Вы находитесь на странице: 1из 10

UJI PROTEIN PADA ALBUMIN TELUR

Irma Mulyani
1313031073
Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK
Protein merupakan senyawa organik kompleks yang mempunyai bobot molekul tinggi dan merupakan
polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida Ada
berbagai cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pengujian terhadap protein seperti uji Biuret,
Pengendapan oleh logam, pengendapan oleh garam dan alcohol, uji koagulasi dengan asam, dan denaturasi
protein. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi protein dengan memanfaatkan ikatan peptida
pada protein melalui uji biuret, pengendapan dengan logam, pengendapan dengan garam, denaturasi dan
pengaruh zat-zat kimia terhadap struktur protein.

Kata Kunci: albumin telur, denaturasi protein, koagulasi protein , protein, uji biuret.

ABSTRACT
Proteins are complex organic compounds that have a high molecular weight and is a polymer of amino acid
monomers linked by peptide bonds. There are various ways to identification of a protein such as Biuret Test,
Precipitation by metal, precipitation by salt and alcohol, coagulation tests with acids, and protein denaturation.
The purpose of this expeiment is to identify proteins by using peptide bonds in proteins through biuret test, the
deposition of the metal, with salt precipitation, denaturation, and the influence of chemical substances on the
structure of the protein

Keyword: egg albumin, biuret test, protein, protein denaturation, protein coagulation

PENDAHULUAN Protein memiliki empat struktur yaitu


Kata protein berasal dari bahasa Yunani struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener.
proteios yang berarti pertama. Protein Berikut adalah penjelasan dari keempat struktur
merupakan komponen utama dalam sel hidup tersebut yaitu:
dan memegang peran penting dalam proses
kehidupan. Dalam kehidupan sehari–hari, Struktur Primer
protein terdapat pada telur, kacang-kacangan, Struktur primer (1o) adalah urutan linear
rambut, kulit, wol, darah, dan lain-lain asam-asam amino yang dihubungkan oleh
(Parning, 2005). ikatan peptida (Redhana, 2004). Struktur primer
Protein merupakan senyawa organik menjadi dasar rantai polimer yang
kompleks yang mempunyai bobot molekul menggambarkan susunan asam-asam amino
tinggi dan merupakan polimer dari monomer- pada rantai peptidanya tanpa memperhatikan
monomer asam amino yang dihubungkan satu kemungkinan adanya interaksi antara asam-
sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan asam amino. Pada struktur primer terdapat
protein merupakan polimer kondensasi dari urutan asam-asam amino yang menyusun
asam amino dengan penghilangan unsur air dari protein.
gugus amino dan karboksil (Tika, 2010).
Protein mempunyai fungsi unik bagi Struktur Sekunder
tubuh, antara lain menyediakan bahan-bahan Ikatan yang terdapat pada struktur
yang penting peranannya untuk pertumbuhan sekunder meliputi ikatan yang terdapat pada
dan memelihara jaringan tubuh, mengatur struktur primer (kovalen) dan ikatan hydrogen
kelangsungan proses di dalam tubuh dan antara oksigen karbonil dan hydrogen amida
member tenaga jika keperluannya tidak dapat dari ikatan peptide. Ikatan hydrogen ini
dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak (Tika, terbentuk menurut pola yang teratur sehingga
2010). membentuk struktur yang unik seperti α-heliks
dan β-sheet (Tika, 2010).

