Вы находитесь на странице: 1из 14

Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak

Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat


 
Apabila diperhatikan, hasil analisis petrografi dari sayatan batupasir kasar dan
sayatan matriks breksi diperoleh penamaan yang sama. Hal ini diperkirakan terjadi
karena yang menjadi matriks pada breksi adalah batupasir kasar. Sumber dari
batuannya sama, namun terendapkan pada energi yang berbeda.

Tb Top

Ta

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir.


(Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).
Batupasir sedang memiliki ciri–ciri berwarna abu–abu terang, kemas tertutup,
porositas baik, bentuk butir membundar–membundar tanggung, ukuran butir pasir
halus-sedang, tufan, karbonatan lemah, pada singkapan memiliki tebal 2 cm – 10 cm.
Dijumpai struktur sedimen laminasi sejajar, dan silang siur (Foto 3.8). Batulempung
memiliki ciri–ciri berwarna abu–abu gelap, karbonatan. Pada singkapan memiliki tebal
2 – 10 cm.

Foto 3.7 Singkapan perselingan Batupasir kasar dan breksi


(Foto diambil di Cbt-8, mengarah ke hulu).

Vicky Ruliansatri (12005019)   27 
 
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak
Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
 

Tc

Tb

Ta 

Foto 3.8. Singkapan batupasir, memperlihatkan struktur sedimen Tabc


(Foto diambil di Csp-7).

Umur
Berdasarkan analisis mikrofosil (Lampiran B) dari conto yang diambil dari Ctl -
1 didapatkan fosil foraminifera kecil planktonik yang memiliki kisaran umur N10 -
N13, berdasarkan biozonasi Bolli dan Saunders (1985), namun dilihat dari umur satuan
yang ada di bawah dan di atasnya disimpulkan bahwa Satuan Breksi-Batupasir
terbentuk pada N10 – N11. Jadi secara umum satuan ini memiliki umur Miosen
Tengah.

Lingkungan Pengendapan
Dari analisis mikrofosil (Lampiran B) dari conto yang diambil dari Ctl-1
didapatkan fosil foraminifera bentos yang menunjukkan lingkungan pengendapan 300 -
500 m atau pada zona batial atas.

Dilihat dari struktur sedimen yang dijumpai, yaitu perulangan perlapisan


bersusun, laminasi sejajar, serta dijumpai adanya silang siur, konvolut dan flute cast,
disimpulkan bahwa satuan ini diendapkan melalui mekanisme arus gravitasi pada
sistem kipas bawah laut. Dilihat dari struktur sedimen yang dominan yaitu Ta dan Tb
maka satuan ini terbentuk pada bagian proksimal (Gambar 3.6). Sedangkan berdasarkan
asosiasi fasiesnya pada kipas bawah laut, satuan ini diendapkan pada bagian kipas
tengah (Gambar 3.7). Bagian yang menghalus ke atas diperkirakan terbentuk pada
bagian channeled suprafan dan bagian yang mengkasar ke atas terbentuk pada suprafan
lobes.

Vicky Ruliansatri (12005019)   28 
 
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak
Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
 

50

150

250

Gambar 3.7. Model pengendapan kipas tengah (Walker, 1978) dengan suksesi vertikal Satuan
Breksi-Batupasir.

Kesebandingan Stratigrafi
Berdasarkan ciri-ciri litologinya di lapangan, yaitu terdiri dari perselingan
breksi dan batupasir, dan waktu terbentuknya, satuan ini peneliti sebandingkan dengan
Formasi Saguling (Martojoyo, 1984).

Hubungan Stratigrafi
Satuan ini memiliki hubungan selaras dengan Satuan Batupasir-Batulempung.
Hal ini didasarkan pada kemenerusan waktu pengendapan dan kedudukan lapisan yang
relatif sama.

3.2.3 Satuan Batupasir-Batulempung


Penyebaran dan Ketebalan
Satuan ini meliputi 20,7% dari luas daerah penelitian, tersingkap dalam kondisi
segar sampai agak lapuk. Penyebarannya terdapat di bagian tengah dan selatan daerah
penelitian dengan pola penyebaran berarah NW-SE. Satuan ini ditandai dengan warna
kuning muda pada peta geologi (Gambar 3.5).

