Вы находитесь на странице: 1из 18

MAKALAH KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM

“Senyawa Saponin”

Disusun Oleh :

Shiba Meike Indira (A1F015003)

Putri Kartini (A1F015014)

Mia Maysela (A1F015016)

Pepi (A1F015033)

Rani Fitriani (A1F0150)

Septry Nurjaya Ningsih (A1F0150)

Dosen Pengampu:

Dr.Agus Sundaryono,M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2018
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis tuliskan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
”Senyawa Saponin” ini sesuai dengan petunjuk, kemampuan, referensi serta ilmu
pengetahuaan yang penulis miliki.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bemanfaat khususnya bagi
penulis,dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 25 Maret 2018

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa buih yang disebabkan karena
kita mengkocok suatu tanaman ke dalam air. Secara fisika buih ini timbul karena adanya
penurunan tegangan permukaan pada cairan (air). Penurunan tegangan permukaan
disebabkan karena adanya senyawa sabun (bahasa latin = sapo) yang dapat mengkacaukan ikatan
hidrogen pada air. Senyawa sabun ini biasanya memiliki dua bagian yang tidak sama sifat
kepolarannya. Dalam tumbuhan tertentu mengandung senyawa sabun yang biasa disebut
saponin. Saponin berbeda struktur dengan senyawa sabun yang ada. Saponin merupakan
jenis glikosida. Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari glikon (Glukosa, fruktosa,dll)
dan aglikon (senyawa bahan alam lainnya). Saponin umumnya berasa pahit dan dapat
membentuk buih saat dikocok dengan air. Selain itu juga bersifat beracun untuk beberapa
hewan berdarah dingin.
Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan triterpenoid.
Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat. Steroid
saponin dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal sebagai saraponin. Saponin
triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis
menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin. Masing-masing senyawa ini
banyak dihasilkan di dalam tumbuhan . Tumbuhan yang mengandung saponin ini
biasanya memiliki Genus Saponaria dari Keluarga Caryophyllaceae. Senyawa saponin
juga ditemui pada famili sapindaceae, curcurbitaceae, dan araliaceae. Salah satu
tumbuhan obat yang mengandung saponin adalah gingseng yang termasuk famili
araliaceae. Biosintesis saponin ini terjadi sesuai dengan aglikon yang menempel. Baik
steroid maupun triterpen biosintesis saponin melalui jalur asam malonat yang nanti akan
DPP dan IPP yang membentuk triterpen dan steroid dengan membentuk squalen terlebih
dahulu dan terjadi siklisasi. Biosintesa saponin ini akan dibahas lebih rinci. Selain itu juga
makalah ini akan membahas klasifikasi serta peranannya dalam makhluk hidup.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu senyawa Saponin ?
1.2.2 Bagaimana klasifikasi dan manfaat saponin di dalam kehidupan ?
1.2.3 Bagaimana cara mengidentifikasi tumbuhan yang mengandung senyawa saponin?
1.2.4 Bagaimana cara mengisolasi senyawa saponin dari dalam tumbuhan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Apa itu senyawa Saponin
1.3.2 Untuk Mengetahui Bagaimana klasifikasi dan manfaat saponin di dalam kehidupan.
1.3.3 Untuk Mengetahui Bagaimana cara mengidentifikasi tumbuhan yang mengandung
senyawa saponin.
1.3.4 Untuk Mengetahui Bagaimana cara mengisolasi senyawa saponin dari dalam
tumbuhan.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Senyawa Saponin


2.1.1 Pengertian Senyawa Saponin

Saponin adalah glikosida, yaitu metabolit sekunder yang banyak terdapat di alam,
terdiri dari gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin. Senyawa ini bersifat
racun bagi binatang berdarah dingin. Oleh karena itu saponin dapat digunakan sebagai
pembasmi hama tertentu. Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa
sapogenin. Saponin tersebar luas di antara tanaman tinggi, keberadaan saponin sangat mudah
ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok. Saponin
adalah glikosida triterpena dan sterol, telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan.
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Dari segi
ekonomi, saponin penting juga karena kadang-kadang menimbulkan keracunan pada ternak
atau karena rasanya yang manis. Pola glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak
saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum adalah asam
glukoronat (Harborne, 1996).

