Вы находитесь на странице: 1из 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan bisnis yang makin merebak baik di dalam maupun di luar negeri, telah

menimbulkan tantangan baru, yaitu adanya tuntutan praktek bisnis yang baik, yang etis, yang

juga menjadi tuntutan kehidupan bisnis di banyak negara di dunia. Transparansi yang dituntut

oleh ekonomi global menuntut pula praktik bisnis yang etis.

Dalam ekonomi pasar global, kita hanya bisa survive kalau mampu bersaing. Untuk

bersaing harus ada daya saing, yang dihasilkan oleh produktivitas dan efisiensi. Untuk itu

pula, diperlukan etika dalam berusaha, karena praktik berusaha yang tidak etis, dapat

mengakibatkan rente ekonomi, mengurangi produktivitas dan mengekang efisiensi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat, juga berpengaruh pada masalah

etika bisnis. Benteng moral dan etika harus ditegakkan guna mengendalikan kemajuan dan

penerapan teknologi bagi kemanusiaan. Kemajuan teknologi informasi misalnya, akan

memudahkan seseorang mengakses privacy orang lain.

Internasionalisasi bisnis yang semakin mencolok sekarang ini menampilkan juga

aspek etis yang baru. Tidak mengherankan jika terutama tahun-tahun terakhir ini diberi

perhatian khusus kepada aspek-aspek etis dalam bisnis internasional. Dalam makalah ini kita

akan membahas beberapa masalah moral yang khusus berkaitan dengan bisnis pada taraf

internasional.

1
B. Rumusan Masalah

Pada makalah ini akan membatasi pada kasus-kasus yang terjadi pada perusahaan

dalam dunia perdagangan internasional yang dalam menjalankan roda usahanya tindak

berlandaskan pada etika bisnis, dan tidak menyadari tentang arti pentingnya etika bisnis

dalam menjalankan kegiatan usahanya.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian etika dan korelasinya dengan moralitas

2. Mengetahui pengertian dan konseptual etika bisnis

3. Mengetahui pentingnya etika dalam dunia bisnis

4. Mengetahui penerapan etika bisnis dalam organisasi perusahaan

5. Mengetahui isu isu dan persoalan yang umum terjadi dalam hal etika dalam bisnis

Internasional

D. Metode Penulisan

Metode penulisan oleh penulis dalam penyusunan makalah ini yakni menggunakan

data referensi dan literature yang terkait dari buku, jurnal, makalah, dan situs internet.

2
BAB II

DASAR TEORI

DAN PEMBAHASAN

A. Dasar Teori

1. Pengertian Etika

Etika berasal dari kata ethos, salah satu cabang ilmu filsafat oksiologi membahas

bidang etika yaitu, tentang nilai keutamaan dan bidang estetika, nilai-nilai keindahan, serta

pemilihan nilai-nilai kebaikan.

Jika ditinjau dari bahasa Inggris, etika berasal dari kata ethics, yakni ilmu tentang

kesusilaan yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat Emanuel

Kant, mengajukan satu pertanyaan was sall ich tun? (apa yang akan kita lakukan?) (sesuai

dengan norma yang berlaku). Pertanyaan ini pada intinya ada suatu “pilihan” yang berarti

adanya konsep nilai terhadap perbuatan yang akan kita lakukan. Tugas Etika bagi orang-

orang yang berfikir dan bergerak secara teoritis yakni untuk memahami masalah-masalah

yang dihadapi (baik masalah kehidupan maupun masalah ilmu).Dimana tujuan penerapan

etika adalah untuk “orientasi” ketika seseorang dihadapkan “sesuatu hal” yang harus dia

putuskan baik untuk menilai maupun bertindak. Contoh: Ketika seseorang berdagang, ia

harus mampu menentukan apakah untuk mendapatkan keuntungan ia harus, menim-bun

barangnya dulu, menjual dengan harga yang mahal, mengoplos dengan kualitas rendah, atau

ia akan menjual barangnya dengan harga yang wajar.

Uno (2004) membedakan pengertian etika dengan etiket. Etiket (sopan santun) berasal

dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama

manusia. Sementara itu etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan

cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama. Jika kata etika dikaitkan

dengan kata bisnis akan menjadi Etika Binis (business ethics). Steade et al (1984: 701) dalam

3
bukunya ”Business, It’s Natural and Environment An Introduction” memberi batasan yakni,

”business ethics is ethical standards that concern both the ends and means of business

decision making”.

Ginanjar Kartasasmita dalam seminar SDM mengatakan bahwa etika merupakan ilmu

yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Ia

mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam kehidupan kita dan apakah

standar itu masuk akal atau tidak masuk akal – standar, yaitu apakah didukung dengan

penalaran yang bagus atau jelek.

2. Hubungan Etika dan Moralitas

Menurut Kamus Inggris Indonesia Oleh Echols and Shadily (1992: 219), moral dapat

diartikan sebagai akhlak, dan susila (su=baik, sila=dasar, susila=dasar-dasar kebaikan);

Moralitas berarti kesusilaan; sedangkan Etik (Ethics) = etika, tata susila. Sedangkan secara

etika (ethical) diartikan pantas, layak, beradab, susila. Jadi kata moral dan etika

penggunaannya sering dipertukarkan dan disinonimkan, yang sebenarnya memiliki makna

dan arti berbeda. Moral dilandasi oleh etika, sehingga orang yang memiliki moral pasti

dilandasi oleh etika. Demikian pula perusahaan yang memilikietika bisnis pasti manajernya

dan segenap karyawan memiliki moral yang baik.

Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar

dan salah, atau baik dan jahat. Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita miliki

mengenai jenis-jenis tindakan yang kita yakini benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai

yang kita terapkan pada objek-objek yang kita yakini secara moral baik atau secara moral

buruk. Norma moral seperti “selalu katakan kebenaran”, “membunuh orang tak berdosa itu

salah”. Nilai-nilai moral biasanya diekspresikan sebagai pernyataan yang mendeskripsikan

objek-objek atau ciri-ciri objek yang bernilai, semacam “kejujuran itu baik” dan

“ketidakadilan itu buruk”. Standar moral pertama kali terserap ketika masa kanak-kanak dari

4
keluarga, teman, pengaruh kemasyarakatan seperti masjid, gereja, sekolah, televisi, majalah,

music dan perkumpulan.

Hakekat standar moral:

1. Standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan merugikan secara serius

atau benar-benar menguntungkan manusia

2. Standar moral tidak dapat ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewa otoritatif tertentu.

3. Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk (khususnya)

kepentingan diri.

4. Standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak

5. Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu.