Vicky Ruliansatri (12005019)   29 
 
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak
Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
 
Jurus lapisan dari satuan ini umumnya berarah NW–SE dengan kemiringan
lapisan curam sampai landai, berkisar antara 150 – 650. Batuan ini tersingkap pada S.
Cigadung, hilir S. Ciseupan, S. Cijambe, dan hilir S. Cicareuh. Ketebalan satuan batuan
ini berdasarkan rekontruksi penampang geologi berkisar antara 500 – 600 m.
Sedangkan berdasarkan pengukuran penampang stratigrafi diperoleh tebal Satuan
Batupasir-Batulempung ± 612 m.

Kondisi Morfologi
Satuan ini menghasilkan bentukan morfologi dengan relief yang landai.
Umumnya berbentuk dataran dan lembah, ekspresi dari batuan penyusunnya yang
relatif lunak.

Ciri Litologi
Satuan ini terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung (Foto 3.9).
Setempat dijumpai sisipan batugamping dan batupasir konglomeratan (Foto 3.11)
dengan tebal 10 cm – 230 cm. Makin ke atas, kehadiran batulempung makin banyak.
Batupasir memiliki ciri–ciri megaskopis berwarna abu–abu, kemas tertutup,
terpilah baik, porositas baik, karbonatan lemah, ukuran butir pasir halus–kasar,
membundar–membundar tanggung, kompak, dan terdapat sisipan karbon. Pada
singkapan memiliki ketebalan 2 cm – 1 m, setempat bersifat tufan. Dapat dijumpai
struktur sedimen perlapisan bersusun, laminasi sejajar, silang siur, konvolut, dan flute
cast (Foto 3.10). Pada sayatan tipis memiliki ciri–ciri; klastik, terpilah sedang–baik,
kemas terbuka. Fragmen 40 %, terdiri dari kuarsa, feldspar, hornblende, karbon, ukuran
0,125 – 0,25 mm, menyudut–membundar tanggung. Matriks lempung 50 %, semen 5 %
berupa oksida besi, porositas 5 % intergranular dan intragranular. Struktur sedimen
perlapisan sejajar. Berdasarkan klasifikasi Gilbert (1954), dinamakan batupasir
feldspatic wacke (Lampiran C).

Foto 3.9. Singkapan


perselingan batupasir
dan batulempung,
terlihat suksesi vertikal
menipis ke atas (Foto
diambil di Cjb-3, di
tebing S. Cijambe).

Vicky Ruliansatri (12005019)   30 
 
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak
Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
 

Foto 3.10. Flute cast


dan parallel
laminasi.
(Foto diambil di
Cgd-1).
 

Batugamping memiliki warna abu–abu terang, bersifat klastik, ukuran butir


pasir halus–sedang, kompak. Batulempung memiliki ciri–ciri berwarna abu–abu gelap,
karbonatan.

Batupasir konglomeratan memiliki ciri-ciri berwarna abu–abu, kemas terbuka,


porositas baik, pemilahan buruk, karbonatan, ukuran pasir kasar–konglomerat,
membundar–membundar tanggung, terdapat struktur sedimen perlapisan berususun,
dan load cast.

Foto 3.11 Sisipan batupasir


konglomertan.

(Foto diambil di Cjb–4).

Umur

Umur
Berdasarkan analisis mikrofosil (Lampiran B) dari conto yang diambil dari Ccr-
2 dan Csp-3 didapatkan fosil foraminifera kecil planktonik yang memiliki kisaran umur
N12 - N17 (biozonasi Bolli dan Saunders, 1985), namun dilihat dari umur dari satuan
yang ada di bawah dan di atasnya disimpulkan bahwa umur Satuan Batupasir-
Batulempung adalah N12 – N15. Jadi secara umum satuan ini memiliki umur Miosen
Tengah bagian akhir.

