Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB IV
1. Duduk Perkara
Wibisono dan saksi Kombes Pol. Drs. Wiliardi Wizar (masing-masing sebagai
Terdakwa yang penuntutannya dia jukan secara terpisah) pada akhir bulan
Januari tahun 2009 sampai dengan bulan Maret tahun 2009, bertempat di
rumah saksi Sigit Haryo Wibisono Jalan Pati Unus No. 35 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan atau setidak-tidaknya disuatu tempat yang masih daerah hukum
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, telah melakukan atau turut serta melakukan
dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain yaitu korban
terdakwa pada sekitar bulan Mei 2008 di kamar 803 Hotel Grand Mahakam
Tangerang, saat akan pulang terdakwa memberi saksi Rani Juliani uang sebesar
US$ 300 (tiga ratus US Dollar) dan memeluknya, serta mengajak bersetubuh,
44
namun ajakan tersebut ditolaknya. kemudian terdakwa mencium pipi kiri dan
pipi kanannya.
dilantik sebagai Direktur di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karena Surat
di tempat yang sama di kamar nomor 803 Hotel Grand Mahakam Jakarta
Juliani menuju Hotel Grand Mahakam Jakarta Selatan, saat akan menuju kamar
Nomor 803 korban meminta agar mengaktifkan handphone (HP) supaya bisa
mendengar pembicaraan.
sofa. Dalam pembicaraan saksi Rani Juliani meminta terdakwa untuk kembali
menjadi anggota Modern Land Golf dan meminta terdakwa untuk membantu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar bisa dilantik, Disela pembicaraan
terdakwa meminta saksi Rani Juliani untuk memijat punggungnya, saat sedang
kancing baju dan menurunkan bra sebelah kirinya. Ajakan tersebut ditolaknya
karena takut terdengar korban saksi Rani Juliani mematikan telepon selularnya.
Meskipun ditolak terdakwa masih terus menjamah tubuh saksi Rani Juliani
terdakwa membuka kancing dan resleting celananya lalu meminta saksi Rani
45
mandi, korban menelpon saksi Rani Juliani dan menanyakan "kenapa HP-nya
memberinya uang sebesar US$ 500 (lima ratus US Dollar) dan ketika akan
keluar kamar tiba-tiba korban masuk dan marah sambil berkata kepada
terdakwa "Mengapa bapak bertemu dengan isteri saya di sini dan apa yang
bapak lakukan terhadap isteri saya, saat ini saya bisa panggil wartawan untuk
"kita saudara, ya sudah nanti kita satu tim". Setelah tenang korban mengajak
saksi Rani Juliani pulang dan keesokan harinya korban meminta pengakuan
saksi Rani Juliani di bawah AI Quran untuk menceritakan perbuatan apa yang
kurun waktu bulan Juni 2008 sampai dengan Desember 2008, korban
isinya "bahwa pada waktu bapak berjumpa di Hotel Grand Mahakam dengan
Juliani), dan kesempatan itu korban kembali menanyakan proses perizinan PT.
isterinya di kamar Nomor 803 Hotel Grand Mahakam kemedia dan akan
sudah ku tiduri”. Atas ancaman dan teror tersebut terdakwa merasa takut dan
panik, lalu menduga orang yang meneror tersebut adalah korban, kemudian
47
Wibisono dan saksi Kombes Pol. Drs. H.Chairul Anwar, MH. di rumah saksi
Sigit Wibisono Jalan Pati Unus No. 35 Kebayoran Baru Jakarta Selatan,
membicarakan tentang teror yang dialami keluarga dan dirinya serta pemerasan
diketuai Kombes Pol. Drs. H. Chairul Anwar ,MH. untuk melakukan tugas
diperoleh foto korban, foto mobil yang biasa digunakannya, alamat rumah serta
alamat kantor.
