Вы находитесь на странице: 1из 60

4.5.

Perencanaan Well Completion pada Sumur Gas


4.5.1. Formation Completion.
Metode formation completion dapat dibagi menjadi tiga yaitu: Open hole
completion, Cased hole completion, Sand exclusion types dan permanent completion.
4.5.1.1. Open Hole Completion.
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dimana casing dipasang
hanya sampai pada puncak formasi produksi sehingga formasi produktif tidak tertutup
secara mekanis, dengan demikian aliran fluida reservoir dapat langsung masuk
kedalam sumur tanpa halangan.
Metode open hole completion hanya cocok digunakan untuk formasi-formasi
yang kompak atau tidak mudah gugur, formasi moderatly cemented sampai high
cemented (kekompakan batuan 1,8 samapi 2,2). Bila laju produksi cukup besar maka
produksi dilakukan melalui casing. Sedangkan pemasangan tubing diperlukan bila laju
produksi fluida reservoirnya tidak terlalu besar serta untuk penginjeksian zat-zat kimia
didalam menanggulangi masalah korosi dan scale.
Dalam mengevaluasi kelakuan sumur (well performance) standard yang
digunakan adalah productivity index dari open hole yang menembus seluruh zone atau
lapisan produktif dimana tidak ada gangguan permeabilitas disekitar lubang sumurnya.
Productivity ratio (PR) merupakan perbandingan antara productivity index suatu sumur
pada setiap kondisi terhadap productivity index standard sumur tersebut. Walaupun
productivity index sumur standard sering tidak diketahui, tetapi pengaruh perubahan-
perubahan tertentu didalam sistim sumur dapat dievaluasi dengan pertimbangan-
pertimbangan teoritis, model laboratorium atau test sumur.
Pemakaian metode open hole completion memiliki beberapa keuntungan dan
kerugian antara lain :
Keuntungan :
1. Fluida mengalir ke lubang sumur dengan diameter penuh, sehingga dapat
diperoleh laju produksi yang lebih besar dibandingkan dengan cara lain.
2. Memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan formasi.

219
220

3. Interpretasi log tidak kritis karena seluruh interval terbuka.


4. Mudah ditambah kedalaman bila diperlukan.
5. Mudah ditambah secara liner atau perforated completion.
Kerugian :
1. Sukar dilakukan pengontrolan produksi air atau gas.
2. Sukar melakukan stimulasi pada interval produksi bila diperlukan suatu selective
stimulation.
3. Harus sering dibersihkan pada interval formasi produktifnya, terutama bila
formasinya kurang kompak.
4. Pemasangan casing dilakukan dengan cara coba-coba sebelum pemboran
terhadap formasi produktif.

4.5.1.2. Cased Hole Completion.


Dalam metode ini casing produksi dipasang sampai dasar formasi produktif dan
disemen selanjutnya diperforasi pada interval-interval yang diinginkan. Dengan adanya
casing maka formasi yang mudah gugur dapat ditahan. Cased hole completion
umumnya digunakan pada formasi-formasi dengan faktor sementasi (m) sebesar 1,4.
Adapun penggunaan metode ini mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai berikut
:
Keuntungan :
1. Dapat mengontrol produksi air atau gas yang berlebihan.
2. Stimulasi atau treatment dapat dilakukan lebih selektif.
3. Mudah ditambah kedalaman bila diperlukan.
4. Casing akan menghalangi masuknya pasir, komplesi tambahan dapat dilakukan
sesuai dengan teknik pengontrolan pasir yang dikehendaki.
5. Dapat disesuaikan dengan semua konfigurasi multiple completion.
Kerugian :
1. Memerlukan biaya perforasi
221

2. Interpretasi log kadang-kadang kritis, karena perlu dilakukan gamma ray log agar
tidak salah memilih lapisan pasir dan menghindari zona submargin pada saat
perforasi.
3. Kemungkinan terjadinya kerusakan formasi lebih besar.

Pelaksanaan Perforasi
Pekerjaan perforasi dilakukan dengan cara memasukkan perforator kedalam
casing didalam lubang sumur. Untuk melakukan perforasi ada dua cara yang biasa
dipakai, yaitu dengan bullet/gun perforator dan jet/shape perforator.
A. Bullet/Gun Perforator.
Komponen utama dari bullet perforator meliputi :
a. Fluid seal disk yang berfungsi menahan masuknya flida sumur ke dalam alat
dimana dapat melemahkan kekuatan membakar powder.
b. Gun barrel
c. Gun body dimana barrel disekrupkan dan juga untuk menempatkan sumbu
(igniter) dan propellant dengan shear disk didasarnya, untuk memegang ballet
ditempatnya sampai tekanan maksimum dicapai karena terbakarnya powder.
d. Wire (kawat) yang meneruskan arus listrik untuk mekanisme pengontrolan
pembakaran powder charge. Gambar 4.27. adalah penampang dari bullet
perforator serta komponen-komponen utamanya. Peluru-peluru baja yang
digunakan berukuran 1/8 inchi sampai 1 inchi.
222

Gambar 4.27.
Penampang Bullet Perforator
(Buzarde, L.E.; "Production Operation Course I - Well Completion")

Prinsip kerja :
Adanya arus listrik melalui wire line maka timbul pembakaran pada propellant
didalam cartridge – tube sehingga terjadi ledakan yang melontarkan bullet dengan
kecepatan tinggi. Penembusan casing, semen dan formasi terjadi karena gaya yang
timbul dari kecepatan peluru yang ditembakkan secara serentak maupun satu persatu..
Penggunaan alat perforasi jenis bullet perforator mempunyai beberapa keuntungan dan
kerugian.
Keuntungan :
1. Pemakaian perforator jenis bullet ini lebih murah dari penggunaan jenis jet.
2. Dapat menyebabkan rekahan pada formasi batuan sehingga dapat menaikkan
permeabilitas pada formasi yang tebal.
3. Lubang perforasi berbentuk bulat (tidak tajam) sehingga sewaktu-waktu dapat
ditutup klep-klep bila diperlukan.
4. Kekuatan penembusan (penetrasi) tidak banyak berkurang karena pengaruh dari
stand off yang besar.
223

5. Memberikan penetrasi yang lebih dalam dibandingkan jet untuk formasi yang
lunak.
Kerugian :
1. Efek fracturing yang dihasilkan dapat menimbulkan kerugian bila formasi
produktif tipis-tipis dan tidak diinginkan air atau fluida lainnya ikut terproduksi.
2. Tidak dapat digunakan untuk temperatur yang tinggi.
3. Sukar menembus formasi yang keras.
4. Kurang baik bila digunakan untuk sumur yang mempunyai casing berlapis-lapis.

B. Jet/Shape Perforator.
Proses perforasi dengan jet perforator dilukiskan dalam gambar 4.28. Detonator
elektris memulai reaksi berantai dimana berturut-turut meledakkan primacord, booster
berkecepatan tinggi didalam charge dan akhirnya peledak utama. Tekanan tinggi yang
dihasilkan oleh bahan peledak menyebabkan logam didalam charge liner mengalir,
memisahkan inner dan outer liner. Pembentukan tekanan lebih lanjut pada liner
menyebabkan suatu dorongan jet berkecepatan tinggi dari partikel-partikel yang
dimuntahkan dari cone pada kecepatan sekitar 20.000 ft/sec dengan tekanan pada titik
ujungnya kira-kira 5 juta psi. Selubung terluar liner rusak untuk membentuk suatu
gerakan aliran metal yang rendah dengan kecepatan antara 1500 psi dan 3000 psi. Sisa
outer liner ini mungkin dapat membentuk slug tunggal yang disebut sebagai carot atau
aliran partikel-partikel logam. Keuntungan dan kerugian dari pemakaian jet/shape
perforator adalah :
224

Gambar 4.28..
Proses Perforasi Dengan Jet perforator
(Buzarde, L.E.; "Production Operation Course I - Well Completion")

Keuntungan :
1. Dapat digunakan untuk temperatur tinggi (sampai 350o F atau 400o F).
2. Fracture yang terjadi tidak terlalu besar sehingga cocok untuk formasi-formasi
yang tipis untuk mencegah terproduksikannya air atau fluida-fluida lainnya.
3. Murah untuk interval-interval peforasi yang panjang karena untuk sekali
diturunkan alat ini dapat menghasilkan jumlah tembakan yang lebih banyak.
4. Untuk formasi yang keras penggunaan bullet perforator merupakan alternatif
yang baik.
5. Dapat digunakan pada operasi didalam tubing, misalnya permanent type
completion karena tidak memerlukan diameter yang besar seperti pada bullet
perforator.
Kerugian :
1. Kurang memberikan fracture sehingga tidak dapat menaikkan permeabilitas
pada formasi-formasi yang tebal.
225

2. Jet perforator memberikan hasil lubang yang runcing-runcing dibagian dalam


dan tidak bulat sehingga tidak dapat digunakan klep bola untuk menutupnya
bila diperlukan.
3. Biaya operasi jet perforator lebih mahal dari bullet untuk interval perforasi yang
pendek atau penembakan sedikit.
4. Stand Off yang besar menyebabkan jet terhalang oleh lumpur.

Kondisi Kerja Perforasi


Selama pekerjaan perforasi dilakukan diperlukan fluida pemberat sebagai
perimbangan tekanan formasi, agar tidak terjadi semburan liar. Kolom fluida yang
digunakan sebagai fluida pemberat yang merupakan kondisi lingkungan kerja perforasi
ada dua macam yang dihubungkan dengan berat kolom cairan, yaitu Conventional
Overbalance dan Underbalance.
A. Conventional Overbalance.
Kondisi kerja yang dikontrol oleh fluida/lumpur komplesi dengan mempunyai
berat kolom fluda lebih besar tekanannya dari tekanan formasi.
Cara ini umum digunakan pada :
- Komplesi multizone,
- Komplesi gravel pack (cased hole),
- Komplesi dengan menggunakan liner,
- Komplesi pada casing intermediate.
Masalah yang sering timbul dengan teknik overbalance ini adalah :
1. Terjadi kerusakan formasi yang lebih besar, akibat reaksi lumpur komplesi
dengan mineral-mineral batuan formasi.
2. Penyumbatan oleh bullet/gun charge dan runtuhan batuan.
3. Mud loss sulit dikontrol.
4. Clean Up sulit dilakukan.

B. Underbalance
226

Kondisi kerja disini berlawanan dengan overbalance, yaitu fluida komplesi


mempunyai tekanan yang lebih rendah dari tekanan formasi. Cara ini sangat cocok
digunakan pada formasi yang sensitif/reaktif dan umumnya lebih baik dari
overbalance, karena :
1. Dengan kondisi ph < pf, maka memungkinkan terjadi aliran balik dari formasi
ke sumur, sehingga hancuran hasil perforasi (debris) dapat segera terangkat
keluar dan tidak menyumbat hasil perforasi.
2. Tidak akan terjadi mud loss, skin akibat reaksi fluida komplesi dengan formasi.
3. Clean up lebih cepat dan efektif.

Evaluasi Performance Perforator


Performance perforator dimaksudkan untuk melihat parameter-parameter yang
mempengaruhi perforasi tersebut.