1
Struktur Tersier Banyaknya asam amino yang terikat pada
Struktur tersier protein (3o) adalah ikatan peptida juga mempengaruhi warna reaksi
susunan tiga dimensi protein yang meliputi ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan
pelipatan unsure-unsur struktur sekunder. warna biru, tripeptida ungu dan tetrapeptida
Unsur-unsur struktur sekunder utama (α-heliks serta peptida kompleks memberikan warna
dan β-sheet), namun proporsi dan kombinasinya merah. Secara umum warna positif dari reaksi
sangat bervariasi (Redhana, 2004). Pada Biuret ini membentuk senyawa kompleks yang
struktur sekunder, elemen-elemen struktur digambarkan sebagai berikut.
sekunder dikemas dalam bentuk tertentu. Pada
pengemasan ini dilibatkan berbagai ikatan dan Pengendapan dengan Logam
interaksi kimia seperti ikatan disulfida antar Garam logam berat umumnya
asam amino sistein, ikatan hydrogen, ikatan mengandung Hg2+, Pb2+, Cd2+, dan logam
ionik antar gugus-gugus yang terionisasi, lainnya dengan berat atom yang besar. Reaksi
interaksi hidrofobik dan hidrofilik serta ikatan yang terjadi antara garam logam berat akan
kovalen koordinasi. Kesemua ikatan maupun mengakibatkan terbentuknya garam protein–
interaksi ini disamping membentuk struktur protein yang tidak larut (Ophart dalam Tika,
tersier juga berperan sebagai penstabil (Tika, 2010). Ion – ion positif yang dapat
2007). mengendapkan protein adalah Hg2+, Fe2+, Cu2+
dan Pb2+, sedangkan ion–ion negatif yang dapat
Struktur Kuartener mengendapkan protein adalah: ion salisilat,
Struktur kuartener protein terjadi karena trikloroasetat, piktrat, tanat dan sulfosalisilat
asosiasi dari dua atau lebih sub unit polipeptida (Tika, 2010).
membentuk protein dimer, trimer, tetramer atau
yang lebih besar (Redhana, 2004). Pada struktur Pengendapan dengan Garam
kuartener protein terjadi interaksi antara Apabila terdapat garam-garam anorganik
struktur tersier protein membentuk suatu pada konsentrasi tinggi dalam larutan protein,
agregat yang memiliki fungsi biologi tertentu. maka kelarutan protein akan berkurang
Ikatan yang terlibat biasanya ikatan kovalen- sehingga menyebabkan terjadinya pengendapan
kovalen dan kebanyakan ikatan hidrofobik protein tersebut. Hal ini terjadi karena ion–ion
terjadi pada daerah-daerah non polar. Misalnya garam berkompetisi dengan molekul-molekul
hemoglobin, terdiri dari empat rantai protein untuk mengikat air atau terhidrasi.
polipeptida (sub unit), biasanya dua pasangan Karena kemampuan ion-ion garam terhidrasi
sub unit identik membentuk hemoglobin lebih besar daripada molekul- molekul protein
tetramer yang memiliki fungsi lebih efektif maka, molekul protein akan mengendap (Tika,
(Tika, 2007). 2010).
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan Pengendapan yang umum dilakukan
untuk melakukan pengujian terhadap protein adalah dengan menggunakan garam ammonium
yang sering disebut dengan reaksi uji protein. sulfat. Teknik ini didasarkan atas fakta bahwa
Reaksi uji protein dilakukan dengan Uji Biuret, kelarutan kebanyakan protein dalam larutan
Pengendapan oleh logam, pengendapan oleh garam dengan konsentrasi tinggi sangatlah
garam dan alcohol, uji koagulasi dengan asam, rendah (Redhana, 2004). Ketika konsentrasi
dan denaturasi protein. garam ditingkatkan, maka protein akan keluar
dari larutan dan mengendap. Proses ini disebut
Uji Biuret salting out. Konsentrasi garam yang diperlukan
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan pada kondisi salting out ini bervariasi.
peptida yang terbentuk pada pemanasan dua
molekul urea. Ion Cu2+ dari pereaksi Biuret Uji Koagulasi dengan Asam
dalam suasana basa akan bereaksi dengan Protein akan mengalami kekeruhan
polipeptida atau ikatan–ikatan peptida yang terbesar pada saat mencapai pH isoelektris yaitu
menyusun protein membentuk senyawa dimana protein memiliki muatan positif dan
kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi negatif yang sama. Pada saat inilah protein
positif ditandai dengan terbentuknya warna mengalami koagulasi. Asam dapat
ungu karena terbentuk senyawa kompleks mengacaukan jembatan garam dengan adanya
antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida muatan ionik. Sebuah tipe reaksi penetralan
(Tika, 2010). terjadi sewaktu ion positif dan negatif yang