isteri korban dan korban sebagai pengguna narkoba, Tim yang diketuai
hotel tempat korban dan saksi Rani Juliani menginap di Makassar, kemudian
melakukan razia narkoba di lantai 3 (tiga) salah satu kamar hotel di Makassar
untuk membuat laporan Polisi, namun tidak disetujui dengan alasan privasi
memerintahkan stafnya yaitu Budi Ibrahim dan saksi Ina Susanti untuk
dan HP 08161113244. Ketika saksi Budi Ibrahim bersama saksi Ina Susanti
Kerja Tim tidak bisa menghentikan ancaman dan teror yang dilakukan
korban terhadap diri dan keluarganya, terdakwa semakin panik dan takut,
cara menjadikan korban sebagai tersangka dalam perkara korupsi oleh KPK,
49
menjadikan korban sebagai korban perampokan yang akan dilakukan oleh TKI
akan mengusahakan orang yang bisa menghabisi korban melalui saksi Kombes
Pol. Drs. Wiliardi Wizar. Setelah itusaksi Sigit Haryo Wibisono menghubungi
saksi Kombes Pol. Drs. Wiliardi Wizar dan menyampaikan permasalahan yang
Haryo Wibisono dengan saksi Kombes Pol. Drs.Wiliardi Wizar di Jalan Pati
Haryo Wibisono dan saksi Kombes Pol . Drs. Wiliardi Wizar, kemudian
ancaman yang dilakukan korban terhadap diri dan keluarganya dengan cara
menghabisi korban dan saksi Sigit Haryo Wibisono akan mempersiapkan dana
serta peluang promosi jabatan, saksi Kombes Pol. Drs. Wiliardi Wizar
kemungkinan kenaikan pangkat dan jabatan saksi Kombes Pol. Drs. Wiliardi
Wizar dengan Kapolri dan saksi Kombes Pol. Drs. Wiliardi Wizar akan
mencari or ang yang bisa menghabisi korban guna menghentikan ancaman dan
alamat kantor korban kepada saksi Kombes Pol. Drs. Wiliardi Wizar yang
diserahkan oleh saksi Sigit Haryo Wibisono, yang sebelumnya diterima dari
Tim yang dibentuk Kapolri yang diketuai Kombes Pol. Drs. H. Chairul Anwar,
MH.
Setelah menerima foto korban, foto mobil, alamat rumah dan kantor
korban dari terdakwa dan adanya janji dari terdakwa yang akan membicarakan
promosi pangkat dan jabatannya kepada Kapolri, serta janji saksi Sigit Haryo
tanggal 01 Februari 2009 saksi Kombes Pol. Drs. Wiliardi Wizar menghubungi
menyerahkan 1 (satu) lembar kertas HVS yang ada digambar foto seorang laki-
beserta alamat lengkap rumah dan kantornya dan 1 (satu) lembar kertas HVS
bergambar mobil BMW warna silver dengan plat Nomor Polisi B 191 E,
seseorang yang dapat menghabisi nyawa korban karena orang tersebut sangat
alias Edo untuk bersedia bertemu dengan saksi Kombes Pol. Drs. Wiliardi
sambil memperlihatkan foto yang diterimanya dari saksi Kombes Pol. Drs.
Wiliardi Wizar menyampaikan ada tugas negara dan sangat rahasia yaitu
fotonya ada pada kertas HVS sambil menunjukkan foto yang diterimanya dari
Edo meninggalkan rumah saksi Jerry Hermawan Lo, lalu menghubungi saksi
Hendrikus Kia Walen alias Hendrik dan menyampaikan adanya orderan untuk
Wib saksi Kombes Pol. Drs. Wiliardi Wizar, saksi Jerry Hermawan Lo dan
saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo bertemu di cafe/restoran Arena
Bowling Ancol Jakarta Utara, pada pertemuan tersebut saksi Jerry Hermawan
Lo kembali meminta saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo agar mencari
berisi 2 (dua) lembar foto yang dicetak di atas kertas HVS yaitu : foto korban
dan foto mobil BMW warna silver dengan plat Nomor Polisi B 191 E.
