Вы находитесь на странице: 1из 6

STRUMA

I. DEFINISI
Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran
kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya
diet iodium yang dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. Kelainan
glamdula tyroid dapat berupa gangguan fungsi seperti tiritosikosis atau
perubahan susunan kelenjar dan morfologinya, seperti penyakit tyroid
noduler. Berdasarkan patologinya, pembesaran tyroid umumnya disebut
struma (De Jong & Syamsuhidayat, 2004).
Struma adalah perbesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan
pembengkakan di bagian depan leher (Dorland, 2002).

II. EMBRIOLOGI, ANATOMI, FISIOLOGI DAN HISTOLOGI


KELENJAR TIROID
A. Embriologi Kelenjar Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada
embrio, mulai dibentuk pada hari ke 24. Pembentukan ini dimulai dengan
suatu penebalan endoderm pada garis tengah lantai faring antara
tuberculum impar dan copula pada suatu titik yang kemudian dikenal
sebagai foramen caecum. Endoderm ini tumbuh memanjang kebawah
membentuk divertikulum tiroid. Sesuai pertambahan panjang embrio, tiroid
turun kebawah, melewati bagian depan kartilago laring dan tulang hioid.
Selama proses penurunan ini tiroid tetap terhubung dengan asalnya di lidah
melalui saluran sempit duktus tiroglosus sampai tujuannya tercapai di
leher. Pada saatnya duktus tiroglosus akan mengalami degenerasi dan
biasanya komplit pada minggu ke tujuh, namun bisa tertinggal sisa yang
dikenal sebagai kista duktus tiroglosus. Kista ini bisa terdapat dimana saja
sepanjang garis penurunan tiroid. Posisi akhir akan tercapai di depan trakea
pada minggu ke tujuh. Pada akhirnya terbentuk dua lobus dilateral dan
dihubungkan oleh isthmus di tengah (Sadler, 2000).
Tiroid mulai berfungsi diperkirakan pada akhir bulan ketiga,
dimana saat pertama kali folikel tampak berisi koloid. Sel folikuler
menghasilkan koloid yang merupakan sumber tiroksin dan triiodotironin
(Sadler, 2000).
Sulkus pharingeus ke lima (ultimobranchial body) ikut membentuk
bagian kelenjar tiroid.. Ultimobranchial body ini merupakan asal mula sel
parafolikuler atau sel-C. Parafolikuler atau sel-C ini, menyediakan sumber
kalsitonin (Sadler, 2000).
B. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid organ berbentuk kupu-kupu terletak di depan trakea
setinggi cincin trakea ke dua dan tiga. Kata tiroid berasal dari bahasa
Yunani “thyreos” yang berarti pelindung. Tiroid terdiri dari dua lobus yang
dihubungkan oleh isthmus ditengah. Masing-masing lobus mempunyai
panjang lebih kurang 3-4 cm, lebar lebih kurang 2 cm, dan hanya beberapa
milimeter ketebalan. Tiroid mempunyai hubungan anatomis yang sangat
erat terhadap trakea, sehingga nodul yang berasal dari aspek posterior
kelenjar tiroid biasanya tidak teraba pada pemeriksaan dengan jari, dan
sering luput pada pemeriksaan klinis rutin. Isthmus menghubungkan ke dua
lobus, mempunyai tinggi 12-15 mm. Kadang-kadang terdapat lobus
piramidalis ditengah diatas isthmus (Wartofsky, 2006). Variasi anatomi
kelenjar tiroid dan dijumpai dalam praktek klinik, satu yang paling umum
adalah hemiagenesis tiroid dengan hanya satu lobus dan satu isthmus
kelenjar tiroid. Lobus hemiagenesis tiroid memiliki kemungkinan kelainan
yang sama dengan kelenjar tiroid normal termasuk nodul dan kanker tiroid
(Wartofsky, 2006).
Kelenjar tirod diliputi oleh suatu kapsul fibrosa. Nodul yang
terdapat pada parenkim kelenjar juga diliputi kapsul atau pseudokapsul.
Laporan patologi dapat menunjukan adanya invasi suatu tumor melewati
kapsul, dan untuk penentuan stadium, prognosis dan pengelolaan. Ini
penting untuk diketahui apakah terdapat perluasan melewati kapsul
kelenjar sekeliling jaringan peritiroid. Beberapa struktur kunci
berhubungan dengan kapsul dan harus menjadi perhatian dalam
pembedahan kelenjar tiroid adalah kelenjar paratiroid dan nervus laringeal
rekuren. Ini merupakan bagian penting pada total tiroidektomi pada pasien
kanker tiroid. Kelenjar paratiroid terdapat pada aspek posterior kelenjar
tiroid. Identifikasi dan preservasi kelenjar paratiroid ini penting selama
pembedahan dan dapat menjadi suatu hal yang sulit pada kanker yang
invasiv yang mana dibutuhkan pembedahan ekstensif untuk reseksi yang
komplit, termasuk diseksi leher modifikasi. Monitoring ketat fungsi
kelenjar paratiroid melalui pengukuran kadar kalsium pada periode awal
postoperasi adalah penting untuk mencegah atau pengobatan yang adekuat
terhadap hipoparatiroid postoperasi (Wartofsky, 2006).
Nervus laringeus rekuren merupakan struktur lain yang perlu
diperhatikan. Nervus ini memberikan bagian persarafan yang penting
terhadap laring, dan setiap cedera dapat menimbulkan gejala mulai dari
suara serak sampai stridor hingga membutuhkan suatu trakeostomi. Nervus
laringeus rekuren ini berasal dari nervus vagus dan pada lengkung aorta
kembali menuju atas ke trakeoesopageal groove (Wartofsky, 2006).
Suplai darah kelenjar tiroid berasal dari dua pasang arteri yang
terletak di lateral. Arteri tiroidea superior berasal dari arteri carotis
eksterna. Arteri tiroidea superior turun ke pole superior kelenjar tiroid, dan
bergabung bersama nervus laringeus superior. Nervus laringeus superior ini
berasal dari ganglion vagus inferior. Sewaktu mendekati laring nervus
laringeus superior terbagi menjadi cabang eksterna dan cabang interna.
Cabang interna mensuplai inervasi sensoris supraglotis laring, dan cabang
eksterna menginervasi muskulus krikotiroid. Ini biasanya
direkomendasikan selama operasi tiroidektomi. Ahli bedah harus meligasi
arteri tiroidea superior sedekat mungkin dengan kelenjar tiroid, untuk
menghindari kerusakan setiap cabang nervus laringeus superior
(Wartofsky, 2006).

