Вы находитесь на странице: 1из 5

Model penerimaan teknologi (bahasa Inggris: Technology Acceptance Model, disingkat TAM) adalah

merupakan salah satu model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor‐faktor yang
mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer.

Sejarah
Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Davis (Davis M. , 1986) [1]dan selanjutnya digunakan serta
dikembangkan kembali oleh beberapa ilmuwan contoh Adam et al. (1992) Szajna (1994), Igbaria
et al. (1995) serta Venkatesh dan Davis (2000).

Technology Acceptance Model (TAM), yang pertama kali diperkenalkan oleh Davis, adalah
sebuah aplikasi dan pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang
dispesialisasikan untuk memodelkan penerimaan pemakai (user acceptance) terhadap sistem
informasi. Tujuan TAM diantaranya yaitu untuk menjelaskan faktor penentu penerimaan
teknologi berbasis informasi secara general serta menjelaskan tingkah laku pemakai akhir (akhir
(end-user) teknologi informasi dengan variasi yang cukup luas serta populasi pemakai. Secara
ideal sebuah model merupakan pemakai. Dan seyogyanya suatu model merupakan prediksi,
dibarengi dengan penjelasan, sehingga peneliti maupun praktisi dapat mengidenti fikasi
mengapa sistem tertentu mungkin tidak dapat diterima, sehingga diperlukan mengambil langkah
revisi dalam rangka mengambil langkah perbaikan, untuk mengatasinya.

Pada akhirnya, maksud dan tujuan TAM tak lain adalah untuk menyediakan dasar dalam rangka
mengetahui pengaruh dari faktor eksternal terhadap kepercayaan internal, sikap, dan niat. TAM
diformulasikan untuk mencapai tujuan ini melalui pengidentifikasian sejumlah kecil variabel
pokok, yang didapatkan dari penelitian sebelumnya terhadap teori maupun faktor penentu dari
penerimaan teknologi, serta menerapkan TRA sebagai latar belakang teoretis dalam memodelkan
relasi antara-variabel.

Tujuan
TAM memiliki tujuan untuk menjelaskan dan memprediksikan penerimaan pemakai terhadap
suatu teknologi. TAM adalah pengembangan TRA dan diyakini mampu meramalkan penerimaan
pemakai terhadap teknologi berdasarkan dampak dari dua faktor, yaitu perspektif kemanfaatan
(perceived usefulness) dan perspektif kemudahan pemakaian (perceived ease of use) (Davis,
1989).

Menurut Davis (1989) [2] TAM adalah sebuah teori sistem informasi yang didesign guna
menerangkan bagaimana pengguna mengerti dan mengaplikasikan sebuah teknologi informasi.

TAM mengadopsi TRA dari Fishbein dan Ajzen (Fishbein, 1967) yang digunakan untuk melihat
tingkat penggunaan responden dalam menerima teknologi informasi. Konstruksi asli TAM
sendiri yang dirumuskan oleh Davis (1989), adalah persepsi kegunaan (perceived usefulness),
persepsi kemudahan pemakaian (perceived ease of use), sikap (attitude), niat perilaku
(behavioral intention), penggunaan sebenarnya (actual use) dan ditambahkan beberapa
perspektif eksternal yaitu, pengalaman (experience) serta kerumitan (complexity) [3]
Persepsi Kegunaan Penggunaan (Usefulness)

Perspektif penggunaan (perceived usefulness) adalah merupakan suatu fase dimana seseorang
percaya bahwa pemakai suatu sistem tertentu akan dapat menambah prestasi kerja orang
tersebut. Berdasarkan definisi itu dapat diartikan bahwa kegunaan dari penggunaan TIK dapat
menambah kinerja, prestasi kerja siapapun yang menggunakannya.

Thompson et. al (Thompson) [4] kemudian mengemukakan kesimpulan bahwa kemanfaatan


teknologi informasi merupakan dampak yang diharapkan oleh pengguna teknologi informasi
dalam menjalankan tugas mereka. Thompson (1991) juga menyatakan bahwa individu akan
menggunakan teknologi informasi, jika orang tersebut memiliki pemahaman mengenai manfaat
atau kegunaan (usefulness) yang baik atas kegunaannya.

Kemudahan penggunaan juga merupakan salah satu poin dalam model TAM, yang telah diuji
dalam penelitian Davis et al. (1989). Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa faktor ini
terbukti secara empiris, dapat menjelaskan alasan pengguna akhir dalam menggunakan sistem
informasi serta menjelaskan bahwasanya sistem baru yang ketika itu sedang dikembangkan,
diterima oleh para pengguna pengguna akhir.

