Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
“Senyawa Saponin”
Disusun Oleh :
Pepi (A1F015033)
Dosen Pengampu:
Dr.Agus Sundaryono,M.Si
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis tuliskan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
”Senyawa Saponin” ini sesuai dengan petunjuk, kemampuan, referensi serta ilmu
pengetahuaan yang penulis miliki.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bemanfaat khususnya bagi
penulis,dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
Saponin adalah glikosida, yaitu metabolit sekunder yang banyak terdapat di alam,
terdiri dari gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin. Senyawa ini bersifat
racun bagi binatang berdarah dingin. Oleh karena itu saponin dapat digunakan sebagai
pembasmi hama tertentu. Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa
sapogenin. Saponin tersebar luas di antara tanaman tinggi, keberadaan saponin sangat mudah
ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok. Saponin
adalah glikosida triterpena dan sterol, telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan.
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Dari segi
ekonomi, saponin penting juga karena kadang-kadang menimbulkan keracunan pada ternak
atau karena rasanya yang manis. Pola glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak
saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum adalah asam
glukoronat (Harborne, 1996).
Senyawa saponin dapat pula diidentifikasi dari warna yang dihasilkannya dengan
pereaksi Liebermann-Burchard. Warna biru-hijau menunjukkan saponin steroida, dan warna
merah, merah muda, atau ungu menunjukkan saponin triterpenoida. Saponin memiliki berat
molekul tinggi, dan berdasarkan struktur aglikonnya, saponin dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu tipe steroida dan tipe triterpenoida. Kedua senyawa ini memiliki hubungan
glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika yang sama lewat asam
mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Sumber utama saponin
adalah biji-bijian khususnya kedelai. Saponin dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon
dan membantu kadar kolesterol menjadi normal. Tergantung pada jenis bahan makanan yang
dikonsumsi, seharinya dapat mengkonsumsi saponin sebesar 10-200 mg (Arnelia, 2011).
3) Menghemolisa eritrosit
7) Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang
mendekati.
Secara umum saponin merupakan bentuk glikosida yang memiliki aglikon berupa
steroid dan triterpen. Triterpen merupakan jenis senyawa bahan alam yang memiliki 6
monoterpen atau memiliki jumlah atom karbon sebanyak 30. Dari aglikonnya saponin dapat
bagi menjadi dua yaitu saponin dengan steroid dan saponin dengan triterpen
a. Saponin steroid
Tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin
dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini
memiliki efek antijamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos.
Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan
sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki
aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan. Jembatan ini
juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat
terhadap jantung.
Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagus sarmentosus),
Senyawa ini terkandung di dalam tumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan
hutan kering afrika. Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai obat anti nyeri dan rematik
oleh orang afrika (Anonim, 2009).
Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiatikosida. Senyawa ini terdapat pada
tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai
antibiotik (Anonim, 2009).
Dari Tabel 2 terlihat adanya perbedaan antara sampel segar dan kering untuk uji
tanin dan flavonoid. Meskipun diuji dengan berat yang sama, pada sampel kering
kandungan tanin dan flavonoid lebih positif dibandingkan sampel segar. Hal ini
diduga disebabkan oleh kadar air sampel kering jauh lebih sedikit daripada kadar air
sampel segar (Marlinda, dkk. 2012:6).
Setelah dilakukan uji secara kualitatif untuk menentukan tumbuhan mengandung
senyawa saponin maka selanjutnya dilakukan uji kuantitatif yang bertujuan menentukan
kadar dari senyawa saponin pada tumbuhan, adapun beberapa uji yang dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Penentuan Kadar Saponin pada Batang Pisang Ambon dengan Uji Spektrofotometer
UV-Vis
Isolat yang diperoleh dari hasil KLT preparatif diidentifikasi secara kuantitatif dengan
spektrofotometri UV-Vis. Isolat sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam kuvet
spektrofotometer UV-Vis “Spectroquat Pharo 300” untuk diidentifikasi nilai
absorbansi senyawa saponin pada panjang gelombang maksimal. Pengamatan
dilakukan pada panjang gelombang 200-800 nm.
Hasil identifikasi menunjukkan satu puncak dari garis gelombang yaitu pada 209 nm
sebagai panjang gelombang maksimal dan memiliki nilai absorbansi 2,754 (Agung, dkk.
2016:6).
a. Penentuan Kadar Saponin pada Kulit Buah Naga dengan Metode FTIR
Untuk mengetahui jenis-jenis senyawa aktif biologis dan kadar senyawa aktif
yang terkandung di dalam buah naga merah, dilakukan pengujian dengan FTIR
sebagai berikut:
Contoh isolasi senyawa saponin di tumbuhan yaitu pada batang pisang ambon
(Musa paradisiaca var. sapientum L.) yang dilakukan dengan metode Kromatografi
Lapis Tipis (KLT). Adapun metode dalam mengisolasi senyawa saponin pada batang
pisang ambon sebagai berikut: Lempeng alumunium silika gel GF254 Merck
disiapkan dengan ukuran panjang 10 cm dan lebar 3 cm. Ekstrak kental yang telah
dilarutkan dengan alkohol 95% ditotolkan pada lempeng tepi bawah dan diangin-
anginkan beberapa saat. Lempeng dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen
yaitu campuran homogen lapisan bawah pelarut antara kloroform : metanol : aquades
(13:7:2).
