Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SINDROM GUILLAIN-BARRE
1. Defenisi
penyebabnya tidak diketahui secara pasti ditunjukkan oleh awitan akut dari
klinis yang ditunjukkan oleh onset akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf
asendens secara primer dengan segala gangguan fungsi sensorik. GBS adalah
gangguan neuron motorik bagian bawah dalam saraf perifer, final common
2. Etiologi
Etiologi dari GBS idak diketahui, tetapi respon alergi atau respons
kelamin dan pada semua ras. Puncak yang agak tinggi terjadi pada kelompok
usia 16-25 tahun, tetapi mungkin juga berkembang padda setiap golongan
usia. Sekitar setengah dari korban mempunyai penyakit febris ringan 2-3
minggu sebelum onset. Infeksi febris biasanya berasal dari pernapasan atau
gastrointestinal.
a. Masa laten
dan saat timbulnya gejala neurologis. Lamanya masa laten ini berkisar antara satu
sampai 28 hari, rata-rata 9 hari. Pada masa laten ini belum ada gejala klinis yang
timbul.
b. Gejala Klinis
1) Kelumpuhan
tipe lower motor neurone dari otot-otot ekstremitas, badan dan kadang-
otot ini simetris dan diikuti oleh hiporefleksia atau arefleksia. Biasanya
derajat kelumpuhan otot-otot bagian proksimal lebih berat dari bagian
distal, tetapi dapat juga sama beratnya, atau bagian distal lebih berat
2) Gangguan sensibilitas
3) Saraf Kranialis
antara kedua sisi. Semua saraf kranialis bisa dikenai kecuali N.I dan
N.VIII. Diplopia bisa terjadi akibat terkenanya N.IV atau N.III. Bila
Gangguan otonom ini jarang yang menetap lebih dari satu atau dua
minggu.
5) Kegagalan pernafasan
6) Papiledema
1) Pemeriksaan Fisik
yang bersifat difus dan paralisis. Refleks tendon akan menurun atau
2) Pemeriksaan laboratorium
protein dalam cairan otak (> 0,5 mg%) tanpa diikuti oleh peninggian
jumlah sel dalam cairan otak, hal ini disebut disosiasi sito-albuminik.
Peninggian kadar protein dalam cairan otak ini dimulai pada minggu 1-2
dari onset penyakit dan mencapai puncaknya setelah 3-6 minggu. Jumlah
Antidiuretik Hormone).
4) Pemeriksaan LCS
1 – 1,5 g/dl ) tanpa diikuti kenaikan jumlah sel. Keadaan ini oleh Guillain
dissociation).
5) Pemeriksaan MRI
dilakukan kira-kira pada hari ke-13 setelah timbulnya gejala. MRI akan
Penatalaksanaan Medis
sembuh sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama dan angka
2002).
3) Plasmaparesis
exchange adalah 40-50 ml/kg. Dalam waktu 7-14 hari dilakukan tiga
b) Perawatan umum
tidur.
2) Fisioterapi yang teratur dan baik juga penting. Fisioterapi dada secara
teratur untuk mencegah retensi sputum dan kolaps aru. Segera setelah
yang lumpuh,
dan trakhea.
6) Infeksi paru dan saluran kencing harus segera diobati.
c) Pengobatan
1) Kortikosteroid
salah satu keluhan utama dari paralisis ekstremitas. DVT juga dapat
a) Imunoglobulin IV
plasma darah donor. Plasma tersebut telah melewati tes hepatitis dan
AIDS.
inflamasi.
selama 5 hari (total 2 g selama 5 hari) dan bila perlu diulang setelah 4
regimen ini dan defisiensi IgA, antibodi anti IgE/ IgG. Tidak ada
b) Obat sitotoksik
6 merkaptopurin (6-MP)
Azathioprine
Cyclophosphamid
Penatalaksanaan Keperawatan
kekuatan otot-otot pernapasan. Pasien berada pada resiko tinggi bila tidak
dapat batuk dengan efektif untuk membersihkan jalan napas dan mengalami
mencetuskan gagal napas akut. Terapi fisik dada dan peninggian kepala
tempat tidur memudahkan pernapasan dan meningkatkan batuk lebih efektif.