4.5.1.3. Sand Exclusion Types Completion.


Metode ini digunakan dengan maksud mencegah terproduksikannya pasir dari
formasi produktif yang kurang kompak. Metode-metode yang umum digunakan untuk
menanggulangi masalah kepasiran adalah liner completion, gravel pack completion
yang biasa dikombinasikan dengan screen liner dan consolidation completion.
i. Liner Completion
Metode ini biasa digunakan untuk formasi produktif dengan faktor sementasi
antara 1,4 sampai 1,7. Liner completion dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan
cara pemasangan linernya, yaitu screen liner completion dan perforated liner
completion.
- Screen liner completion
Dalam metode ini casing dipasang sampai puncak lapisan produktif. Liner
dipasang pada formasi produktif yang dikombinasikan dengan screen sehingga pasir
yang ikut aliran produksi tertahan oleh screen.
Keuntungan screen liner completion
227

Formation damage selama pemboran melewati zone produktif dapat dikurangi.


Tidak ada biaya peforasi.
Dapat disesuaikan dengan cara khusus untuk mengontrol pasir.
Pembersihan lubang dapat dihindarkan.
Kerugian screen liner completion :
Produksi air dan gas sulit dikontrol
Stimulasi tidak dapat dilakukan secara selektif.
Rig Time bertambah dengan digunakannya cable tool
Sumur tidak mudah ditambah kedalamannya.
Fluida tidak mengalir dengan diameter penuh.

- Perforated liner Completion


Dalam metode ini casing dipasang sampai diatas lapisan produktif. Zone produktif
dibor dan dipasang casing line dan disemen. Selanjutnya liner diperforasi untuk
produksi.
Keuntungan metode perforated liner completion :
1. Kerusakan formasi dapat dikurangi.
2. Produksi gas atau minyak lebih mudah dikontrol.
3. Stimulasi dapat dilakukan secara selektif.
4. Sumur dapat ditambah kedalaman dengan mudah.

Kekurangan metoda perforated liner completion :


228

1. Fluida mengalir ke lubang sumur tidak dengan diameter penuh.


2. Interpretasi log kritis, karena perlu dilakukan gamma ray log agar tidak salah
memilih lapisan pasir dan menghindari zona sub margin pada saat akan
dilakukan perforasi.
3. Penyemenan liner sulit dilakukan.
4. Ada tambahan biaya untuk perforasi, penyemenan dan rig time.

Didalam screen liner completion, dijumpai beberapa macam jenis screen liner
yang dapat digunakan, yaitu : Slotted screen liner (screen liner dengan lubang berupa
celah yang horisontal atau vertikal), wire wrapped screen liner (pipa saringan berupa
anyaman) dan prepack screen liner (pipa saringan yang terdiri dari dua pipa
diantaranya diisi oleh gravel).
Lubang (opening) pada screen liner harus mempunyai ukuran tertentu agar
pasir dapat membentuk susunan penahan (bridging) dan tertahan pada screen. Untuk
maksud tersebut dilakukan analisa butiran pasir dengan tujuan menganalisa butir dan
distribusinya.

2. Gravel Pack Completion.


Metode ini dilakukan bila screen liner masih tidak mampu menahan
terproduksikannya pasir. Caranya adalah dengan menginjeksikan sejumlah gravel pada
formasi produktif di sekeliling casingnya hingga fluida akan tertahan oleh pasir yang
membentuk barrier dibelakang gravel dan gravel ditahan oleh screen.
(A). Formasi produktif yang akan digravel diperforasi, kemudian lubang dibersihkan
dari pasir formasi.
(B). Rangkaian pipa diturunkan, kemudian gravel diinjeksikan dengan tekanan
tertentu.
(C). Screen liner dengan packer diturunkan disertai dengan wash-pipe untuk
membersihkan pasir yang ada di dalam lubang sumur.
229

(D). Setelah selesai penempatan screen liner pada kedalaman yang diinginkan, maka
wash-pipe diangkat.
Prosedur pemasangan Gravel pack tidak terlepas dari kondisi lubang sumur
yaitu open hole atau cased hole. Dari keadaan lubang sumur ini, maka pemasangan
gravel dapat digolongkan menjadi dua sistim yaitu : External Gravel Pack dan Internal
Gravel Pack..

1. External Gravel Pack


Jenis gravel pack ini diterapkan pada sumur yang berkondisi open hole. Secara
luas open hole gravel pack diterapkan dimana karakteristik formasi memenuhi
komplesi lubang terbuka dan instalasi kontrol kepasiran harus mampu mengalirkan
fluida reservoir secara maksimal.
Perencanaan dan pemakaian yang tepat akan memberikan produktivitas yang
lebih besar daripada inside gravel pack ataupun metode-metode sand consolidation,
karena casing yang terperforasi akan bersifat membatasi dan lubang bor yang
diperbesar akan memperbaiki aliran radial yang terjadi di dalam sumur. External gravel
pack sesuai untuk diterapkan pada sumur-sumur yang index produktivitasnya tidak
mengalami penurunan yang besar selama berproduksi. Pada external gravel pack ini,
gravel ditempatkan kedalam formasi dibelakang casing. Sedangkan variasi dari jenis
external gravel pack adalah dimana zone produktif telah dicasing yang kemudian
casing pada zone tersebut disobek/dipotong dan diperbesar.
Pengoperasian penempatan gravel biasanya menggunakan fluida berviscositas
tinggi, hal ini untuk mencegah terbentuknmya rangkaian penahan sebelum annulus
antara screen dan formasi terisi.

1. Internal Gravel Pack


Jenis gravel pack ini diterapkan pada kondisi lubang bor dalam keadaan
tercasing dan terperforasi. Prinsip pemasangan gravel pack ini adalah dengan
230

menempatkan gravel tersebut diantara liner dan casing. Metode cased hole/internal
gravel pack dapat diterapkan pada :
4. Formasi dengan interval produksi yang panjang, dimana metode penempatan
pasir/sand consolidation tidak dapat diterapkan.
5. Formation yang berlapis-lapis, dimana produksi diharapkan dapat dilakukan
melalui satu rangkain pipa produksi.

Faktor utama yang harus diperhatikan dalam cased hole gravel pack ini adalah
dilakukannya pembersihan lubang perforasi dengan menggunakan fluida komplesi
sebelum gravel dimasukkan ke dalam lubang sumur/formasi. Hal ini untuk mencegah
terjadinya sumbatan pada alur maupun lubang perforasi.
Pengoperasian gravel dengan konsentrasi tinggi akan memberikan hasil yang
baik karena fluida yang kental akibat konsentrasi tinggi akan dapat mengurangi
terjadinya pencampuran antara pasir formasi dengan butiran gravel.
Dengan mengetahui teknik penempatan gravel dalam formasi produktif, maka
bisa mendasari metode pengerjaan gravel pack. Prosedur penempatan gravel pack
terdiri dari circulating pack, sequeeze pack dan combination .

- Circulating Pack
Circulating pack menggunakan cross over tool dan wash pipe untuk menempatkan
gravel di sekeliling screen atau liner. Gravel dipompa ke dalam tubing dan keluar
melalui cross over port. Kembali melalui screen atau melewati screen sampai formasi
pasir. Metode ini juga tidak efektif dalam open hole gravel pack dan interval yang
panjang.
- Sequeeze Pack
Dengan metode sequeeze pack, gravel pack slurry ke dalam formasi dan sekeliling
screen tanpa kembali melewati screen. Dilanjutkan sampai lapisan pasir. Metode ini
231

sangat eifisien dalam menempatkan gravel melewati perforasi tetapi hanya tebatas
untuk interval 45 ft atau kurang.
- Combination Squeeze and Circulate.
Metode ini yang terbaik dan serba guna untuk digunakan. Slurry disirkulasikan
ditempat dan kembali melewati pembuka bawah. Jika volume yang sudah
diperhitungkan dipompa atau penambahan tekanan diamati, peralatan ditempatkan
pada posisi sequeeze sampai lapisan pasir. Sekarang peralatan ditempatkan pada
posisi sirkulasi atas dan kembali melewati produksi screen sampai lapisan pasir.
Urutan diulangi sampai volume yang memadai dari gravel akibat adanya butiran
gravel tersebut.

4.3.1.4. Permanent Completion


Dalam metode komplesi ini wellhead dan tubing string dipasang sekali selama
sumur hidup. Karena semua peralatanhanya dipasang sekali, maka syarat utamanya
adalah fluida produksi tidak bersifat korosif.
Beberapa keuntungan dari metode ini ialah :
6. Penghematan biaya, karena operasi-operasi yang dilakukan seperti perforasi,
sequeeze cementing, plug back gravel pack tidak perlu mengangkat tubing
tetapi menggunakan alat yang sudah didesain khusus.
7. Kemungkinan kerusakan formasi atau tertutupnya lubang perforasi dapat
dihindari karena tidak menggunakan lumpur pemboran.
Pada suatu conventional recompletion dari jenis ini mungkin perlu :
8. Mematikan sumur dengan lumpur.
9. Manarik tubing dan menurunkan kembali dengan sequeeze retainer.
10. Penarikan tubing.
11. Penurunan gun perforator dan melakukan penembakan.
12. Penurunan tubing dan penempatan kembali sumur pada produksi.
Pada komplesi jenis ini waktu, tenaga dan peralatan lebih hemat. Kemajuan dan
pengembangan dari peralatan dan material lainnya mengalami kemajuan dengan cepat.
232

4.3.2. Tubing Completion


Tubing completion dibedakan menajdi tiga jenis berdasarkan jumlah
production string yang digunakan dalam satu sumur. Jenis-jenis tersebut adalah : Single
completion, Commingle completion, dan multiple completion.

4.3.2.1. Single Completion


Merupakan metode completion yang hanya menggunakan satu production
string dimana sumurnya hanya memiliki satu lapisan atau zona produktif. Berdasarkan
kondisi reservoir dan lapisan batuan produktifnya, single completion dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu open hole completion dan cased hole completion.

4.3.2.2. Commingle Completion


Metode ini dilakukan untuk sumur yang memiliki lebih dari satu lapisan atau
zone produktif, yang diproduksikan melalui satu production string. Macam-macam
Commingle Completion :
1. Single tubing with single packer.
Merupakan cara produksi yang dipakai untuk sumur yang mempunyai dua zona
produktif. Kedua zona dibatasi dengan sebuah packer. Lapisan/zona bawah
diproduksikan melalui tubing, sedangkan zona atas fluidanya diproduksikan melalui
annulus antara tubing dan casing.
2. Single tubing with dual packer
Digunakan apabila mempunyai dua zone produktif dan kedua fluida dari zona atas
dan bawah dialirkan ke permukaan melalui satu tubing dengan menggunakan cross
over choke.
3. Single tubing single packer with extra tubing
Jenis extra tubing digunakan untuk menginjeksikan zat-zat kimia.
4. Single tubing with multiple packer
233

Merupakan metode yang digunakan untuk memproduksikan fluida reservoir dari


tiga atau lebih zona produktif melalui satu tubing. Masing-masing zona dipisahkan
dengan packer. Fluida dari zona atas masuk ke dalam tubing melalui coupling.
Keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan metode commingle completion ini
antara lain :
13. Masing-masing bagian dari alat produksi dapat dibuka dan ditutup dengan wire
line.
14. Pengontrolan aliran dari masing-masing zona sukar dilakukan.
15. Untuk melakukan treatment atau perforasi ulang, sukar dilakukan tanpa
mematikan sumur dan mengangkat tubing.