3. Pengertian Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan

salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,

institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana

standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern

untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-

orang yang ada di dalam organisasi.

Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:

1. Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga

mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di dalamnya.

2. Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat

5
3. Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman bagi

pihak – pihak yang melakukannya.

Bisnis adalah kegiatan yang mengutamakan rasa saling percaya. Dengan saling

percaya, kegiatan bisnis akan berkembang baik. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu

mengembangkan etika yang menjamin kegiatan. Dalam menciptakan etika bisnis,

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah :

1. Pengendalian Diri

2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)

3. Mempertahankan Jati Diri Dan Tidak Mudah Untuk Terombang-ambing Oleh Pesatnya

Perkembangan Informasi Dan Tekhnologi.

4. Menciptakan Persaingan Yang Sehat.

5. Menerapkan Konsep ‘Pembangunan Berkelanjutan’

6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)

7. Mampu Menyatakan Yang Benar Itu Benar.

8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya Antara Golongan Pengusaha Kuat Dan Golongan

Pengusaha Ke Bawah.

9. Konsekuen Dan Konsisten Dengan Aturan Main Yang Telah Disepakati Bersama.

10. Menumbuhkembangkan Kesadaran Dan Rasa Memiliki Terhadap Apa Yang Telah

Disepakati.

11. Perlu Adanya Sebagian Etika Bisnis Yang Dituangkan Dalam Suatu Hukum Positif

Yang Berupa Peraturan Perundang – undangan.

Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: Suap

(Bribery), Paksaan (Coercion), Penipuan (Deception), Pencurian (Theft), Diskriminasi tidak

jelas (Unfair discrimination), yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

6
1. Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima atau meminta

sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam

melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang

dengan membeli pengaruh. 'Pembelian' itu dapat dilakukan baik dengan membayarkan

sejumlah uang atau barang, maupun pembayaran kembali' setelah transaksi terlaksana.

Suap kadangkala tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat

dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu

dapat disebut sebagai suap, tergantung dari maksud dan respons yang diharapkan oleh

pemberi hadiah.

2. Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan

menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa ancaman untuk mempersulit

kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu.

3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan

mengucapkan atau melakukan kebohongan.

4. Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita

atau mengambil property milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti

tersebut dapat berupa property fisik atau konseptual.

5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak adil atau

penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin,

kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk memperlakukan semua orang

dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara mereka yang 'disukai' dan

tidak.

7
4. Pentingnya Etika Dalam Dunia Bisnis

Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan

ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh?.Didalam bisnis tidak

jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau

kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha

yang menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi.

Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan

kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar

janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam

maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabaian para pengusaha

terhadap etika bisnis.

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada

masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa

serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis

maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.

Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-

prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini

tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam

hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa

perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum

yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan

dibidang ekonomi.

Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks.

Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan,

karena peranti hukum dan aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang

8
seimbang. Salah satu contoh yang selanjutnya menjadi masalah bagi pemerintah dan dunia

usaha adalah masih adanya pelanggaran terhadap upah buruh. Hal lni menyebabkan beberapa

produk nasional terkena batasan di pasar internasional.

5. Penerapan Etika Pada Organisasi Perusahaan

Dapatkah pengertian moral seperti tanggung jawab, perbuatan yang salah dan

kewajiban diterapkan terhadap kelompok seperti perusahaan, ataukah pada orang (individu)

sebagai perilaku moral yang nyata? Ada dua pandangan yang muncul atas masalah ini:

Ekstrem pertama, adalah pandangan yang berpendapat bahwa, karena aturan yang mengikat,

organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa perusahaan bertindak seperti

individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa yang mereka lakukan, kita dapat

mengatakan mereka bertanggung jawab secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa

tindakan mereka adalah bermoral atau tidak bermoral dalam pengertian yang sama yang

dilakukan manusia.

Ekstrem kedua, adalah pandangan filsuf yang berpendirian bahwa tidak masuk akal berpikir

bahwa organisasi bisnis secara moral bertanggung jawab karena ia gagal mengikuti standar

moral atau mengatakan bahwa organisasi memiliki kewajiban moral. Organisasi bisnis sama

seperti mesin yang anggotanya harus secara membabi buta mentaati peraturan formal yang

tidak ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk menganggap

organisasi bertanggung jawab secara moral karena ia gagal mengikuti standar moral daripada

mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal bertindak secara moral. Karena itu, tindakan

perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia, indivdu-individulah yang

harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral :

individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena tindakan

perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku mereka. Jika perusahaan

9
bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang dilakukan oleh

individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral, hal itu disebabkan

oleh pilihan individu dalam perusahaan bertindak secara bermoral.

6. Globalisasi, Perusahaan Multinasional dan Etika Bisnis

Globalisasi adalah proses yang meliputi seluruh dunia dan menyebabkan system

ekonomi serta sosial negara-negara menjadi terhubung bersama, termasuk didalamnya

barang-barang, jasa, modal, pengetahuan, dan peninggalan budaya yang diperdagangkan dan

saling berpindah dari satu negara ke negara lain. Proses ini mempunyai beberapa komponen,

termasuk didalamnya penurunan rintangan perdagangan dan munculnya pasar terbuka dunia,

kreasi komunikasi global dan system transportasi seperti internet dan pelayaran global,

perkembangan organisasi perdagangan dunia (WTO), bank dunia, IMF, dan lain sebagainya.

Perusahaan multinasional adalah inti dari proses globalisasi dan bertanggung jawab

dalam transaksi internasional yang terjadi dewasa ini. Perusahaan multinasional adalah

perusahaan yang bergerak di bidang yang menghasilkan pemasaran, jasa atau operasi

administrasi di beberapa negara. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang

melakukan kegiatan produksi, pemasaran, jasa dan beroperasi di banyak negara yang

berbeda. Karena perusahaan multinasional ini beroperasi di banyak negara dengan ragam

budaya dan standar yang berbeda, banyak klaim yang menyatakan bahwa beberapa

perusahaan melanggar norma dan standar yang seharusnya tidak mereka lakukan.

10
B. PEMBAHASAN

Banyak persoalan etika dan dilema dalam bisnis internasional yang berakar pada

system politik, hukum, kemajuan ekonomi, dan budaya yang sangat berbeda antar Negara.

Akibatnya, apa yang dianggap abik di satu Negara belum tentu dianggap baik di Negara lain.

Karena manajer bekerja untuk institusi yang melebihi batas Negara dan budaya, maka

manager dari perusahaan multinasional harus peka terhadap perbedaan dan harus memlih

kegiatan etika dalam berbagai keadaan karena berpotensi menimbulakan masalah dalam

etika.