2
berasal dari garam berganti pasangan dengan METODE
ion positif dan negatif yang berasal dari asam Praktikum ini dilaksanakan di
yang ditambahkan. Reaksi ini salah satunya Laboratorium Kimia Organik yang terletak di
dapat terjadi di dalam sistem pencernaan, saat Kampus Tengah Universitas Pendidikan
asam lambung mengkoagulasi susu yang Ganesha pada Selasa 29 Maret 2016.
dikonsumsi (Tika, 2010).
Alat dan Bahan
Pengendapan dengan Alkohol Alat yang diperlukan dalam percobaan ini
Dasar dari pengendapan protein dengan adalah: pipet tetes (1 buah), tabung reaksi (12
alkohol adalah kompetisi pembentukan ikatan buah), rak tabung reaksi (1 buah), batang
antara protein-air dengan alkohol-air. Alkohol pengaduk (1 buah), corong gelas (1 buah), labu
dapat mengendapkan protein karena gugus Erlenmeyer 250 mL (1 buah), spatula (1 buah),
fungsional dari alkohol (-OH) lebih kuat gelas kimia 100 mL (1 buah), gelas kimia 250
mengikat air melalui pembentukan ikatan mL (1 buah), pemanas listrik (1 buah), kaca
hydrogen dibandingkan dengan molekul protein arloji (1 buah), cawan porselen (1 buah),
sehingga kelarutan protein dalam air berkurang. penjepit kayu (1 buah). Bahan yang diperlukan
(Tika, 2010). dalam percobaan ini adalah: larutan protein
(100 mL), NaOH 0,1 N (10 mL), NaOH 0,25 N
Denaturasi protein (10 mL), larutan CuSO4 (5 mL), larutan HgCl2
Denaturasi protein dapat diartikan (5 mL), Kristal ammonium sulfat (5 gram),
sebagai suatu perubahan atau modifikasi reagen Millon (3 mL), Buffer asetat pH 4,7 (3
terhadap struktur sekunder, tersier dan mL), larutan HCl 0,1 N (10 mL), aquades (500
kuartener molekul protein tanpa terjadinya mL), etil alkohol 95% (18 mL), larutan
pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Karena itu, CH3COOH 1 M (secukupnya).
denaturasi dapat diartikan sebagai suatu proses
Prosedur Kerja
terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi
Uji Biuret
hidrofobik, ikatan garam, dan terbukanya
Larutan albumin telur sebanyak 3 mL
lipatan dari molekul protein (Tika, 2010).
ditambahkan 1 mL NaOH 2,5 N kemudian
Protein yang tedenaturasi akan berkurang
ditambahkan tetes demi tetes CuSO4 0,01 N dan
kelarutannya. Lapisan molekul bagian dalam
diaduk sampai timbul warna pada campuran
yang bersifat hidrofobik akan keluar sedangkan
tersebut.
bagian hidrofiliknya akan terlipat ke dalam.
Pelipatan atau pembalikan akan terjadi bila
Pengendapan Protein dengan Logam
protein mendekati pH isoelektris lalu protein
Larutan albumin telur sebanyak 3 mL
akan menggumpal dan mengendap. Viskositas
ditambahkan 5 tetes larutan HgCl2 0,2 M
akan bertambah karena molekul mengembang
kemudian memperhatikan perubahan yang
menjadi asimetrik, sudut putaran optis larutan
terjadi. Hal yang sama juga dilakukan saat
protein juga akan meningkat (Tika, 2010)
menggunakan larutan Pb(CH3COO)2 sebagai
Denaturasi protein meliputi gangguan
pereaksinya.
dan kerusakan yang mungkin terjadi pada
struktur sekunder dan tersier protein. Pada
Pengendapan dengan Garam
struktur protein tersier terdapat empat jenis
Larutan albumin telur sebanyak 3 mL
interaksi yang membentuk ikatan pada rantai
dijenuhkan dengan serbuk amonium sulfat
samping seperti ikatan hydrogen, jembatan
dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit
garam, ikatan disulfida, dan interaksi hidrofobik
garam amonium sulfat sambil diaduk sampai
non polar yang kemungkinan mengalami
sedikit garam amonium sulfat tidak melarut
gangguan. Denaturasi yang umum ditemui
lagi. Larutan yang sudah jenuh tersebut disaring
adalah proses presipitasi dan koagulasi protein
sehingga filtrat dan residunya terpisah. Filtrat
(Tika, 2010).
tersebut diuji dengan reagen biuret sedangkan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
endapannya diuji kelarutannya dalam air dan
mengidentifikasi protein dengan memanfaatkan
dengan reagen Millon.
ikatan peptida pada protein melalui uji biuret,
pengendapan dengan logam, pengendapan
Uji Koagulasi
dengan garam, denaturasi dan pengaruh zat-zat
kimia terhadap struktur protein.

