Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
(PPDT)
“ PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P3M)
DINKES PROV.KALTIM “
Disusun oleh:
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunianya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna
memenuhi tugas mata kuliah Penanganan Penyakit Daerah Tropis (PPDT) ini dapat
selesai sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya hambatan selalu mengiringi, namun
atas bantuan, dorongan, dan bimbingan, maka kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Ns. Tini, S.Kep., M. Kep. selaku dosen koordinator mata kuliah
Penanganan Penyakit Daerah Tropis (PPDT) yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dalam pembuatan makalah ini.
2. Bapak Ns.Rizky Setiadi, S.kep., MKM selaku dosen mata kuliah Penanganan
Penyakit Daerah Tropis (PPDT) yang telah memberikan bimbingan dan
masukan dalam pembuatan makalah ini.
Tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat
kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Kami
sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk
itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai
media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir
semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif
tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat
akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini
diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan
menimbulkan kerugian yang besar. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan
berbagai faktor yang saling mempengaruhi. (Widoyono, 2011: 3)
Untuk menciptakan bangsa yang memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat dibutuhkan kerjasama masyarakat dalam
menciptakan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan di Indonesia ber-
fungsi untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat sehingga setiap orang dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Pembangunan kesehatan di Indonesia masih perlu pembenahan yang
terkonsentrasi guna mewujudkan pembangunan kesehatan yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan masyarakat Indonesia
yang optimal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah yang
dapat dijadikan bahan pembahasan dalam makalah ini. Berikut adalah rumusan
masalahnya:
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit menular?
2. Bagaimana cara penyebaran penyakit menular itu?
3. Bagaimana cara pengendalian penyakit menular?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit menular?
1
5. Bagaimana cara penanganan penyakit menular?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit Menular
1. Penyakit Menular Langsung
Prioritas penyakit menular, masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS,
tuberculosis, malaria, demam berdarah, influenza dan flu burung. Disamping itu
Indonesia juga belum sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit neglected
diseases seperti kusta, filariasis, leptospirosis, dan lain-lain. Angka kesakitan dan
kematian yang disebabkan oleh penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi seperti polio, campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus baik pada
maternal maupun neonatal sudah sangat menurun, bahkan pada tahun 2014,
Indonesia telah dinyatakan bebas polio.
3
dari 340 di tahun 2015 menjadi 400 pada tahun 2019 dan Kabupaten/Kota yang
mencapai eliminasi dari 225 tahun 2015 menjadi 300 ditahun 2019.
Untuk penyakit DBD, target angka kesakitan DBD secara nasional tahun 2014
sebesar 49 per 100.000 atau lebih rendah. Sampai tahun 2014 di Indonesia tercatat
sebesar 39,83 per 100.000 penduduk yang berarti telah melampaui terget yang di
tetapkan. Angka kematian DBD juga mengalami openurunan dimana pada tahun
1968 angka CFR nya mencapai 41,30 %, saat ini menjadi 0,90 % pada tahun 2014.
Penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted
Helminthiasis/STH), masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-
negara beriklim tropis dan sub tropis, termasuk negara Indonesia. Prevalensi
kecacingan saat ini berkisar 20-86 % dengan rata-rata 30%. Infeksi cacing perut ini
dapat mempengaruhi status gizi, proses tumbuh kembang dan merusak
kemampuan kognitif pada anak yang terinfeksi. Kasus-kasus malnutrisi, stunting,
anemia bisa disebabkan oleh karena kecacingan. Upaya pengendalian kecacingan
dengan strategi pemberian obat cacing massal dilakukan secara terintegrasi dengan
Program Gizi melalui pemberian vitamin A pada anak usia dini dan melalui
Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) untuk anak usia sekolah.
3. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi dan Penyakit Menular Berpotensi
Wabah (Kedaruratan Kesehatan Mayarakat)
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit
menular adalah dengan pemberian imunisasi. Penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I) diantaranya adalah Difteri, Pertusis, Tetanus,
Tuberkulosis, Campak, Poliomielitis, Hepatitis B, dan Hemofilus Influenza Tipe b
(Hib).