Dalam tatanan bisnis internasional, persoalan etika yang paling umum adalah

kebiasaan pekerja, hak asasi manusia, peraturan lingkungan, korupsi, dan kewajiban moral

dari perusahaan multinasional.

1. Kebiasaan para pekerja

Dalam kasus pembuka, masalah etika dihubungkan dengan kebiasaan pekerja di

Negara lain. Ketika kondisi kerja di Negara tempat investasi lebih rendah dari kondisi kerja

dari tempat asal perusahaan multinasional tersebut,standart apa yang harus dipilih? Apa dari

Negara asal, Negara tempat investasi atau diantaranya? Ketika tiap Negara dianggap sama,

maka berapakah perbedaan yang dapat diterima? Seperti, bekerja 12 jam sehari, gaji rendah

dan gagal ,melindungi pekerja dari bahan berbahaya mungkin umum dilakukan di beberapa

Negara berkembang, tap apakah hal ini berarti bak bagi perusahaan multinasional untuk

menerima keadaan kerja tersebut atau memaafkan melalui pemborong? Seperti kasus pada

merk sepatu Nike, pendapat yang kuat dapat menjadi kebiasaan yang tidak tepat. Tapi tetap

meninggalkan pertanyaan, apakah standart yang harus digunakan? Kita harus kembali dan

menyadari kasus ini di bab selanjutnya. Untuk sekarang, mengumumkan standart minimal

keamanan dan martabat pekerja dan memakai jasa audit adalah cara yang terbaik untuk

mengatasi maslah ini. Seperti yang dilakukan perusahaan Levi Strauss yang pada tahun

11
1990an memutuskan kontrak dengan penyuplai terbesar, The Tan Family. Karena The Tan

memperkerjakan perempuan cina dan Filipina 74 jam per minggu di halaman tertutup di

Pulau Mariana.

2. Hak Asasi Manusia

Hak asasi dasar manusia di beberapa Negara masih belum dihargai. Seperti

diantaranya, kebebasan berorganisasi, kebebasan berbicara, kebebasan berpolitik, dan

sebagainya. Contoh yang apling nyata adalah yang terjadi di Afrika Selatan. Yaitu politik

pembedaan warna kulit (apartheid) yang terjadi sampai tahun 1994. Apartheid adalah

pemisahan kulit putih dengan kulit hitam yang menyediakan pekerjaan bagi kulit putih dan

melarang kulit hitam bekerja pada usaha yang dikelola kulit putih. Meskipun menggunakan

sistem seperti ini, banyak pengusaha barat beroperasi di Afrika Selatan. Tahun 1980, banyak

yang menanyakan kebijakan ini. Mereka berpendapat, investasi mereka menikkan status

ekonomi dan dapat menekan rezim yang berkuasa.

Beberapa perusahaan barat mengubah kebijakan mereka, diantaranya General Motors

(GM). GM menggunakan prinsip Sullivan, yaitu seorang anggota jajaran kepengurusan GM.

Sullivan berpendapat bahwa GM dapat beroperasi di Afrika Selatan dengan dua syarat, yaitu

perusahaan tidak boleh melakukan hukum apartheid dan dengan kekuatan yang dimiliki,

perusahaan harus berusaha melakukan usaha untuk penghapusan politik apartheid.

Hukum Sullivan ini digunakan oleh semua perusahaan barat yang beroperasi di Afrika

Selatan. Perlawanan ini diabaikan oleh pemerintah Afrika Selatan karena mereka tidak mau

melawan para investor. 10 tahun kemudian, Sullivan mengatakan bahwa teorinya tidak

cukup untuk menghapus politik apartheid. Dan beberapa perusahaan yang menjalankan

hukum ini tidak bisa meneruskan usaha mereka di Afrika Selatan. Diantaranya Exxon, GM,

Kodak, IBM dan Xerox. Pada saat bersamaan, dana pension mengatakan tidak mau

bekerjasama dengan perusahaan yang menjalankan usaha di Afrika Selatan.

12
Tekanan ini dan akibat sanksi ekonomi yang diberikan AS, berjasa atas penghapusan

politik apartheid dan memperkenalkan Pemilihan Umum pada 1994. Hal ini dinilai

meningkatkan hak asasi manusia di afrika selatan. Meskipun perubahan terjadi di Afrika

Selatan, masih ada beberapa rezim yang masih berjalan di dunia ini. Apakah pantas

melakukan usaha di Negara seperti ini? Banyak yang berkata, bahwa investasi bisa menekan

kebijakan ekonomi, politik, dan social yang membuat rakyat melawan kepada rezim. Hal ini

telah dijelaskan di bab 2 dimana kemajuan ekonomi bisa menekan untuk demokrasi.

Secara umum, perusahaan multinasional yang berinvestasi di Negara yang kurang

demokratis bisa meningkatkan HAM di Negara tersebut. Seperti di China, meskipun dikenal

kurang demokrasi dan sering dipertanyakannya HAM disana, ternyata investasi bisa

meningkatkan kondisi ekonomi dan meningkatkan standart kehidupan. Kemajuan ini secara

tidak langsung menekan rakyat Cina agar lebih berani berpartisipasi dalam pemerintahan,

politik dan kebebasan berbicara. Tapi pendapat ini masih terbatas. Seperti kasus di Afrika

Selatan, beberapa rezim tidak setuju bahwa investasi bisa mendukung perbaikan etika.

Contoh lain adalah Myanmar (Burma). Dikuasai rezim militer lebih dari 40 tahun, Myanmar

adalah salah satu pelaggar HAM paling berat. Tahun 1990an banyak perusahaan Barat

dituduh melampaui batas etika yang sangat keras. Beberapa pengejek verpendapat bahwa

Myanmar adaah Negara dengan ekonomi kecil, sehingga hukuman tidak mampu membuat

begitu bereaksi, seperti apa yang ada di Cina. Nigeria adalah Negara lain yang perlu

dipertanyakan, ketka investasi membuat pelanggaran terhadap HAM. Yang paling terkenal

adalah Royal Dutch Shell, perusahaan minyak terbesar di negeri itu yang sering diprotes.

Tahun 1990an beberapa suku memprotes karena Royal Dutch Shell menyebabkan polusi dan

gagal memberi kompensasi. Shell dilaporkan meminta bantuan Brigade Mobil Nigeria untuk

mengakhiri protes para demonstran. Hasilnya menjadi berdarah. Di desa Umuechem, pasukan

membunuh 80 demonstran dan menghancurkan 495 rumah. Tahun 1993, protes di bagian

13
Ogoni karena masalah pipa milik Shell dan pasukan diminta lagi menghentikan protes.

Hasilnya, 27 desa rusak, 80000 kehilangan tempat tinggal dan 2000 terbunuh.

