Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
- Kadar lemak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada lemak
nabati.
- Lemak hewani mempunyai bilangan Reicher-Meiss lebih besar dan
bilangan polenshe lebih kecil dibandingkan dengan minyak nabati
(Ketaren,1986).
Ada beberapa sifat fisik dari minyak dan lemak yang dapat dilihat
antara lain : warna, abu amis, odor dan flavor, kelarutan, titik cair dan
polymerism, titik didih, splitting point, titik lunak, shot melting point, berat
jenis, indeks bias dan kekeruhan.
Adapun sifat kimia dari lemak dan minyak antara lain : hidrolisa,
oksidasi, hidrogenasi, esterifikasi, dan pembentukan keton. Hidrolisa
minyak atau lemak akan asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi
hidrolisa yang dapat menyebabkan kerusakan pada minyak atau lemak
karena terdapatnya air dalam minyak tersebut. Reaksi ini menyebabkan
flavor dan bau tengik pada minyak tersebut.
Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan
untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel
minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam
alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu 3 molekul KOH
bereaksi dengan 1 molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang
yang ada di dalam campuran reaksi pada saat reaksi dihentikan dapat
diketahui dengan cara mentitrasi sisa asam oleh larutan standar.
3.2Cara Kerja
3.2.1 Pembuatan Larutan Standar Asam Oksalat
1. Sebanyak 0,126 gr asam oksalat dilarutkan dalam labu ukur 100 mL
2. Aquades ditambahkan sampai volume 100 mL dan didapatkan larutan
standar asam oksalat 0,02 N
3.2.2 Standarisasi Larutan NaOH
1. sebanyak 10 mL larutan asam oksalat 0,02 N diambil dan dimasukkan
kedalam erlenmeyer
2. indikator PP ditambahkan sebanyak 2 tetes kemudian larutan asam
oksalat dititrasi dengan larutan NaOH
3. Volume NaOH yang terpakai dicatat dan didapatkan konsentrasi NaOH
3.2.3 Reaksi Penyabunan Etil Asetat
1. sejumlah tertentu etil asetat ditimbang dalam botol timbang tertutup
dan dilarutkan kedalam air hingga didapatkan larutan sebanyak 250
mL dengan konsentrasi 0,02 M
2. 250 mL larutan NaOH 0,02 M disediakan dan 100 mL larutan HCl 0,02
M. Konsentrasi kedua larutan ini harus diketahui dengan tepat
3. 60 mL larutan NaOH dan 30 mL larutan etil asetat dipipet dengan
menggunakan pipet kedalam labu erlenmeyer. Sementara itu kedalam
masing-masing 6 buah labu erlenmeyer lainnya dipipet 20 mL larutan
HCl 0,02 M
4. Larutan NaOH dan larutan etil asetat dicampur dan dikocok dengan
baik. Stopwatch dihidupkan saat kedua larutan tercampur
5. 10 menit setelah reaksi dimulai, 10 mL campuran reaksi dipipet dan
dimasukkan kedalam labu yang berisi 20 mL HCl. Diaduk dengan baik
dan kelebihan HCl dititrasi dengan larutan standar NaOH
6. Lakukan pengambilan campuran pada menit ke 20, 30, dan 40 setelah
reaksi dimulai
3.3Skema Kerja
3.3.1 Pembuatan Larutan Standar Asam Oksalat
0,126 gr asam oksalat
Dilarutkan dalam labu ukur 100 mL
Larutan standar asam oksalat 0,02 M
3.3.2 Standarisasi Larutan NaOH
10 mL larutan asam oksalat 0,02 M
Ditambah indikator pp
Dititrasi dengan NaOH
Volume NaOH yang terpakai dicatat
Konsentrasi NaOH