4.3.2.3. Mutiple Completion


Merupakan metode yang digunakan untuk sumur yang memiliki lebih dari satu
zona atau lapisan produktif, dimana tiap-tiap zona produktif diproduksikan sendiri
secara terpisah sesuai dengan produktivitas serta jarak masing-masing zona, sehingga
dapat memaksimalkan perolehan minyak dan gas.
Dengan cara multiple completion ini pengontrolan produksi dari masing-
masing zona dan juga kerusakan alat dan formasi dapat dilakukan dengan mudah.
Tetapi kerugiannya terletak pada besarnya biaya yang dikeluarkan, karena tiap-tiap
zona harus memiliki peralatan sendiri, juga perlatan untuk meganggulangi masalah
scale atau korosi.
1. Multiple-packer completion
Jenis komplesi ini digunakan pada sumur yang mempunyai lebih dari satu lapisan
atau zona produksi dimana utnuk memisahkan aliran fluida dari masing-masing
dilakukan dengan pemakaian packer.
Kekurangan dari metode multiple-packer completion antara lain :
16. Investasi awal mahal.
17. Artificial lift sulit dilakukan.
234

18. Tubing dan packer seringkali bocor, sehinga stimulasi dan workover tidak
mudah dilakukan
19. Ongkos operasi relatif mahal.
2. Multiple-tubingless Completion
Completion dalam metode ini tidak digunakan production tubing tetapi digunakan
casing berukuran kecil. Biasanya digunakan casing berukuran 2 7/8 inchi. Metode
ini sesuai untuk sumur-sumur yang mempunyai umur produksi panjang, adanya
pekerjaan stimulasi antara lain : acidizing, fracturing, sand control dan masalah-
masalah lain yang memerlukan stimulasi atau treatment. Sedangkan untuk sumur-
sumur yang memproduksikan fluida yang bersifat korosif, maka pemilihan metode
ini tidak cocok, karena casing produksi disemen secara permanen.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pemakaian metode ini adalah :
- Mengurangi biaya, karena biaya komplesi awal dan work over dimasa mendatang
lebih
murah :
 Pengunaan casing produksi yang besar dapat dihindarkan
 Tidak memerlukan pemasangan packer, tubing dan peralatan produksi
lainnya.
20. Tidak ada ketergantungan dari masing-masing zona dan masing-masing zona
dapat diproduksikan tanpa mengganggu lapisan/tubing yang lain.
21. Tidak ada kerugian akibat kebocoran tubing atau packer.
22. Artificial lift penutupan atau work over suatu zona tidak mengganggu zona
yang lain.

Sedangkan kerugian akibat pemakain metode ini antara lain :


23. Laju produksi terbatas.
24. Pengontrolan korosi dan parafin lebih kritis.
25. Stimulasi atau treatment dengan laju yang tinggi lebih sulit dilakukan.
235

26. Pengontrolan zona pasir yang tebal lebih sulit dilakukan.


27. Resiko yang tinggi akibat adanya tekanan fluida sumur.

4.3.2.4. Tubingless Completion


Pada metode ini tidak digunakan production tubing, melainkan digunakan
casing ukuran kecil. Casing yang sering dilakukan 2 7/8 inchi sebagai production
casing dan disemen dengan formasi, sehinggga komplesinya adalah permanen. Metode
ini sesuai untuk sumur-sumur yang mempunyai banyak permasalahan seperti sand
control, fracturing, acidizing dan masalah-masalah lain yang memerlukan stimulasi
atau treatment.
Keuntungan-keuntungan metode tubingless completion
28. Masing-masing lapisan produktif dapat dilakukan workover, artificial lift tanpa
mengganggu lapisan lain
29. Hubungan antar lapisan dapat dihindarkan
30. Biaya lebih murah, karena tidak digunakan casing produksi, packer dan tubing
serta peralatan lainnya.
31.
4.3.3. Well Head Completion
Wellhead atau kepala sumur adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menguraikan peralatan yang terdapat pada bagian atas dari rangkaian pipa, menyekat
daripada masing-masing casing dan tubing serta untuk mengontrol produksi sumur.
Dalam menentukan jenis dan ukuran wellhead completion sebagai tindak lanjut
dari formation completion dan tubing completion, maka pada bagian ini akan dibahas
mengenai pemilihan peralatan wellehad (ukuran, grade, disain, dimensi dankualitas)
yang bertujuan untuk memberikan keselamatan kerja pada saat penggantian atau
pemasangan
peralatan tersebut. Dalam hal ini pemilihan peralatan dibatasi berdasarkan standard
American Petroleum Instiute (API). Peralatan wellhead dalam standard API
diklasifikasikan berdasarkan kesanggupannya dalam menahan tekan kerja (working
236

pressure) yang berkisar antara 960 psi sampai 15000 psi, seperti ditunjukkan dalam
tabel 4-1. Untuk seri 600 berarti mempunyai tekanan kerja 2000 psi. Sedangkan
tekanan test hidrostatik adalah tekanan yang diberikan di pabrik untuk menguji apakah
peralatan tersebut memenuhi standard kelayakan. Dan pengoperasian peralatan
wellhead tersebut adalah pada temperatur –50oF sampai +250 oF.

Tabel 4-1. Seri Tekanan Kerja Peralatan Wellhead (Warno Husodo, 1979)
Mas Sold Working Hydrostatic test Former Corresponding
Pressure, psi Pressure, psi series designaties
960 1.440 Series 400
2.000 4.000 Series 600
3.000 6.000 Series 900
5.000 10.000 Series 1500
10.000 15.000 Series 2900
10.000 15.000
13.000 22.500

4.3.3.1. Single Completion


Metode single completion jenis peralatannya dibagi menjadi dua : Tubing head
untuk single completion dan Christmast tree untuk single completion.
1. Tubing Head untuk Single Completion
Tubing head ditempatkan di atas casing head dan berfungsi untuk menggantungkan
tubing string dan memberikan suatu pack off antara tubing string dan production
string. Disamping itu juga memberikan hubungan annulus casing dan tubing
melalui outlet samping. Pemilihan tubing head untuk single completion maupun
untuk multiple completion didasarkan pada perencanaan mangkuk tubingnya.
Adapun bagian-bagian dari perlatan tubing head adalah sebagai berikut :
1. Top flange, disini dilengkapi dengan lockscrew yang berfungsi untuk menahan
tubing hanger pada tempatnya dan memberikan tekanan pada tubing hanger
seal dan seal annulus.
237

2. Tubing hanger, fungsinya untuk menggantung tubing dan memberikan


penyekat antara tubing dengan tubing head.
3. Outlet, merupakan saluran keluar yang jumlahnya bisa satu atau dua buah.
4. Lower flange, merupakan tempat untuk memasang bit guide dan secondary
seal. Tubing head pada umumnya digunakan pada tekanan kerja 960, 2000,
3000, 5000 dan 10000 psi.
Didalam pemilihan tubing head, faktor-faktor dibawah ini yang harus
dipertimbangkan untuk perawatan dan pengontrolan yang baik pada sumur, yaitu :
32. Lower flange dari tubing head harus mempunyai ukuran dan tekanan kerja yang
sesuai dengan top flange dari casing head sebelumnya, atau cross over
sebelumnya.
33. Memilih bit guide dan secondary seal yang sesuai ukurannya dengan rangkaian
casing yang digunakan untuk produksi fluida sumur.
34. Besarnya tekanan kerja dari tubing head harus sama atau lebih besar dari harga
tekanan permukaan pada saat sumur ditutup (shut in pressure).
35. Ukuran flange bagian atas harus sesuai dengan ukuran tubing hanger yang
diperlukan, adaptor flange dan blowout preventernya.
36. Tubing head harus mempunyai saluran keluar yang sesuai dengan ukuran dan
tekanan kerjanya.
37. Tubing head harus sesuai dengan semua kemungkinan keadaan produksi,
seperti pumping dan gas lift.

Pemilihan ukuran dari tubing head ini dapat dilihat pada tabel 5-2 yang
memberikan ukuran flange pada tubing head yang umum digunakan saat ini. Untuk
tubing head yang mempunyai ukuran 6 inchi, maka top flange minimum harus
mempunyai ukuran 6 5/8 inchi, dimana akan memberikan pembukaan penuh (full
opening) sampai 7 inchi, atau rangkaian peralatan produksi yang mempunyai ukuran
lebih kecil. Bila digunakan production string dengan ukuran 7 5/8 inchi, maka harus
dilakukan pemilihan tubing head dengan pembukaan penuh untuk ukuran bit 6 ¾ inchi.
238

Adapun ukuran lower flange berkisar antara 6 inchi sampai 20 inchi, sedangkan ukuran
top flange berkisar antara 6 inchi sampai 12 inchi.

2. Christmast Tree untuk Single Completion


Christmast tree merupakan suatu susunan dari katup-katup (valve) dan
fitting yang ditempatkan diatas tubing head untuk mengatur serta mengalirkan fluida
dari sumur. Berdasarkan jenis komplesi sumurnya, christmast tree dibedakan untuk
single completion dan multiple completion.
Sedangkan berdasarkan bentuk dan jumlah wing valve, christmast tree dapat
dibagi menjadi christmast tree berlengan satu (single wing/single string), christmast
tree berlengan dua (dual wing/dual string). pada umumnya single completion
menggunakan satu wing valve. Sedangkan peralatan christmast tree terdiri dari :
38. Tubing head adapter
39. Master valve
40. Tee atau cross
41. Master valve
42. Wing Valve
43. Choke
44. Flow Line valve.

4.3.3.2. Multiple Completion


Multiple completion jenis peralatannya dibagi menjadi dua : tubing
head untuk multiple completion dan christmast tree untuk multiple completion.

1. Tubing Head untuk Multiple Completion


Pada perencanaan tubing head untuk multiple completion agak berbeda
dalam pemilihan ukuran mangkuk tubing headnya (tubing head bowl), dimana harus
disesuaikan dengan ukuran dan jumlah tubing yang digunakan untuk produksi.
239

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih mangkuk tubing untuk multiple
completion, yaitu :
1. Memilih ukuran yang sesuai dan direncanakan bagian dalam agar dapat
menerima tubing hanger yang diinginkan.
2. Merencanakan tubing hanger sehingga masih tetap berlaku untuk menggantung
jumlah rangkaian tubing yang lebih kecil atau pada sebuah rangkaian tubing.
3. Tubing head direncanakan agar dapat menerima hangernya, sehingga tubingnya
dapat dipasang tanpa membuka blowout preventernya.
4. Menggunakan alat pedoman untuk menentukan arah tubing hanger dengan
tepat.
Catatan tabel : rumus yang digunakan untuk menentukan ukuran casing
minimum pada setiap kombinasi dari multiple completion adalah sebagai berikut :
1. Dual dan quadruple completion
Ukuran casing minimum = A + diameter tubing
dimana :
A = jarak terjauh antara dua tubing.
2. Triple Completion
Ukuran casing minimum = 2(A,B atau C)+(diameter tubing/2)
dimana : A, B atau C = jarak terjauh antara tubing dengan pusat.
T = diameter tubing (satuan semuanya dalam inch).
Selanjutnya di dalam pemilihan multiple completion tubing hanger harus
memperhatikan beberapa faktor di bawah ini.
1. Memilih seal yang terdapat di atas masing-masing hanger, tujuannya agar tidak
terjadi kerusakan pada waktu memasang tubing.
2. Memilih elemen pack off yang tepat atau seal yang sesuai.
3. Merencanakan suatu terusan untuk valve gas lift jika diperlukan nantinya.
4. Mengusahakan agar pada waktu menggantungkan rangkaian tubing di dalam
casing bagian atasnya tidak terpencar-pencar.
240

5. Menyusun hanger sehingga pemasangan katup back pressure sesuai dan tepat
pada tempatnya.
6. Hanger harus disusun untuk suatu ketepatan atau keakuratan tes tekanan.