Kritik bermunculan dan Shell disalahkan sebagai pemicu pembantaian. Shell tidak

menggubris hal ini dan pasukan menjadikan alasan demonstrsi sebagai cara untuk membunuh

kelompok yang selama beberapa lama berseberangan dengan pemerintah. Hal ini merubah

kebijakan Shell dengan membuat mekanisme dari dalam untuk membuat acuan agar tidak

bertentangan dengan HAM.

3. Peraturan Lingkungan (Polusi )

Masalah etika muncul ketika peraturan lingkungan di negara investasi lebih rendah

dibandingkan dari negara asal investor. Banyak negara maju yang mengatur tentang peraturan

dasar tentang pembuangan gas emisi, pembuangan bahan berbahaya, penggunaan bahan

beracun dan sebagainya. Peraturan ini kadang kurang diperhatikan di negara berkembang dan

menurut laporan,hasil polusi industri tersebut bisa sampai ke tiap rumah.

Contohnya adalah yang terjadi di Nigeria. Pada laporan tahun 1992 oleh pemerhati

lingkungan isinya: Industri minyak telah menyebabkan polusi udara baik siang maupun

malam, menghasilkan gas beracun yang secara diam – diam dan secara sistematis

mengganggu biota air dan membahayakan hidup dari tanaman, permainan dan manusia itu

sendiri, kita telah polusi air secara meluas dan polusi tanah yang menyebabkan kematian

terhadap hewan air, dan ikan dan di sisi lain lahan pertanian terkontaminasi dan tanah

menjadi berbahaya untuk ditanami, meskipun mereka meneruskan menggunakannya. Contoh

diatas menunjukkan bahwa kontrol terhadap polusi di Nigeria kurang dibandingkan dengan di

negara maju.

Haruskah perusahaan multinasional merasa tidak bersalah telah membuat polusi di

negara lain? Apakah bermoral ketika suatu perusahaan memutuskan berproduksi di negara

berkembang karena kontrol terhadap polusi tidak diperlukan dan perusahaan bebas merusak

14
lingkungan dan mungkin membahayakan penduduk lokal demi menekan biaya produksi dan

mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya? Apakah hal yang benar dan tindakan moral

seperti apakah yang harus digunakan menghadapi keadaan seperti itu? Membuat polusi demi

keuntungan ekonomi atau mengikuti peraturan yang melekat tentang standart pengaturan

polusi? Pertanyaan ini menjadi penting karena sebagian besar dari lingkungan adalah milik

umum tanpa ada pemilik tetapi semua orang bisa merampasnya. Tidak ada seorangpun yang

memiliki udara dan lautan tapi merusak keduanya tidak peduli dimana tempatnya merugikan

semuanya. Lautan dan udara adalah barang yang semua orang membutuhkan tapi tidak ada

seorangpun yang bertanggung jawab.

Dalam beberapa kasus fenomena yang dikenal sebagai tragedi yang sering menjadi

diterima dan biasa. Tragedi terjadi ketika sumberdaya digunakan oleh semua orang dan

digunakan berlebihan sehingga mengalami kerusakan. Kata fenomena pertama digunakan

oleh Garrett Hardin yang menjelaskan masalah pada abad 16 di Inggris. Daerah terbuka yang

umum bagi semua digunakan sebagai padang untuk menggembala ternak. Orang miskin

menggunakan padang rumput ini dan ternyata menambah penghasilan mereka. Sangat

menguntungkan ketika terus menambah jumlah ternak, tetapi masalah sosial yang dihadapi

jauh dari keuntungan yang didapatkan dari beternak. Hasilnya menghabiskan rumput,

merusak padang rumput dan menghabiskan kandungan alam yang ada.

Dalam masyarakat modern, perusahaan bisa berperan membuat tragedi global dengan

cara memindahkan usaha ke tempat yang bisa dengan bebas membuang limbah ke udara atau

ke laut dan sungai dan dapat merusak hal yang berharga di alam ini. Mungkin hak ini tidak

melanggar hukum, tapi apakah pantas dilakukan? Sekali lagi, diperlukan respon sosial

terhadap etika yang berlaku.

15
4. Korupsi

Kasus korupsi menjadi masalah utama di hampir semua sejarah manusia dan terus

berlanjut sampai sekarang. Korupsi ada dan akan selalu ada dalam pemerintahan. Bisnis

internasional mendapatkan keuntungan dengan membayar pemerintahan yang seperti ini.

Contoh klasik adalah kejadian pada tahun 1970an. Carl Kotchian, presiden dari Lockheed

membayar $12,5 juta kepada agen Jepang dan pemerintah untuk memuluskan pesanan besar

untuk Lockheed Tristar dari Nippon Air. Ketika hal ini diketahui, pejabat dari AS menuduh

Lockheed membuat laporan palsu dan menggelapkan pajak. Meskipun pembayaran ini di

Jepang diterima dari bagian bisnis, hal ini menjadi skandal dan kasus yang besar. Pejabat

pemerintah dianggap melanggar hukum, satu anggota bunuh diri, pemerintahan bermasalah

dan masyarakat Jepang marah. Ternyata pembayaran seperti ini tidak diterima oleh

masyarakat Jepang. Hal ini dianggap tidak berbeda dengan uang suap yang dibayarkan

kepada pejabat untuk melancarkan pesanan raksasa seperti Boeing. Kotchian berlaku sangat

tidak pantas dan berpendapat bahwa pembayaran tersebut sah. Dan ternyata hal itu sama

sekali salah!

Kasus Lockheed mendorong Foreign Corrupt Practices Art pada tahun 1977 tang telah

dijelaskan di bab 2. ini berisikan tentang memberikan uang suap terhadap pejabat negara lain

untuk melancarkan bisnis. Beberapa perusahaan AS menganggap ini adalah kerugian dalam

bersaing. dan hal ini dianggap sebagai pembayaran perantara. Sebagaian mengetahui sebagai

uang cepat dan hal ini dilakukan untukmengamankan kontrak yang belum aman atau

membayar untuk mendapatkan perlakuan istimewa dari pemerintah setempat tetapi tidak

mendapatkan hak tersebut di negara lain.

