Вы находитесь на странице: 1из 20

REFLEKSI KASUS BEDAH

CRUSH INJURY PEDIS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah


RS Bethesda pada Program Pendidikan Dokter
Tahap Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun oleh:
Putri Permata Sari (42170171)

Pembimbing:
dr. R. Purwaka Santosa, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RS BETHESDA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
BAB I

STATUS PASIEN BEDAH

IDENTITAS PASIEN
Nama : Bpk. AK
Nomor RM : 02-06-12-11
Tanggal Lahir : 10/11/1984
Usia : 33 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Kayen 03/43 Condongcatur, Depok, Sleman
Ruang rawat : Ruang 6

ANAMNESIS
• Keluhan utama
Nyeri paha dan tungkai bawah kanan.
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami kecelakaan tunggal pada tanggal 15 Februari 2018 dengan mengendarai
mobil. Mobil menabrak rumah di tepi jalan dengan kecepatan tinggi. Pasien mengaku
sedang akan menyalip mobil didepannya, namun kecelakaan terjadi. Pada saat kejadian
sekitar pukul 5 sore, pasien dalam kondisi mengantuk. Kaki pasien tertimpa dashboard
mobil dan reruntuhan rumah penduduk yang tertabrak selama 6 jam. Pasien mengatakan
saat tertimpa selama 6 jam, merasakan nyeri yang hebat dan kaki kanan yang tidak dapat
digerakkan. Setelah berhasil dievakuasi, pasien dibawa ke Rumah Sakit Palang Biru untuk
mendapat penanganan awal. Pada tanggal 16 Februari 2018, pasien dirujuk ke RS
Bethesda dengan alasan rujuk medis.

• Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi (-)
Diabetes mellitus (-)
Riwayat Operasi (-)
Asma (-)
• Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-)
Diabetes mellitus (-)
Penyakit jantung (-)

• Riwayat penggunaan obat : (-)


• Riwayat Alergi
Alergi obat (-)
Alergi makanan (-)

• Riwayat Gaya Hidup


Makan sehari-hari tidak teratur
Narkotika dan zat adiktif lain (-)
Rokok (+)
Konsumsi alkohol (-)

PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS
Keadaan umum : lemah
GCS : E4 V5 M6
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
Tekanan Darah: 110/80 mmHg
Nadi : 93x/ menit
Suhu : 36,70 C
Nafas : 22x/ menit
Skala Nyeri :7
STATUS LOKALIS
• Kepala
Ukuran : Normocephali
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik (-/-)
Telinga : Bentuk normal, simetris, otorrhea (-)
Hidung : Bentuk normal, rhinorea (-)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-)
• Leher
Inspeksi : Bentuk normal, simetris, benjolan (-)
Palpasi : Pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan limfonodi (-), pembesaran kelenjar
tiroid (-)

• Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : Ketinggalan gerak napas (-), massa kulit (-), jejas (-), deformitas (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus normal (kanan dan kiri sama), pengembangan dada
simetris
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)

Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di linea midclavikularis sinistra SIC VI
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal di linea parasternalis dextra – linea
midclavicularis sinistra.
Auskultasi : Suara S1/S2 murni-reguler, murmur (-), gallop (-), S3/S4 (-)

• Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), massa (-), jejas (-)
Auskultasi: Peristaltik usus (+) normal pada keempat kuadran abdomen
Perkusi : Timpani pada seluruh region abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Hepar : massa (-), pembesaran hepar (-), nyeri tekan (-)
Lien : massa (-), pembesaran lien (-), nyeri tekan (-)

• Genitalia : Tidak dilakukan

• Ekstremitas atas
Akral hangat, Capillary refill < 2 detik, edema (+)
• Ekstremitas bawah
Fraktur femur (D) terbuka grade III, robek pada paha kanan ± 5 cm sudah dijahit, robek
pada lutut kanan ± 6 cm sudah dijahit, akral hangat, SpO2 99%, edema (+)
Pemeriksaan regio femoral dextra :
Look : Memar (+), deformitas (+), pembengkakan (+), perdarahan (-), luka sobek
sudah dijahit.
Feel : Teraba hangat, nyeri tekan (+), krepitasi (+).
Movement : Tidak bisa melakukan gerak aktif dan ROM terbatas karena nyeri.