Saksi Kombes Pol. Drs. Wiliardi Wizar dalam kesempatan itu juga
menjelaskan hal yang sama kepada saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias
menemui saksi Hendrikus Kia Walen alias Hendrik yang telah menunggu di
membahayakan keamanan negara dan nanti akan disediakan sarana serta uang
2009 itu juga terdakwa mengirim SMS kepada korban yang isinya "maaf mas
masalah ini yang tahu hanya kita berdua kalau sampai terblow up tahu
Selanjutnya pada awal bulan Maret 2009 saksi Kombes Pol. Drs.
Wiliardi Wizar menemui saksi Sigit Haryo Wibisono di Kantor Pers Indonesia
Merdeka Jalan Kerinci VIII No.63 Kebayoran Baru Jakarta Selatan meminta
53
Setyo Wahyudi menyerahkan dana sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) kepada saksi Kombes Pol. Drs. Wiliardi Wizar namun sebelum
uang operasional kepada saksi Kombes Pol.Drs. Wiliardi Wizar sebesar Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan uang tersebut adalah sebagai
pinjaman yang harus dikembalikan lagi dan terdakwa menjawab "nanti akan
dicarikan gantinya".
ratus juta rupiah) saksi Kombes Pol. Drs. Wiliardi Wizar menemui saksi
Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo di pelataran Lobby Cilandak Town
Saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo pada malam itu
(Iima ratus juta rupiah) kepada saksi Hendrikus Kia Walen Alias Hendrik di
Mc Donal Tebet dan menugaskan agar segera menghabisi korban namun uang
rupiah) saksi Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo mengatakan kepada saksi
54
saksi Kombes Pol. Drs. Wiliardi Wizar menghubungi saksi Eduardus Noe
Ndopo Mbete alias Edo dan mengajak bertemu di ruang kerjanya di subdit
sampai lewat Pemilu Legislatif tahun 2009 karena akan sia-sia serta akan
Eduardus Noe Ndopo Mbete alias Edo tidak usah khawatir karena semua itu
sudah diatur dan diamankan, bila pekerjaan ini berhasil maka pangkat dan
Amsi, saksi Heri Santosa bin Rasja alias Bangol, saksi Daniel Daen Sabon alias
Danil, untuk menghabisi nyawa korban dengan dalih pekerjaan tersebut adalah
tugas negara dan korban adalah orang yang membahayakan keamanan negara
bila berhasil maka saksi Fransiskus Tadon Kerans alias Amsi memperoleh
imbalan sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), saksi Heri Santosa
55
(tujuh puluh juta rupiah) dan saksi Daniel Daen Sabon Alias Danil akan
memperoleh imbalan sebesar Rp. 75.000 .000,- (tujuh puluh lima juta rupiah),
BMW warna silver No.Pol. B 191 E dan dana operasional telah diterima maka
diadakan pertemuan disebuah gudang kosong pabrik PT. Yasun Litex di Batu
korban.
hari Sabtu tanggal 14 Maret 2009 sekira jam 14.30 WIB bertempat di Jalan
Hartono Raya Modern Land Tangerang ketika korban berada di dalam mobil
BMW warna silver No. Pol. B 191 E yang dikemudikan saksi Suparmin, laju
Pol. B 8870 NP yang dikemudikan saksi Fransiskus Tadon Kerans alias Amsi
dan seketika, saat mobil BMW yang dinaiki korban yang berjalan pelan akan
melewati undakan (polisi tidur) lalu sepeda motor Yamaha Scorpio warna
gelap No. Pol. B 6862 SNY yang dikendarai saksi Heri Santosa bin Rasja alias
Bagol dengan memboncengi saksi Daniel Daen Sabon alias Danil bergerak
mendekati samping kiri mobil BMW yang dinaiki korban hingga berjarak
lebih kurang sekitar 0,5 (nol koma lima) meter kemudian saksi Daniel Daen
Sabon alias Danil mengarahkan senjata api jenis Revolver tipe S&W caliber
38 yang telah dipersiapkannya kearah kaca samping kiri belakang mobil BMW
56
lurus searah dengan kepala korban lalu menembak atau menarik pelatuk senjata
api tersebut sebanyak 2 (dua) kali, sehingga peluru menembus kaca pintu mobil
"bagaimana nich pak, bisa runyam kita?" dan Terdakwa menjawab "tenang saja
saya sudah koordinasikan" kemudian sekitar akhir bulan Maret 2009 saksi
Kombes Pol. Drs. Wiliardi Wizar datang kerumah terdakwa yang diantar saksi
2009 tanggal 30 Maret 2009 yang ditandatangani oleh Dr. Abdul Mun'im
Idries, Sp.F. dokter pemerintah pada Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
sekitar empat puluh tahun ini didapatkan 2 (dua) buah luka tembak masuk
pada sisi kepala sebelah kiri, kerusakan jaringan otak serta pendarahan dalam
rongga tengkorak serta 2 (dua) butir anak peluru yang sudah tidak utuh".