Tahun 1997, anggota dari Organization for Economic Cooperation and Development (

OECD ) membuat AS menggunakan Convention on Combating Bribery of Foreign Public

Officials in International Business Transactions. Pertemuan yang diadakan pada 1999

16
menyuruh anggota agar memasukkan penyuapan sebagai tindakan kriminal. Pertemuan ini

juga memperantarai pembayaran antara perusahaan dan pemerintahan secara rutin. Agar

menjadi efektif, hukum ini harus diadopsi ke hukum lokal di setiap negara dan sampai

sekarang sedang diusahakan.

Ketika menyalurkan pembayaran, masalah etika masih menjadi hal yang gelap. Di

banyak negara, pembayaran terhadap pejabat pemerintah sudah menjadi bagian hidup sehari

– hari. Baberapa berpendapat tidak berinvestasi karena tidak mau membayar suap

mengacuhkan bahwa investasi bisa meningkatkan standart ekonomi dengan menambah

pendapatan dan menambah lapangan kerja. Dari hal tersebut, memberi suap meskipun salah

mungkin adalah hal yang harus dibayar untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik.

Beberapa langkah ekonomi ini dinilai dapat menembus regulasi tidak praktis pada negara

berkembang sehingga dapat membantu korupsi untuk tumbuh! Teori ekonomi ini membuat

beberapa negara merubah batas mekanisme pasar, korupsi dalam pasar gelap, penyelundupan

dan pembayaran rahasia pada para birokrat untuk mempercepat usaha sehingga menambah

kesejahteraan. Pendapat seperti ini digunakan untuk membujuk kongres AS untuk menerima

pembayaran dari Foreign Corrupt Prctices Act.

Sebaliknya, pakar ekonomi lain mengatakan bahwa korupsi mengurangi pendapatan

dari investasi bisnis dan membuat pertumbuahn ekonomi rendah. Di negara dimana korupsi

menjadi hal biasa, birokrat yang tidak produktif yang menginginkan pembayaran lain untuk

memberi izin mengalihkan keuntungan bisnis. Pengurangan keuntungan ini memperlambat

tingkat pertumbuhan ekonomi. Penelitian terhadap lebih dari 70 negara menunjukkan bahwa

korupsi mempunyai dampak negatif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu

negara.

Debat dan rumitnya masakah ini tetap berlangsung dan sekali lagi kita dapat memutuskan

memberi suap adalah hal yang tidak pantas dilakukan. Benar, bahwa korupsi adalah tidak

17
baik dan menggangu perekonomian suatu negara tapi pada kasus tertentu dibutuhkan

pembayaran terhadap pemerintah agar menghapuskan halangan untuk menciptakan lapangan

kerja baru. Bagaimanapun, suap membuat korusi semakin buruk dan buruk. Korupsi kembali

pada diri masing – masing dan memulai untik tidak korupsi adalah hal yang tidak mustahil

meskipun sulit. Pendapat ini memperkuat masalah etika agar jangan mendekati korupsi

apapun keuntungan yang didapat dari korupsi.

Banyak perusahaan multinasional yang setuju dengan kalimat ini, seperti contohnya

perusahaan minyak BP yang tidak memberi toleransi sedikitpun terhadap pelaku korupsi.

5. Kewajiban moral

Perusahaan multinasional mempunyai kekuatan untuk mengatur sumber daya dan

kemampuan mereka untuk memindahkan produksi dari satu negara ke negara lain. Kekuasaan

tersebut tidak hanya dibatasi oleh hukum dan peraturan tapi juga oleh kedisiplinan dari pasar

dan proses yang bersaing juga penting. Beberapa berkata bahwa kekuasaan yang berakar

pada tanggung jawab sosial bisa memberikan suatu komunitas hasil yang baik dan kemajuan.

Konsep awal dari tanggung jawab sosial adalah sebuah ide yang dimiliki pengusaha yang

harus mempertimbangkan konsekuensi sosial ketika membuat keputusan bisnis dan harus

membuat anggaran untuk menentukan agar tercipta ekonomi yang baik dan konsekuensi

sosial yang baik.

Tanggung jawab sosial mudah dilakukan karena suatu cara yang baik untuk

emlakukan sebuah bisnis. Beberapa berpendapat bahwa bisnis, umumnya bisnis besar harus

menyadari kewajiban kebangsawanan mereka dan harus memberi imbal balik pada

masyarakat yang membuat mereka menjadi sukses. Kewajiban kebangsawanan berasal dari

bahasa perancis yang artinya kehormatan dan murah hati yang dimiliki oleh seorang

bangsawan.

18
Dalam dunia bisnis, menjadi murah hati adalah sebuah tangung jawab menjadi

usahawan yang sukses. Hal ini telah lama disadari oleh pengusaha dan hal ini dapat

menjadikan menaikkan kesejahteraan dari komunitas dimana mereka menjalankan usaha.

Bagaimanapun juga, masih ada beberapa perusahaan yang menyalahgunakan kekuasaan demi

kepentingan pribadi. Cerita sejarah yang paling terkenal adalah the British East India

Company. Didiriakn pada tahun 1600, the East India Company menjadi kekuatan yang

dominan di India pada abad ke 19. besarnya kekuasaan dapat dilihat dari mereka mempunyai

40 kapal perang, memiliki pasukan tentara terbesar di dunia dan secara de facto menguasai

240 juta penduduk dan memiliki uskup tersendiri untuk menunjukkan dominasi mereka

dalam dunia kegamaan.

Kekuasaan adalah hal yang normal. Tergantung kekuatan tersebut digunakan untuk apa. Bisa

digunakan untuk hal yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan yang pantas dilakukan atau

bisa digunakan untuk mengerjai yang bertingkah tidak pantas. Seperti dalam kasus News

Corporation yang merupakan salah satu kerajaan media terbesar di dunia yang terdapat dalam

Mamajemen Focus. Kekuasaan yang mereka peroleh, mereka dapat dengan cara membangun

persepsi publik dengan cara memilih berita – berita yang mereka tayangkan. Pendiri News

Corporation dan CEO Rupert Murdoch telah lama menyadari bahwa China akan menjadi

salah satu pasar yang menjajikan dalam pasar media dan tanpa izin mereka memperluas

jaringan News Corporation di China yang menggunakan satelit Star TV. Beberapa yang tidak

setuju mengatakan bahwa Murdoch menggunakan cara yang tidak pantas untuk

menyelesaikan tujuan ini.

