Вы находитесь на странице: 1из 5

DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM

Kanker leher rahim merupakan salah satu penyebab kematian terbesar bagi
perempuan, setidaknya setiap tahun diseluruh dunia lebih dari 270.000 kematian
terjadi akibat kanker serviks dan 85% diantaranya terjadi dinegara berkembang,
termasuk Indonesia. Pada tiap harinya, diperkirakan muncul 40-45 kasus baru dan
sekitar 20-25 orang meninggal akibat kanker leher Rahim. (Mustika et al., 2016)
Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker
yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang
menyerang leher rahim. Kelompok berisiko untuk terjadinya kanker serviks adalah
wanita di atas usia 30 tahun yang memiliki banyak anak dan dengan perilaku menjaga
kesehatan reproduksi yang masih kurang. Kebiasaan gonta ganti pasangan seksual
merupakan salah satu faktor utama penularan virus HPv penyebab kanker serviks ini
terjadi. (Juanda & Kesuma, 2015)
Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah,
status sosial ekonomi rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan
prasarana, jenis histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan
prognosis dari penderita. (Rasjidi, 2007)
Guna menekan kejadian kanker serviks, maka perlu digalakkan langkah
deteksi dini. Deteksi dini kanker leher rahim merupakan terobosan inovatif dalam
pembangunan kesehatan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan akibat
kanker leher rahim. (L, Suryani, & Murdani, 2013) Diperkirakan hanya lima persen
wanita di Indonesia yang pernah menjalani pemeriksaan untuk deteksi dini kanker
serviks selama lima tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran
dalam deteksi dini kanker serviks. (Khosidah & Trisnawati, 2015)
Salah satu metode alternatif skrining kanker serviks adalah inspeksi visual
dengan pulasan asam asetat (IVA). Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) adalah
pemeriksaan kanker leher rahim secara visual menggunakan asam cuka dengan mata
telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam cuka3-5%. (Juanda
& Kesuma, 2015). Metode iva merupakan tehnik penapisan kanker serviks terutamam
untuk Negara yang mempunyai keterbatasan sumberdaya, sudah dibuktikan
kemampuannya untuk menndetekasi lesi kanker maupun pra kanker.(Dwipoyono,
2009)
Kebijakan pengendalian penyakit kanker di Indonesia diperkuat dengan
diterbitkannya keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1163/Menkes/SK/X/2007 tanggal 31 Oktober 2007, tentang kelompok kerja
pengendalian penyakit kanker leher rahim dan payudara. (Dwipoyono, 2009)
Pencanangan program tersebut dilakukan serentak pada 21 April 2015 oleh ibu
Negara, yaitu rangkaian kegiatan mulai dari promotif, preventif, deteksi dini dan
tindak lanjut. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kepedulian
masyarakat terutamam dalam mengendalikan factor risiko kanker dan deteksi dini
kanker sehingga diharapkan dapat menekan angka kesakitan dan kematian.
(Kementerian Kesehatan RI, 2015)
Pelaksanaan program ini tentu perlu adanya dukungan dari pemangku
kepentingan, petugas kesehatan, dan kader. Untuk itu perlunya advokasi kepada
pihak-pihak yang berkaitan langsung maupun tidak langsung terhadap jalannya
program deteksi dini kanker leher Rahim dengan pemeriksaan IVA agar tujuan
tercapai dengan baik.
Advokasi adalah usaha mempengaruhi kebijakan publik melalui berbagai
macam bentuk komunikasi persuasif (Johns Hopkins School for Public
Health). Advokasi Kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh
komitmen atau dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung
pengembangan lingkungan dan perilaku sehat. Tujuan Umum advokasi ini adalah
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker keher rahim. Tujuan
Khususnya adalah Meningkatnya motivasi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin, meningkatnya jumlah perempuan yang melakukan deteksi dini
kanker leher Rahim, terlaksananya perluasan informasi tentang penyakit kanker,
faktor risiko kanker dan upaya pengendaliannya, terselenggaranya kampanye
pengendalian kanker melalui media, serta terselenggaranya koordinasi Lintas
program, lintas sektor (organisasi profesi, LSM, dan masyarakat).(Kementerian
Kesehatan RI, 2015)
Sasaran advokasi pada program deteksi dini kanker leher rahim ini meliputi
sasaran utama atau stakeholder primer yaitu sasaran advokasi yg terkait langsung
dengan masalah/isu yg diadvokasi. umumnya kelompok masyarakat marginal. Dalam
hal ini yang berperan sebagai stakeholder primer adalah dinas kesehatan tingkat
kabupaten dan puskesmas sebagai unit pelaksana teknis layanan kesehatan.(Prof. dr.
Hadi Pratomo, MPH, 2013)
Pihak yang mempunyai dampak yang paling besar dalam pelaksanaan
program ini di tingkat kabupaten adalah dinas kesehatan kabupaten yang
berkepentingan langsung dalam meningkatkan pencapaian standar pelayanan
minimum. Melalui bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan,
khususnya bagian penyakit tidak menular, program deteksi dini kanker leher Rahim
dengan pemeriksaan iva test menjadi program yang bertujuan untuk menurunkan
angka kematian dan kesakitan akibat kanker leher Rahim. Dalam hal ini bidang
tersebut menjadi supervisi kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak puskesmas.
Kepala puskesmas memberikan pengaruh yang besar terhadap terlaksananya
program iva test, yang mana kepentingan dalam menentukan siapa orang yang
kompeten untuk melakukan pemeriksaan, biaya dan waktu pelaksanaan. Selain itu,
penanggungjaawab program iva juga memegang peranan penting dalam menyusun
perencanaan kegiatan iva yang akan dilakukan. termasuk juga promosi kesehatan
tentang penting dan perlunya pemeriksaan iva dilakukan. sasaran yang paling utama
adalah kelompok perempuan 20 tahun ke atas, namun prioritas program deteksi dini
di Indonesia pada perempuan usia 30-50 tahun dengan target 50 % perempuan sampai
tahun 2019.(Kementerian Kesehatan RI, 2015)
Sasaran selanjutnya dalam advokasi ini adalah sasaran sekunder atau
seakholder sekunder yang didefinisikan sebagai sasaran advokasi yang memiliki
hubungan cukup kuat dengan masalah/isu yang diadvokasi, yang diharapkan dapat
memberikan kearifan. Contohnya tokoh masyarakat, tokoh agama, wartawan dan
LSM. (Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH, 2013)
Melalui sasaran sekunder inilah diharapkan percepatan deteksi dini dan
tempat pelaksanaan tidak hanya di fasilitas kesehatan namun bisa di kantor, pusat
keramaian yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan IVA dibawah koordinasi FKTP
setempat. Pemberian pemahaman akan pentingnya deteksi dini kepada sasan
sekunder ini memberikan pegaruh yang besar terhadap jalannya program ini.
Kader kesehatan dapat terdiri dari kader PKK, Dharma Wanita, Anggota
Persit, Bhayangkari, Organisasi wanita, organisasi keagamaan dan organisasi
masyarakat lainnya diharapkan mampu melakukan sosialisasi tentang pentingnya
deteksi dini untuk pencegahan kanker leher Rahim, manfaat melakukan deteksi dini,
kerugian akibat kanker yang harus ditanggung oleh pasien dan keluarganya baik
secara moril dan materiil dan menyampaikan informasi fasilitas kesehatan yang dapat
melakukan pelayanan deteksi dini. Sehingga dapat mendorong masyarakat untuk
melakukan deteksi dini kanker keher Rahim.
Peran dan dukungan dari semua pihak tentu sangat diharapkan demi
terwujudnya program pencegahan dan pengendalian kanker di Indonesia, untuk
mencapai tujuan yaitu menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker,
Kegiatan ini merupakan bagian dalam mewujudkan masyarakat hidup sehat dan
berkualitas, sesuai dengan tercapainya Nawacita kelima yaitu meningkatkan kualitas
hidup manusia.
TERIMAKASIH
Penulis

dr. Neni Setyaningsih


Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
DAFTAR PUSTAKA

Dwipoyono, B. (2009). Kebijakan Pengendalian Penyakit Kanker ( Serviks ) di


Indonesia, III(3), 109–116.
Juanda, D., & Kesuma, H. (2015). Pemeriksaan Metode IVA ( Inspeksi Visual Asam
Asetat ) untuk Pencegahan Kanker Serviks, 2(2), 169–174.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan
dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara (pp. 1–47).
Khosidah, A., & Trisnawati, Y. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi Ibu
Rumah Tangga dalam Melakukan Tes IVA sebagai Upaya Deteksi dini Kanker
Serviks, 6(2), 94–105.
L, N. M. S. D., Suryani, N., & Murdani, P. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan
dan Sikap Wanitan Usia Subur (WUS) dengan Pemeriksaan Inspeksi Visusal
Asam Asetat (IVA) di Puskesmas Buleleng I. Jurnal Magister Kedokteran
Keluarga, 1(1), 57–66.
Mustika, D. N., Kusumawati, E., Istiana, S., Mustika, D. N., Kusumawati, E., &
Istiana, S. (2016). Pendidikan kesehatan tentang deteksi dini kanker leher rahim
melalui metode iva test pada kelompok pmseu di kota semarang, 71–74.
Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH, D. P. (2013). Sasaran Pembuat kebijakan publik.

Вам также может понравиться