3
Larutan albumin telur sebanyak 5 mL Larutan albumin telur sebanyak 9 mL
ditambahkan 2 tetes larutan asam asetat 1 M dimasukkan dalam tiga tabung reaksi yang
kemudian dianaskan dalam penangas air selama berbeda. Pada tabung pertama larutan protein
5 menit sehingga terbentuk endapan. Endapan
ditambahkan 1 mL HCl 0,1 M, pada tabung
tersebut diambil kemudian diuji kelarutannya
dalam air dan dengan reagen Millon. kedua larutan protein ditambahkan dengan 1
mL NaOH 0,1 M, dan pada tabung ketiga
Pengendapan Protein dengan Alkohol larutan protein ditambahkan 1 ml Buffer asetat
Larutan albumin telur sebanyak 5 mL pH 4,7 0,1 M. Ketiga tabung tersebut
dimasukkan dalam tiga tabung reaksi yang dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit
berbeda. Pada tabung pertama larutan albumin kemudian didinginkan pada temperatur kamar.
telur ditambahkan 1 mL HCl 0,1 M dan 6 mL
etil alkohol 95 %, pada tabung kedua larutan
albumin telur ditambahkan dengan 1 mL NaOH HASIL DAN PEMBAHASAN
0,1 M dan 6 mL etil alkohol 95%, dan pada Hasil
tabung ketiga larutan albumin telur Berdasarkan percobaan yang telah
ditambahkan 1 ml Buffer asetat pH 4,7 0,1 M dilakukan, didapatkan hasil pengamatan seperti
dan 6 mL etil alkohol 95%. dibawah ini, yaitu:
Denaturasi Protein

Tabel 1. Hasil pengamatan larutan albumin telur pada berbagai uji protein
Uji Hasil pengamatan
Uji Biuret Larutan berwarna ungu
Pegedapan protein dengan logam - Logam Hg: ada endapan berwarna putih
dan cairan agak keruh.
- Logam Pb: ada endapan berwarna putih
dan cairan agak keruh.
Pengendapan dengan garam - ada endapan putih setelah dijenuhkan dan
larutan putih keruh.
- filtrat diuji degan uji biuret menghasilkan
larutan berwarna biru
- endapan larut dalam air
- di uji dengan reagen Millon menghasilkan
larutan orange
Uji Koagulasi - terbentuk endapan putih didasar tabung
setelah dipanaskan
- endapan sedikit larut dalam air
- diuji dengan reagen millon menghasilkan
endapan orange kekuningan
Pengendapan protein dengan alkohol - tabung 1: gumpalan putih ditengah dan
cairan putih keruh.
- tabung 2: terdapat dua fasa
- tabung 3: gumpalan putih diatas dan
cairan dibawah.
Denaturasi protein - tabung 1: gumpalan putih diatas dan
setelah dipanaskan gumpalan semakin
banyak
- tabung 2: tidak terjadi perubahan.
- tabung 3: gumpalan diatas dan setelah
dipanaskan gumpalan semakin banyak.