Beberapa perusahaan multinasional telah menyadari kewajiban moral ini yaitu menggunakan

kekuasaan mereka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. BP, salah satu

perusahaan minyak terbesar dunia, telah membuat keputusan untuk melakukan investasi

sosial di negara mereka melakukan usaha. Di Algeria, BP melaksanakan proyek gas di tengah

19
gurun Salah.ketika perusahaan mengetahui bahwa dai Salah kekurangan air, perusahaan

membangun 2 pipa air untuk menyediakan minum dan menyediakan air agar dapat dibawa

pulang oleh penduduk Salah. Tidak adal alasan ekonomi untuk melakukan hal ini, tapi

perusahaan percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab moral untuk membangun

masyarakat. Meskipun hal ini kecil bagi BP, tapi merupakan hal yang penting bagi penduduk

lokal.

6. Dilema Etika

Kewajiban etika dari perusahaan multinasional terhadap kondisi tenaga kerja, HAM,

korupsi, pencemaran lingkungan, dan penggunaan energi tidak terlalu jelas. Disini

kemungkinannya adalah tidak adanya kompromi atau pembicaraan lebih lanjut tentang

pemahaman terhadap etika tersebut. Dari pandangan bisnis internasional, terdapat perdebatan

apakah etika tergantung pada satu pandangan budaya.

Di USA, eksekusi hukuman dapat diterima, tapi pada budaya lain ini tidak ditrima-

eksekusi hukuman mati dipandang sebagai suatu hinaan terhadap harga diri manusia dan

hukuman mati tidak dibenarkan. Banyak orang Amerika memandang bahwa cara berpikir

seperti itu aneh, tapi orang-orang Eropa memandang orang Amerika kejam. Terhadap

orientasi bisnis misalnya, praktek ”gift giving” antara pihak-pihak terhadap negosiasi bisnis.

Ketika praktek ini betul-betul dipertimbangkan sebagai tindakan yang benar dan

pantas di budaya Asia, beberapa orang barat memandang praktek ini sebagai bentuk suap,

dan oleh karena itu dianggap tidak beretika, terutama apabila pemberian tersebut merupakan

sesuatu yang penting.

Manager harus dihadapkan pada kenyataan etika dilema. Contohnya, bayangkan apabila

eksekutif Amerika berkunjung dan melihat cabang perusahaannya yang bertempat di negara

miskin mengupah gadis berusia 12 tahun untuk bekerja di perusahaannya. Hal ini cukup

mengejutkan melihat bahwa cabang perusahaannya menggunakan tenaga kerja anak-anak

20
telah melanggar kode etika yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, orang amerika tersebut

menginstruksikan kepada manager local untuk mengganti anak-anak dengan orang dewasa.

Manager local mematuhi perintah tersebut. Gadis yatim piatu tersebut yang bekerja untk

mencari sesuap nasi untuk dia dan adiknyayang baru berumur 6 tahun, sudah tidak mendapat

pekerjan lain, da dia putus asa sampai pada akhirnya dia bekerja di bidang prostitusi. Dua

tahun kemudian dia meninggal karena penyakit AIDS. Akhirnya adiknya menjadi pengemis.

Si adik bertemu dengan orang Amerika tersebut ketika ia mengemis di luar Mc. Donald’s.

Sebenarnya keadaan ini merupakan tanggung jawabnya yang dia lupakan., anak laki-laki itu

mengemis pada orang Amerika tersebut. Dan orang Amerika itu mempercepat langkahnya

dan berjalan lebih cepat dan masuk ke Mc. Donald’s dimana dia memesan empat buah

chesseburger, kentang goreng, milkshake. Satu tahun kemudian anak laki-laki itu terserang

TBC dan akhirnya meninggal.

Setelah berkunjung orang Amerika tersebut sedikit memahami keadaan gadis itu,.

Haruskah dia tetap menwarkan penggantian tersebut? mungkin tidak! Seharusnya ini lebih

baik, oleh karena, dia memberikan status quo dan mengajak gadis itu kembali bekerja lagi?

Tentu saja tidak, karena hal tersebut seharusnya melanggar dan terlarang dengan beberapa

alasan melawan kode etika pada perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja anak-anak.

Lalu apa yang seharusnya dilakukan? Apa kewajiban dari eksekutif terhadap dilemma ini?

Pertanyaan tersebut tidak mudah untuk dijawab. Hal tersebut merupakan kemurnian dari

etika dilemmas-merupakan situasi yang tidak ada alternatifnya seperti penerimaan terhadap

etika sendiri. Pada kasus ini, tenaga kerja anak-anak tidak dapat diterima, tapi tidak dapat

dipungkiri bahwa gadis itu adalah pekerja, dan tidak dapat dipungkiri juga bahwa diahanya

mencari sumber pendapatan. Apa yang diinginkan eksekutif Amerika, apa yang diinginkan

manager, adalah arah moral, atau mungkin pemecahan masalah etika, yang dapat menjadi

panduan bagi manager untuk mencari solusi etika dilemma. Nanti pada chapter ini kita akan

21
menjelaskan garis besar apa yang dimaksud arah moral, atau pemecahan masalah etika, yang

keduanya serupa. Untuk saat ini, sudah cukup dimengerti bahwa etika dilemma tetap terjadi

karena tetap menjadi hal yang rumit di dunia, sulit untuk digambarkan, dan menyebabkan

konsekwensi pertama, kedua, dan ketiga sulit untuk diukur. Melakukan hal yang benar, atau

mengetahui hal yang mungkin benar, seringkali sulit untuk dilakukan.

7. Akar dari tindakan yang tidak beretika

Banyak manager berlaku seperti tidak beretika di bidang bisnis internasional.

Kelompok investor Amerika mulai tertarik untuk memulihkan SS United States, yang yang

dulunya adalah kapal mewah. Langkah pertama untuk memulihkannya adalah penarikan

asbestos kapal. Asbestos adalah material racun yang diproduksi dari abu murni yang pabila

dihirup dapat menyebabkan efek yang berakibat kerusakan paru-paru, kanker, dan kematian.

Atas dasar itu, pemerintah di negara-negara tersebut menekan standar pengembangan

perubahan asbestos. Beberapa perusahaan U.S, dengan standar yabg ditetapkan di Amerika,

mengupah pekerjanya lebih dari $100 milion. Perusahaan di Ukraina menawarkan untuk

melakukan pekerjaan tersebut dengan upah $2 milion, jadi kapal-kapal tersebut ditarik ke

pelabuhan Ukraina di Sevastopol. Dengan persetujuan upah $2 milion, ini menunjukkan

bahwa perusahaan Ukraina tidak dapat mengadopsi standar seperti di Amerika. Sebagai

konsekwensinya, pekerjanya memiliki resiko yang signifikan dalam menghasilkan asbestos-

penyebar penyakit. Apabila pada kasus ini, keinginan untuk menghemat biaya dapat diartika

oleh investor Amerika sebagai tindakan yang tidak beretika, dengan sepengetahuan mereka

mncari keuntungan bagi perusahaan dengan tidak melindungi pekerjanya terhadap resiko

kesehatan.