3.3.3 Reaksi Penyabunan Etil Asetat
30 mL etil asetat 0,02 N 60 mL NaOH 0,02 N
Campuran
Dinyalakan stopwatch 10 menit
Diaduk
Dititrasi dengan NaOH
Hasil
Catatan : dilakukan pengambilan 10 mL campuran etil asetat pada variasi
waktu 20, 30, dan 40 menit, kemudian di dilakukan hal yang sama dengan
diatas
3.4Skema Alat
3
1
Keterangan gambar :
1. Standard
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer
4.2Perhitungan
N = 9,81 N
V1 .N1 = V2 . N2
V = 0,535 mL
Massa = ρ . V
= 0,9 g/mL . 0,535 mL
= 0,4815 gram
E. Pengenceran HCl 4 N menjadi 0,02 N
V1 .N1 = V2 . N2
V1 . 4 N = 100 mL . 0,02 N
V = 0,5 mL
F. Penentuan Konsentrasi campuran
(V.N)NaOH = (V.N)Campuran
a. t = 10
13,1 mL . 0,021 N = 30 mL . N
N = 0,00917 N
b. t = 20
13,1 mL . 0,021 N = 30 mL . N
N = 0,00917 N
c. t = 30
13,4 mL . 0,021 N = 30 mL . N
N = 0,00938 N
d. t = 40
13,5 mL. 0,021 N = 30 mL. N
N = 0,00945 N
e. t = ∞
13,7 mL . 0,021 N = 30 mL . N
N = 0,00959 N
G. Menghitung nilai y
x
y=
a(a − x)
x = konsentrasi campuran
a = konsentrasi NaOH
a. t = 10
0,00917 N
y= = 36,912 N−1
0,021 N (0,021 N − 0,00917 N )
b. t = 20
0,00917 N
y= = 36,912 N−1
0,021 N (0,021 N − 0,00917 N )
c. t = 30
0,00938 N
y= = 38,439 N−1
0,021 N (0,021 N − 0,00938 N )
d. t = 40
0,00945 N
y= = 38,961 N−1
0,021 N (0,021 N − 0,00945 N )
e. t = ∞
0,00959 N
y= = 40,023 N−1
0,021 N (0,021 N − 0,00959 N )
H. Menentukan nilai k
𝑌
𝑘=
𝑡
a. t = 10
36,912 N−1
𝑘= = 0,0615 N−1 s−1
600 s
b. t = 10
36,912 N−1
𝑘= = 0,0307 N−1 s−1
1200 s
c. t = 30
38,439 N−1
𝑘= = 0,0213 N−1 s−1
1800 s
d. t = 40
Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi
dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014
38,961 N−1
𝑘= = 0,0162 N−1 s−1
2400 s
(0,0624+0,0374+0,0235+0,0181)
k̅ =
4
k̅ = 0,03535 N-1s-1
I. Persamaan Regresi
x = t (s)
x
y = a(a−x)
X Y xy x2
600 36,912 22147,2 360000
1200 36,912 44294,4 1440000
1800 38,439 69190.2 3240000
2400 38,961 93506,4 5760000
∑ = 6000 151,224 229138,2 10800000
x̅ = 1500
y̅ = 37,806
n . xy − x . y
B=
n . x2 − (x)2
= 0,0012
y̅ = A + Bx̅
A = y̅ - Bx̅
Y = 36,006 + 0,0012x
4.4Grafik
Grafik t vs Volume NaOH
R² = 0.8824
13.4
13.35
13.3
13.25 volume NaOH
13.2
Linear (volume NaOH)
13.15
13.1
13.05
13
0 1000 2000 3000
Waktu (s)
Grafik t vs y
WAKTU VS Y
39.5
39 y = 0.0013x + 35.91
R² = 0.8796
38.5
Nilai y
38
y
37.5 Linear (y)
37
36.5
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
waktu (s)
Grafik t vs k
WAKTU VS K
0.07
0.06
0.05 y = -2E-05x + 0.0688
R² = 0.8545
Nilai k
0.04
0.03 k
0.01
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Waktu (s)
4.4Pembahasan
Telah dilakukan percobaan Penentuan Orde Reaksi dan Teatapan Laju
Reaksi dengan menggunakan reaktan etil asetat (ester) dan NaOH pada
Metoda Titrasi.
Pada awalnya NaOH harus distandarisasi dulu dengan
menggunakan asam oksalat, karena NaOH merupakan larutan standar
sekunder yang konsentrasinya tidak bisa diketahui dengan cara
penimbaangan langsung. Etil asetat yang digunakan yaitu larutan p.a
dimana konsentrasinya dapat diketahui dengan cara penimbangan.
Reaksi penyabunan ini menggunakan reaksi orde dua karena
reaksi ini melibatkan dua reaktan atau dua zat yang berbeda dengan
konsentrasi yang sama.