Vicky Ruliansatri (12005019)   31 
 
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak
Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
 

Gambar 3.8. Model pengendapan kipas bawah (Walker, 1978) dengan suksesi vertikal Satuan
Batupasir-Batulempung.

Lingkungan Pengendapan
Dari analisis mikrofosil (Lampiran B) dari conto yang diambil dari Ccr-2 dan
Csp-3 didapatkan fosil foraminifera bentos yang menunjukkan lingkungan
pengendapan 300 m – 500 m atau pada zona batial.

Dilihat dari struktur sedimen yang dijumpai, yaitu laminasi sejajar, perlapisan
bersusun, konvolut dan flute cast, disimpulkan bahwa satuan ini diendapkan melalui
mekanisme arus gravitasi pada sistem kipas bawah laut. Struktur sedimen yang
dominan adalah Tb dan Tc, maka satuan ini diperkirakan terbentuk pada bagian distal
(Gambar 3.6). Kehadiran struktur Tab hanya sebagai sisipan. Sedangkan berdasarkan
asosiasi fasiesnya, satuan ini dikelompokkan kedalam fasies turbidit klasik yang
terbentuk pada bagian kipas luar. Hal ini berdasarkan karakteristiknya berupa
perulangan monoton batupasir dan batulempung (Gambar 3.8).

Pada satuan ini dilakukan analisis granulometri yang conto batuannya diambil
pada lokasi Cjb 3 dan Csp 3. Hasil analisis granulometri (Lampiran A) memperlihatkan

Vicky Ruliansatri (12005019)   32 
 
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak
Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
 
dua pola. Pola yang ada sesuai dengan grafik analisis granulometri dari endapan arus
turbidit (Friedman dan Sanders, 1978). Nilai simpangan baku dari besar butir adalah
3,3 untuk conto dari Cjb–3 dan 9,55 untuk conto dari Ulg–1, berarti batuan terpilah
sangat buruk (Koesoemadinata, 1985). Hal ini juga merupakan indikasi bahwa satuan
batupasir-batulempung terbentuk melalui mekanisme arus gravitasi.

Kesebandingan Stratigrafi
Berdasarkan ciri-ciri litologinya di lapangan, yaitu terdiri dari perselingan
batupasir-batulempung, dan umurnya, satuan ini peneliti sebandingkan dengan Formasi
Bantargadung.

Hubungan Stratigrafi
Satuan ini memiliki hubungan selaras dengan Satuan Batupasir-Breksi. Hal ini
didasarkan pada kemenerusan waktu pengendapan dan kedudukan lapisan yang relatif
sama. Kontaknya ditemukan pada Slb–5 dan Csp-7, berupa kontak berangsur.

Foto. 3.12 Kontak antara Satuan Breksi-Batupasir dengan Satuan Batupasir-Batulempung


(Foto diambil di Slb-5).

3.2.4 Satuan Batupasir-Breksi


Penyebaran dan Ketebalan
Satuan ini meliputi 10 % dari luas daerah penelitian, tersingkap dalam kondisi
segar sampai lapuk. Penyebarannya terdapat di bagian selatan daerah penelitian dengan
pola penyebaran berarah NW-SE. Satuan ini ditandai dengan warna orange pada peta
geologi (Gambar 3.5).

Vicky Ruliansatri (12005019)   33 
 
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak
Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
 
Secara umum satuan ini memiliki jurus berarah NW–SE dengan kemiringan
lapisan curam sampai agak curam, berkisar antara 450 – 850. Satuan ini tersingkap baik
pada S. Cigadung. Tebal sebenarnya dari satuan ini tidak bisa ditentukan karena tidak
ditemukannya batas atas dari satuan ini di daerah penelitian. Namun, berdasarkan
rekontruksi penampang geologi diperoleh tebal minimumnya ± 600 m, sedangkan
berdasarkan pengukuran penampang stratigrafi tebal mínimum satuan ini ± 580 m.

Kondisi Morfologi
Satuan ini menghasilkan bentukan morfologi berupa perbukitan sinklin. Hal ini
merupakan ekspresi dari batuan penyusunnya yang relatif resisten.