masuk dari sisi sebelah kiri, berdasarkan sifat lukanya kedua luka tembak
tersebut merupakan luka tembak jarak jauh, peluru pertama masuk dari arah
belakang sisi kepala sebelah kiri dan peluru yang kedua masuk dari arah depan
57
sisi kepala sebelah kiri, diameter kedua anak peluru tersebut 9 (sembilan)
millimeter dengan ulir kekanan, hal tersebut sesuai dengan peluru yang
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
jo. Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP jo. Pasal 340 KUHP.
Menimbang ,
Tentang Novum :
foto bagian kepala korban Nasrudin, yang bertanda Bukti PK-1 sampai
dengan PK-11 serta bukti PK-14, yang merupakan perbedaan hasil Visum
berbeda dengan hasil foto Bukti PK-1 sampai dengan Bukti PK-3, yang
kedua Visum itu ditandatangani oleh Dr. Abdul Mun’in Idris, Sp.F., tentang
uraian hasil yang menerangkan tentang adanya jumlah luka tembak yang
korban disebabkan luka tembak, dan ada dua lubang bekas peluru yang
masuk ke dalam kepala korban, sedang dalam foto Bukti PK-1 sampai
dengan Bukti PK-3, kematian korban disebabkan karena luka tembak dan
merupakan bukti baru yang relevan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263
58
adalah adanya akibat yang ditimbulkan oleh pelaku yang menerima perintah
dari Pemohon Peninjauan Kembali, adanya perintah dan akibat perintah itu
menyuruh.
dan antara pelaku lapangan dengan terpidana ada hubungan causal atas
akibat itu dan hal ini bukanlah kekeliruan nyata karena fakta hukumnya
korban meninggal akibat luka tembak, dengan demikian bukti baru tentang
yang terpenting dalam perkara a quo adalah rangkaian perbuatan dan fakta
59
hukum yang terjadi telah menunjukkan adanya korelasi dan adanya tujuan
d. Bahwa tentang bukti baru berupa foto mobil BMW No.Pol. B 191 E milik
korban Nasrudin, hal inipun bukanlah hal baru atau novum sebagaimana
dimaksud Pasal 263 ayat (2) huruf A KUHAP, yang dapat membatalkan
putusan Judex Juris yang telah menguatkan putusan Judex Facti Tingkat
Banding maupun Tingkat Pertama, karena apa yang diuraikan yang dibahas
hanyalah mengurai dari jarak berapa peluru dan sudut berapa serta akibat
dari hasil tembakan peluru, hal yang demikian tidaklah relevan, karena yang
utama dalam perkara a quo adalah adanya korban yang meninggal dan
rinci, dan yang pokok bagaimana perintah itu berhasil dilaksanakan, hal
tidak adanya SMS dari terpidana kepada korban bukanlah merupakan bukti
Ina Susanti atas adanya ancaman diri terpidana, hal inipun tidak
terpidana keluar kata-kata kepada Ina Susanti dengan kalimat “saya atau dia
dikesampingkan.