2. Christmast Tree untuk Multiple Completion


Merupakan jenis christmast tree yang digunakan pada sumur yang
diproduksikan dengan cara lebih dari satu tubing atau multiple completion dan sering
disebut dengan “double wing christmast tree “. Pemasangan christmast tree jenis
multiple parallel string well head dengan semua fitting, berada pada flange bagian atas
dari tubing head. Sedangkan untuk christmast tree yang menggunakan sambungan jenis
ulir, las dan flange yang berdiri sendiri serta flange dengan kesatuan yang lengkap,
dipakai untuk tubing dengan ukuran : 1 ¼; 1 ¾; 2 3/8; 2 7/8; 3 dan 4 in. Untuk jenis
ulir tersebut yang di las ini berdiri sendiri adalah tekanan kerja 2000 psi dan 300 psi.
Sedang untuk jenis flange kesatuan lengkap adalah untuk tekanan kerja 2000 psi, 3000
psi, 5000 psi dan 10000 psi.

4.4 Perencanan perhitungnCompletion Sumur Gas


Untuk komplesi sumur gas, selain mengetahui jenis-jenis well
completion yang cocok juga harus diketahui perhitungan-perhitungan yang ada,
sehingga well completion yang dilakukan dapat berhasil dengan baik, yaitu
perhitungan pada formasi komplesi dan efeknya, tekanan statik dan tekanan alir dasar
sumur, dan well head completion.

4.4.1. Perhitungan Formasi Completion


Pada perhitungan formasi completion yang perlu diketahui ialah perhitungan
Open Hole Completion, Cased Hole Completion, Sand Exclusion Type dan efek
completion.

4.4.1.1. Open Hole Completion


241

Untuk open hole completion yang terpenting diketahui adalah kekompakan dari
formasi produktif. Ini erat hubungannya dengan terjadinya runtuh formasi akibat proses
produksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan formasi adalah :
1. Sementasi Batuan,
2. Kandungan Lempung,
3. Kekuatan formasi,
4. Sand Free Flow rate.

A. Pengaruh Sementasi Batuan


Salah satu cara untuk menentukan kestabilan formasi produktif adalah dengan
diketahuinya faktor semenasi dari batuan formasi produktif tersebut yang biasanya
batuan sedimen. Oleh Archie hubungan faktor sementasi batuan terhadap porositas dan
faktor formasi dari suatu formasi dinyatakan berdasarkan persamaan empiris sebagai :
FF = Ø-m .................................................................................................... (4.1)
dimana :
FF = faktor formasi, tanpa dimensi.
Ø = porositas batuan, fraksi.
m = faktor sementasi batuan, tanpa dimensi.

Faktor formasi pada persamaan 4.1. dapat dihitung besarnya dengan persamaan
Archie. Untuk menghitung besarnya harga faktor formasi batuan yang punya sifat
clean, Archie memberikan persamaan :
FF Rw
(Sw) 2  .......................................................................................... (4.2)
Rt
dimana :
Sw = saturasi batuan, fraksi
Rw = resistivitas air formasi, ohm-meter.
Rt = True resistivity, ohm-meter.
242

FF = faktor formasi, tanpa dimensi.

4.4.1.1.2. Pengaruh Kandungan Lempung


Mineral lempung atau clay pada proses sedimentasi biasanya terendapkan
bersama batu pasir, dan mineral lempung ini berfungsi sebagai semen. Sifat dari
lempung adalah mengikat air atau water wet, dimana bila lempung bertemu dengan air
maka sifatnya akan mengembang atau disebut “clay swelling” yang bersifat lunak. Dan
ini mengakibatkan batu pasir yang dulunya terikat baik, menjadi terlepas dan dapat ikut
dalam aliran fluida.
Untuk menghitung kandungan mineral lempung dalam batuan formasinya
dapat dengan menggunakan analisa data logging, yaitu Spontaneous Potensial Log,
Gamma Ray log dan Neutron Log.

Spontaneous Potensial Log


Persamaan yang digunakan untuk menghitung kandungan lempung adalah

Sp log
Vclay  1 ............................................................. ......................... (4.3)
SSP

dimana :
vclay = kadar lempung (clay), fraksi
Sp log = defleksi kurva pad Sp log, mv.
SSP = defleksi kurva maksimum dari Sp log, mv.

Harga kadar lempung dari data SP log akan memberikan harga yang baik jika batuan
formasi tidak mengalami kompaksi, dimana batuan formasi yang bersih yang
terkompaksi akan mempengaruhi tinggi rendahnya harga defleksi kurva SP-log.
Sehingga pada batuan formasi yang mengalami kompaksi, harga kadar lempung akan
lebih besar dari pada kondisi yang sesunggguhnya.
243

Gamma Ray Log


Persamaan yang digunakan untuk menghitung kandungan lempung adalah
GR  GR clean
Vclay  ..................................................................... (4.4)
GRclay  GRclean
dimana :
Vclay = kadar lempung, fraksi
GRclay = slip log maksimum, API unit,
GRclean = Slip log minimum, API unit,
GR = Slip log yang diamati, API unit.
Pada metode ini perhitungan kadar lempung akan mendekati jumlah yang sebenarnya
karena defleksi kurva gamma ray tidak dipengaruhi oleh jenis kandungan fluida dan
kompaksi batuan formasi. Defleksi kurva gamma ray log dipengaruhi oleh intensitas
radioaktif yang dipancarkan oleh kandungan mineral lempung formasi, sehingga
kelemahannya terletak pada jika batuan formasi mengandung unsur radioaktif, ini akan
memberikan defleksi yang tinggi.

Neutron Log
Persamaan yang digunakan untuk menghitung kandungan lempung adalah
N  N min
Vclay  ........................................................................ (4.5)
Nclay  N min
dimana :
Vclay = kadar lempung, fraksi,
ØN = harga porositas neutron pada titik pengamatan, persen,
ØNmin= harga porositas neutron minimum, persen,
ØNclay= harga porositas neutron maksimum, persen.
244

Penentuan kadar lempung pada metode ini akan memberikan harga yang sebenarnya
jika kadar lempung tidak terlalu besar atau lebih kecil dari 30%, dengan harga ØNclay
yang terlampau besar akan menghasilkan kadar lempung yang terlalu tinggi. Sehingga
hal ini akan mengakibatkan kadar lempung dengan metode neutron log lebih besar dari
metode yang lain.

4.4.1.1.3. Pengaruh Kekuatan Formasi


Kekuatan formasi adalah kemampuan formasi untuk menahan butiran pasir
yang akan terlepas dari formasi akibat proses produksi. Dalam masalah kepasiran ini,
Tixier et al menyatakan bahwa, kekuatan formasi terhadap kepasiran tergantung dari
kekuatan dasar formasi atau “intrinsic strength of formation” dan kemampuan pasir
formasi untuk membentuk lingkungan yang stabil disekitar lubang perforasi.
Besarnya kekuatan formasi batuan dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut ;

s D
Vsh  .......................................................................................... (4.6)
s
= 0,125 (Vsh) + 0,27 ........................................................................... (4.7)
1,34 x 1010 (1  2 ) (  b )
G ..................................................................... (4.8)
2 (1   ) (t ) 2

1 1,34 x 10 (1   ) (  b )
10
 ...................................................................... (4.9)
Cb 3 (1   ) (t ) 2
sehingga

20 (1  2 )(1   ) (  b )
2
G
 1,34 x 10 ................................................... (4.10)
Cb 6 (1   ) x (1   )( t ) 4
245

dimana :
Vsh = kadar shale, fraksi
ØD = porositas dari density log, persen,
Øs = porositas dari sonic log, persen,
1/Cb = bulk modulus, psi-1,
G = Shear modulus, psi,
ρb = bulk density, gr/cc,
Δt = transite time, sec/ft,
δ =poisson’s ratio, tanpa dimensi.

Dari perbandingan shear modulus dan bulk modulus, persamaan 4.10, besarnya
kekuatan formasi dapat ditentukan. Untuk menentukan kestabilan formasi, menurut
Dempsey, suatu lapangan dikatakan bersifat kritis terhadap masalah kepasiran jika
lebih kecil dari harga G/Gb kritisnya. Misal lapangan Gulf Coast G/Gb kritisnya
sebesar 0,8 x 1012 psi2 formasi tersbut akan memproduksi pasir dan jika G/Gb > 0,8
x1012 maka formasi tidak akan memproduksi pasir atau dengan kata lain stabil.

4.4.1.1.4. Pengaruh Sand Free Flow Rate


Sand free flow rate adalah besarnya laju produksi kritis, dimana jika formasi
(sumur) diproduksi lebih besar dari laju produksi kritisnya maka akan timbul masalah
kepasiran, dan jika laju produksi lebih kecil dari laju produksi kritisnya sumur tidak
akan mengalami masalah kepasiran.
Maximum sand free flow rate atau laju produksi maksimum tanpa
menimbulkan masalah kepasiran dapat ditentukan dengan anggapan bahwa gradien
tekanan maksimum dipermukaan kelengkungan pasir, yaitu pada saat laju produksi
maksimum tanpa kepasiran dibanding langsung dengan kekuatan formasi. Dengan kata
lain, bahwa apabila produksi menyebabkan tekanan kelengkungan pasir lebih dari
kekuatan formasi, maka butir pasir akan mulai bergerak atau mulai ikut terproduksi.
246

Laju produksi kritis yang diperkenankan atau maksimum free sand flow rate
dari suatu formasi, oleh Stein diberikan persamaannya adalah :

0,025 x10 kz Gz Az Nz
Qz  ...................................................................... (4.11)
Bz z At
dimana :
Qz = laju produksi kritis, STB/hari,
kz = permeabilitas batuan formasi, md,
Nz = jumlah lubang perforasi,
Gz = faktor volume formasi, bbl/STB,
μz = Viskositas fluida, cp,
At = luas kelengkungan butir pasir pada kondisi test, sq-ft.
Az = luas kelengkungan butir pasir pada kondisi pengamatan, sq-ft.

4.4.1.2. Cased Hole Completion


Agar dapat memperoleh perforasi yang memuaskan, maka perlu diperhatikan
faktor-faktor yang mendukung antara lain; interval perforasi, densitas perforasi,
kedalaman penembusan, sudut fasa penembusan, diameter perforasi, pola perforasi dan
penurunan tekanan (pressure drop) dari perforasi.