Gambar 1. Anatomi Kelenjar Tiroid


Arteri tiroidea inferior cabang dari trunkus servikalis dan sangat
dekat dengan nervus laringeus rekuren. Kadang-kadang arteri tiroid ima
juga menyediakan suplai darah untuk kelenjar tiroid dan berasal dari
trunkus servikalis atau cabang dari aorta. Aliran vena kelenjar tiroid
terdiri dari tiga pasang vena; superior, media dan inferior. Vena superior
dan media mengalir ke vena jugularis interna, dan vena inferior
beranastomose dengan vena-vena lain dianterior trakhea dan mengalir ke
vena brakhiosefalika (Wartofsky, 2006).
Aliran limfatik sisi lateral kelenjar tiroid mengikuti aliran arteri.
Aliran limfatik sisi lateral, superior mengikuti arteri tiroidea superior
menuju kelenjar limfe servikal profunda atas, dan inferior mengikuti
arteri tiroidea inferior menuju kelenjar limfe servikal profunda bawah.
Sisi medial kelenjar tiroid, superior mengalir menuju kelenjar digastrik,
sedangkan inferior menuju kelenjar pretrakhea dan brakhiosefalika
(Skandalakis, 2004).
C. Histologi Kelenjar Tiroid
Sel-sel sekretorik utama tiroid tersusun menjadi
gelembung-gelembung berongga, yang masing-masing membentuk
unit fungsional yang disebut folikel. Dengan demikian sel-sel sekretorik
ini sering disebut sebagai sel folikel. Pada potongan mikroskopik,
folikel tampak sebagai cincin-cincin sel folikel yang meliputi lumen
bagian dalam yang dipenuhi koloid, yaitu bahan yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan ekstrasel untuk hormon-hormon tiroid.
Gambar 2. Histologi Tiroid

Konstituen utama koloid adalah molekul besar molekul besar dan


kompleks yang dikenal sebagai tiroglobulin, yang didalamnya
berisi hormon-hormon tiroid dalam berbagai tahapan pembentukannya.
Sel-sel folikel menghasilkan 2 hormon yang mengandung iodium, yang
berasal dari asam amino tirosin: tetraiodotironin (T4 atau tiroksin) dan
triiodotironin(T3). Awalan tetra dan tri serta angka 3 dan 4 menandakan
jumlah atomiodium yang masing-masing terdapat di dalam setiap
molekul hormon. Kedua hormone ini, yang secara kolektif disebut
sebagai hormone tiroid,merupakan regulator penting bagi laju
metabolisme basal keseluruhan. Di ruang interstisium diantara
folikel-folikel terdapat sel-sel sekretorik jenis lain, yaitu sel c (disebut
demikian karena mengeluarkan hormone peptide calsitonin) yang berperan
dalam metabolisme kalsium.

DAFTAR PUSTAKA :
Sjamsuhidajat and Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd ed.; 2004:95-98.
Sadler TW. 2000. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi ke-7. EGC. Jakarta.
Wartofsky L. 2006. Thyroid cancer. A comprehensive guide to clinical management.
Humana Press.
Skandalakis JE, Colborn GL, Weidman TA, et al. 2004. Editors. Skandalakis’
Surgical Anatomy. USA: McGrawHill.

Вам также может понравиться