Kenapa manager melakukan tindakan yang tidak beretika? Tidak ada jawawan yang

simpel untuk menjawab pertanyaan tersebut, karena penyebab yang rumit, tapi sedikit

pernyataan dapat dibuat (lihat gambar 4.1). pertama, etika bisnis tidak dapat dipisahkan dari

22
etika personal, yang secara umum dapat diterima panduannya tentang prinsip salah dan benar

bagi individu. Sebagai individu, kita secara tipikal tahu bahwa berbohong, dan mencuri

adalah salah-hal ini tidak beretika-dan tahu tindakan yang benar adalah yang jujur dan

terhormat, dan tetap teguh pada apa yang kita percaya untuk menjadi baik dan benar.

Hal ini pada umumnya benar di mata masyarakat. Kode etika seseorang yang

berdampingan dengan kepribadian kita berasal dari beberapa sumber, yang terdiri dari

keluarga kita, sekolah kita, kepercayaan kita, dan media. Kode etika personal kita mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap tindakan kita sebagai pelaku bisnis. Seorang individu

yang punya kepekaan kuat terhadap etika adalah orang yang jarang sekali bertindak tidak

beretika pada bidang bisnis. Ini merupakan langkah pertama untuk membuktikan bahwa

kepekaan yang tinggi terhadap etika bisnis bagi masyarakat menegaskan kekuatan dari

personal ethics.

Manager suatu perusahaan yang bekerja ke luar negeri di perusahaan multinasional

(manager ekspatriat) mungkin memiliki pengalaman luar biasa tentang tekanan terhadap

pelanggaran personal ethics. Mereka keluar dari kebiasaan sosial dan budaya yang

mendukungknya, yang secara psikologi dan geografi jauh dari perusahaan induk. Mereka

mungkin merasakan perbedaan budaya di setiap tempat yang berbeda nilainya pada norma

etika yang dianggap penting di perusahaan induk, dan mereka mungkin mengalah dengan

pekerja lokal yang memiliki standar etika yang keras. Perusahaan induk mungkin mendesak

manager ekspatriat untuk mencapai cita-cita yang kurang relistis yang hanya dapat dicapai

dengan mengambil jalan tengah atau berpura-pura tidak beretika. Contohnya, untuk

memenuhi mandat penting tentang pencapaian tujuan, manager ekspatriat mungkin memberi

suap untuk memenangkan kontrak atau mungkin melakukan pengamatan kondisi dan kontrol

lingkungan yang minimal dapat diterima.

23
Manager lokal mungkin menganjurkan ekspatriat untuk mengadaptasi tindakannya.

Oleh karena jarak geografis, perusahaan induk mungkin tidak dapat untuk mengamati

bagaimana manager ekspatriat memenuhi tujuannya, atau mungkin memilih untuk tidak

mengamati bagaimana mereka melakukannya, dengan mengijinkan tindakan untuk berjalan

baik dan tetap dilakukan. Juga, banyak penelitian tentang tindakan yang tidak beretika pada

bidang bisnis telah menyimpulkan bahwa pelaku bisnis kadangkala tidak menyadari tindakan

mereka yang tidak beretika, utamanya karena kesalahan pengucapan. Apakah ini suatu

keputusan atau tindakan etika? Malah, mereka mereka menggunakan perhitungan bisnis

untuk membuat keputusan bisnis, untuk mendapatkan keputusan tersebut mungkin juga

membutuhkan ukuran etika.

Kesalahan pada prosesnya bisa terjadi apabila tidak menggabungkan pertimbangan

etika untuk membuat keputusan bisnis. Hal ini dapat ditunjukkan pada kasus Nike ketika

manager memutuskan membuat subkontrak (lihat kasus pembukaan). Keputusan tersebut

mungkin saja dipilah karena pertimbangan dasar pada bisnis variamel seperti biaya,

pengiriman, dan kualitas produk, dan manager kunci salah mengucapakan, bagaimana

subkontraktor memperlakukan tenaga kerjanya? Apabila mereka mempertanyakan

pertanyaan tersebut, mereka kemungkinan beralasan bahwa itu adalah urusan subkontraktor,

bukan mereka. (contoh lainnya pada pengambilan keputusan bisnis yang mungkin tidak

beretika, lihalah Management Focus yang menuliskan keputusan Pfizer’s untuk mencoba

eksperimen obatnya kepada anak-anak yang menderita meningitis di Nigeria.

Sayangnya suasana di beberapa tidak mendorong seseorang untuk berpikir sampai

konsekwensi etika terhadap keputusan bisnis. Ini menunjukkan pada kita 3 penyebab

tindakan yang tidak beretika pada bisnis-budaya organisasi yang mengabaikan etika bisnis,

mengurangi keputusan pada kegiatan ekonomi yang bersih. Istilah budaya organisai

berhubungan dengan nilai dan norma yang merupakan bagian diantara pekerja pada

24
organisasi. Kamu akan kembali memgingat dari chapter 3bahwa nilai adalah ide abstrak apa

yang dipercaya suatu kelompok untuk menjadi lebih baik, benar, dan sangat diperlukan,

sedangkan norma adalah kebiasaan sosial dan petunjuk yang menentukan tindakan yang tepat

pada situasi penting. Hanya sebagai masyarakat yang berbudaya, yang dapat melakukan

aktivitas bisnis. Secara bersamaan, nilai dan norma membentuk budaya pada organisasi

bisnis, dan budaya tersebut memiliki pengaruh penting pada etika untuk mengambil

keputusan bisnis.