4
Pada uji Biuret ini larutan albumin telur
ditambahkan 1 mL larutan NaOH 2,5 N dan
Pembahasan diteteskan larutan CuSO4. Setelah dilakukan
penambahan larutan CuSO4 terjadi perubahan
Uji Biuret
warna larutan dari semula bening menjadi
Uji biuret merupakan reaksi untuk berwarna ungu. Warna ungu ini merupakan
mengidentifikasi protein secara umum. Uji ini warna dari senyawa kompleks yang terbentuk
memberikan hasil positif pada senyawa- dari ion Cu2+ pada CuSO4 dengan protein. Hal
senyawa yang memiliki ikatan peptida (-CO- ini bisa terjadi karena ada reaksi antara gugus -
NH) dan protein. Hasil positif ditunjukkan oleh CO dan –NH pada molekul protein dengan ion
adanya perubahan warna larutan menjadi ungu Cu2+. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
sampai ungu kemerah-merahan. berikut :
O C C O
NH2 NH NH
NH2 NH2 H CR CR
C O
C O + C O + NH3 (g) C O Cu2+ O C
NH
NH NH
NH2(aq) NH2(aq) C O
H CR CR
H2N (aq) (b)
(a)

Gambar 1. a) Reaksi pembentukan Biuret, b) dan reaksi protein dengan Biuret

Perubahan warna pada larutan albumin dalam larutan albumin telur ini positif
telur menjadi warna ungu setelah ditambahkan mengandung protein dan sebagian dari
NaOH dan CuSO4 menandakan bahwa di senyawa protein terikat secara tripeptida.

Gambar 2. Uji Protein dengan Biuret yang menghasilkan larutan berwarna ungu.

Pengendapan Protein dengan Logam putih. Hal yang sama juga terjadi ketika larutan
Pada percobaan ini larutan albumin telur albumin telur ini ditambahkan dengan larutan
ditambahkan dengan larutan HgCl2. Ketika Pb(CH3COO)2 sebanyak 5 tetes yaitu terbentuk
dilakukan penambahan ini larutan menjadi endapan putih dan larutan menjadi agak keruh.
agak keruh dan terbentuk endapan berwarna

5
(a) (b)

Gambar 3. a) Endapan putih protein setelah ditambah Pb(CH3COO)2, b) Endapan putih protein
setelah ditambah HgCl2

Terbentuknya endaan putih ini dengan anion dari protein sehingga


menandakan bahwa larutan protein telah menghasilkan garam protein yang tidak larut.
diendapkan oleh ion Hg2+ dan Pb2+ yang Protein merupakan suatu koloid elektrolit yang
masing-masing berasal dari larutan HgCl2 dan bersifat amfoter. Pada bentuk netralnya,
Pb(CH3COO)2. Hal ini karena terjadi reaksi senyawa ini berbentuk dua kutub yang
penetralan muatan antara ion logam berat kondisinya dikenal dengan titik isoelektrik.
R

N H2 CH COOH

+
N H3
- +
-
+ OH + H
N H2 COO N H3 CH

CH R COOH
CH
R -
R COO suasana asam
suasana basa
t\ titik isoelektrik
Gambar 4. Senyawa protein dalam bentuk netralnya

Larutan garam yang ditambahkan pada bertindak atau mengkondisikan diri sebagai
larutan uji albumin mengandung anion. Untuk basa dan sebagian besar terdapat sebagai
larutan Pb-asetat anionnya adalah CH3COO-, anion. Anion dari protein inilah yang bereaksi
sedangkan untuk larutan Hg2+, anionnya adala dengan ion logam berat membentuk garam
Cl-. Penambahan kedua anion ini menyebabkan proteinat yang tidak larut dalam air. Reaksi
suasana larutan menjadi sedikit asam, sehingga yang terjadi adalah sebagai berikut:
protein yang terdapat dalam larutan akan