Ciri Litologi
Satuan ini dicirikan oleh perselingan batupasir dengan breksi (Foto 3.13) sisipan
batupasir halus yang terkadang bersifat tufan, dengan suksesi vertikal menghalus dan
menipis ke atas. Setempat dijumpai sisipan konglomerat dengan tebal 10 cm – 230 cm.
(Foto 3.16 a).

Foto 3.13. Singkapan batupasir dan breksi


(Foto diambil di Slb–12, mengarah ke hilir).
Batupasir (Foto 3.15) berwarna abu–abu, kemas tertutup, porositas baik,
karbonatan, ukuran butir pasir halus–kasar, membundar–menyudut tanggung, kompak.
Pada singkapan dijumpai struktur sedimen perlapisan bersusun, dan laminasi sejajar
dengan ketebalan 1 – 30 m. Pada sayatan tipis (Lampiran C) memiliki ciri–ciri
bertekstur klastik, terpilah buruk, kemas umumnya terbuka, dan sebagian tertutup,
kontak poin. Fragmen 65 %, terdiri dari kuarsa, plagioklas, hornblende, fragmen batuan
andesit, ukuran 1 – 0,2 mm, menyudut tanggung–membundar tanggung. Matriks

Vicky Ruliansatri (12005019)   34 
 
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak
Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
 
lempung 15 %. Semen 10 % terdiri dari kalsit, porositas 10 %, intergranular dan
intragranular. Berdasarkan klasifikasi Gilbert (1954) batuan ini disebut batupasir
feldspatic wacke. Setempat dijumpai adanya lensa batulempung di dalam batupasir
(Foto 3.14).

Foto3.14. Lensa lempung di dalam


batupasir.
(Foto diambil pada CGD -7).

Breksi bersifat polimik dengan ciri–ciri megaskopis berwarna abu-abu, terpilah


buruk, kemas terbuka, porositas baik, kompak, karbonatan, bentuk fragmen menyudut–
menyudut tanggung, ukuran fragmen 2 mm – 60 cm. Fragmennya terdiri dari batuan
beku andesit, basalt, kuarsa, batupasir, dan batugamping. Pada singkapan dijumpai
struktur sedimen perlapisan bersusun dan tersingkap dengan ketebalan 1 m – 10 m.
Pada sayatan tipis memiliki ciri-ciri bertekstur klastik, terpilah buruk, kemas umumnya
tertutup, long contact dan point contact. Fragmen 80 %, terdiri dari fragmen batuan
(andesit, basaltt, batuan karbonat), kuarsa, plagioklas, hornblende, ukuran 3,75 – 0,125
mm, menyudut tanggung–membundar tanggung. Matriks (5 %) terdiri dari detrital
lempung dan gelas, semen kalsit 15 %.

Konglomerat berwarna abu–abu, terpilah buruk, kemas terbuka, porositas baik,


karbonatan, bentuk fragmen membundar, ukuran fragmen 2 mm – 15 cm. Fragmennya
terdiri dari batuan beku andesit, basalt, batupasir, batugamping. Pada singkapan
memiliki ketebalan hingga 1 m.

Batupasir halus, berwarna abu-abu terang, porositas baik, karbonatan, ukuran


butir pasir halus, membundar-membundar tanggung, kompak, tufan. Terdapat struktur
sedimen laminasi sejajar dan flame structure (Foto 3.16 b).

Vicky Ruliansatri (12005019)   35 
 
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak
Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
 

Foto 3.15. Singkapan batupasir


(Foto diambil di Cgd-6 mengarah ke hulu).

a  b

Foto 3.16. (a) Singkapan konglomerat (Cgd-6) dan (b) struktur sedimen parallel
laminasi dan flame struktur (Slb-13).

Umur
Berdasarkan analisis mikrofosil (Lampiran B) dari conto yang diambil dari
CGD-9 didapatkan fosil foraminifera kecil planktonik yang memiliki kisaran umur N16
- N17 berdasarkan biozonasi Bolli dan Saunders (1985). Jadi secara umum satuan ini
terbentuk pada Miosen Akhir–Pliosen Awal.