Dalam rangka menurunkan kejadian luar biasa penyakit menular telah
dilakukan pengembangan Early Warning and Respons System (EWARS) atau
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), yang merupakan penguatan dari
Sistem Kewaspadaan Dini - Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB). Melalui
penggunaan EWARS ini diharapkan terjadi peningkatan dalam deteksi dini dan
4
respon terhadap peningkatan trend kasus penyakit, khususnya yang berpotensi
menimbulkan KLB.
Kasus atau karier penyakit yang merupakan sumber utama infeksi dapat
dikontrol dengan cara:
a. Diagnosis dini
b. Notifikasi
Setiap kasus penyakit menular yang telah dideteksi perlu segera dilaporkan
pada dinas kesehatan setempat agar dapat ditanggulangi dan melakukan
persiapan lain yang diperlukan untuk penanganan medis lebih lanjut.
c. Isolasi
d. Terapi
5
e. Karantina
Berupa isolasi orang sehat atau binatang yang berasal dari daerah yang
diduga menderita penyakit infeksi, lama waktu isolasi biasanya sesuai
dengan masa inkubasi penyakit yang ada.
f. Surveilans epidemiologi
g. Desinfeksi
Penularan penyakit dari orang sakit kepada orang lain dapat melalui beberapa
jalan. Untuk mencegah terjadinya penularan dapat dengan cara melakukan
blokade atau memutus rantai penularan.
a. Vehicle transmission
Penularan terjadi melalui media seperti air, makanan, sayuran, susu dan lainnya.
Usaha pencegahan yang dapat dilakukan berupa barier sanitasi yaitu mencegah
sumber air, makanan, susu dan lainnya terkontaminasi dengan tinja penderita.
b. Vector transmission
Penularan terjadi melalui vektor penyakit atau arthropoda. Usaha yang dapat
dilakukan berupa kontrol vektor dan manipulasi lingkungan.
c. Airborne transmission
6
Penularan terjadi melalui udara pernapasan. Usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan memakai masker, menjauhi atau isolasi penderita.
d. Contact transmission
Penularan terjadi melalui kontak intim. Usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom.
a. Imunisasi aktif
Pemberian imunisasi aktif pada bayi yang sensitif terhadap penyakit menular
seperti TBC, campak, difteri, pertusis dan tetanus.
b. Imunisasi pasif
c. Kemoprofilaksis
Pemberian obat-obat untuk pencegahan agar orang tidak menjadi sakit, seperti
obat anti malaria, TBC dan lainnya.
d. Pendidikan kesehatan
2. Pengendalian
Untuk mengendalikan penyakit menular strategi yang dilakukan adalah:
a) Perluasan cakupan akses masyarakat (termasuk skrining cepat bila ada
dugaan potensi meningkatnya kejadian penyakit menular seperti Mass
Blood Survey untuk malaria) dalam memperoleh pelayanan kesehatan
terkait penyakit menular terutama di daerah-daerah yang berada di
7
perbatasan, kepulauan dan terpencil untuk menjamin upaya memutus mata
rantai penularan.
c) Deteksi Dini Hepatitis B dan C; sampai dengan tahun 2019 akan diharapkan
paling tidak 90% Ibu hamil telah ditawarkan untuk mengikuti Deteksi Dini
Hepatitis B, paling tidak 90% Tenaga Kesehatan dilakukan Deteksi Dini
Hepatitis B dan C; demikian halnya dengan kelompok masyarakat berisiko
tinggi lainnya seperti keluarga orang dengan Hepatitis B dan C;
Pelajar/mahasiswa Kesehatan; Orang orang dengan riwayat pernah
menjalani cuci darah, Orang dengan HIV/AIDS, pasien klinik Penyakit
Menular Seksual, Pengguna Napsa Suntik, WPS, LSL, Waria, dll paling
tidak 90% diantara mereka melakukan Deteksi Dini Hepatitis B dan C.
Secara absolut jumlah yang akan dideteksi dini sampai dengan tahun 2019
paling tidak sebesar 20 juta orang.
8
Rencana Aksi Program PP dan PL 2015-2019
a) Memberikan otoritas pada petugas kesehatan masyarakat (Public Health
Officers), di pelabuhan/bandara/PLBD terutama hak akses pengamatan
faktor risiko dan penyakit dan penentuan langkah penanggulangannya.
Untuk mendukung strategi ini dilakukan upaya :
1) Standarisasi nasional SOP yang digunakan oleh seluruh Kantor
Kesehatan Pelabuhan sesuai perkembangan kondisi terkini.
2) Penyediaan sarana dan peralatan pengamatan faktor risiko dan penyakit
sesuai dengan perkembangan teknologi.
3) Peningkatan kapasitas petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan dalam
pengamatan faktor risiko dan penanggulangan penyakit sesuai Prosedur
yang ditentukan
4) Melakukan peningkatan jejaring dengan lintas sektor dan pengguna jasa.
5) Melaksanakan Surveilans Epidemiologi penyakit menular berbasis
laboratorium
6) Melaksanakan advokasi dan fasilitasi kejadian luar biasa, wabah dan
bencana di wilayah layanan
7) Melaksanakan kajian dan diseminasi informasi pengendalian penyakit
menular
8) Pengembangan laboratorium pengendalian penyakit menular
9) Meningkatkan dan mengembangkan model dan teknologi tepat guna
9
c) Mendorong keterlibatan masyarakat dalam membantu upaya pengendalian
penyakit melalui surveilans berbasis masyarakat untuk melakukan
pengamatan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan masalah kesehatan
dan melaporkannnya kepada petugas kesehatan agar dapat dilakukan respon
dini sehingga permasalahan kesehatan tidak terjadi. Peningkatan peran
daerah khususnya kabupaten/kota yang menjadi daerah pintu masuk negara
dalam mendukung implementasi pelaksanaan International Health
Regulation (IHR) untuk upaya cegah tangkal terhadap masuk dan keluarnya
penyakit yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.
10
– Tersedianya pelayanan imunisasi yang menjangkau masyarakat di daerah
sulit
2) Peningkatan kualitas pelayanan imunisasi melalui;
– Petugas yang terampil
– Coldchain dan vaksin yang berkualitas
– Pemberian imunisasi yang benar
2) Penggerakan Masyarakat untuk mau dan mampu menjangkau pelayanan
Imunisasi
3. Pencagahan Penyakit Menular
upaya pencegahan penyakit menular dan pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita,
remaja, usia kerja dan usia lanjut. Keberlangsungan upaya pencegahan
penyakit dilakukan oleh Ditjen PP dan PL melalui strategi sebagai berikut:
1. Pelaksanaan deteksi dini penyakit menular dan tidak menular
2. Penyelenggaran imunisasi
3. Penguatan surveilans epidemiologi dan faktor risiko
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prioritas penyakit menular, masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS,
tuberculosis, malaria, demam berdarah, influenza dan flu burung. Disamping itu
Indonesia juga belum sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit neglected
diseases seperti kusta, filariasis, leptospirosis, dan lain-lain. Angka kesakitan dan
kematian yang disebabkan oleh penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi seperti polio, campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus baik pada
maternal maupun neonatal sudah sangat menurun, bahkan pada tahun 2014,
Indonesia telah dinyatakan bebas polio.
12
DAFTAR PUSTAKA
Dan perlu kita sadari bahwa sekarang setiap seseorang pasti memiliki ponsel dan
laptop yang dapat mengakses website, makan dibuat lah sistem pengetahuan
melalui website ini agar setiap manusia dapat memiliki pengetahuan tentang
penyakit menular ini dengan mudah kapanpun dimanapun.
JURNAL 3 :
Alasan kami memilih jurnla ini adalah ; karna tidak semua tindakan perawatan
pasien dilakukan oleh Dokter dan Perawat dalam menunjang kesembuhan pasien,
namun peran keluarga dalam kesembuhan penyakit pasien juga sangat besar . Dan
karna diruang seruni Aw . Syahranie masih banyak pasien yang mengidap penyakit
Tb, dan ada beberapa pasien ketika dikaji saat dinas kemarin, ada yang mengatakan
bahwa jarang minum Obat yang dikhususkan untuk diminum selama 6 Bulan
secara rutin. Dari kasus ini dibutuhkan peran keluarga yang aktif memberikan
perhatian kepada pasien dalam mengkonsumsi obat yang telah diresepkan
dokter,khusus untuk penderita dan memberikan semangat serta memotivasi agar
penderita rajin minum obat demi kesembuhan pasien itu sendiri.