4.4.1.2.1. Interval Perforasi


Dasar metode-metode yang diguankan pada interval perforasi adalah untuk
menentukan produksi maksimum yang diijinkan, tanpa terjadi coning breakthrough
dari air. Walaupun mobilitas dari gas jauh lebih besar dari air, tapi water coning akan
memberikan pengaruh negatif terhadap recovery.

4.4.1.2.2. Density Perforasi


247

Density perforasi adalah jumlah lubang perforasi per satuan panjang (ft).
Muskat mengadakan perbandingan antara laju produksi sumur yang diperforasi (Qp)
dengan laju produksi sumur yang tidak diperforasi/open hole. Besarnya productivity
ratio dinyatakan sebagai :

Qp ln (re / rw)
 ................................................................................. (4.12)
Qo Cln (re / rw)
dimana
Qp = laju produksi maksimal sumur perforasi.
Qo = laju produksi sumur open hole.
C = faktor skin perforasi dan formasi.

Besarnya harga C tergantung dari besarnya harga density perforasi, diameter


perforasi, diameter sumur, dalamnya penembusan dan pola perforasi. McDowell dan
Muskat mengadakan penelitian yang mencari hubungan antara produktivity ratio
(Qp/Qo) terhadap density perforasi untuk beberapa jarak penembusan radial, diameter
casing serta diameter perforasi tertentu.

4.4.1.2.3. Sudut Fasa Penembakan dan Pola Perforasi


Dari study fasa penembakan diketahui bahwa harga productivity maksimum
diperoleh pada fasa penembakan 90o. Permasalahan yang timbul adalah keseragaman
lubang perforasi jika perlubangan melalui casing dengan sudut fasa 90 o, disebabkan
sulitnya mengatur titik tengah dari kedudukan perforator.
Berdasarkan bentuk polanya, maka perforasi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu ; pola sederhana atau simple pattern dan pola tangga atau staggered
pattern.

4.4.1.2.4. Diameter Lubang Perforasi


248

Untuk menentukan diameter perforasi dapat dilihat pada gambar 5.36, yang
mana diperlihatkan pengaruh diameter lubang perforasi terhadap productivity ratio
untuk berbagai harga kc/ku. Diamna kc adalah permeabilitas zone terkompaksi dan ku
adalah permeabilitas un-damage zone.

4.4.1.3. Sand Exclusion Type


Pada completion jenis ini metode yang umum digunakan adalah linier
completion dan gravel pack completion. Perhitungan yang dilakukan adalah
menentukan lubang pada screen sebagai penahan pasir linier completion dan penentuan
ukuran gravel pack pada gravel pack completion.

4.4.1.3.1. Penentuan Lubang Pada Screen


Untuk menentukan besarnya ukuran lubang pada screen dilakukan dengan
analisa butiran pasir (sieve analysis) yang tujuannya untuk menganalisa besar butiran
pasir dan distribusinya.
Proses penganalisaannya adalah menumbuk core supaya pasir dapat terlepas
yang kemudian dimasukkan kedalam alat analisa butiran. Dari alat tersebut butiran dari
core yang ditumbuk akan dipisahkan dengan menderetkan ukuran bukaan saringan dari
ukuran yang besar ke kecil secara vertikal dan diletakkan pada vibrator. Kemudian
menimbang pasir yang ada pada tiap-tiap ukuran bukaan saringan, dan membuat grafik
kumulatif persen berat terhadap ukuran butiran.
Untuk mennetukan ukuran perlubangan pada screen liner didasarkan pada
diameter pasir 10% kumulatif berat (d10), menurut :
- Comberly w = 2 d10
- Wilson w = d10
- Gill w = d15
- De Priester 0,05” < w < d20,
dimana w adalah ukuran perlubangan screen liner dalam satuan inch.
249

4.4.1.3.2. Penentuan Ukuran Gravel Pack


Ada beberapa pendapat dalam menentukan ukuran gravel yang akan digunakan,
yaitu :
a. Coberly, ia menyarankan ukuran diameter gravel terbesar adalah 10 kali dari
ukuran diameter pasir formasi 10% berat kumulatif dari sieve analysis (10 x d10).
b. Hills, menyarankan 8 kali (8 x d10).
c. Tausch dan Corly, menyarankan D < 4 x d10 dan D > d10, dimana D adalah
diameter gravel.
Tabel 5-6 memperlihatkan ukuran gravel secara lengkap.
Untuk penggunaan ukuran slot ada juga beberapa pendapat mengenai hal
tersebut, yaitu :
a. Coberly dan Wagner W = D100
b. Tausch dan Corley W = D50
c. H.J. Ayres W = 2 ( Ds + ( D1 + Ds )/2 )
dimana :
W = ukuran slot
Ds = Diameter gravel terkecil,
D1 = diameter gravel terbesar.
Akan tetapi ternyata bahwa butiran-butiran yang halus dapat membentuk bridges yang
stabil di depan celah-celah partikel-partikel gravel, dengan demikian ukuran celah
tersebut tidak lebih besar dari ukuran partikel.

4.4.1.4. Well Completion Effects


Dengan dilakukannya well completion maka kondisi batuan disekitar lubang
bor akan mengalami perubahan, hal itu dapat berupa kekompakkannya,
permeabilitasnya, luas bidang aliran dan komposisi fluida formasi yang disebabkan
adanya inflitrasi fluida komplesi. Dari kondisi tersebut maka akan terjadi kehilangan
tekanan akibat adanya komplesi.
250

Untuk menghitung extra pressure drop yang disebabkan oleh completion, maka
dimodifikasi persamaan eifisiensi komplesi untuk beberapa tipe komplesi. Persamaan
untuk aliran gas adalah :

703 x 10 6 kg h ( PR 2  Pwf 2 )
qsc  ...................................................... (4.13)
g Z T [ln( 0,472 re / rw )  S ' ]
dimana :
S’ = S + Dqsc

Harga dari S’ dapat dihasilkan dari single transient test, tapi hasil yang akurat
untuk S dan D dibutuhkan pernghubungan transient test pada dua rate yang berbeda.
Persamaan 5.13. dapat dituliskan kedalam bentuk yang berbeda, sebagai :

PR2 – Pwf2= A qsc + B qsc2 ..................................................................................... (4.14)

Dimana A adalah laminer coefficient dan B adalah pengalir turbulence. Koeffisien


tersebut dapat dituliskan sebagai komposisi dari beberapa bentuk yang tergantung dari
karakteristik komplesi.

A = AR + AP + AG
B = BR + BP + BG

dimana :
AR = komponen laminer reservoir
AP = komponen laminer perforasi
AG = komponen laminer gravel pack
BR = komponen turbulen reservoir
BP = komponen turbulen perforasi
251

BG = Kompoenen turbulen gravel pack.

Komponen-komponen ini harus berbeda definisinya untuk aliran oil dan gas.
Hanya, harga dari koefisien A dan B secara keseluruhannya dapat dihasilkan dari well
test, untuk itu persamaan untuk memperkirakan harga dari komponen-komponen harus
tersedia jika tiap efek tersebut menjadi permasalahan tersendiri.

Open Hole Completions


Efek dari komplesi ini hanya pada inflow performance dari suatu open hole
completion akan disebabkan oleh perubahan permeabilitas reservoir karena kerusakan
(damage) atau perbaikan (stimulasi). Persamaanya akan menjadi

PR2 – Pwf2= AR qsc + BR qsc2.................................................................................. (4.14)

Memasukkan efek komponen laminer reservoir dari Darcy atau laminer flow
dalam reservoir ditambah beberapa actual formation damage atau stimulasi. Definisi
persamaanya adalah :

1422  g Z T
AR  [ ln (0,472 re / rw )  S d ] ............................................. (4.15)
k gr h

dimana :
kgR = permeabilitas reservoir yang tidak berubah, untuk gas
Sd = skin factor milik dari perubahan permeabilitas disekitar lubang bor.

Harga dari Sd dapat diperklirakan dari persamaan berikut :


K 
S d   R  1 ln (rd / rw) ........................................................................ (4.16)
 Kd 
dimana :
252

kR = permeabilitas reservoir
kd = permeabilitas daerah perubahan
rw = jari-jari-jari wellbore, dan
rd = jari-jari daerah perubahan.
Saat ini perhitungan dari harga Sd yang akurat adalah sulit, karena harga dari kd
dan rd harus diperkirakan. Jika suatu harga dari S dapat dihasilkan dari suatu transient
test, ini akan sama dengan Sd untuk open hole completion.
Harga dari BR biasanya akan kecil kecuali pada sumur-sumur dengan rate gas
yang tinggi. BR dapat dihitung dari :

3,161 x 10 12  R  g Z T
BR  .................................................................. (4.17)
h2 rw

Harga dari velocity coeeficient β bisa dihitung dari

2,33 x 1010
R  1, 2
...................................................................................... (4.18)
kR

Suatu harga dari βR dapat dihitung jika harga dari D tersedia dari suatu transient
test pada suatu open hole completion. Satuan yang digunakan pada semua persamaan
diatas adalah satuan lapangan yang mana telah dijelaskan sebelumnya.

Cased Hole Completion


Efisiensi dari suatu cased hole completion tergantung dari dua hal yaitu
komponen reservoir dan perforasi dalam persamaan 4.14. Adalah :

PR2 – Pwf2 = (AR + Ap) qsc + (BR + Bp) qsc2 ............................................... (4.19)
253

Memasukkan efek komponen laminer perforasi dari jumlah dan tipe dari
perforasi dan efek kompaksi sekitar perforasi. Secara detailnya pada pembahasan oleh
Mc Leod dan disini didasarkan secara luas pada Mc Leod’s Work.. Persamaannya
adalah :
1422  g Z T
Ap  ( Sp  Sdp) ................................................................... (4.20)
kR h

dimana :
Sp = efek dari aliran memusat kedalam perforasi,
Sdp = efek aliran yang melalui daerah kompoaksi dan damage sekitar perforasi.
Jika data mengenai perforasi cukup diketahui, harga dari Sp dan Sdp dapat dihitung.
Sp merupakan fungsi dari density perforasi, panjang perforasi, diameter perforasi,
perbandingan permeabilitas vertikal terhadap horizontal dan radius daerah damage.
Harga dari Sp bisa dihasilkan dari nomographs yang diterbitkan oleh Hong atau
Locke. Suatu persamaan untuk memperkirakan Sp diberikan oleh Saidikowski.

  h  k  
0,5
 h 
Sp    1 ln   R    2 ......................................................... (4.21)
 hp    rw  k v   
 
dimana :
h = total formation thickness,
hp = panjang interval perforasi
kR = permeabilitas reservoir dalam arah horizontal,
kv = permeabilitas vertikal
Mc Leod menurunkan suatu persamaan untuk menghitung efek dari aliran yang melalui
daerah kompaksi adalah :

 h  k R k R 
S dp     ln (rdp / r p ) ....................................................... (4.22)
 Lp N  k dp k d 
dimana :
h = total formation thickness,
254

Lp =panjang perforasi,
N = jumlah total dari perforasi,
kR = unaltered reservoir permeability,
kd = unaltered reservoir permeability
kdp = compacted zone permeability
rp = radius perforasi, dan
rdp = radius daerah kompaksi.
Untuk perhitungan efek tersebut dengan persamaan berikut :

3,161 x 10 12  dp  g Z T
Bp  2
.................................................................. (4.23)
rp L p N 2

harga dari koeffisien velocity harus dihitung menggunakan permeabilitas


daerah kompaksi. Persamaannya
2,33 x 1010
 dp  1, 2
...................................................................................... (4.24)
k dp

Ada beberapa variabel didalam persamaan untuk komplesi perforasi adalah


sulit untuk ditentukan. Ini memasukkan altered zone permeability, permeabilitas
daerah kompaksi, radius daerah kompkasi, panjang perforasi (penembusan) dan radius
daerah altered. Beberapa dari parameter tersebut dapat diperkirakan dari terbitan API-
RP-43 test data oleh perforating companies. Mengikuti anjuran yang telah di tampilkan
oleh Mcleod :

Untuk sumur-sumur diperforasi dalam lumpur


kdp kc
 .................................................................................................. (4.25)
kR k
Untuk sumur-sumur diperforasi dalam air asin
kdp kc
 .................................................................................................. (4.26)
kd k
255

Dimana harga kc/k dihasilkan dari API test data. Petunjuk untuk memperkirakan kc/k
ketika tidak ada test yang tersedia yang juga diajukan oleh McLeod dalam tabel 4-5
McLeod juga menyarankan untuk compacted zone thickness biasanya sekitar 0,5 in.
Sehingga, rdp = rp + 0,5 jika rp dalam inches. Jika tidak ada informasi yang tersedia
mengenai altered zone radius, harga dari rd = rw + 1 bisa digunakan, dimana rw diberikan
dalam ft.

