Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Latar Belakang
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang
dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal
dengan nama Toxoplasmosis gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak
terinfeksi pada manusia dan hewan peliaharaan. Penderita Toxoplasmosis sering
tidak memperlihatkan suatu tanda klinis yang jelas sehingga dalam menentukan
diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktik dokter sehari-hari.
Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester ketiga dapat
mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.
Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi
penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan
peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan di
atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada kucing dan anjing.
Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang yang
memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya yang suka
memakan makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang
terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian toxoplasmosis secara jelas.
2. Agar pembaca dan penulis mengenal siklus hidup toxoplasmaosis.
3. Untuk menambah pengetahuan pembaca dan penulis dalam penularan
toxoplasmosis.
BAB II PEMBAHASAAN
G. Pencegahan Toxoplasmosis
Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari
penyakit toksoplasmosis, antara lain (Chin, 2000):
1. Mendidik ibu hamil tentang langkah-langkah pencegahan:
a) Gunakan iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 150°F (66°C)
sebelum dimakan. Pembekuan daging tidak efektif untuk menghilangkan
Toxoplasma gondii.
b) hamil sebaiknya menghindari pembersihan sampah panci dan kontak
dengan kucing. Memakai sarung tangan saat berkebun dan mencuci
tangan setelah kerja dan sebelum makan.
c) Makanan kucing sebaiknya kering, kalengan atau rebus dan mencegah
kucing tersebut berburu (menjaga mereka sebagai hewan peliharaan
dalam ruangan).
d) Menghilangkan feses kucing (sebelum sporocyst menjadi infektif). Feses
kucing dapat dibakar atau dikubur. Mencuci tangan dengan bersih setelah
memegang material yang berpotensial terdapat Toxoplasma gondii.
e) Cuci tangan sebelum makan dan setelah menangani daging mentah atau
setelah kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran
kucing.
f) Control kucing liar dan mencegah mereka kontak dengan pasir yang
digunakan anak-anak untuk bermain.
g) Penderita AIDS yang telah toxoplasmosis dengan gejala yang parah
harus menerima pengobatan profilaksis sepanjang hidup dengan
pirimetamin, sulfadiazine dan asam folinic.
H. Pengobatan Toxoplasmosis
Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine
dengan trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan
menghambat siklus p-amino asam benzoat dan siklus asam foist. Dosis yang
dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25-50 mg per hari selama sebulan dan
trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000-6.000 mg sehari selama sebulan. Karena efek
samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka dianjurkan untuk
menambahkan asam folat dan selama pengobatan. Trimetoprimn juga ternyata efektif
untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi antara
pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah
efektifitasnya.
Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek
sampingnya kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis
spiramycin yang dianjurkan ialah 2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali
pemberian. Beberapa peneliti menganjurkan pengobatan wanita hamil trimester
pertama dengan spiramycin 2-3 gram sehari selama seminggu atau 3 minggu
kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling sampai sembuh.
BAB II ASPEK EPIDEMIOLOGI TOXOPLASMOSIS
A. Frekuensi
Amerika Serikat berdasarkan studi serologis, diperkirakan seperempat hingga
setengah populasi Amerika serikat telah terinfeksi oleh toxoplasma. Di Amerika
serikat, 2 – 6 dari 1000 ibu hamil menderita toxoplasmosis. Prevalensi toxoplasmosis
kongenital berkisar 1 tiap 10.000 kelahiran hidup. Manifestasi intraokular
toxoplasmosis akibat necrotizing retinochoroiditis telah dilaporkan pada 1 – 21 %
pasien dengan infeksi sistemik yang didapat. Pada studi populasi 0,6% penduduk
maryland mempunyai scar yang diduga diakibatkan oleh okular toxoplasmosis.
B. Distribusi
Internasional Prevalensi serum antibodi melawan toxoplasmosis bervariasi di
seluruh dunia dan tergantung pada kebiasaan makan, hygiene, dan iklim.
Toxoplasmosis nampaknya lebih banyak terjadi pada iklim yang lembab. Prevalensi
toxoplasmosis kongenital berkisar 1 dalam 1000 kelahiran hidup di Perancis. Dalam
empat dekade pertama hidup, 90% populasi Perancis,12,5% populasi Jepang, dan
60% Populasi Belanda dinyatakan seropositif untuk toxoplasmosis. Rata- rata insiden
di Inggris adalah 0,4 kasus tiap 100.000 orang per tahun. Di Brazil selatan, hapir 18%
penduduk dinyatakan memiliki lesi retina yang diduga akibat okular toxoplasmosis.
Di daerah Quindio Colombia, insidensi yang dilaporkan berkisar 3 kasus tiap 100.000
penduduk per tahun.
C. Determinan
Faktor determinan meliputi :
1. Envirotmen (lingkungan)
Faktor faktor yang dapat mempengaruhi adalah life style atau lingkungan
sosial ekonomi. Dimana kebiasaan hidup yang tidak baik dapat mempengaruhi
kejadian penyakit ini.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi
tinggi di berbagai negara juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka
sering kali Input dari pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkannya
memberikan beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat
kongenital. Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa
antibodi kelas IgG dan IgM terhadap toxoplasma gondii akan dapat diketahui status
penyakit penderita.
Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang
menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki
maka penyakit yang disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk
famili babesiidae. Tanda-tanda yang terkait dengan toksoplasmosis tanpa gejala.
Pasien mengembangkan limfadenitis atau sindrom, seperti flu ringan ditandai dengan
demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit tenggorokan, limfadenopati dan ruam.
myositis, miokarditis, pneumonitis dan tanda-tanda neurologis termasuk kelumpuhan
wajah, perubahan refleks parah, hemiplegi, koma, dan ensefalitis.Diagnosis dapat
dilakukan dengan cara Isolasi, pewarnaan immunoperoxidase, PCR, serologi, dan
pencitraan radiologi. Pencegahan dapat dilakukan dengan pendidikn pada ibu hamil,
memperhatikan makanan kucing, menghilangkan feses kucing, PHBS, kontrol kucing
liar, dan pengobatan profilaksis pada penderita AIDS.
B. Saran
1. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamil
trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.
2. Wanita yang mengindap toxoplasmosis sebaiknya tidak hamil dahulu sampai
sembuh atau virus dalam keadaan istirahat.
3. Ibu hamil sebaiknya menghindari kontak langsung dengan kucing.
DAFTAR PUSTAKA