Perspektif Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use)

Perspektif kemudahan penggunaan dapat meyakinkan pengguna bahwasanya teknologi informasi


yang akan diaplikasikan adalah suatu hal yang mudah dan bukan merupakan beban bagi mereka.
TIK yang tidak sulit digunakan akan terus diaplikasikan oleh perusahaan.

Davis (1989) dalam bukunya juga menyatakan bahwa perspektif kemudahan pengaplikasian
(perceived ease of use) merupakan sebuah tingkatan dimana seseorang percaya bahwasanya
penggunaan sistem tertentu, mampu mengurangi usaha seseorang dalam mengerjakan sesuatu.
Frekwensi penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga mampu
menunjukan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering digunakan menunjukan bahwa
sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh
penggunanya.

Sikap Terhadap Pengaplikasian (Attitude Toward Using)

Sikap terhadap pengaplikasian sesuatu menurut Aakers dan Myers (1997) adalah, sikap pro atau
kontra terhadap pengaplikasian sebuah produk. Sikap pro atau kontra terhadap suatu produk ini
dapat diaplikasikan guna memprediksi tingkah laku ataupun niat seseorang untuk menggunakan
suatu produk atau tidak menggunakannya. Sikap terhadap pengaplikasian teknologi (attitude
toward using technology), diartikan sebagai evaluasi dari pemakai tentang keingintahuannya
dalam menggunakan teknologi.

Perilaku Keinginan Untuk Menggunakan (Behavioral Intention to Use)

Behavioral intention to use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap mengaplikasikan sebuah
teknologi (Davis, 1989). Tingkat pengunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat
diprediksi dari sikap serta perhatian sang pengguna terhadap teknologi tersebut, contohnya
adalah adanya keinginan untuk menambah peripheral pendukung, keinginan untuk tetap
menggunakan, serta keinginan untuk mempengaruhi pengguna lain.

Pemakaian actual (Actual Use)

Pemakaian aktual (actual system usage) adalah kondisi nyata pengaplikasian sistem
(Davis,1989). Seseorang akan merasa senang untuk menggunakan sistem jika mereka yakin
bahwa sistem tersebut tidak sulit untuk digunakan dan terbukti meningkatkan produktifitas
mereka, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan. Bentuk pengukuran pemakaian aktual
(actual system usage) adalah seberapa kerap dan durasi waktu pemakaian terhadap TIK.
Penggunaan teknologi sesungguhnya (actual technology use), diukur melalui jumlah akumulasi
waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teknologi dan seberapa kali seringnya
menggunakan teknologi tersebut.

Kesesuaian Tugas (Job Fit)

Thompson et al. (1991) membuat model penelitian yang mengambil sebagian teori yang
diusulkan oleh Triandis [5], tolak ukur yang mempengaruhi pengaplikasian teknologi informasi
adalah diantaranya tolak ukur sosial, dampak, tingkat kerumitan, kesesuaian tugas, efek jangka
panjang, serta kondisi yang memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi. Kesesuaian tugas
diinpretasikan sebagai koresponden antara kebutuhan tugas, kemampuan seseorang dan fungsi
dari teknologi. Kesesuaian tugas dan teknologi dipengaruhi diantaranya oleh hubungan antara
karakteristik individu pemakai, teknologi yang diaplikasikan, dan tugas yang berbasis teknologi.

Pengalaman (Experience)

Ajzein dan Fishbein (1980) [6]dalam penelitiannya menemukan adanya perbedaaan yang
menonjol antara user yang berpengalaman dengan yang unexperienced dalam mempengaruhi
penggunaan yang sebenarnya. Kajian Taylor dan Todd (1995) dalam meneliti pengguna yang
berpengalaman, juga menunjukan bahwa ada korelasi yang signifikan antara minat menggunakan
suatu teknologi serta perilaku penggunaan (behavioral usage) suatu teknologi yang
berpengalaman

Kerumitan (Complexity)

Thompson et.al (1991)[7] memaparkan bahwa semakin kompleks suatu inovasi, maka akan
semakin rendah pula tingkat pengaplikasiannya. Inovasi terhadap sebuah TIK bisa
mempengaruhi pemahaman pengguna untuk menggunakan TIK.