Tabel 4-5. Perforating Parameter Guidelines (Dale Beggs, 1984)


Fluid in Hole Pressure Conditions kc/k
High solid mud Overbalance 0.01 - 0.03
Low solid mud Overbalance 0.02 – 0.04
Unfiltered brine Overbalance 0.04 – 0.06
Filtered brine Overbalance 0.08 – 0.16
Filtered brine Underbalance 0.15 – 0.25
Clean fluid Underbalance 0.30 – 0.50
Ideal fluid Underbalance 1.00

Perforated Gravel-packed Completion


Persamaan untuk gravel packed completion adalah :
PR2 – Pwf2 = (AR + AP + AG) qsc + (BR + Bp + BG) qsc2 .......................... (4.27)

Untuk kebanyakan sumur-sumur gravell-pack formasi akan memiliki


permeabilitas yang tinggi karena berupa pasir dengan sifat unconsolidated. Ini juga
akan menghasilkan damage yang kecil dari daerah kompaksi sekitar perforasi.
Meskipun efek dari aliran linier melewati terowongan perforasi yang terisi dengan pack
sand, dapat menyebabkan suatu significant non-darcy flow pressure drop. Persamaan
untuk AG dan BG adalah :
256

2844  g Z T L
AG  ................................................................................ (4.28)
k G N rp 2

1,263 x 10 11  g  g Z T L
Bp  ................................................................ (4.29)
rp 4 N 2

dimana :
kG = gravel permeability
L = panjang terowongan perforasi, dan

1,47 x 10 7
  0 , 55
......................................................................................... (4.30)
kG
Mengikuti data dari Gurley dapat digunakan untuk memperkirakan permeabilitas
gravel yang didasarkan pada ukurannya.

Sieve Size kG, md


10 – 20 5.00 x 105
16 – 30 2.5 x 105
20 – 40 1.20 x 105
40 - 60 4.00 x 104

Dalam analisa gravel pack completion pada suatu waktu yang menguntungkan
dalam memecahkan total pressure draw down kedalam dua komponen yang terpisah.
Hal tersebut adalah pressure drop didalam reservoir dan didalam gravel pack. Yang
ditampilkan sebagai :

PR – Pwf= PR- Pwfs + (Pwfs – Pwf) .................................................(4.31)


257

Sebagian besar dari operator setuju pressure drop yang lewat gravel pack, P wfs – Pwf’
akan sekitar dibawah 300 psi. Persamaan untuk dua pressure drop, dengan
mengabaikan AP dan BP dapat ditulis sebagai :

PR2 – Pwf2= AR qsc + BR qsc2 .................................................(4.32)

Pwfs2 – Pwf2= AG qsc + BG qsc2 .................................................(4.33)

Tipe analisa ini dapat juga digunakan untuk non gravel packed completion.

3.3.2. Perhitungan Tekanan statik dan Tekanan Alir Dasar Sumur


Kemampuan reservoir gas berproduksi dengan kondisi tertentu tergantung dari
tekanan alir dasar sumurnya, Pwf dimana besarnya Pwf tergantung dari tekanan
separator dan configurasi dari sistim pipa.
Pwf = Psep + Δpfl + Δpch + Δptub + Δprts ......................................
(5.34)
dimana :
Psep = tekanan separator,
ΔPfl = pressure drop di flowline,
ΔPch = pressure drop pada choke dipermukaan,
Δptub = pressure drop pada tubing,
ΔPrts = pressure drop pada restriction yang lain.

3.3.2.1. Dasar-dasar Persamaan Energi Untuk Aliran Dalam Pipa.


Dasar teoritis utnuk kebanyakan aliran fluida adalah persamaan umum energi,
yang dinyatakan sebagai kesimbangan energi dari dua titik dalam suatu sistim.
Persamaan energi pertama-tama dikembangkan dan menggunakan prinsip-prinsip
thermodinamika, kemudian dimodifikasi untuk bentuk persamaan gradien tekanan.
258

Menuliskan secara sederhana kesetimbangan energi steady state adalah sebagai


energi dari masuknya fluida suatu volume control, ditambah besarnya tingkat kerja
yang bekerja pada fluida atau oleh fluida, ditambah besarnya heat energi yang
ditambahkan atau diambil dari fluida harus sama dengan energi yang bekerja pada
volume control.
Sepanjang mengenai suatu steady state system. kesimbangan energi dapat ditulis
sebagai :

2 2
mv mgh1 mv2 mgh2
U 1 ' p1V1  1   q '  W s '  U 2 '  p 2V 2  
2g c gc 2g c gc
................................... (4.35)
dimana :
U1’ = internal energi
pV = energi dari ekspansi atau kompresi,
m v2 / 2 gc = energi kinetic,
mgh/gc = energi potensial,
q’ = penambahan heat energi ke fluida, dan
Ws’ = kerja yang bekerja pada fluida oleh kondisi sekitar yang
melingkupinya.

Membagi persamaan diatas dengan m untuk memperoleh bentuk keseimbangan energi


per unit massa dan ditulis dalam bentuk differensial

 P  v dv g
dU  d     dh  dq  dws  0 ................................... (4.36)
   gc gc

Bentuk dari persamaan kesetimbangan energi ini sukar untuk diterapkan karena
berupa masa energi dalam, maka hal ini biasanya dikonversikan ke suatu
259

kesetimbangan energi mekanik dengan menggunakan hubungan thermodinamik yang


lebih dipahami. Dari thermodinamic :

P
dU  dh  d   ................................................................. (4.37)

dan
P
dh  Tds 

atau

dP P
dU  TdS   d   ....................................................... (4.38)
 

dimana
h = enthalpy,
S = entropy, dan
T = temperature.

Substitusi persamaan 4.38 ke dalam persamaan 4.36 dan menyederhanakan


hubungannya sebagai :

dp v dv g
TdS    dh  dq  dWs  0 ................................... (4.39)
 gc gc
Untuk proses iireversibel, dituliskan ketidak samaan Clausius sebagai :

d S ≥ - d q / T, atau T dS = - d q + d Lw

dimana dLw = kehilangan diakibatkan irreversible, semacam friction. Dengan


menggunakan hubungan ini dan asumsi tidak ada kerja yang bekerja pada fluida atau
oleh fluida, persamaan 5.39 akan menjadi :
260

dp v dv g
  dh  dLw  0 ................................................(4.40)
 gc gc

Jika kita mempertimbangkan kemiringan dari pipa yang membuat sudut θ terhadap
horisontal .

dp v dv g
  dL sin   dLw  0
 gc gc

Dengan demikian ρ/dl terhadap persamaan diatas maka

dp  v dv g dL
   sin    w  0 .................................. (4.41)
dL g c dL g c dL

Persamaan 5.41 dapat digunakan untuk memecahkan gradien tekanan, dan jika kita
mempertimbangkan bahwa penurunan tekanan adalah positif dalam arah aliran.

dp  v dv g  dp 
   sin     ................................................(4.42)
dL g c dL g c  dL  f

dimana
 dp  dLw
  =ρ
 dL  f dL

= gradien tekanan karena friction losses (gesekan) atau viscous shear


(hambatan).

Pada pipa horizontal kehilangan energi atau pressure drop hanya disebabkan
oleh perubahan energi kinetik dan friction losses. Karena sebagian besar dari viscous
261

shear stress (τw) terhadap energi kinetik per unit volume (ρv2/2gc) mencerminkan
hubungan yang penting dari wall shear stress terhadap kehilangan total. Bentuk
perbandingan suatu kelomok dimensionless dan definisi suatu friction factor,

w 2 w g c
f '  ............................................................(4.43)
v / 2 g c
2
v 2

  dp  nd 2
 p1   p1  dL dL  4   w (d )dL
  
d  dp 
w    .............................. (4.44)
4  dL  f

Substitusi persamaan 4.44 kedalam persamaan 4.43 dan pemecahan untuk gradien
tekanan disebabkan friction sebagai

 dp  2 f '  v2
  
 dL  f gc d

yang mana dikenal sebagai persamaan Fanning. Bentuk-bentuk didalam Darcy-


Weisbach atau Moody friction actor, f = 4 f’,

 dp  f  v2
   ............................................................
 dL  f 2 g c d
(5.45)

Laminer single-Phase Flow


Friction factor untuk aliran laminer dapat ditentukan secara analitic dengan
mengkombinasikan persamaan 4.45. dengan persamaan Hagen-Poiseuille untuk
laminer flow
d 2 g c  dp 
v  
32   dL  f
262

 dp  32  v
   2
 dL  f d g c

menyamakan friction pressure gradien sebagai


f  v 2 32  v

2 gc d d 2 gc
atau
64  64
f 
 v d N Re
Kelompok dimensionless, Nre = ρ v d/μ adalah perbandingan dari gaya momentum
fluida teradap gaya viscous shear dan dikenal sebagi Reynolds Number. ini digunakan
sebagai parameter untuk membedakan antara aliran fluida laminer dan turbulen. Untuk
perhitungan secara teknik, pemisahan titik antara aliran laminer dan turbulen dapat
diasumsikan 2100 dari Reynolds number untuk aliran dalam circular pipe (pipa
bundar). Menggunakan satuan lbm/ft3, ft/sec, ft dan centipoise, persamaan Reynolds
number adalah
1488  v d
N Re 

atau
C  g q sc
N Re  ................................................................. (4.46)
d

dimana

Variabel Satuan
Lapangan SI
263

qsc = gas flow rate MMscfd MM m3/day


γg = gas gravity - -
μ = gas viscosity cp kg/m-sec
d = diameter dalam pipa in. m
C = konstan 20011 17,96

Turbulen Single Phase Flow


Kemampuan untuk merperkirakan kelakuan aliran dibawah kondisi aliran
turbulen adalah suatu hasil langsung dari study eksperimen yang terus-menerus dari
velocity profile dan gradien tekanan. Disini telah diperlihatkan bahwa velocity profile
dan gradien tekanan adalah sangat peka terhadap karakteristik dan dinding pipa.
Pendekatan secara logis untuk mendefiniskan friction factor dapat dimulai dengan
kasus yang sederhana, yaitu smoot wall pipe (dinding pipa halus). Disini yang akan
ditampilkan merupakan persamaan empirik yang akurat dan tersedia untuk friction
factor.
Smoot wall pipe. Persamaan paling umum digunakan dan juga mencakup lebar
range dari Reynolds number, 3000 < Nre < 3 x 106,. diajukan oleh Drew, Koo dan Mc
Adam tahun 1932.
f = 0,0056 + 0,5 NRe-0,32 ............................................... (4.47)
Suatu persamaan diusulkan oleh Blasius dapat digunakan untuk bilangan reynolds
lebih dari 100.000 untuk smooth pipes.

f = 0,316 NRe-0,25 ............................................... (4.48)

Rough Wall Pipe. Dalam aliran turbulen efek dari kekasaran dinding pipa telah
diketahui tergantung dari relatif kekasaran dan pada seberapa besar Reynolds number.
Nikuradse’s terkenal dengan bentuk eksperimen yang menggunakan sand grain sebagai
dasar untuk data friction faktor rough pipes. Korelasinya tetap yang terbaik untuk fully
264

rough wall pipe. Friction factor dapat dihitung dengan bentuk explisit dan kekasaran
absolut dari pipa adalah E.