NH2 NH2
- -
Hg2+ Hg2+
R C COO(aq) + (aq)
R C COO
H H
2 (s)
garam proteinat yang tidak larut

NH2 NH2
- -
Pb2+ Pb2+
R C COO(aq) + (aq)
R C COO
H H
(s)
2
garam proteinat yang tidak larut

6
Gambar 5. Reaksi antara ion logam berat dengan protein

Pengendapan Protein dengan Garam ammonium sulfat. Ketika hal ini dilakukan
Pada percobaan ini, larutan albumin larutan protein mengendap menjadi endapan
telur dijenuhkan dengan garam (NH4)2SO4 atau berubah putih dan terdapat filtrat agak keruh.

Gambar 6. Larutan protein setelah ditambahkan larutan ammonium sulfat yang menghasilkan
gumpalan berwarna putih.

Terbentuknya larutan agak keruh dan Selanjutnya dilakukan uji kelarutan


endapan yang berwarna putih ini disebabkan endapan di dalam air. Hasilnya yaitu endapan
oleh penambahan garam ammonium sulfat ke yang terbentuk karena pengendapan garam ini
dalam larutan albumin secara berlebihan. Hal larut di dalam air. Selain itu endapan juga diuji
ini karena dengan penambahan garam pada dengan reagen Millon yang menghasilkan
konsentrasi tinggi akan menyebabkan protein endapan orange setelah dipanaskan. Hal ini
pada albumin mengalami peristiwa salting out, menandakan di dalam endapan protein positif
pada keadaan ini ion-ion dari garam mengandung asam amino tirosin. Selanjutnya,
ammonium bersaing dengan ion-ion pada filtrat diuji dengan uji Biuret yang
protein untuk mengikat air. Karena menghasilkan larutan berwarna biru. Sehingga
kemampuan ion-ion garam (ammonium sulfat) dapat dipastikan bahwa di dalam filtrat masih
untuk mengikat air lebih besar daripada terkandung protein dan sebagian senyawanya
protein, maka protein akan keluar dari larutan terikat secara dipeptida.
dan membentuk endapan putih.

(a) (b)
Gambar 7. a) uji biuret pada filtrat yang menghasilkan warna biru pada larutan, b) uji millon pada
endapan yang menghasilkan larutan berwarna merah muda.

Uji Koagulasi Terbentuknya endapan putih ini


Pada percobaan ini larutan albumin telur menandakan bahwa protein yang terdapat pada
ditambahkan dengan asam asetat. Setelah albumin telur telah mengalami koagulasi
ditambahkan terbentuk endapan putih. dengan penambahan asam (asam asetat).
Kemudian dilakukan pemanasan pada air Asam dapat mengacaukan jembatan garam
mendidih. Setelah dilakukan pemanasan dengan adanya muatan ionik dimana sebuah
endapan putih yang terbentuk semakin banyak. tipe reaksi penetralan terjadi sewaktu ion

7
positif dan negatif yang berasal dari garam yang terbentuk tidak melarut. Setelah itu
berganti pasangan dengan ion positif dan dilakukan uji Millon. Ketika ditambahkan
negatif yang berasal dari asam yang reagen Millon, endapan yang terbentuk akibat
ditambahkan. Sehingga protein mengalami koagulasi ini melarut. Kemudian dilakukan
koagulasi. Selain itu protein juga mampu pemanasan. Ketika pemanasan terjadi
mengalami koagulasi ketika mencapai pH perubahan yaitu terbentuknya endapan
isoelektrik. berwarna merah dan cairan berwarna merah .
Selanjutnya dilakukan uji kelarutan Ini menandakan bahwa di dalam protein yang
endapan di dalam air dan uji endapan dengan terdapat dalam larutan albumin telur positif
reagen Millon. Ketika endapan diuji terdapat tirosin.
kelarutannya di dalam air, ternyata endapan