Senyawa saponin dapat pula diidentifikasi dari warna yang dihasilkannya dengan
pereaksi Liebermann-Burchard. Warna biru-hijau menunjukkan saponin steroida, dan warna
merah, merah muda, atau ungu menunjukkan saponin triterpenoida. Saponin memiliki berat
molekul tinggi, dan berdasarkan struktur aglikonnya, saponin dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu tipe steroida dan tipe triterpenoida. Kedua senyawa ini memiliki hubungan
glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika yang sama lewat asam
mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat.


Dihidrolisismenghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin. Masing-masing senyawa ini
banyak dihasilkan di dalam tumbuhan (Hartono, 2009). Tumbuhan yang mengandung sponin
ini biasanya memiliki Genus Saponaria dari Keluarga Caryophyllaceae. Senyawa saponin
juga ditemui pada famili sapindaceae ,curcurbitaceae , dan araliaceae. Salah satu tumbuhan
obat yang mengandung saponinadalah gingseng yang termasuk famili araliaceae.

2.1.2 Karakteristik Senyawa Saponin


Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Saponin
memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok
maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan
tidak larut dalam eter (Hartono, 2009).

Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Sumber utama saponin
adalah biji-bijian khususnya kedelai. Saponin dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon
dan membantu kadar kolesterol menjadi normal. Tergantung pada jenis bahan makanan yang
dikonsumsi, seharinya dapat mengkonsumsi saponin sebesar 10-200 mg (Arnelia, 2011).

Sifat-sifat Saponin adalah:

1) Mempunyai rasa pahit

2) Dalam larutan air membentuk busa yang stabil

3) Menghemolisa eritrosit

4) Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi

5) Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya

6) Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi

7) Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang
mendekati.

Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan (surface


tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat
(hexose, pentose dan saccharic acid). Pada hewan ruminansia, saponin dapat digunakan
sebagai antiprotozoa, karena mampu berikatan dengan kolesterol pada sel membran protozoa
sehingga menyebabkan membrondisis pada sel membrane protozoa. Saponin dapat
beraktivitas sebagai adjuvant pada vaksin antiprotozoa yang nantinya mampu menghambat
perkembangan sporozoit di dalam saluran pencernaan.

2.1.3 Klasifikasi Senyawa Saponin

Secara umum saponin merupakan bentuk glikosida yang memiliki aglikon berupa
steroid dan triterpen. Triterpen merupakan jenis senyawa bahan alam yang memiliki 6
monoterpen atau memiliki jumlah atom karbon sebanyak 30. Dari aglikonnya saponin dapat
bagi menjadi dua yaitu saponin dengan steroid dan saponin dengan triterpen

a. Saponin steroid

Tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin
dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini
memiliki efek antijamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos.
Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan
sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki
aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan. Jembatan ini
juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat
terhadap jantung.

Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagus sarmentosus),
Senyawa ini terkandung di dalam tumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan
hutan kering afrika. Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai obat anti nyeri dan rematik
oleh orang afrika (Anonim, 2009).

Asparagus (Asparagus officinalis.)


a. Saponin triterpenoid
Tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan
suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan
lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan -amyrine (Amirt
Pal,2002).

Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiatikosida. Senyawa ini terdapat pada
tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai
antibiotik (Anonim, 2009).

Gatu kola / Pegagan (Centella asiatica)


2.1.4 Sumber Penghasil Senyawa Saponin

Saponin terkandung dalam berbagai macam Tumbuhan. Tumbuhan yang


mengandung saponin adalah :

Bunga Kembang Sepatu Bunga Matahari (Helianthus annuus L)


(Hibiscus rosa-sinensis)

Kacang Tanah (Arachis Nafas Bayi (Gypsophila paniculata)


hypogea)

Bunga Mahkota dewa


Lidah Buaya (Aloe vera)
(Phaleria macrocarpa)
2.1.5 Manfaat dan Bahaya Saponin
Saponin merupakan komponen bersifat pahit, yang menurut BIRK (1969) dapat
menyebabkan gangguan fungsional saluran pencernaan sebagai akibat terhambatnya aktivitas
otot penggerak peristaltic. Selain itu saponin juga dapat mengikat oksigen air, sehingga kadar
oksigen dalam air turun. Dapat menjadi racun kuat untuk ikan dan amfibi. Saponin yang
bersifat keras atau racun biasa disebut sebagai Sapotoksin. Saponin juga mampu
menghemolisis eritrosit, sehingga dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan. Dapat juga
menimbulkan reaksi alergi. Peningkatan permeabilitas saluran pencernaan memungkinkan
masuknya makromolekul seperti allergen.. Modifikasi transit dalam saluran pencernaan.
Kerusakan struktur dan peningkatan turn over sel mukosa usus halus menyebabkan
peningkatan kehilangan energi dan protein. Peningkatan kehilangan zat makanan merupakan
sebagian penyebab penurunan pertumbuhan akibat saponin.
Selain itu, saponin memilki manfaat bagi kesehatan, antara lain :
− Menurunkan kolesterol plasma karena saponin mampu berikatan dengan kolesterol.
Saponin yang masuk ke dalam saluran cerna tidak diserap oleh saluran pencernaan
sehingga saponin beserta kolesterol yang terikat dapat keluar dari saluran cerna. Hal
ini menyebabkan kadar kolesterol plasma dapat berkurang.
− Mencegah jantung koroner
− Pada hewan ruminansia, saponin dapat digunakan sebagai antiprotozoa, karena
mampu berikatan dengan kolesterol pada sel membran protozoa sehingga
menyebabkan membrondisis pada sel membrane protozoa. Saponin dapat beraktivitas
sebagai adjuvant pada vaksin antiprotozoa yang nantinya mampu menghambat
perkembangan sporozoit di dalam saluran pencernaan.

2.2 Identifikasi Senyawa Saponin di dalam Tumbuhan

Uji pendahuluan dilakukan untuk memastikan secara kualitatif adanya senyawa


saponin yang terkandung dalam batang pisang Ambon. Uji ini dilakukan dengan dua cara
yaitu uji busa dan uji warna LB.

a) Deteksi Saponin dengan Uji Busa pada Batang Pisang Ambon


Simplisia batang pisang Ambon yang dimasukkan dalam tabung reaksi berisi pelarut
aquades kemudian dikocok menghasilkan busa dan setelah penambahan pereaksi
asam klorida 2 N, busa yang terbentuk tidak hilang. Pengujian busa dilakukan
berulang terhadap simplisia. Dalam uji busa digunakan aquades sebagai pelarut dan
asam klorida 2 N sebagai pereaksinya. Setelah simplisia dikocok dalam aquades, busa
yang terbentuk pada tabung reaksi setinggi 3 cm dan setelah penambahan asam
klorida 2 N, busa tidak hilang dengan ketinggian 2 cm selama 30 detik. Busa yang
terbentuk disebabkan karena senyawa saponin memiliki sifat fisika yaitu mudah larut
dalam air dan akan menimbulkan busa ketika dikocok (Agung, dkk. 2016:5).
b) Deteksi Saponin dengan Uji Warna pada Batang Pisang Ambon
Uji warna yang dilakukan secara berulang terhadap simplisia menunjukkan hasil yang
positif. Dalam uji warna yang dilakukan menghasilkan cincin coklat setelah simplisia
yang dilarutkan dalam kloroform dan dipanaskan selama 5 menit sambil dikocok,
ditambahkan pereaksi LB menunjukan adanya saponin triterpen. Berdasarkan
penelitian sebelumnya tentang senyawa saponin yang menyatakan bahwa sampel
setelah ditambahkan pereaksi LB akan menghasilkan cincin warna coklat-ungu yang
menunjukkan adanya saponin triterpen dan hijau-biru untuk saponin steroid (Agung,
dkk. 2016:5).
c) Deteksi Saponin dengan Uji Skrining Fitokimia pada Sampel Buah Alpukat

Dari Tabel 2 terlihat adanya perbedaan antara sampel segar dan kering untuk uji
tanin dan flavonoid. Meskipun diuji dengan berat yang sama, pada sampel kering
kandungan tanin dan flavonoid lebih positif dibandingkan sampel segar. Hal ini
diduga disebabkan oleh kadar air sampel kering jauh lebih sedikit daripada kadar air
sampel segar (Marlinda, dkk. 2012:6).
Setelah dilakukan uji secara kualitatif untuk menentukan tumbuhan mengandung
senyawa saponin maka selanjutnya dilakukan uji kuantitatif yang bertujuan menentukan
kadar dari senyawa saponin pada tumbuhan, adapun beberapa uji yang dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Penentuan Kadar Saponin pada Batang Pisang Ambon dengan Uji Spektrofotometer
UV-Vis
Isolat yang diperoleh dari hasil KLT preparatif diidentifikasi secara kuantitatif dengan
spektrofotometri UV-Vis. Isolat sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam kuvet
spektrofotometer UV-Vis “Spectroquat Pharo 300” untuk diidentifikasi nilai
absorbansi senyawa saponin pada panjang gelombang maksimal. Pengamatan
dilakukan pada panjang gelombang 200-800 nm.

Hasil identifikasi menunjukkan satu puncak dari garis gelombang yaitu pada 209 nm
sebagai panjang gelombang maksimal dan memiliki nilai absorbansi 2,754 (Agung, dkk.
2016:6).

a. Penentuan Kadar Saponin pada Kulit Buah Naga dengan Metode FTIR
Untuk mengetahui jenis-jenis senyawa aktif biologis dan kadar senyawa aktif
yang terkandung di dalam buah naga merah, dilakukan pengujian dengan FTIR
sebagai berikut:

Tabel 1 menunjukkan jenis-jenis ikatan dari vitamin C yang terkandung pada


estrak kulit buah naga merah berdasarkan nilai bilangan gelombang yang terlihat pada
Gambar.1. Bilangan gelombang yang dihasilan dari pengujian FTIR kemudian
dicocokkan dengan data frekuensi literatur yang terlihat pada Tabel 2.
Dari hasil pencocoan dengan data frekuensi literatur tersebut, maka bilangan
gelombang untuk masing- masing jenis ikatan dari ekstrak kulit buah naga merah
masih berada pada interval bilangan gelombang yang telah ditetapkan (Ilham Noor,
dkk. 2016:2-3).

2.3 Cara Mengisolasi Senyawa Saponin di dalam Tumbuhan

Contoh isolasi senyawa saponin di tumbuhan yaitu pada batang pisang ambon
(Musa paradisiaca var. sapientum L.) yang dilakukan dengan metode Kromatografi
Lapis Tipis (KLT). Adapun metode dalam mengisolasi senyawa saponin pada batang
pisang ambon sebagai berikut: Lempeng alumunium silika gel GF254 Merck
disiapkan dengan ukuran panjang 10 cm dan lebar 3 cm. Ekstrak kental yang telah
dilarutkan dengan alkohol 95% ditotolkan pada lempeng tepi bawah dan diangin-
anginkan beberapa saat. Lempeng dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen
yaitu campuran homogen lapisan bawah pelarut antara kloroform : metanol : aquades
(13:7:2).

Lempeng dibiarkan terelusi hingga eluen merambat sampai pada tanda garis
tepi atas lempeng kemudian dikeluarkan dan dikeringkan di udara. Pengamatan noda
menggunakan lampu UV 254 dan 366 nm. Lempeng juga disemprotkan dengan
pereaksi LB dan dipanaskan pada suhu 110oC selama 10 menit untuk memperjelas
warna noda yang terbentuk. Proses KLT analitik dilakukan secara berulang hingga
memperoleh hasil yang tepat. Setelah hasil dengan KLT analitik disimpulkan positif
maka dilanjutkan dengan KLT preparatif.

Dari langkah-langkah isolasi yang telah dilakukan maka didapatkan hasil


sebagai berikut:

1. Hasil KLT yang diamati secara visual tidak terlihat bercak noda pada lempeng
alumunium silika gel Merck yang telah ditotolkan ekstrak dan terelusi oleh eluen.
Pada pengamatan di bawah lampu UV 254 dan 366 terlihat beberapa bercak noda
dengan nilai Rf yang berbeda. Lempeng kemudian disemprotkan dengan pereaksi
LB dan dipanaskan pada suu 110 ₒC selama 10 menit untuk membuktikan bercak
dari senyawa saponin.
2. Setelah penyemprotan dengan pereaksi LB yang dilanjutkan dengan pemanasan
diperoleh bercak warna hijau dari kedua totolan ekstrak batang pisang Ambon.
Proses KLT analitik dilakukan secara berulang untuk memperoleh hasil yang baik
dengan nilai Rf yang diperoleh 0,275-0,375.

