Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang
dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal
dengan nama Toxoplasmosis gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak
terinfeksi pada manusia dan hewan peliaharaan. Penderita Toxoplasmosis sering
tidak memperlihatkan suatu tanda klinis yang jelas sehingga dalam menentukan
diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktik dokter sehari-hari.
Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester ketiga dapat
mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.
Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi
penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan
peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan di
atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada kucing dan anjing.
Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang yang
memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya yang suka
memakan makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang
terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian toxoplasmosis secara jelas.
2. Agar pembaca dan penulis mengenal siklus hidup toxoplasmaosis.
3. Untuk menambah pengetahuan pembaca dan penulis dalam penularan
toxoplasmosis.
BAB II PEMBAHASAAN

A. Definisi Penyakit Toxoplasmosis


Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang
dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal
dengan nama Toxoplasmosis gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak
terinfeksi pada manusia dan hewan peliaharaan. Penderita Toxoplasmosis sering
tidak memperlihatkan suatu tanda klinis yang jelas sehingga dalam menentukan
diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktik dokter sehari-hari.
Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester ketiga dapat
mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.
Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi
penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan
peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan di
atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada kucing dan anjing.
Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang yang
memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya yang suka
memakan makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang
terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.
Penyakit toksoplasmosis adalah infeksi yang bisa mengancam pertumbuhan janin
dan bisa menyebabkan keguguran. Parasit penyebabnya adalah Toxoplasma gondii,
yang berkembang biak dalam saluran pencernaan kucing dan ikut keluar bersama
fesesnya, terutama hidup di bak pasir tempat BAB kucing dan di tanah atau pupuk
kebun. Anda bisa terinfeksi oleh parasit ini ketika membersihkan kotoran kucing
atau memegang tanah yang terdapat feses kucing. Anda juga bisa terkena
toksoplasma karena mengonsumsi daging yang dimasak setengah matang (dimana
daging tersebut terinfeksi dengan parasit toksoplasma). Meskipun kucing adalah
tempat hidup utama parasit ini, toksoplasma juga bisa hidup pada anjing, unggas dan
hewan ternak seperti babi, sapi atau kambing. Janin bisa terinfeksi toksoplasma
melalui saluran plasenta jika si ibu terserang toksoplasmosis ketika sedang
mengandung. Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat bawaan
seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata.

B. Etilogi Penyakit Toxoplasmosis


Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang
menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki
maka penyakit yang disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk
famili babesiidae.
Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel
endothelial pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau
oval, jarang ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah
besar pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, pam-
pam, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya.
Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2,4 dan
seterusnya, belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan
schizogoni. Pada preparat ulas dan sentuh dapat dilihat dibawah mikroskop, bentuk
oval agak panjang dengan kedua Ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit
dari coccidium. Jika ditemukan diantara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat
dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya terletak dibagian ujung yang berbentuk
bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, tetapi peneliti-peneliti belum ada
yang berhasil memperlihatkan flagellanya. Toxoplasma baik dalam sel monocyte,
dalam sel-sel sistem reticulo endoteleal, sel alat tubuh viceral maupun dalam sel-sel
syaraf membelah dengan cara membelah diri 2,4 dan seterusnya. Setelah sel yang
ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit menyebar melalui peredaran darah dan
hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya. Toxoplasma gondii mudah mati
karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Cepat mati karena pembekuan darah
induk semangnya dan bila induk semangnya mati, jasad inipun ikut mati. Toxoplasma
membentuk pseudocyste dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan
yang diserangnya secara khronis. Bentuk pseudocyste ini lebih tahan dan dapat
bertindak sebagai penyebar toxoplasmosis.
C. Siklus Hidup Dan Morpologi Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, dan
Ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua
sel mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa
akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan
membelah secara lambat dan disebut bradizoit. Bentuk kedua adalah kista yang
terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10-100 um. Kista penting
untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot jantung dan
susunan syaraf pusat. Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 10-
12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan
dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau
schizogoni dan siklus atau gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista
dan dikeluarkan bersama feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii
dalam sekali exkresi akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh
hospes perantara seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai
jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang
membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi
dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung
kista maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut.

D. Cara Penularan Toxoplasmosis


Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang
yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa,
tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi
utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di
laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan menggunakan hewan percobaan
yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat
laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan toxoplasma gondii.

E. Tanda dan Gejala


Pada individu imunokompeten yang tidak hamil, infeksi toxoplasma gondii
biasanya tanpa gejala. Sekitar 10-20% pasien mengembangkan limfadenitis atau
sindrom, seperti flu ringan ditandai dengan demam, malaise, mialgia, sakit kepala,
sakit tenggorokan, limfadenopati dan ruam. Dalam beberapa kasus, penyakit ini bisa
meniru mononukleosis menular. Gejala biasanya dapat hilang tanpa pengobatan
dalam beberapa minggu ke bulan, meskipun beberapa kasus dapat memakan waktu
hingga satu tahun. Gejala berat, termasuk myositis, miokarditis, pneumonitis dan
tanda-tanda neurologis termasuk kelumpuhan wajah, perubahan refleks parah,
hemiplegia dan koma, tapi jarang. Ensefalitis, dengan gejala sakit kepala, disorientasi,
mengantuk, hemiparesis, perubahan refleks dan kejang, dapat menyebabkan koma
dan kematian. Nekrosis perbanyakan parasit dapat menyebabkan beberapa abses
dalam jaringan saraf dengan gejala lesi. Chorioretinitis, miokarditis, dan pneumonitis
juga terjadi. Penularan Toksoplasmosis tidak secara langsung ditularkan dari orang ke
orang kecuali dalam rahim (Institute for International Cooperation in Animal
Biologics, 2005).
Tanda-tanda yang terkait dengan toksoplasmosis yaitu (Medows, 2005):
1. Toxoplasma pada orang yang imunokompeten
Hanya 10-20% dari infeksi toksoplasma pada orang imunokompeten
dikaitkan dengan tanda-tanda penyakit. Biasanya, pembengkakan kelenjar
getah bening (sering di leher). Gejala lain bisa termasuk demam, malaise,
keringat malam, nyeri otot, ruam makulopapular dan sakit tenggorokan.
2. Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah
Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah
misalnya, pasien dengan AIDS dan kanker. Pada pasien ini, infeksi mungkin
melibatkan otak dan sistem syaraf, menyebabkan ensefalitis dengan gejala
termasuk demam, sakit kepala, kejang-kejang dan masalah penglihatan,
ucapan, gerakan atau pemikiran. manifestasi lain dari penyakit ini termasuk
penyakit paru-paru, menyebabkan demam, batuk atau sesak nafas dan
miokarditis dapat menyebabkan gejala penyakit jantung, dan aritmia.
F. Diagnosis Toxoplasmosis
Meskipun insiden infeksi toksoplasmosis tinggi, diagnosis klinis jarang
dilakukan karena tanda klinis dari toxoplasmosis mirip dengan penyakit infeksi
lainnya. Uji laboratorium biasanya digunakan untuk diagnosis. Hanya mendeteksi
antibodi yang spesifik saja tidak cukup karena banyak manusia dan binatang
memiliki titer antibodi. Sebuah infeksi baru dapat menjadi pembeda dengan deteksi
peningkatan jumlah antibodi (seroconversion) dari isotypes yang berbeda (IgG, IgM,
IgA) atau dari sirkulasi. Deteksi parasit yang bebas (takizoit) pada kombinasi dengan
gejala klinis dapat mengkonfirmasikan suatu infeksi, sebagai contoh pada biopsi atau
abortion material. Deteksi kista jaringan (hanya seperti antibodi saja) tidak
mengkonfirmasi infeksi aktif.

G. Pencegahan Toxoplasmosis
Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari
penyakit toksoplasmosis, antara lain (Chin, 2000):
1. Mendidik ibu hamil tentang langkah-langkah pencegahan:
a) Gunakan iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 150°F (66°C)
sebelum dimakan. Pembekuan daging tidak efektif untuk menghilangkan
Toxoplasma gondii.
b) hamil sebaiknya menghindari pembersihan sampah panci dan kontak
dengan kucing. Memakai sarung tangan saat berkebun dan mencuci
tangan setelah kerja dan sebelum makan.
c) Makanan kucing sebaiknya kering, kalengan atau rebus dan mencegah
kucing tersebut berburu (menjaga mereka sebagai hewan peliharaan
dalam ruangan).
d) Menghilangkan feses kucing (sebelum sporocyst menjadi infektif). Feses
kucing dapat dibakar atau dikubur. Mencuci tangan dengan bersih setelah
memegang material yang berpotensial terdapat Toxoplasma gondii.
e) Cuci tangan sebelum makan dan setelah menangani daging mentah atau
setelah kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran
kucing.
f) Control kucing liar dan mencegah mereka kontak dengan pasir yang
digunakan anak-anak untuk bermain.
g) Penderita AIDS yang telah toxoplasmosis dengan gejala yang parah
harus menerima pengobatan profilaksis sepanjang hidup dengan
pirimetamin, sulfadiazine dan asam folinic.