(a) (b)

Gambar 8. a) larutan albumin telur yang ditambah asam asetat yang telah dipanaskan menghasilkan
endapan berwarna putih, b) uji kelarutan pada endapan yang membuktikan bahwa endapan tidak larut
dalam air

Pengendapan Protein dengan Alkohol penambahan etanol terbentuk 2 lapisan pada


Pada percobaan ini sebanyak 5 mL campuran, dimana lapisan atas terdapat
larutan albumin telur dimasukkan dalam tiga gumpalan sedangkan lapisan bawah berupa
tabung reaksi yang berbeda. Pada tabung larutan tak berwarna.
reaksi pertama ditambahkan HCl dan etil Namun pada tabung reaksi kedua, terbentuk
alkohol, pada tabung reaksi kedua sedikit gumpalan dan larutan berwarna bening.
ditambahkan NaOH dan etil alkohol, dan pada Pada saat dilakukan penambahan NaOH (basa
tabung reaksi ketiga ditambahkan dengan kuat), pH larutan menjadi diatas pH
buffer asetat dan etil alkohol. Setelah itu, isoelektriknya sehingga kelarutan protein
timbul perubahan yang berbeda di ketiga dalam air tidak berkurang melainkan
tabung reaksi tersebut. meningkat sehingga perlahan-lahan larutan
Pada tabung reaksi pertama, terjadi protein mulai larut. Saat ditambahkan etanol
endapan dan larutan menjadi keruh. kedalam larutan uji, molekul-molekul protein
Penambahan HCl pada larutan ini membuat pH yang kelarutannya telah meningkat akibat
larutan berada dibawah titik isoelektriknya dan penambahan basa menjadi tidak kalah bersaing
protein menjadi menggumpal. Pada kondisi ini, dalam mengikat air dengan gugus pada
kelarutan protein berada pada titik alkohol, sehingga hampir semua molekul
minimumnya, sehingga penambahan asam kuat protein tidak menggumpal dan menghasilkan
membuat protein lebih cepat mengendap larutan berwarna bening.
karena kelarutannya dalam air sangat Hasil dari ketiga reaksi tersebut
berkurang. Hal ini ditandai dengan menandakan bahwa penambahan asam (HCl)
terbentuknya gumpalan putih. dan buffer asetat ke larutan protein dalam
Hal yang sama pula terjadi pada tabung alkohol bisa menimbulkan pengendapan
reaksi ketiga. Hal ini disebabkan karena pH protein. Dasar dari pengendapan protein
buffer asetat yang sedikit asam sehingga dengan alkohol adalah kompetisi pembentukan
kondisi larutan dibawah pH isoelektriknya dan ikatan antara protein-air dengan alkohol-air.
protein menjadi menggumpal. Saat Alkohol dapat mengendapkan sebab gugus

8
fungsional dari alkohol (-OH) lebih kuat merusak ikatan hidrogen yang terdapat
mengikat air melalui pembentukan ikatan diantara gugus amida yang terdapat dalam
hydrogen dibandingkan dengan molekul struktur sekunder protein sehingga protein
protein sehingga kelarutan protein dalam air kehilangan air (terhidrasi) dan akhirnya
berkurang. Selain itu, alkohol juga mampu mengendap.

(a) (b) (c)

Gambar 9. a) tabung pertama terdapat gumpalan setelah ditambahkan HCl dan etil alkohol, tabung
kedua yang ditambah NaOH menghasilkan larutan bening , c) tabung ketiga terdapat gumpalan putih
setelah ditambah buffer pH 4,7 dan etil alkohol.