karena pernapasan yang tidak efektif dan adanya kegagalan, karena adanya
20% dari pasien ini. Kapasitas vital pasien dipantau lebih sering dan dengan
digunakan saat menelan, sehingga hal ini menyebabkan kesukaran saat batuk
latihan rentang gerak secara pasif paling sedikit dua kali sehari. Perawat
rentang gerak. Trombosis dan vena profunda dan emboli paru merupakan
paling sering saraf ulnar dan peroneal. Bantalan dapat ditempatkan disiku dan
kelemahan otot karena kurang makanan. Ilius paralisis dapat disebabkan oleh
bising usus sampai terdengar. Jika pasien tidak mampu menelan, makanan
o Meningkatkan Komunikasi
komunikasi, berupa memahami kata-kata orang lain dengan gerakan bibir dan
dirujuk kepada ahli terapi bicara bahasa. Terapi yang mungkin diberikan
(televisi, tape kaset dan kunjungan keluarga) dapat mengurangi frustasi yang
dihadapi.
Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih pasien melayani aktivitas dan
koping (pertahanan diri), yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-
teknik pengalihan dan memberikan respons yang baik dan positif. Perilaku
dan lingkungan yang diciptakan perawat, terapi fisik dan okupasi adalah
rehabilitasi yang dilakukan terus setelah keluar dari rumah sakit. Program
yang luas akan bergantung pada pengkajian yang dibutuhkan dibuat oleh
anggota tim kesehatan. Alternatif program yang komprehensif bagi pasien jika
6. Komplikasi
Gagal pernafasan
berulang.
Penyimpangan kardiovaskular
Komplikasi plasmaferesis
7. WOC (terlampir)
1. Pengkajian
Identitas Klien
Pengkajian
Jenis Kelamin : Karena GBS ini lebih banyak dialami oleh pria,
Keluhan Utama
menelan.
gastrointestinal.
dan cairan, keadaan kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa, suhu
(inkontinensia)
jari-jari kaki dan selanjutnya terius naik (distribusi stoking atau sarung
sensasi suhu.
paralisis yang terjadi dan berkembang dengan cepat, lihat ekspresi dari
10) Pola koping – toleransi stres, menggambarkan pola koping umum dan
(Potter, 2005)
Pemeriksaan Fisik:
(4) Leher,
(5) Dada
I: simetris ki-ka
P: premitus
P: sonor
A: ronchi
(6) Abdomen
I: perut simetris
P :Thympani
1) Tingkat Kesadaran
i. Kualitatif
mengantuk
dan kanan.
penciuman
Test nervus II ( Optikus)
tutup satu mata klien kemudian suruh baca dua baris di koran,
ulangi untuk satunya. Test lapang pandang, klien tutup mata kiri,
tersebut.
kondisi normal
arah belakang dari sisi klien dan sinari satu mata (jangan
nistagmus.
kontralateral.
adanya sentuhan
bergantian kanan-kiri.
palatum lunak.
baik.
Pada pasien SGB lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu
sendi.
pemeriksa
berkurang
dalam posisi duduk atau tidur jika kondisi klien tidak memungkinkan.
2 = Normal (++)
4 = Hiperaktif (++++)
i. Reflek Fisiologis
Reflek
Tendon o
Reflek
patella
lutut.
o Reflek Bisep
dan lengan bawah ditopang ada atas (meja periksa) jari periksa
o Reflek Superfisial
Reflek kremeaster
Reflek kornea
Reflek bulbokavernosus
Reflek plantar
Reflek
Patologis o
Babinski
Cara chaddock
Cara Gordon
Cara Oppenheim
Cara Gonda
Bila leher di tekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak
Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala klien dan tangan lain di
Tanda brudzinsky II positif (+) bila fleksi klien pada sendi panggul secara
pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan
lutut.
tungkai atas. Kerniq + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa
sakit tebila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap
hambatan.
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri
sepanjang Mischiadicus.
Biasanya pada pasien SGB tidak ditemukan adanya tremor, kejang,
dan suhu.
Daftar Pustaka
1. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
4. Japardi, Iskandar. 2002. Sindrom Guillain Barre. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah
Missiouri: Mosby.
8. Potter, P.A & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep.
Proses, dan Praktik, edisi 4, volume 1. Alih Bahasa: Yasmin Asih, dkk. Jakarta: EGC