acuan dalam hal keterangannya relevan, Majelis lebih terikat dengan alat-
bahkan ahli tidak menyebutkan dari nomor berapa SMS yang dikatakan itu
Vide Pasal 185 ayat (6) jo. Pasal 187 huruf d KUHAP.
b. Bahwa Judex Juris telah mempertimbangkan secara tepat dan benar atas
undang maupun kekeliruan yang nyata dari Judex Facti dalam mengadili
perkara tersebut.
c. Bahwa dakwaan atas diri terpidana adalah mengenai turut serta melakukan
dengan para pelaku lain, dan dalam perkara ini terpidana dikenakan
bagaimana pelaksanaan anjuran itu dan yang utama anjuran itu telah
untuk pelaksanaan itu serta penyerahan uang dari Sigit kepada Wiliardi
e. Bahwa saksi Sigit ketika membaca berita dan mengetahui korban Nasrudin
mati karena luka tembak sangat terkejut dan sempat menghubungi terpidana
dengan mengatakan “Mas ini khog jadi runyam, nanti berbahaya harus
dan TB II.
serta bukti-bukti yang diajukan telah ternyata tidak adanya kekeliruan dan
63
Tinggi) maupun dari Judex Juris dalam memutus perkara tersebut, yang
Negeri, sehingga putusan itu telah tepat dan benar, karenanya harus tetap
dipertahankan.
putusan yang satu dengan yang lain tidak saling bertentangan lagi pula
pertimbangan dan putusan Judex Juris dan Judex Facti tidak terdapat
Memperhatikan Pasal 340 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP,
2. Analisis Kasus
Relevansi alat bukti merupakan salah satu cabang disamping berbagai alasan
lain untuk menolak dimunculkannya suatu alat bukti dalam suatu perkara
pidana.
alat bukti tersebut haruslah relevan dengan yang akan dibuktikan. Jika alat
bukti tersebut tidka relevan, pengadilan harus menolak bukti semacam itu
karena menerima bukti yang tidak relevan akan membawa resiko tertentu bagi
perlu
sebenarnya besar.
Berhubung karena itu, maka amatlah penting bagi hakim dalam proses
pengadilan untuk mengetahui dan cepat memutuskan apakah suatu alat bukti
relevan atau tidak dengan fakta yang dibuktikannya. Alat bukti menjadi relevan
65
manakala alat bukti tersebut memiliki hubungan yang cukup dengan masalah
adalah melihat apakah ada hal-hal yang dapat menjadi alasan untuk
sebagai berikut:
2. Apakah yang akan dibuktikan itu merupakan hal yang subtansial bagi kasus
tersebut?
3. Apakah bukti tersebut memiliki hubungan secara logis dengan masalah yang
akan dibuktikan?
pada tahap kedua, yaitu melihat apakah ada ketentuan lain yang merupakan
alasan untuk menolak alat bukti tersebut. Alasan atau aturan yang harus
Alat bukti yang relevan adalah suatu alat bukti dimana penggunaan
bukti tersebut dalam proses peradilan lebih besar kemungkinan akan dapat
membuat fakta yang dibuktikan tersebut menjadi lebih jelas daripada jika alat
bukti tersebut tidak digunakan. Dengan demikian, relevansi alat bukti bukan
hanya diukur dari ada atau tidaknya hubungan dengan fakta yang akan
bersangkutan menjadi lebih jelas. Untuk itu, perlu dibedakan antara masalah
Relevansi alat bukti diukur apakah alat bukti tersebut relevan dengan
dari alat bukti merupakan jawaban terhadap pertanyaan apakah fakta yang akan
dibuktikan tersebut cukup signifikan (cukup penting) bagi kasus tersebut secara
keseluruhan? Namun demikian, dalam prektek antara relevansi alat bukti dan
bukti.
hukum di Indonesia, bahkan berlaku juga dalam hukum di negara mana pun di
dunia ini, kapan suatu alat bukti dikatan relevan dan kapan dianggap tidak
relevan dan kapan dianggap relevan tidak ada ketentuan tegas, dalam hukum
acara pidana. Oleh karena itu, terserah pada hakim untuk menimbang-nimbang
mana yang relevan dan mana yang tidak relevan tersebut, dengan
ilmu hukum pembuktian, dengan memakai logika dan keyakinan hakim yang
bersangkutan. Para pihak yang berperkara boleh ikut menilai, tetapi putusan
mudah untuk diputuskan sebab dalam beberapa kasus, justru relevan atau
tidaknya alat bukti baru diketahui jika telah dilakukan pemeriksaan terhadap
alat bukti tersebut secara terbuka dan setelah ditelaah oleh para pihak di
pengadilan. Dalam hal ini hakim diminta bijaksana untuk tidak serta merta
didengar atau diterima dulu alat bukti tersebut, kemudian diputuskan relevan
atau tidaknya alat bukti yang bersangkutan. Sebaliknya, hakim diharapkan juga
untuk tidak terlalu gegabah menerima segala macam alat bukti tanpa melihat
proses peradilan, atau dapat membuat perkara menjadi kuat karena praduga-
membingungkan.
diletakkan. Hal ini karena di pundak siapa beban pembuktian diletakkan oleh
hukum, akan menentukan secara langsung begaimana akhir dari suatu proses
adil dan dalam penerapannya. Selain itu, hakim juga hrus cukup arif.
membuktikan dan meyakinkan pihak mana pun bahwa fakta tersebut memang
bahwa jika tidak dapat dibuktikan oleh pihak yang dibebani pembuktian, fakta
tersebut tidak pernah terjadi seperti yang diungkapkan oleh pihak yang
Tingkat pembuktian dalam hukum pidana harus lebih tinggi dan lebih
Pidana bahwa pembuktian dalam hukum acara pidana haruslah sampai pada
dijatuhi pidana, diperlukan bukti yang “sah dan meyakinkan”, dan beban
69
jaksa.
acara pidana harus dibuktikan dengan tingkat pembuktian yang tinggi. Untuk
yang lebih tinggi, tetapi tingkat terbukti dengan kemungkinan lebih besar
bukti, maka dalam ketentuan tentang alat bukti dalam hukum acara pidana
bersifat hukum memaksa (dwinged recht). Artinya, segala jenis alat bukti yang
sudah diatur dalam pasal tersebut tidak pernah ditambah atau dikurangi. Dalam
hukum acara pidana terdapat model alat bukti yang terbuka ujung (open end)),
teknologi. Alat bukti terbuka dalam hukum acara pidana yaitu alat bukti
petunjuk.
Menurut ilmu hukum, pembuktian dibedakan antara alat bukti rill dan
alat bukti demonstratif. Yang dimaksud dengan alat bukti rill adalah alat bukti
seperti senjata, peluru dan pakaian korban. Sementara itu, yang dimaksud
dengan alat bukti demonstratif adalah alat bukti yang tidak secara langsung
70
membuktikan adanya fakta tertentu, tetapi alat bukti ini dipergunakan untuk
membuat fakta tersebut menjadi lebih jelas dan lebih dapat dimengerti.
Alat bukti rill dapat pula dibedakan dari alat bukti langsung (direct)
dan alat bukti sirkumtansial. Yang dimaskud dengan alat bukti langsung adalah
alat bukti yang dapat membuktikan secara langsung adanya fakta yang terjadi.
Adapun yang dimaksud dengan alat bukti rill dalam bentuk sirkumtansial
adalah alat bukti yang tidak secara langsung dapat membuktikan adannya fakta
yang bersangkutan, tetapi pembuktian tersebut hanya dapat ditarik dari suatu
kesimpulan bahwa fakta tentang objek tertentu dlah benar adanya sehingga
dapat pula ditarik kesimpulan bahwa fakta yang lain juga pula benar adanya.
bukti, umumnya alat bukti fisik yang menggunakan eksperimen dan teknologi
pengadilan sebagai saksi ahli. Alat bukti saintifik tersebut digunakan, baik
pengadilan jika prinsip dan teknik eksperimen tersebut telah dapat diterima
itu hanya salah satu kriteria atau teori di samping beberapa teori atau
misalnya, masih banyak keraguan diterima sebagai alat bukti saintifik terhadap
lalunya.
probability.
pembunuhan/prampokan/pencurian.