Denaturasi Protein pH 4,7. Ketiga tabung tersebut dipanaskan


Denaturasi protein merupakan proses dalam penangas air. Sebelum proses
perubahan atau modifikasi terhadap struktur pemanasan tabung yang pertama dan kedua
sekunder, tersier dan kuartener molekul protein terdapat gumpalan putih sedangkan tabung
tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kedua menghasilkan larutan bening tak
kovalen. berwarna.
Pada percobaan ini, larutan albumin Setelah dilakukan proses pemanasan,
telur sebanyak 9 mL dimasukkan dalam tiga pada tabung reaksi yang ditambahkan HCl dan
tabung reaksi yang berbeda. Pada tabung buffer asetat gumpalan berwarna putih
reaksi pertama ditambahkan larutan HCl, semakin banyak tabung reaksi yang
tabung reaksi kedua ditambahkan NaOH dan ditambahkan NaOH ini terbentuk sedikit
tabung reaksi ketiga ditambahkan buffer asetat gumpalan putih.

(a) (b) (c)


Gambar 10. Denaturasi protein setelah dipanaskan, a) tabung pertama ditambahkan HCl, b) tabung
kedua yang ditambahkan NaOH, c) tabung ketiga ditambah buffer pH 4,7 dan etil alkohol.

Terbentuknya endapan putih ini terhadap larutan protein dapat menyebabkan


menandakan bahwa telah terjadi peritiwa rusaknya struktur protein dan hilangnya
denaturasi protein. Denaturasi bisa terjadi aktivitas protein. Kemudian terbentuknya
karena faktor suhu dan pH. Pemanasan pada endapan putih pada larutan protein yang
suhu tinggi (diatas 80oC) yang dilakukan ditambahkan HCl dan buffer asetat setelah

9
dilakukan pemanasan disebabkan oleh kuatnya buffer asetat dan HCl dalam mempertahankan
pH sehingga mampu merusak pada alkohol menunjukkan uji positif dimana
kesetimbangan zwitter ion ke kondisi asam protein dapat diendapkan dengan alkohol
yaitu di bawah titik isoelektrik. Hal inilah yang karena alkohol dapat merusak ikatan hidrogen
menyebabkan protein terdenaturasi. yang terjadi pada molekul protein, dan
Perubahan struktur yang diakibatkan denaturasi protein terjadi karena pengaruh
proses denaturasi adalah perubahan konfigurasi suhu dan perubahan pH sehingga terjadi
protein α-heliks menjadi memanjang. Hal ini perubahan struktur protein yang menyimpang
disebabkan karena rusaknya ikatan hydrogen dari struktur alaminya.
pada ikatan non polar yang terjadi pada
struktur berlipat dari protein.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan
SIMPULAN
kepada Dr. I Nyoman Tika, M.Si., sebagai
Berdasarkan pembahasan diatas maka
dosen pengampu mata kuliah Praktikum
dapat disimpulkan bahwa: Protein memberikan
Biokimia, I Made Wirahady Kusuma selaku
hasil positif dengan uji biuret ditandai dengan
asisten dosen, dan I Dewa Subamia selaku
berubahnya warna larutan menjadi berwarna
laboran di Jurusan Pendidikan Kimia atas
ungu karena pembentukan kompleks Cu2+
masukan dan sarannya sehingga percobaan ini
dengan –NH pada amino, pada pengendapan
dapat dilaksanakan dengan baik.
protein dengan logam berat, pengendapan
terjadi karena ion logam dan protein
DAFTAR PUSTAKA
membentuk garam proteinat netral yang tidak
Redhana, I Wayan & Siti Maryam. 2004. Buku
larut dalam air, pada pengendapan protein
Ajar Biokimia Jilid I. Singaraja :
dengan garam, protein mengendap diakibatkan
IKIP N Singaraja
lebih besarnya kemampuan ion garam untuk
Tika, I Nyoman. 2007. Penuntun Praktikum
mengikat air dibandingkan dengan keampuan
Biokimia. Singaraja : Undiksha
protein mengikat air, koagulasi protein terjadi
Tika, I Nyoman. 2010. Penuntun Praktikum
karena penambahan asam ke dalam larutan
Biokimia. Singaraja : Undiksha
protein sehingga struktur tersier dan kuartener
protein menjadi rusak, uji kelarutan protein

10

Вам также может понравиться