Vicky Ruliansatri (12005019)   36 
 
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak
Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
 
Lingkungan Pengendapan
Dari analisis mikrofosil (Lampiran B) dari conto yang diambil dari CGD–9,
didapatkan fosil foraminifera bentos yang menunjukkan lingkungan pengendapan 300
m – 600 m atau pada zona batial.
Dilihat dari struktur sedimen yang dijumpai, yaitu perulangan perlapisan
bersusun, dan laminasi sejajar, serta adanya flame structure, disimpulkan bahwa satuan
ini diendapkan melalui mekanisme arus gravitasi pada sistem kipas bawah laut.
Struktur sedimen yang berkembang adalah Ta dan Tb, maka satuan ini diperkirakan
terbentuk pada bagian proksimal (Gambar 3.6). Sedangkan berdasarkan asosiasi
fasiesnya, satuan ini masuk ke dalam bagian kipas tengah yaitu channel portion of
suprafan lobes. Sesuai dengan karakteristiknya yaitu memiliki suksesi menghalus dan
menipis ke atas. (Gambar 3.9).

Kesebandingan Stratigrafi
Berdasarkan ciri-ciri litologinya di lapangan, yaitu terdiri atas batupasir dan
breksi dengan sisipan batupasir tufan, dan waktu terbentuknya, satuan ini
disebandingkan dengan Formasi Cigadung (Martojoyo, 1984).

Gambar 3.9. Perbandingan model pengendapan kipas tengah (Walker, 1978)


dengan suksesi vertikal satuan batupasir-breksi.

Hubungan Stratigrafi
Satuan ini memiliki hubungan selaras dengan satuan batupasir-batulempung.
Hal ini didasarkan pada kedudukan lapisan yang relatif sama dan umur yang menerus
dari Satuan Batupasir–Batulempung.

Vicky Ruliansatri (12005019)   37 
 
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak
Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
 
3.2.5 Satuan Breksi Volkanik
Penyebaran dan Ketebalan
Satuan ini meliputi 38 % dari luas daerah penelitian, tersingkap dalam kondisi
segar sampai lapuk. Penyebarannya terdapat di bagian barat daerah penelitian. Satuan
ini ditandai dengan warna merah pada peta geologi (Gambar 3.5). Batuan ini tersingkap
baik pada S. Cicareuh dan S. Cicatih. Ketebalan satuan batuan ini berdasarkan
rekontruksi penampang geologi ± 200 m.

Kondisi Morfologi
Satuan ini menghasilkan bentukan morfologi berupa dataran tinggi dengan
relief yang relatif datar. Merupakan ekspresi dari batuan penyusunnya yang resisten.
Lereng yang curam umumnya terbentuk pada batas litologi dan lembah sungai.

Ciri Litologi
Satuan ini dicirikan oleh litologi berupa breksi volkanik berwarna abu–abu
gelap (Foto 3.17), nonkarbonatan, fragmennya terdiri dari batuan beku basalt dan
andesit berukuran kerakal–bongkah, dan berbentuk menyudut–menyudut tanggung.
Matriksnya terdiri dari pasir sedang–kasar, umumnya tersingkap dengan kondisi lapuk.
Pada sayatan tipis (Lampiran B) dari fragmennya, memiliki ciri-ciri;
hipokristalin, porpiritik. Fenokris (35 %) terdiri dari plagioklas, piroksen, kuarsa,
mineral opak, subhedral dan anhedral, ukuran 1,75 – 0,125 mm. Massadasar (65 %)
tersusun dari mikrolit plagioklas, dan mineral gelas. Dinamakan andesit.

Foto 3.17 Singkapan Breksi


volkanik
(Foto diambil di Ccr-25).
 