1  2E 
 1,74  2 log   ............................................................(4.49)
f d 
Persamaan ini digunakan sebagai landasan unutk grafik modern friction factor yang
diusulkan oleh Colebrool dan White tahun 1939.

1  2E 18,7 
 1,74  2 log    ............................................... (4.50)
f  d N Re f 
Friction factor tidak dapat diperoleh dengan membaca langsung persamaan Colebrook
diatas. Tapi dengan mengatur kembali persamaan, dan prosedur secara trial and error
dapat digunakan untuk memecahkan persamaan untuk friction factor.
2
 
 
 1 
fc   
  2E 18,7 
1,74  2 log   
  d N Re f g  
 

Harga dari fg adalah diperkirakan dan kemudian fc dihitung sampai keduanya


disetujui dapat diterima dalam toleransi. Variasi dari single phase friction factor dengan
Reynolds number dan relatif roughness dapat dilihat pada gambar grafik 5.44.
Persamaan Colebrook mungkin digunakan dalam aliran turbulen pada daearah smoot,
transisi dan fully rough.
Suatu persamaan ekplisit friction factor diusulkan oleh Jain, untuk range dari
Reynolds number 5 x 103 sampai 108 dan relatif roughness antara 10-6 sampai 10-2,
kesalahan yang terjadi +- 1,0% bila dibandingkan dengan persamaan Colebrook.
Persamaan ini memberikan kesalahan maximum 3% untuk Reynolds number serendah
2000. Persamaannya adalah :
265

1  E 21,25 
 1,14  2 log   0,9 
............................................... (4.51)
f  d N Re 

Harga dari E biasanya tidak dapat diketahui tingkat keakuratannya. Harga ini
tidak harus dipertimbangkan sebagai gangguan dan dapat berubah secara siginifikan
oleh semacam parafin deposition, erosion atau corrotion. Jika besarnya gradien tekanan
tersedia, suatu friction dan Reynolds number dapat dihitung, dan suatu efektif E/d
diperoleh dari diagram Moody. Jika tidak ada informasi kekasaran yang tersedia maka
harga E = 0,0006 ft untuk tubing dan line pipe.
Kombinasi persamaan 4.42 dan 4.45, persamaan gradien tekanan, yang mana
dapat diaplikasikan terhadap beberapa fluida pada pipa dengan sudut tertentu
dp g f  v 2  v dv
  sin    ...................................................(4.52)
dL g c 2 g c d g c dL
Dimana friction factor, f, adalah fungsi dari Reynolds number dan kekasaran pipa.
Hubungan ini dapat dilihat pada Moody diagram Gradien tekanan total dapat
dipertimbangkan menjadi komposisi dari tiga komponen yang berbeda.
dp  dp   dp   dp 
      ................................................
dL  dL  eL  dL  f  dL  acc

(5.53)
dimana
 dp  g
 dL   gc  sin 
  eL
266

Komponen tersebut adalah energi potensial atau perubahan elevation. Ini juga ditunjuk
sebagai componen hidraulik, dari itu componen ini hanya akan digunakan pada kondisi
tidak ada aliran.

 dp  f  v2
 dL  
  f 2 gc d
merupakan komponen friction losses.
 dp   v dv
 dL   g dL
  acc c

Merupakan komponen perubahan energi kinetik atau convective acceleration.


Persamaan 4.52. digunakan untuk berbagai fluda pada kondisi steady state, aliran satu
dimensi untuk setiap f,p dan v yang dapat ditentukan.

4.4.2.2. Perhitungan Tekanan Statik Dasar Sumur


Untuk menghitung tekanan statik dasar sumur gas, banyak persamaan tersedia
yang dapat digunakan, tapi disini akan dibahas tentang average pressure dan
temperature Method dan Cullender and Smith Method. Semua metode ini diawali dari
persamaan 4.52. dengan memodifikasi untuk geometri aliran.
Untuk keadaan vertikal (θ = 90o , skin θ = 1), sumur gas ditutup (v=0),
persamaan 4.52 menjadi

dp g g
 ........................................................................ (4.54)
dh g c
dimana
pM
g 
ZRT
dikombinasi dengan persamaan 5.54
267

dp g Mdh
 ................................................................. (4.55)
p g c ZRT

4.4.2.2.1. Metode Average Pressure and Temperature


Jika z dievaluasi pada tekanan dan temperatur rata-rata
Pws H
dp gM

Pts

p g c ZRT  dh
0

yang mana
gM H 
Pws  Pts EXP  ...................................................... (4.56)
 g c ZRT 

Persamaan ini pegangan untuk berbagai satuan. Untuk satuan lapangan conventional.
 0,01875 g H 
Pws  Pts EXP  ........................................ (4.57)
 T Z 
dimana :
Pws = static atau shut-in BHP, psia,
Pts = tekanan tubing static, psia,
γg = gas gravity (udara = 1)
H = kedalaman sumur, ft,
T = temperatur rata-rata dalam tubing, oR,
Z = faktor kompresibilitas gas dievaluasi pada T, p = (pws + pts)/2
Evaluasi dari z membuat perhitungan iterative dan sebelum itu garis besar prosedur
dapat digunakan.

4.4.2.2.2. Cullender and Smith Method


Metode Cullender and Smith menghitung variasi dari temperatur dengan
kedalaman dan variasi dari z dengan temperature dan tekanan. Dari persamaan 4.55
268

Pws H
TZ M MH
 p
Pts
dp 
R  dh 
0
R
 0,01875 g H

Persamaan integral bila ditulis dalam betnuk yang pendek sebagai

Pws Pws
TZ
Pts p dp  PtsI dp  0,01875 g H
Dengan menggunakan ekspansi seri, harga dari integral dapat diperkirakan oleh

2  I dp = (Pms – Pts) (Ims + Its)+(Pws – Pms)(Iws + Ims) ……………(4.58)

dimana :
Pms = tekanan pada mid point dari sumur, H/2
Ims = I dievaluasi pada Pms, T,
Its = I dievaluasi pada Pts., Ts,
Iws = I dievaluasi pada Pws, Tf.

Prosedur perhitungan tetap dengan membagi sumur menjadi dua bagian yang sama
panjangnya, H/2, mendapatkan harga tekanan Pms pada H/2 dan menggunakan harga
tersebut untuk menghitung Pws, Its dapat dievaluasi dari diketahuinya kondisi
permukaan, yaitu :
0,01875 g H
Pms = Pts +
I ms  I ts

0,01875 g H
Pws = Pms +
I ms  I ws

4.4.2.3. Perhitungan Tekanan Alir Dasar Sumur


269

Untuk sumur yang sedang mengalir harga kecepatan tidak sama dengan nol dan
dengan mengabaikan percepatan, untuk sumur dengan kemiringan sudut θ terhadap
vertikal, persamaan 5.52 menjadi,

dp g f  v2
  cos   ........................................................ (4.59)
dL g c 2 gc d

Beberapa metode tersedia untuk penyelesaian integral persamaan diatas tergantung


asumsi yang dibuat untuk penanganan temperatur dan z faktor. Disini hanya metode
average pressure and temperature dan Culender and Smith yang akan dibahas.

4.4.2.3.1. Average Pressure and Temperature Method


Mengubah harga densitas dengan benuk dari P, T dan Z kedalam persamaan
4.59

dp p M  f v2 
  cos    ..........................................(4.60)
 2 g c d 
dL ZRT 

Integrasi dari persamaan diatas dengan asumsi suatu tenperature rata-rata


didalam rangkaian dan Z dievaluasi pada kondisi tekanan dan temperatur rata-rata
25  g q 2 T Z f ( MD) ( EXP ( S )  1)
Pwf2 = Ptf2 EXP (S) + ..................(4.61)
S d5
dimana
p = tekanan, psia,
s = 0,0375 γg (TVD)/TZ,
MD = measure depth, ft,
TVD = true vertical depth, ft,
T = oR,
q = MMscfd,
270

d = inches, dan
f = f (Nre, E/d) (Jain or Colebrook equation)
Prosedur solusinya adalah sama dengan pada penutupan sumur kecuali untuk
evaluasi dari friction factor, yang mna membutuhkan perhitungan bilangan Reynolds
dan perkiraan kekasaran pipa. Iterasi dibutuhkan saat Z harus dievaluasi pada p = (Pwf
+ Ptf) / 2.
Pembagian sumur kedalam beberapa bagian panjang dan menggunakan
prosedur yang telah dijelaskan dimuka akan memberikan hasil yang lebih akurat.
Beberapa metode akan memberikan hasil pengidentifikasian jika sumur dibagi kedalam
bagian yang cukup pendek.
Konvergensi suatu saat akan cepat dihasilkan jika iterasi performance dari z
faktor dari pada tekanan yang tidak diketahui. Prosedur untuk metode ini adalah :
1. Memperkirakan Z* (perkiraan pertama yang baik adalah 0,9)
2. Menghitung tekanan yang tidak diketahui dengan menggunakan persamaan
5.61 dengan Z = Z*
3. Menghitung tekanan rata-rata p = (Pwf + Ptf) / 2
4. Evaluasi Z at P dan T
5. Membandingkan Z dengan Z*. Jika tidak cukup dekat, buat Z* = Z dan mulai
dengan tahap 2. Ulangi sampai harga dari abs(Z-Z*)/Z < 0.001 atau sampai
harga toleransi yang disukai. ketika toleransi telah ditemukan, tekanan yang
dihitung pada tahap 2 adalah bernilai benar.