Lempeng dibiarkan terelusi hingga eluen merambat sampai pada tanda garis
tepi atas lempeng kemudian dikeluarkan dan dikeringkan di udara. Pengamatan noda
menggunakan lampu UV 254 dan 366 nm. Lempeng juga disemprotkan dengan
pereaksi LB dan dipanaskan pada suhu 110oC selama 10 menit untuk memperjelas
warna noda yang terbentuk. Proses KLT analitik dilakukan secara berulang hingga
memperoleh hasil yang tepat. Setelah hasil dengan KLT analitik disimpulkan positif
maka dilanjutkan dengan KLT preparatif.
1. Hasil KLT yang diamati secara visual tidak terlihat bercak noda pada lempeng
alumunium silika gel Merck yang telah ditotolkan ekstrak dan terelusi oleh eluen.
Pada pengamatan di bawah lampu UV 254 dan 366 terlihat beberapa bercak noda
dengan nilai Rf yang berbeda. Lempeng kemudian disemprotkan dengan pereaksi
LB dan dipanaskan pada suu 110 ₒC selama 10 menit untuk membuktikan bercak
dari senyawa saponin.
2. Setelah penyemprotan dengan pereaksi LB yang dilanjutkan dengan pemanasan
diperoleh bercak warna hijau dari kedua totolan ekstrak batang pisang Ambon.
Proses KLT analitik dilakukan secara berulang untuk memperoleh hasil yang baik
dengan nilai Rf yang diperoleh 0,275-0,375.
Setelah proses KLT analitik menunjukkan hasil yang positif maka dilakukan
proses isolasi dengan KLT preparatif untuk memperoleh isolat. Eluen yang digunakan
sama yaitu campuran pelarut kloroform : metanol : air (13:7:2) lapisan bawah. Dalam
proses KLT preparatif digunakan lempeng preparatif silika gel 60 F254 Merck agar
jumlah isolat banyak. Setelah lempeng terelusi hingga batas atas, dilakukan
pengamatan di bawah lampu UV 254 menunjukkan bercak noda gelap yang sama
seperti pada hasil KLT analitik. Untuk lebih memperjelas bercak dari senyawa
saponin hasil pemisahan, pada bagian tepi kiri dan kanan lempeng sekitar 1 cm dari
tepi disemprotkan pereaksi LB kemudian dipanaskan dengan hair dryer untuk
menimbulkan bercak.
Daerah sekitar bercak kiri dan kanan dihubungkan dengan garis lurus. Bagian
dalam garis dikerok dan dilarutkan dengan alkohol 95%. Larutan didiamkan dan
setelah terlihat endapan silika, filtrat disaring sebagai isolat untuk diidentifikasi. Pada
penelitian ini tidak digunakan baku pembanding saponin karena sulit untuk
memperolehnya sehingga uji warna dengan pereaksi LB dijadikan dasar untuk
mengisolasi senyawa saponin (Agung, dkk. 2016:5).
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Saponin
tersebar luas di antara tanaman tinggi, keberadan saponin sangat mudah ditandai
dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok. Saponin adalah
glikosida triterpena dan sterol, telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan.
2. Senyawa saponin dapat pula diidentifikasi dari warna yang dihasilkannya dengan
pereaksi Liebermann-Burchard. Warna biru-hijau menunjukkan saponin steroida, dan
warna merah, merah muda, atau ungu menunjukkan saponin triterpenoida. Saponin
memiliki berat molekul tinggi, dan berdasarkan struktur aglikonnya, saponin dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu tipe steroida dan tipe triterpenoida. Kedua
senyawa ini memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul
biogenetika yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.
3. Tumbuhan yang mengandung sponin ini biasanya memiliki Genus Saponaria dari
Keluarga Caryophyllaceae. Senyawa saponin juga ditemui pada famili
sapindaceae,curcurbitaceae, dan araliaceae. Salah satu tumbuhan obat yang
mengandung saponinadalah gingseng yang termasuk famili araliaceae.
4. Identifikasi senyawa saponin pada tumbuhan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu uji
kualitatif dan uji kuantitatif. Uji kualitatif bertujuan untuk menentukan ada atau
tidaknya kandungan saponin pada tumbuhan. Berbagai uji kualitatif yang dilakukan
yaitu uji busa dengan menambahkan 2 tetes asam klorida pada sampel, uji warna
dengan menambahkan pereaksi Liberman Burch (LB) pada sampel dan uji skrining
fitokimia dengan menambahkan aquades pada sampel dan sampel yang digunakan
terdapat dua macam yaitu biji alpukat kering dan biji alpukat segar. Setelah dilakukan
uji kualitatif dilanjutkan dengan uji kuantitatif dengan menggunakan metode
spektrofotometer UV-Vis, FTIR, dan NMR.
5. Senyawa saponin dapat diisolasi dengan cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yaitu
dengan menggunakan lempengan silica gel sebagai plat, eluen yang berupa campuran
homogen lapisan bawah pelarut antara kloroform : metanol : aquades dan lampu UV
254 dan 366 nm kemudian dilanjutkan ke isolasi menggunakan kromatografi lapis tipis
preparatif.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, dkk. 2016. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Saponin Dari Ekstrak Metanol Batang
Pisang Ambon(Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.). Surabaya: UNAIR
Amelia, P., 2011, Isolasi, elusidasi struktur dan uji aktivitas antioksidan senyawa kimia dari
daun Garcia benthami Pierre. Jakarta: Universitas Indonesia
Anonim, 2009. Indonesia Health Profile 2008. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Gunawan, Didit dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I ,Jakarta:
Penebar Swadaya.
Harbrone.J.B.,1987.Metode Fitokimia : Penuntun Cara Moderen Menaganalisis Tumbuhan.
Jakarata : Penebar Swadaya
Marlinda, dkk. 2012. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak
Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill)
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo