Вы находитесь на странице: 1из 11

REFLEKSI KASUS Februari, 2017

DERMATITIS SOLARIS

Disusun Oleh:

Evydeline Christy Karsita


N 111 16 065

PEMBIMBING KLINIK
dr. Diany Nurdin, Sp.KK, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. GM
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Trans Sulawesi
Agama : Islam
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Tanggal pemeriksaan : 24 Februari 2017

II. ANAMNESIS
1) Keluhan utama:
Kulit kemerahan dibagian belakang dan samping leher
2) Riwayat penyakit sekarang:
Seorang laki-laki usia 27 tahun datang ke Poliklinik Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUD Undata dengan keluhan kulit kemerahan
pada bagian belakang dan samping leher. Hal ini sudah dialami pasien
sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Menurut pasien, awalnya hanya
terdapat bercak kemerahan yang terasa sedikit gatal. Rasa Gatal
bertambah jika pasien berkeringat. Pasien juga mengeluhkan terkadang
terasa panas di daerah yang mengalami perubahan warna.
Pasien sudah pernah mengalami keluhan seperti ini sekitar kurang
lebih 1 tahun yang lalu dan pasien pernah diobati sampai rasa gatal
hilang tapi keluhan tersebut muncul kembali. Keluhan saat ini pada
pasien telah diberikan salep sehingga gatalnya hilang dan warna
kulitnya berubah menjadi bersisik. Pasien bekerja sebagai tukang
bangunan dari pagi sampai sore hari dan sering terpapar dibawah sinar

1
matahari yang lama. Saat bekerja pasien tidak menggunakan pakaian
yang tebal dan tidak pernah menutup bagian lehernya jika bekerja.
Pasien mengaku tidak memiliki alergi terhadap makanan tertentu
ataupun obat-obatan tertentu.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien pernah mengalami hal serupa sekitar ± 1 tahun yang lalu
4) Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
1) Keadaan umum : Sakit ringan
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Komposmentis

Tanda-tanda Vital

Nadi : 83 kali/menit

Respirasi : 16 kali/menit

Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan

Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit :

Kepala : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit


Wajah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Leher : Terdapat plak eritematosa berbatas tegas
berukuran lentikular sampai plakat,tampak beberapa papul berukuran
miliar, dan tampak skuama pada regio cervical posterolateral
Perut punggung : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Dada : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Bokong : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit

2
Genitalia : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas atas : Tidak terdapat Ujud KelainanKulit
Ekstremitas bawah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit

IV. GAMBAR

3
Gambar 1 Terdapat plak eritematosa berbatas tegas berukuran lentikular
sampai plakat, disertai skuama dan tampak juga beberapa papul berukura
miliar pada regio cervical posterolateral
.

V. RESUME
Seorang laki-laki datang ke Poliklinik dengan keluhan kulit
kemerahan pada bagian belakang dan samping leher sejak kurang lebih 2
minggu yang lalu. Menurut pasien, awalnya hanya terdapat bercak
kemerahan yang terasa sedikit gatal. Rasa Gatal bertambah jika pasien
berkeringat. Pasien sudah pernah mengalami keluhan seperti ini sekitar
kurang lebih 1 tahun yang lalu. Pasien telah berobat dan diberikan salep
sehingga gatalnya hilang dan warna kulitnya berubah menjadi bersisik.
Pasien bekerja sebagai tukang bangunan sering terpapar sinar matahari
yang lama. Saat bekerja pasien tidak pernah menutup bagian lehernya jika
bekerja.
Pada pemeriksaan dermatologis terdapat plak eritematosa berbatas
tegas berukuran lentikular sampai plakat, disertai skuama dan tampak juga
beberapa papul berukura miliar pada regio cervical posterolateral

4
VI. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Solaris

VII. DIAGNOSIS BANDING


a. Psoriasis Vulgaris
b. Dermatitis Seboroik

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Lampu wood : Tidak didapatkan perubahan warna
IX. ANJURAN PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan Histopatologi

X. PENATALAKSANAAN
1. Non-medikamentosa
a. Edukasi tentang penyakit dan cara penggunaan obat secara teratur
b. Menghindari sinar matahari dan jangan berada dibawah sinar
matahari telalu lama
c. Menggunakan baju yang dapat menutupi bagian tubuh atau alat
pelinfung tubuh lainnya

2. Medikamentosa
Topikal : Desoksimetason 0,25 % krim 2 x 1
Sistemik : Metilprednisolon 4mg x 2

XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad Cosmeticam : dubia ad bonam

5
XII. PEMBAHASAN
Seorang laki-laki usia 27 tahun datang ke Poliklinik Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUD Undata dengan keluhan kulit kemerahan pada
bagian belakang dan samping leher. Hal ini sudah dialami pasien sejak
kurang lebih 2 minggu yang lalu. Menurut pasien, awalnya hanya terdapat
bercak kemerahan yang terasa sedikit gatal. Rasa Gatal bertambah jika
pasien berkeringat. Pasien juga mengelhkan terkadang terasa panas di
daerah yang mengalami perubahan warna. Pasien sudah pernah mengalami
keluhan seperti ini sekitar kurang lebih 1 tahun yang lalu dan pasien
pernah diobati sehingga rasa gatalnya hilang tapi keluhan tersebut muncul
kembali. Keluhan saat ini pada pasien telah diberikan salep sehingga
gatalnya hilang dan warna kulitnya berubah menjadi bersisik. Pasien
bekerja sebagai tukang bangunan dari pagi sampai sore hari dan sering
terpapar dibawah sinar matahari yang lama. Saat bekerja pasien tidak
menggunakan pakaian yang tebal dan tidak pernah menutup bagian
lehernya jika bekerja. Pasien mengaku tidak memiliki alergi terhadap
makanan tertentu ataupun obat-obatan tertentu.
Dermatitis solaris adalah Penyakit kulit yang dianggap sebagai
penyakit kulit akibat kerja, yang sangat dipermudah oleh zat-zat
fotodinamik yang digunakan dalam pekerjaan tersebut. Cedera pada kulit
menyebabkan eritema, nyeri, dan kadang-kadang blister dan dihasilkan
dari paparan sinar matahari yang berlebihan. Reaksi ini diproduksi oleh
radiasi ultraviolet dalam sinar matahari.1
Sunburn pada dasarnya disebabkan oleh radiasi elektromagnetik
dari sinar matahari alami, atau dalam beberapa tahun terakhir terjadi
peningkatan paparan dari cahaya buatan (tanning salon). Pemicu utama
adalah panjang gelombang UVB sekitar 300 nm yang memberikan efek
eritema. Timbulnya penyakit ini biasanya di kedua dekade ketiga
kehidupan. biasanya dimulai sebelum usia 30 dan cenderung memburuk

6
dengan bertambahnya usia. Lebih sering terkena pada perempuan daripada
laki-laki, dengan perbandingan sekitar 3: 1.1,2
Meskipun mekanisme yang tepat dari dermatitis solaris tetap tidak
diketahui, resisten terhadap radiasi sinar ultra violet sehingga menginduksi
respon imunosupresi lokal. Paparan radiasi sinar ultraviolet menginduksi
proses inflamasi dan imunomodulator kompleks dalam kulit. 3
Peradangan dan kemerahan pada kulit terjadi sebagai akibat dari
pelepasan mediator seperti histamin, turunan asam arakidonat, dan sitokin
dan bervariasi tergantung pada jenis kulit, geografis wilayah geografis,
lamanya eksposur, serta panjang gelombang eksposur. Pada kasus, usia
pasien merupakan usia yang paling sering terkena dermatitis solaris yaitu
dekade kedua dan sebelum dekade ke tiga. Pada kasus, Pasien tinggal di
Indonesia khususnya kota palu yang merupakan daerah khatulistiwa
daerah tropis yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terjadinya dermatitis solaris karena sinar matahari yang terik pada siang
hari serta pekerjaan pasisen mengharuskan ia berada di bawah paparan
sinar matahariyang lama.1
Erupsi kulit yang paling sering papulo-vesikel, tetapi juga dapat
terjadi bentuk lain, termasuk plak, eritem multiform, bula dan purpura.
Pasien dengan solaris dermatitis memiliki tanda-tanda klinis dari luka
bakar akut. Sekitar empat sampai enam jam setelah paparan, pada pasien
akan terbentuk daerah berbatas tegas akan teraba sangat panas dan
kemerahan yang sangat perih (luka bakar derajat 1). Setelah paparan
intens, ada juga blister kecil atau blister besar (luka bakar derajat 2).
Reaksi puncak setelah 12-24 jam, biasanya pada malam hari. Pada kasus,
pasien awalnya mengalami bercak kemerahan yang terasa panas kamudian
berkembang menjadi plak kemerahan disertai skuama.1,2
Lokasi dermatitis solaris sering terkena pada daerah pajanan sinar
matahari secara langsung tanpa adanya pelindung yaitu di yaitu wajah,
dahi, leher depan, kuduk, dada bagian atas, pergelangan tangan, kaki dan
jari-jari. Pada kasus, pasien mengalami keluhan perubahan warna pada