Studi kasus
TAM dapat kita aplikasikan manakala kita ingin menelaah mengenai proses transisi pembayaran
tiket pengguna bus transjakarta dari hard cash dengan menggunakan uang elektronik (e-money).
Sejak pertama kali diperkenalkan pengunaannya kepada para pengguna transjakarta pada tahun
2014 [8]

E-ticketing diperkenalkan kepada publik dalam rangka mengurangi biaya serta meningkatkan
pengalaman serta kenyamanan penumpang. E- ticketing melibatkan kegiatan tiket digital yang
pada akhirnya memungkinkan pengurangan penggunaan tiket kertas, termasuk didalamnya
mengurangi penggunaan tenaga kerja, biaya percetakan, biaya pengiriman dan biaya akuntasi
serta menghindari praktek komisi yang dibayar dalam sistem distribusi global ke agen.

Sangat mudah untuk digunakan

Kemudahan penggunaan (ease of use) adalah kepercayaan seseorang dalam mengaplikasikan


suatu teknologi yang bisa dengan mudah digunakan serta dipahami. Kemudahan selanjutnya
akan memiliki efek pada perilaku, yaitu semakin menigkat seseorang beranggapan mengenai
kemudahan menggunakan sistem, semakin meningkat pula skala pemanfaatan teknologi
informasi. Pengguna (user) sebuah teknologi memiliki kepercayaan bahwa sistem yang lebih
lentur tidak kaku mudah dipahami dan mudah pengaplikasiannya (compartible) adalah sebuah
karakter dari kemudahan penggunaan

Safety

Keamanan yang dirasakan sehubungan dengan keyakinan bahwa transaksi dapat disimpulkan
aman serta, dalam situasi ini, akan sangat mudah bagi pengguna untuk berpikir bahwasanya
menggunakan layanan tersebut akan menguntungkan bagi dirinya.

Manfaat yang Dirasakan

Kehadiran sistem pembayaran elektronik dengan mengaplikasikan electronic money, banyak


manfaat yang dirasakan. Dalam halnya e-ticketing Transjakarta dan Commuter Line di
Jabodetabek, pengguna tidak harus repot-repot untuk mengantre membeli tiket melainkan cukup
dengan tap and go saja, sehingga waktu pembayaran menjadi jauh lebih pendek dan efisien.

Kenyamanan

Pikkarainen dkk. dalam Davis (2004) menjelaskan bahwasanya kenyamanan adalah keadaan
dimana seorang individu mengadopsi suatu teknologi dalam melakukan aktivitasnya dan merasa
bahwa hal itu memberikan benefit serta effect yang baik bagi dirinya. Dalam hal ini, pengguna
electronic money merasa tenang dan leluasa karena bisa melakukan pembayaran dengan e-money
dan tak hanya untuk transportasi semata, melainkan e-money tersebut bisa digunakan juga untuk
transaksi tol, pembayaran parkir, belanja di minimarket serta retail maupun tempat lainnya yang
sudah menggunakan Electronic Data Capture (EDC) guna memproses pembayaran dengan e-
money.

Aksesibilitas Penyedia Layanan


Kartu electronic money mulai dilirik untuk menggantikan uang tunai dalam pembayaran-
pembayaran tertentu, utamanya pembayaramemiliki efek yang sangat mumpuni terhadap
perkembangan dan pertumbuhan e-money

Referensi
1. ^ Davis, M. (1986). A Technology of Acceptance Model for Empirically testing new-end
user information system: Theory and Result. Massachusetts, USA: Sloan School of
Management, Massachusets Institute of Technology.
2. ^ Davis. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use and user acceptance of
information technology
3. ^
https://www.researchgate.net/profile/Fred_Davis2/publication/35465050_A_technology_
acceptance_model_for_empirically_testing_new_enduser_information_systems__theory_
and_results_/links/0c960519fbaddf3ba7000000.pdf
4. ^ Thompson, H. a. (n.d.). Personal Computing: Towards a Conceptual Model of
Utilization. MIS QUarterly , 125-143
5. ^ (H.C, 1980) H.C, T. (1980). Values, Attitudes and Interpersonal Behavior. Lincoln,
Nebraska, USA: University of Nebraska Press
6. ^ Fishbein, I. A. (1967). Understanding Attitudes and Predicting Social Behaviour.
7. ^ [[Thompson, H. a. (n.d.). Personal Computing: Towards a Conceptual Model of
Utilization. MIS QUarterly , 125-143
8. ^ http://news.liputan6.com/read/2059044/sekarang-naik-transjakarta-harus-pakai-tiket-
elektronik

Вам также может понравиться