Umur

Pada satuan ini tidak ditemukan conto batuan yang dapat digunakan untuk
analisis mikrofosil. Umur dari satuan ini diketahui dari peneliti terdahulu. Dari hasil
studi literatur Satuan Breksi Volkanik di daerah penelitian berumur Pleistosen (Effendi,
dkk., 1998). Satuan ini diperkirakan terbentuk di lingkungan darat.
Vicky Ruliansatri (12005019)   38 
 
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak
Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
 
Kesebandingan Stratigrafi
Berdasarkan ciri-ciri litologinya di lapangan, yaitu terdiri dari breksi volkanik,
yang tersusun dari fragmen andesit dan basalt serta matriksnya berukuran pasir kasar,
satuan ini peneliti sebandingkan dengan endapan gunung api tua (Effendi, dkk., 1998).

Hubungan Stratigrafi
Satuan ini menutupi sebagian satuan yang ada dibawahnya dengan hubungan
ketidakselarasan bersudut.

3.2.6 Satuan Aluvial


Penyebaran satuan ini meliputi 7% dari daerah penelitian, tersebar di lembah
sungai-sungai besar yang ada di daerah penelitiian. Pada peta geologi satuan ini
ditandai dengan warna abu-abu. Satuan ini merupakan hasil rombakan dari satuan
batuan yang lebih tua. Dari pengamatan lapangan, ketebalan satuan ini diperkirakan >5
m. Satuan ini memiliki hubungan yang tidak selaras dengan satuan yang ada
dibawahnya. Karena pengendapan satuan ini masih terus berlangsung sampai saat ini,
sehingga umur satuan ini adalah Resen.

Satuan ini tersusun oleh endapan material lepas yang berukuran lempung
sampai bongkah. Material yang berukuran kerakal sampai bongkah terdiri dari
batupasir, kuarsa, basalt, dan andesit, dengan bentuk butir membulat sampai membulat
tanggung.

Apabila kita amati, batupasir yang ada di daerah penelitian umumnya bersifat
wacke, hal ini diperkirakan berkaitan dengan mekanisme pengendapan daerah
penelitian yaitu dengan cara mekanisme arus gravitasi.

Vicky Ruliansatri (12005019)   39 
 
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak
Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
 
3.3 STRUKTUR GEOLOGI
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesar–sesar
anjak berarah WNW-ESE, sesar-sesar geser berarah NE-SW dan NW-SE, dan
perlipatan dengan sumbu yang sejajar dengan arah sesar anjak. Bukti-bukti yang
menunjukkan adanya struktur-struktur tersebut diantaranya berupa data kekar gerus
(shear fracture), kekar tarik (gash fracture), breksiasi, off set lapisan, cermin sesar dan
kedudukan lapisan. Selain itu, hasil analisis kelurusan dari peta topografi dan citra
SRTM juga memberikan arah WNW–ESE.

Sesar naik yang dijumpai di daerah penelitian adalah Sesar Naik Pasir Sireum,
Sesar Naik Cibayawak, Sesar Naik Cirendeu, dan Sesar naik Cipamarayan yang
berarah WNW–ESE dengan kemiringan ke utara.

Sesar mendatar daerah penelitian memiliki dua arah umum, yaitu berarah NE-
SW dan NW-SE. Sesar mendatar yang berarah NE-SW relatif tegak lurus terhadap arah
sesar naik merupakan sesar mendatar mengiri. Sesar-sesar mendatar ini dapat
digolongkan kedalam “tear fault” yang memotong barisan sesar naik yang ada di
daerah penelitian. Tear fault didefinisikan sebagai suatu sesar mendatar berskala kecil
yang berasosiasi dengan struktur lainnya yaitu lipatan, sesar anjak ataupun sesar normal
(Twiss dan Moore, 1992). Sesar mendatar yang berarah NW-SE merupakan sesar
mendatar menganan. Struktur lainnya adalah struktur lipatan yang memiliki sumbu
relatif sejajar dengan arah jurus sesar anjak yaitu relatif WNW–ESE.

Kelurusan arah sumbu lipatan dan arah sesar–sesar naik ini, dijadikan sebagai
kesimpulan awal bahwa arah tegasan utama yang bekerja di daerah penelitian memiliki
arah relatif NNE-SSW.

Secara lebih detail dan terperinci, analisis mengenai struktur geologi akan
dibahas pada Bab IV Struktur Geologi.

Vicky Ruliansatri (12005019)   40 
 

Вам также может понравиться