Penulis Robert Bryce telah menjelaskan tentang keadaan budaya orgaisasi saat ini-

kebangkrutan yang dialami perusahaan energi multinasional Enron terjadi akibat ketamakan

dan penipuan. Menurut Bryce, hal tersebut dibuat oleh top manager yang mengambil

keputusan sendiri untuk memperkaya dirinya sendiri dan keluarganya. Bryce menunjukkan

bagaiman ex-CEO Kenneth Lay membuat keyakinan keuntungan keluarganya kebanyakan

dari Enron. Banyak perusahaan bisnis travel Enron dijalankan oleh travel agency yang

dimiliki adik Lay. Ketika internal auditor merkomendasikan bahwa perusahaan itu dapat

melakukan hal yang lebih baik apabila menggunakan travel agency lain, dia segera

mengundurkan diri dari perusahaannya. Pada tahun 1997, Enron memperoleh sebuah

perusahaan yang dijalankan oleh anak dari Kenneth Lay, Mark Lay, yang mecoba

mengembangkan usahanya pada bisnis perdagangan bubur kayu dan kertas. Saat itu, Mark

Lay dan perusahaan lainnya yang dia kontrol menjadi target investigasi kriminal penipuan,

dan penggelapan. Sebagai bagian ddari keputusannya, Enron mengangkat Mark Lay sebagai

eksekutif dengan kontrak 3 tahun dengan jaminan $1 milin yang dibayar setiap eriode, plus

pilihan untuk menjual 20.000 lembar saham Enron. Bryce juga mendetailkan anak laki-

lakinya yang sudah dewasa menggunakan jet Enron untuk mengirimkan bed ukuran besar ke

prancis. Deengan Kenneth Lay sebagai contohnya, ini mungkin bukan hal mengejutkan lagi

bahwa keegoisan suatu saat akan mendatangkan kehancuran pada Enron. Catatan paling

25
penting adalah contoh pada Kepala Keuangan Andrew Fastrow yang membuat ”off balance

sheet” yang bekerja sama bukan hanya menyembunyikan kondisi financial perusahaan Enron

dari investor , tapi juga membayar membayar miliar dollar ke Fastrow. (fastrow kemudian

terbukti melakukan tindakan kriminal penipuan dan dihukum penjara.)

Penyebab keempat dari tindakan yang beretika sudah ditunjukkan pada-ini ditekankan

oleh induk perusahaan untuk melaksanakan memainkan cara yang kuang relistis yang dapat

dicapai hanya dengan mengambil jalan tengah atau bertindak seerti tidak beretika. Lagi,

Bryce membicarakan bagaimana hal ini kemungkinan dapat terjadi di Enron. Penyukse Lay

sebagai CEO, Jeff Skilling, mengambil sistem evaluasi performa di tempat yang

memasangkan lebih dari 15% dari underperformer setiap 6 bulan. Ini membuat tekanan-alat

budaya pada performa jarak dekat, dan respon beberapa eksekutif dan pedagang energi yang

menekan dengan memalsukan nilai dari perdagangan, contohnya-0untuk membuat hal ini

terlihat membuat performa yang lebih baik dari yang sebenarnya.

Penjelasan dari kegagalan Enron adalah bahwa budaya organisasi dapat mengesahkan

tindakan yang dianggap tidak beretika, pentingnya ketika hal ini digabungkan dengan fokus

dari menentukan tujuan dengan tidak beretika, seperti memperbesar jangka pendek dari

ekonomi, tidak peduli berapa biayanya. Pada keadaan seperti itu, disana terdapat

kemungkinan yang lebih besar dari biasanyabahwa manager akan melanggar etika

personalnya sendiri dan menggunakan tindakan yang tidak beretika. Dengan hal yang sama,

budaya organisasi dapat melakukan hal yang sebaliknya dari tindakan yang beretika. Pada

Hewlett-Packard, misalnya, Bill Hewlett dan David Packard, pendiri perusahaan,

memperbanyak jumlah dari nila yan diketehui sebagai The HP Way. Nilai ini, yang

membentuk jalan bisnis adalah memimpin keduanya dan dengan badan hukum, memiliki

komponen etika yang penting. Antara hal yang lainnya, mereka menekankan kebutuhan

26
untuk kepercayaan diri dan berkenaan dengan seseorang, membuka komunikasi, dan terfokus

pada pekerja individu.

Enron dan Hewlett-Packard contohnya menunjukkan dasar dari penyebab kelima dari

kegiatan yang tidak beretika-kepemimpinan. Pemimpin membantu mengembangkan budaya

dari organisasi, dan mereka menjadi contoh bagi pengikut lainnya. Pekerja lain pada bidang

bisnis seringkali menggunakan petunjuk dari pemimpin mereka, dan apabila pemimpin

tersebut tidak memiliki tindakan pada hal etika, mereka mungkin juga tidak. Ini bukan

tentang hal yang dikatakan oleh pemimpinnya, tapi apa yang mereka lakukan. Enron

contohnya, memiliki kode etika bahwa Kennet Lay seringkali menyerah pada dirinya sendiri,

tapi tindakan Lay sendiri adalah untuk memperbanyak jumlah keluarganya di perusahaanya

daripada hal lainnya.

27
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Moral dapat diartikan sebagai akhlak, dan susila (su=baik, sila=dasar, susila=dasar-dasar

kebaikan); Moralitas berarti kesusilaan; sedangkan Etik (Ethics) = etika, tata susila.

Sedangkan secara etika (Ethical) diartikan pantas, layak, beradab, susila. Jadi kata moral

dan etika penggunaannya sering dipertukarkan dan disinonimkan, yang sebenarnya

memiliki makna dan arti berbeda.

2. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke

dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi

dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di

dalam organisasi.

3. Pentingnya etika bisnis tersebut dalam dunia bisnis yakni berlaku untuk kedua

perspektif, baik lingkup makro maupun mikro.

4. Penerapan etika bisnis dalam organisasi perusahaan mengakibatkan perusahaan bertindak

seperti individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa yang mereka lakukan, kita

dapat mengatakan mereka bertanggung jawab secara moral untuk tindakan mereka dan

bahwa tindakan mereka adalah bermoral atau tidak bermoral dalam pengertian yang sama

yang dilakukan manusia.

28
B. Saran

Setelah mengetahui beberapa isu isu dan persoalan etika dalam bisnis Internasional

disadari betapa pentingnya peranan etika bisnis dalam suatu perusahaan, maka penulis

menyarankan dan mengajak kepada pembaca agar dalam menjalankan usaha bisnisnya

menerapkan suatu bisnis yang beretika untuk mengurangi resiko kegagalan dan yang paling

utama adalah agar dapat bersaing secara kompetitif dalam era globalisasi saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.academia.edu/4614795/ETIKA_DALAM_BISNIS_INTERNASIONAL3

2. http://tonywiesan.mhs.narotama.ac.id/2015/01/06/bab-11-etika-dalam-bisnis-

internasional/

3. https://www.google.co.id/search?site=&source=hp&q=makalah+etika+dalam+bisnis+

internasional&oq=MAKALAH+etika+dalam+&gs_l=hp.1.0.0l10.3713.90799.0.9470

9.22.13.1.8.9.0.295.2174.0j11j1.12.0....0...1c.1.64.hp..1.21.2509...0i131j0i3j46i3j0i3i

46j0i13.aZKQN9JR_h4

4. BUKU PENGANTAR ETIKA BISNIS dari K. BERTENS EDISI REVISI

29

Вам также может понравиться