7
daerah leher akibat saat beraktivitas pasien tidak pernah menutupi daerah
tersebut.4,5

Gambar 2 variasi paparan sinar matahari

Eriteme akibat Sunburn adalah hasil pajanan kulit dengan sinar


ultraviolet sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah di dermis, tepat
dibawah kulit yang trepajan sinar. Sifat eritem akibat pajanan sinar UV
ialah berbatas tegas, antara daerah terpajan dengan daerah tidak terpajan.
Papul pada dermatitis solaris diakibatkan karena adanya mediator
vasoaktif yang muncul akibat pajanan sinar UV terhadap tubuh, sehingga
terrjadi proses inflamasi yang sebagian besar terjadi di dermis. Kemudian
komponen-komponen tersebut membentuk masa yang solid. Proses dilatasi
pembuluh darah akibat pajanan sinar UV juga mempengaruhi pelepasan
sel- sel keratin gepeng yang mati, tidak berinti tanduk di lapisan tanduk
sehingga membentuk skuama.5
Pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung kasus dermatitis
solaris ini sebenarnya tidak khas, namun pada kasus ini dapat dilakukan
pemeriksaan histopatologis untuk menyingkirkan diagnosa banding
dengan psoriasis. Pada pemeriksaan histopatologis dermatitis solaris
Dermatohistopathology mengungkapkan pembuluh melebar dan edema

8
perivaskular dengan infiltrat limfositik interstitial di dermis atas.
Epidermis mengandung apoptosis keratinosit ( sel sunburn) dengan inti
pyknotic dan sitoplasma eosinofilik bersama dengan epidermolisis. Sinar
UV-terkait apoptosis keratinosit tampaknya menjadi mekanisme pelindung
untuk menghilangkan sel-sel yang rusak dan berpotensi ganas.Pada
psoriasis ditemukan gambaran histopatologis yang khas yaitu
menunjukkan akantosis, papilomatosis dan hilangnya stratum granulosum;
juga hiperkeratosis, parakeratosis serta abses munro. Pada dermis
ditemukan infiltrat sel-sel polinuklear, limfosit dan monosit serta
pelebaran ujung-ujung pembuluh darah.1,5
Lamanya pajanan terhadap sinar matahari para pakar kesehatan
menyarankan baiknya antara 10-30 menit, jika lebih dari ini maka bisa
berefek jelak terhadap kulit. Waktu pajanan pada siang hari sebaiknya
dihindari teruatama jam 11.00-14.00 dimana saat ini sinar matahari ganas
dan dapat merusak kulit. Terapi kortikosteroid menjadi pilihan untuk
dermatitis solaris untuk menghilangkan inflamasi. Sebuah penelitian
terbaru mengungkapkan penggunaan kortikosteroid topikal setelah paparan
sinar matahari 6 jam tidak ada gunanya. Sebuah studi metaanalisis tahun
2001 melaporkan bahwa tidak adanya evidence penggunaan obat NSAID,
antioksidan, dan antihistamin dalam mengobati sunburn. Hal yang paling
penting adalah menghindari paparan sinar matahari.1,4

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Emmer S. Photodermatoses. Infection Skin Disease, Venerology, and


Dermatophatology.4(1);2009

2. Ling TC.dkk. Treatment of Polymorphic Light Erution.Photodermatology,


Photoimmunology, and Photomedicine.19(9);2003

3. Soebaryo RW. Fotosensitivitas. Dalam: Djuanda A, Hamzah M,Aisah S,


[ed]. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Edisi 4. Jakarta.FKUI;2007

4. Harting M, dkk. Dermal hypertrophies. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA,


Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,editor. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw-Hill;
2008.

5. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta.


EGC;2003

10

Вам также может понравиться