H. Pengobatan Toxoplasmosis
Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine
dengan trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan
menghambat siklus p-amino asam benzoat dan siklus asam foist. Dosis yang
dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25-50 mg per hari selama sebulan dan
trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000-6.000 mg sehari selama sebulan. Karena efek
samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka dianjurkan untuk
menambahkan asam folat dan selama pengobatan. Trimetoprimn juga ternyata efektif
untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi antara
pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah
efektifitasnya.
Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek
sampingnya kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis
spiramycin yang dianjurkan ialah 2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali
pemberian. Beberapa peneliti menganjurkan pengobatan wanita hamil trimester
pertama dengan spiramycin 2-3 gram sehari selama seminggu atau 3 minggu
kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling sampai sembuh.
BAB II ASPEK EPIDEMIOLOGI TOXOPLASMOSIS

A. Frekuensi
Amerika Serikat berdasarkan studi serologis, diperkirakan seperempat hingga
setengah populasi Amerika serikat telah terinfeksi oleh toxoplasma. Di Amerika
serikat, 2 – 6 dari 1000 ibu hamil menderita toxoplasmosis. Prevalensi toxoplasmosis
kongenital berkisar 1 tiap 10.000 kelahiran hidup. Manifestasi intraokular
toxoplasmosis akibat necrotizing retinochoroiditis telah dilaporkan pada 1 – 21 %
pasien dengan infeksi sistemik yang didapat. Pada studi populasi 0,6% penduduk
maryland mempunyai scar yang diduga diakibatkan oleh okular toxoplasmosis.

B. Distribusi
Internasional Prevalensi serum antibodi melawan toxoplasmosis bervariasi di
seluruh dunia dan tergantung pada kebiasaan makan, hygiene, dan iklim.
Toxoplasmosis nampaknya lebih banyak terjadi pada iklim yang lembab. Prevalensi
toxoplasmosis kongenital berkisar 1 dalam 1000 kelahiran hidup di Perancis. Dalam
empat dekade pertama hidup, 90% populasi Perancis,12,5% populasi Jepang, dan
60% Populasi Belanda dinyatakan seropositif untuk toxoplasmosis. Rata- rata insiden
di Inggris adalah 0,4 kasus tiap 100.000 orang per tahun. Di Brazil selatan, hapir 18%
penduduk dinyatakan memiliki lesi retina yang diduga akibat okular toxoplasmosis.
Di daerah Quindio Colombia, insidensi yang dilaporkan berkisar 3 kasus tiap 100.000
penduduk per tahun.

C. Determinan
Faktor determinan meliputi :

1. Host (manusia penjamu/ carrir)


Penderita yang terserang penyakit toxoplamosis memiliki criteria sebagai
berikut :
a. Umur : sebagian besar terjadi pada ibu hamil dan bayi
b. Jenis kelamin : pria maupun wanita
c. Pendidikan : pengetahuan terhadap hygene personal
d. Agent (sumber penyakit)
Sumber penularan:
Pengertian sumber penularan adalah terdapatnya hewan yang telah terinfeksi
penyakit toxoplasmasis baik yang dipelihara atau yang dimakan

1. Envirotmen (lingkungan)
Faktor faktor yang dapat mempengaruhi adalah life style atau lingkungan
sosial ekonomi. Dimana kebiasaan hidup yang tidak baik dapat mempengaruhi
kejadian penyakit ini.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi
tinggi di berbagai negara juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka
sering kali Input dari pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkannya
memberikan beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat
kongenital. Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa
antibodi kelas IgG dan IgM terhadap toxoplasma gondii akan dapat diketahui status
penyakit penderita.
Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang
menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki
maka penyakit yang disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk
famili babesiidae. Tanda-tanda yang terkait dengan toksoplasmosis tanpa gejala.
Pasien mengembangkan limfadenitis atau sindrom, seperti flu ringan ditandai dengan
demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit tenggorokan, limfadenopati dan ruam.
myositis, miokarditis, pneumonitis dan tanda-tanda neurologis termasuk kelumpuhan
wajah, perubahan refleks parah, hemiplegi, koma, dan ensefalitis.Diagnosis dapat
dilakukan dengan cara Isolasi, pewarnaan immunoperoxidase, PCR, serologi, dan
pencitraan radiologi. Pencegahan dapat dilakukan dengan pendidikn pada ibu hamil,
memperhatikan makanan kucing, menghilangkan feses kucing, PHBS, kontrol kucing
liar, dan pengobatan profilaksis pada penderita AIDS.

B. Saran
1. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamil
trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.
2. Wanita yang mengindap toxoplasmosis sebaiknya tidak hamil dahulu sampai
sembuh atau virus dalam keadaan istirahat.
3. Ibu hamil sebaiknya menghindari kontak langsung dengan kucing.
DAFTAR PUSTAKA

Syamsudin. 2013. Makalah Taxoplasmosis. http://syamsudin-


kangoufu.blogspot.co.id/2013/12/makalah-toksoplasmosis.html. (diakses pada
Maret 2018)

Soeharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia Volume I.


Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Вам также может понравиться