72
4. Tes darah untuk membuktikan ada tidaknya hubungan darah di anatar ibu
dan anak.
9. Dan lain-lain.
tersebut bahkan beberapa model tes saintifik menunjukkan hasil yang sangat
akurat, tidak semua model bukti saintifik tersebut dapat diterima atau dijamin
keakuratannya
diterima atau tidaknya alat bukti saintifik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori keseimbangan,
3. Teori realibilitas
bukti saintifik baru dapat diterima sebagai alat bukti manakala memenuhi
syarat yang sebenarnya umum untuk suatu penerimaan alat bukti, yaitu adanya
Teori penerimaan umum di antara para ahli atau yang terkenal dengan
fyre test mengajarkan bahwa suatu alat bukti saintifik baru dapat diterima
kasus Daubert v. Merrel Dow (the US Supreme Court, 1993). Teori ini
mengajarkan bahwa suatu alat bukti saintifik baru dapat diterima sebagai alat
alat bukti saintifik tersebut harus didukung oleh dasar yang baik (good ground)
dalam menganalisis tingkat validitas dari suatu keterangan dari saksi ahli.
Menurut teori reabilitas ini, agar suatu alat bukti saintifik memenuhi
sebagai alat bukti, alat bukti tersebut harus mempunyai tingkat reabilitas yang
tersebut?
publikasi?
4. Apakah proses dan hasil pembuktian saintifik tersebut cukup jelas dan dapat
5. Sejauh mana diakui kepakaran dari saksi ahli yang mejelaskan teori/teknik
berkembang pesat.
menggunakan metode pembuktian hasil uji balitik, pintu masuk bagi hakim di
pembuktian merupakan salah satu bidang hukum publik yang bersifat memaksa
sehingga tidak mudah bagi hakim untuk berkelit atau menyimpang dari
Alat bukti serbaguna dalah hukum acara pidana, yaitu alat bukti
sebagai terobosan bagi hakim dalam perkara pidana. Dalam hal ini, dengan
adanya berbagai model alat bukti hasil uji balistik tersebut, dapat menjadi bukti
tersebut.
dalam keterangan saksi, dalam bukti surat atau dalam keterangan terdakwa
sudah menyebut-nyebut adanya bukti hasil uji balistik tersebut, hakim dapat
mengkaji lebih jauh tentang alat bukti hasil uji balistik tersebut. Apabila cukup
layak, dapat dipergunakan sebagai alat bukti petunjuk. Hal ini memang sesuai
ini, sebagaimana yang ditentukan oleh Pasal 188 ayat (3) KUHAP.
oleh pemohon mengenai hasil uji balistik sebagai alat bukti baru dalam putusan
tidak dapat diterima oleh majelis hakim dikarenakan bahwa pengajuan alat
bukti yang dimajukan hanya pada putusan yang menganlisis menganai korelasi
fakta dan bukti. Sedangkan dalam proses pengajuan Peninjuan Kembali, hakim
hukum yang telah terjadi telah menunjukkan adanya korelasi dan adanya tujuan
peninjauan kembali yaitu adanya bukti baru, yang sebagaimana telah yang
perbedaan bukti pada saat dilakukannya pemeriksaan korban. Hal ini dalam
Kembali menurut penulis tidak dapat dikualifikasikan sebagai alat bukti baru
alat bukti hasil uji balistik hanya menjelaskan bagaimana korban terbunuh,
sehingga tidak memenuhi kriteria tentang kekeliruan nyata yang dilakukan oleh
hakim pada judex juris, tetapi dalam putusan hakim lebih mempertimbangkan
Menurut penulis, hasil uji balistik dalam putusan ini memang tidak
perlu diajukan sebagai alat bukti baru atau keadaan baru dikarenakan dalam