4.4.2.3.2. Metode Cullender and Smith


Derivatif dari metode Cullender and smith untuk sumur-sumur mengalir
dimulai dengan persamaan 4.60. Substitusi dibuat untuk kecepatan
q
V
A
Psc T Z
q  qsc
Tsc P Zsc
271

Yang mana memberikan


dp P M cos  MTZPsc 2 f qsc 2
 
dL Z RT R p Tsc 2 2 g c d A 2

atau

p dp M  P 
2

   cos   C 
Z T dh R  Z T  

dimana
8 Psc 2 f qsc 2
C
Tsc 2 g c  2 d 5
adalah constan untuk flow rate yang diberikan pada ukuran pipa yang tetap. Pembagian
terhadap variabel,
P
Pwf dp MD
ZT M
  P 
2

R  dL ........................................... (4.62)

 cos   C
Ptf 0

Z T 

Yang mana dapat diaplikasikan untuk beberapa satuan. Mensubstitusi satuan lapangan
dan mengintegrasikan sebelah kanan dari persamaan diatas adalah :
P
Pwf dp
ZT

Ptf
2
 P  TVD
 18,75 g MD ................................... (4.63)
0,001   F2
 Z T  MD
dimana

0,667 f qsc 2
F  2
....................................................................... (4.64)
d5
272

dan
TVD
 cos 
MD

Menulis persamaan 4.63 kedalam notasi pendek dan membagi sumur kedalam dua
bagian kedalaman, H/2,
Setengah bagian atas sumur
18,75 γg (MD) = (Pmf – Ptf) ( Imf + Itf)

Setengah bagian bawah sumur


18,75 γg (MD) = (pwf – Pmf) (Iwf + Imf)

dimana
P
ZT
I 2
..............................................................(4.65)
 P  TVD
0,001   F2
 Z T  MD

Prosedur solusi adalah mirip untuk kasus statistik, tapi lebih rumit karena I lebih
kompleks definisinya. Untuk maksud praktis, F dapat dianggap konstan, variabel dalam
Reynolds number hanya digunakan dalam evaluasi f adalah viscositas gas. Viscositas
merupakan fungsi dari tekanan, tapi untuk menyederhanakan perhitungan hal ini dapat
dievaluasi pada T dan tekanan yang diketahui.

Annular Flow
Sumur gas ada yang menggunakan dual completion, dan satu daerah bisa
diproduksikan melewati tubing annulus casing. Hal tersebut dapat dihitung tekanan
statistiknya, dengan menggunakan metode Average Temperature dan pressure dan
273

Cullender Smith jika konsep radius hidrolic digunakan. Modifikasi hanya diperlukan
pada menghitung diameter efektif dan Reynolds Number.
dh = dc – dt ....................................................................... (4.66)

dimana :
dh = diameter efektif
dc = diameter dalam casing
dt = diameter luar tubing

Tidak ada publisitas tentang kekasaran untuk annulus. Jika satu pengukuran
dari pressure drop dan flow rate dapat dibuat, kekasaran dapat kembali dihitung, dan
harga ini dapat digunakan untuk flow rate yang lain. Metode Cullender and
Smith dapat juga digunakan untuk memperkirakan pressure drop yang terjadi selama
gas injeksi dengan menggunakan harga negatif untuk F2 dalam persamaan 4.63.

4.4.2.4. Penggunan Kurva Pressure Traverse


Beberapa persamaan untuk menghitung tekanan lair dasar sumur gas telah
ditampilkan didepan. Penyelesaian persamaan tersebut adalah iterative, kecuali kalau
komputer tersedia. Perkiraan dilapangan dapat menggunakan kurva pressure traverse
yang telah tersedia, yang mana dapat digunakan untuk menghitung dengan
menggunakan kondisi relatif pada lapangan yang spesifik. Yang harus diingat dalam
penggunaan pressure traverse adalah tanpa mengontrol gas gravity, temperatur aliran,
viscositas gas atau kekasaran pipa

4.4.3. Perhitungan Wellhead Completion


Perhitungan wellhead completion biasanya dititik beratkan pada pemilihan
jenis wellhead yang sesuai dengan kondisi tekanan sumur yang akan dipasangi
wellhead.
274

4.4.3.1. Perencanaan Wellhead Pada Sumur Gas


Telah Kita ketahui bahwa sumur gas mempunyai tekanan yang tinggi (lebih
dari 10.000 psi) dan temperatur tinggi (600oF), juga banyak mengandung kadar H2S
dan CO2 yang cukup besar, sehingga dalam perencanaan ataupun pengelolaannya baik
material maupun pemasangannya memerlukan penanganan yang khusus.

A. Pemilihan Wellhead Berdasarkan Tekanan Kepala Sumur


Tekanan reservoir akan mempengaruhi besarnya tekanan dasar sumur, seperti
telah digambarkan pada persamaan Darcy, radial pada rate aliran (Q) dari jari-jari-jari
pengurasan kedasar sumur. Dari tekanan dasar sumur (Pwf) dapat ditentukan besarnya
tekanan dipermukaan pada kepala sumur (Pwh), dengan menggunakan grafik tubing
performance untuk diameter pipa tertentu, atau dapat juga menggunakan formula
Weymouth untuk aliran gas pada pipa vertikal didalam tubing, yakni :

2
 Q 
P4 = (P2-P3)2 -   LGTa Z a e  s
 433,5 (T / Ps )d 2,667 
 s 

Tabel 4 – 8 Klasifikasi Wellhead menurut API (......,Texas 1981)


Max Cold, Working Hydrostatic Test Former Correponding
Pressure, psi Pressure, psi Series Designation
960 1440 Series 400
2000 4000 Series 600
3000 6000 Series 900
5000 10000 Series 1500
10000 15000 Series 2900
10000 15000
15000 22500
275

Dari besarnya tekanan kepala sumur (Pwh) dan besarnya tekanan pada saat
dilakukan test, dapat ditentukan seri dari pada wellhead yang akan digunakan dengan
menggunakan tabel 4 – 8. Sebagai contoh untuk sumur-sumur pada lapangan gas Arun,
dimana produksi yang direncanakan untuk tiap sumur sebesar 150 sampai 175 MMSCF
/day, dengan produksi kondensat 45 sampai 50 Bbls/MMSCF. Temperatur permukaan
100oF pada waktu sumur ditutup dan 375oF pada waktu sumur mengalir. Berdasarkan
produksi yang diminta dipilih tubing 7 in, valve 6 5/8” dan dalam keadaan terbuka
dapat bekerja pada tekanan 10.000 psi dan 15.000 psi pada saat diadakan test. Dari data
di atas dengan menggunakan tabel klasifikasi wellhead menurut API, dapat ditentukan
bahwa wellhead yang digunakan adalah seri 2900.
Dari data besarnya tekanan kerja (Working pressure) dari suatu wellhead,
dapatlah ditentukan besarnya gaya-gaya yang bekerja padanya, dengan menggunakan
suatu tabel dibawah ini (tabel 4 – 9)

Tabel 4 – 9. Besarnya Gaya-gaya yang bekerja Untuk Setiap Working Pressure


(..., Texas 1981)

API Working Pressure, psi


900 2000, 3000 10000 15000
5000, 10000
Tensile Strength, psi 20000 90000 90000 100000
Yield Strength, psi 36000 60000 60000 75000
Elongation in 2 inc 22 18 18 17
Reductive in Area 30 30 35 35

B. Perencanaan Wellhead Seal Untuk Sumur Gas.


Dalam perencanaan wellhead untuk sumur-sumur gas, selain bahan (material)
baja pada wellhead tersebut yang harus dirancang tahan terhadap tekanan dan
temperatur yang tinggi, juga harus tahan terhadap pengaruh korosi akibat gas CO2 dan
H2S yang ikut terbawa bersama fluida produksi. Hal tersebut yang mendorong
Cameron Iron Works, Inc, telah menyelidiki bahan-bahan (material) baja yang tahan
276

terhadap kondisi tersebut. Proses pembuatan dengan melalui proses penekanan yang
dikenal dengan Hot Isostatic Pressing (HIP) proses, untuk mendapatkan material yang
tahan terhadap tekanan sampai 30.000 psi.
Walaupun tubing spool, tubing hanger, casing hanger dan valve-valve telah
dirancang secara khusus dengan material yang dipilih, tetapi masih sering terjadi
gangguan terutama pada sealnya. Untuk ini seal pada wellhead ini harus dirancang juga
secara teliti baik bahan maupun teknik pemasangannya.
Untuk sumur-sumur minyak seal yang digunakan dapat menambah
kekuatannya. Tetapi untuk sumur-sumur gas karena pengaruh kondisi tekanan dan
temperatur yang tinggi serta pengaruh korosi selalu terjadi kebocoran pada sealnya.
Untuk itu telah dicoba membuat bahan yang berupa resilient wellhead seal. Material-
materialnya terdiri dari fluoro elastometer yang mempunyai ketahanan sampai suhu
300oF. Tetapi untuk kondisi tekanan yang lebih tinggi resilient wellhead seal kurang
berhasil untuk digunakan karena beberapa sebab, antara lain :
1. Pengembangan bahan-bahan resilient mungkin lebih dari 10 kali
pengembangan baja.
2. Selalu ada celah antara wellhead dan casing.
3. Reaksi kimia dan proses fisika dari fluida produksi yang berpengaruh terhadap
bahan seal.
4. Pengaruh perbedaan temperatur pada saat sumur ditutup dan saat sumur dibuka.
5. Bahan-bahan plastic packing itu sendiri.
Penemuan yang terbaru dari cameron Iron Works. Inc, telah menemukan rancangan
seal yang baru baik untuk sumur-sumur gas, yaitu metal to metal wellhead, dimana
bahan dari seal ini terbuat dari baja kwalitas tinggi.
Susunan metal to metal adalah flange (flense) dengan sepasang baut (stud) yang
dipasang diantara body wellhead dan tubing head. Seal lainnya adalah fluoro
elastometer, yang terdapat didalam flange diatas seal metal to metal dan satu lainnya
terdapat dalam cetakan penjepit dan kumpulan seal. Dari gambar diatas terlihat bahwa
untuk mencegah gerakan ke atas dari casing selama pemanasan thermal, dipasang suatu
277

kumpulan cangkokan penjepit (penekan). Seal-seal di atas slip penekan ditekan pada
saat flanenya dikencangkan pada wellhead. Seal ketiga adalah graphoil, yaitu suatu
peralatan mekanis yang ditempatkan diatas pita grafit, dimana material ini tidak
mempunyai ekspansi panas. Seal type ini hanya mengalami perembesan yang kecil,
laju kebocoran kurang dari 1x10-6 cc perforasi second sebagai kebocoran normal.
Untuk jelasnya metal to metal dapat dilihat pada gambar 5.48.

C. Instrument Pengontrol Wellhead Pada Sumur Gas


Suatu christmast tree, dengan sepasang tree berdiameter 6 3/8”, termasuk dalam
klasifikasi API 10.000 terbuat dari baja 410, anti karat dan korosive. Biasanya masing-
masing sumur mempunyai tujuh buah valve sebagai pengontrol yang digerakkan secara
hidrolis, yang antara lain :
1. Tubing Master Valve MV-2, satu buah
2. Safety Valve SV-1 dan SV-s, dua buah
3. Tubing Kill Valve KV-2, satu buah
4. Annulus Kill valve KV-3, satu buah
5. Swab Valve CV-1, satu buah
278

Вам также может понравиться