Untuk menentukan orde dan konstanta laju reaksi maka
digunakan metoda titrasi pada percobaan dimana prinsipnya perubahan
warna dari analit dengan bantuan indikator fenolftalein.
Etil asetat dicampurkan dengan NaOH dalam suatu wadah,
kemudian dikocok. Hal ini bertujuan untuk mempercepat dan
menyempurnakan reaksi, kemudian larutan dituang dalam wadah berisi
HCl. Kegunaan HCl pada reaksi ini adalah untuk menetralkan larutan
yang bersifat basa sehingga penetralan ini akan dapat menghentikan
reaksi yang terjadi antara etil asetat dengan NaOH. Kemudian larutan
tersebut dititrasi dengan tujuan mengetahui jumlah basa yang ada
dalam campuran reaksi pada saat reaksi dihentikan, dengan cara
mentitrasi sisa asam atau kelebihan asam dengan menggunakan larutan
standar NaOH.
Dengan memvariasikan waktu terjadinya reaksi antara kedua
reaktan antara etil asetat dan NaOH didapatkan jumlah/volume NaOH
yang terpakai untuk titrasi secara variasi.
Didapat grafik yang linier menandakan semakin lama waktu
maka semakin banyak dibutuhkan NaOH untuk titrasi. Kesalahan dalam
penentuan titik akhir titrasi mempengaruhi perhitungan.
5.2Saran
Untuk mendapatkan hasil yang bagus, maka diharapkan praktikan
selanjutnya agar :
1. Hati-hati dan teliti dalam menimbang dan menakar zat.
2. Teliti dalam memipet zat.
3. Teliti dalam menentukan titik akhir titrasi.
4. Lakukan titrasi secepat mungkin.
5. Jika etil asetat sudah dicampur dengan NaOH jangan lupa untuk
mengocok larutan supaya reaksi berjalan dengan sempurna.
JAWABAN PERTANYAAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
FOTO Keterangan
Dilarutkan 0,126 gram asam oksalat, lalu
diencerkan. Asam oksalat larut dalam
akuades. Larutan berwarna bening
LAMPIRAN 2
4. Fenolftalein
LAMPIRAN 3
Simbol-simbol pada perhitungan percobaan
a = konsentrasi awal ester (mol / liter)
b = konsentrasi awal ion hidroksida (mol / liter)
x = jumlah mol/liter ester atau massa yang telah bereaksi pada waktu t
k1= tetapan laju reaksi
LAMPIRAN 4
A. Judul Artikel Ilmiah
“Kinetic Studies on Saponification of Acetate Using an Innovative
Conductivity-Monitoring Instrument with a Pulsating Sensor”.
B. Tujuan Penelitian
Mengukur nilai konduktivitas dari reaksi penyabunan etil asetat dengan
NaOH menggunakan alat monitoring konduktivitas yang inovatif dengan
sensor pulsator
C. Skema Kerja
25 mL air destilasi
- Dimasukkan dalam bejana
- Temperatur dijaga antara 30 – 55oC
Larutan
- Ambil 0,5 mL NaOH 0,1 M
- 0,5 mL etil asetat 0,1 M
- Masukkan kedalam bejana tersebut
Campuran
- Larutan dimonitoring selang waktu 500 – 1000 s
Hasil pengamatan
D. Analisis
Pada penelitian yang dilakukan untuk mengukur nilai konduktivitas dari
reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH menggunakan alat
monitoring konduktivitas yang inovatif dengan sensor pulsator.
Dari pengukuran yang metode konduktometri akan didapatkan
daya hantar listrik yang dihasilkan oleh campuran etil asetat dengan
NaOH sehingga dapat ditentukan juga laju reaksi penyabunan ester oleh
NaOH.
Sensor inovatif dikembangkan pada peralatan inovatif yang telah
tersebar dibeberapa laboratorium dan aplikasi dengan jalan terbaru dari
peralatan konduktivitas.
LAMPIRAN 5
ANGGOTA KELOMPOK 7
KELAS C
FARADIBAH 1010412043
ARRIJAL MUSTAKIM 1010412015
DEVI ASRIANTI 1110412058
WENNY SEPTIA A. 1110412038
NURUL FADILLAH 1110412049
MIRA WIDIA 1110413029
DAFTAR PUSTAKA