpenguat Serat Bambu


Dan Serat Gelas Sebagai Alternatif Bahan Baku Industri.Jurnal Teknik Fisika
FTI ITS. Surabaya.

Rohmawati,Agustina.P.,Yushardi., dan Gani,A.A.2017. Karakterisasi Sifat Mekanik


Bahan Komposit Ramah Lingkungan Hasil Sintesis Dari Serat Lidah Mertua
(Sanseviera Trifasciata) Dan Selulosa Bakteri. Jurnal pembelajaran fisika.
6(4) hal 364-370.

SNI 1811-2007. Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Beroda Dua. Badan


Standarisasi Nasional Indonesia.
Saptari. A. S., sanjaya. E., dan Ghufran. I. 2016. Pengujian Tingkat Kekerasan Bahan
Komposit Serbuk Kayu Dengan Matrik Resin Epoksi. Fakultas Sains Dan
Teknologi. Uin Syarif. Jakarta. Vol. 11(2).

Septiari wida. P. A. i., Karyasa. W. I., Kartowarsono. N. 2014. Pembuatan Papan


Partikel Limbah Plastik Polyprophylene (Pp) Dan Tangkai Bambu. Jurnal
Kimia Visvialis. Univrsitas Pendidikan Ganesha. Vol 2(1).

Silvia.,dan Castiqliana,.2015. Pengujian Kekuatan Tarik Dan Kekuatan Tarik


Komposit Hibrid Resin Bekas Kemasan Gelas Jenis Polipropilena/
Serbuk Kayu Kelapa Termodifikasi/Serbuk Serat Kaca Tipe E.Jurnal Teknik
Kimia. Universitas USU.4(3).

Suryanto, H., Irawan, Y.S., Marsyahyo, E., Soenoko, R., 2012. Karakteristik Serat
Mendong (Fimbristylis globulosa).Upaya Menggali Potensi Sebagai Penguat
Komposit Matriks.Polimer. In: Seminar Nasional Green Technology 3. pp. 49–
53.

Sugeng, S. 2013. Kareterisasi Komposit Dari Serbuk Gergaji Kayu (Sawdjust)


Dengan Proses Hot Press Sebagai Bahan Baku Papan Partikel. Universitas
Murnia Kudus. Prosiding. Semarang.

Taurista, A.Y, Riani, A.O, Putra, K.H. (2003), Komposit Laminat Bambu Serat Woven
Sebagai Bahan Alternatif Pengganti FiberGlass Pada Kulit Kapal. ITS,
Surabaya.

Yudhanto Feriawan., Sudarisman., dan Ridlwan, M. 2016. Karakterisasi Kekuatan


Tarik Komposit Hybrid Lamina Serat Anyam Sisal Dan Gelas Diperkuat
Polyester.Jurnal Ilmiah Semesta Teknika.Vol.19(1):48-54.

Zakikhani Parnia, R. Z., Zahari, R., Sultan, M. T. H., Majid. D. I.2014. Extraction
and preparation of bambbo fibre reinforced composites. materials and Design
.Vol.63 hal:820-828.
LAMPIRAN
Diagram Alir Pembuatan Komposit Hybrid Bermatrik Resin Polyester

Вам также может понравиться