Setelah proses KLT analitik menunjukkan hasil yang positif maka dilakukan
proses isolasi dengan KLT preparatif untuk memperoleh isolat. Eluen yang digunakan
sama yaitu campuran pelarut kloroform : metanol : air (13:7:2) lapisan bawah. Dalam
proses KLT preparatif digunakan lempeng preparatif silika gel 60 F254 Merck agar
jumlah isolat banyak. Setelah lempeng terelusi hingga batas atas, dilakukan
pengamatan di bawah lampu UV 254 menunjukkan bercak noda gelap yang sama
seperti pada hasil KLT analitik. Untuk lebih memperjelas bercak dari senyawa
saponin hasil pemisahan, pada bagian tepi kiri dan kanan lempeng sekitar 1 cm dari
tepi disemprotkan pereaksi LB kemudian dipanaskan dengan hair dryer untuk
menimbulkan bercak.

Daerah sekitar bercak kiri dan kanan dihubungkan dengan garis lurus. Bagian
dalam garis dikerok dan dilarutkan dengan alkohol 95%. Larutan didiamkan dan
setelah terlihat endapan silika, filtrat disaring sebagai isolat untuk diidentifikasi. Pada
penelitian ini tidak digunakan baku pembanding saponin karena sulit untuk
memperolehnya sehingga uji warna dengan pereaksi LB dijadikan dasar untuk
mengisolasi senyawa saponin (Agung, dkk. 2016:5).
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Saponin
tersebar luas di antara tanaman tinggi, keberadan saponin sangat mudah ditandai
dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok. Saponin adalah
glikosida triterpena dan sterol, telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan.
2. Senyawa saponin dapat pula diidentifikasi dari warna yang dihasilkannya dengan
pereaksi Liebermann-Burchard. Warna biru-hijau menunjukkan saponin steroida, dan
warna merah, merah muda, atau ungu menunjukkan saponin triterpenoida. Saponin
memiliki berat molekul tinggi, dan berdasarkan struktur aglikonnya, saponin dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu tipe steroida dan tipe triterpenoida. Kedua
senyawa ini memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul
biogenetika yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.
3. Tumbuhan yang mengandung sponin ini biasanya memiliki Genus Saponaria dari
Keluarga Caryophyllaceae. Senyawa saponin juga ditemui pada famili
sapindaceae,curcurbitaceae, dan araliaceae. Salah satu tumbuhan obat yang
mengandung saponinadalah gingseng yang termasuk famili araliaceae.
4. Identifikasi senyawa saponin pada tumbuhan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu uji
kualitatif dan uji kuantitatif. Uji kualitatif bertujuan untuk menentukan ada atau
tidaknya kandungan saponin pada tumbuhan. Berbagai uji kualitatif yang dilakukan
yaitu uji busa dengan menambahkan 2 tetes asam klorida pada sampel, uji warna
dengan menambahkan pereaksi Liberman Burch (LB) pada sampel dan uji skrining
fitokimia dengan menambahkan aquades pada sampel dan sampel yang digunakan
terdapat dua macam yaitu biji alpukat kering dan biji alpukat segar. Setelah dilakukan
uji kualitatif dilanjutkan dengan uji kuantitatif dengan menggunakan metode
spektrofotometer UV-Vis, FTIR, dan NMR.
5. Senyawa saponin dapat diisolasi dengan cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yaitu
dengan menggunakan lempengan silica gel sebagai plat, eluen yang berupa campuran
homogen lapisan bawah pelarut antara kloroform : metanol : aquades dan lampu UV
254 dan 366 nm kemudian dilanjutkan ke isolasi menggunakan kromatografi lapis tipis
preparatif.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, dkk. 2016. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Saponin Dari Ekstrak Metanol Batang
Pisang Ambon(Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.). Surabaya: UNAIR

Amelia, P., 2011, Isolasi, elusidasi struktur dan uji aktivitas antioksidan senyawa kimia dari
daun Garcia benthami Pierre. Jakarta: Universitas Indonesia

Amirth,Pal,Singh,2002. A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience Ltd.

Anonim, 2009. Indonesia Health Profile 2008. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Gunawan, Didit dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I ,Jakarta:
Penebar Swadaya.
Harbrone.J.B.,1987.Metode Fitokimia : Penuntun Cara Moderen Menaganalisis Tumbuhan.
Jakarata : Penebar Swadaya
Marlinda, dkk. 2012. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak
Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill)
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo

Вам также может понравиться