Pemeriksaan regio cruris dextra :


Look : Memar (+), deformitas (+), pembengkakan (+), perdarahan (-)
Feel : Teraba hangat, nyeri tekan (+), krepitasi (+).
Movement : Tidak bisa melakukan gerak aktif dan ROM terbatas karena nyeri hebat.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Parameter
Hemoglobin 12,1 (L) g/dl 13.2 – 17.3
Hitung Jenis
Leukosit 23,09 (H) Ribu/mmk 4.5– 11.5
Eosinofil 0.0 (L) % 2-4
Basofil 0.2 % 0-1
Segmen Neutrofil 86,3 (H) % 50-70
Limfosit 6,1 (L) % 18-42
Monosit 7,4 % 2-8
Hematokrit 35,7 (L) % 40.0-54.0
Eritrosit 4,35 (L) Juta/mmk 4.50-6.20
RDW 11,8 % 11.5-14.5
MCV 82,1 fL 80.0-94.0
MCH 27,8 pg 26.0-32.0
MCHC 33,9 g/dL 32-36
Trombosit 195 ribu/mmk 150-450
MPV 10.5 fL 7.2-11.1
PDW 12.2 fL 9.0-13.0
Golongan Darah A

2. Pemeriksaan Radiologis
a. USG abdomen
HEPAR
densitas ekogenik parenkim hepar, normal, deferensiasi baik,
homogen, permukaan licin, sudut lancip, ukuran : 13,54 cm

V.FELEA
dinding licin, tidak tampak adanya batu/massa

PANCREAS-LIEN : densitas ekogenik, bentuk dan ukuran : dbn

Lnn Para Aorta : tidak tampak prominen

REN : densitas ekogenik kedua ren normal, deferensiasi baik, SPC kedua
ren tidak melebar, non shadowing hiperechoic : (+). Kontur kedua ren tegas,
ukuran , RD = ( 9,88 X 4,30 ) cm; RS = ( 9,43 X 4,17 ) cm.

Caecum : Peristaltik baik, Transduser sign : (-)

V.URINARIA : DC : (+) ; terisi urine minimal

PROSTAT : densitas ekogenik, bentuk dan ukuran : dbn

FREE FLUID : (0)

KESAN :
USG Abdomen : Susp.Calsium Plaque Renal Duplex, tidak tampak adanya
cairan bebas intra abdominal.
Hepar, VF, Pancreas dan Lien : sono anatomi dalam batas normal.

b. Cruris dextra AP/L


Terdapat fraktur terbuka femur dextra grade III dan fraktur os fibula 1/3 proksimal
dengan Fragmented (+), Angulasi (+), Contracted (+), Trabekulasi dalam batas normal.
KESAN: fraktur terbuka femur dextra grade III dan fraktur os fibula 1/3 proksimal
tertutup.
RESUME PEMERIKSAAN
• Seorang laki-laki, usia 33 tahun rujukan dari RS Palang Biru. Awal masuk ke IGD
dengan keluhan nyeri paha dan tungkai bawah kanan post KLL sehari sebelum masuk
IGD, kemudian dirujuk ke spesialis bedah.
• Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien lemah, kesadaran Compos
Mentis, GCS E4V5M6. Vital sign: tensi 110/80 mmHg, nadi 93x/menit, nafas
22x/menit, suhu 36,7ºC. Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Pada
ekstremitas bawah ditemukan memar, deformitas, edem, luka sobek sudah dijahit,
teraba hangat, nyeri tekan (+), krepitasi (+), tidak bisa melakukan gerak aktif, dan
ROM terbatas karena nyeri. Didapatkan fraktur femur (D) terbuka grade III, fraktur
fibula (D) 1/3 proksimal, robek pada paha kanan ± 5 cm sudah dijahit, robek pada
lutut kanan ± 6 cm sudah dijahit. Pemeriksaan fisik lain tidak ditemukan kelainan.

DIAGNOSIS KERJA : fraktur terbuka femur dextra grade III, fraktur fibula 1/3 proksimal
RENCANA TERAPI
- Infus RL
- Cefriaxon 1gr
- Asam tranexamat 50 mg
- ORIF femur dan fibula
- Fasiotomi

PROGNOSIS
• Quo ad vitam (hidup) : dubia ad bonam
• Quo ad fungtionam (fungsi) : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam (sembuh) : dubia ad malam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Crush injury merupakan cedera kompresi pada extremitas atau bagian tubuh lain yang
menyebabkan terjadinya gangguan pada otot dan atau saraf di area tubuh yang
terkena.

II. Anatomi

Anatomi Femur

Femur dalam bahasa latin berarti paha, adalah tulang terpanjang, terkuat dan terberat
dari semua tulang pada rangka tubuh. Bentuk dari tulang femur menyerupai bentuk
silinder yang memanjang. Femur terbagi atas tiga bagian yaitu bagian proximal,
medial, dan distal.

a. Proximal femur

Adalah bagian tulang femur yang berdekatan dengan Pelvis. Terdiri atas : kepala
(caput), leher (collum), trochanter mayor, dan minor.

1) Kepala (Caput)

Bentuk kepala femur membulat dan berartikulasi dengan accetabulum. Permukaan


lembut dari bagian caput femur mengalami depresi, fovea kapitis untuk tempat
perlekatan ligamen yang menyangga caput agar tetap di tempatnya dan membawa
pembuluh darah ke kepala femur tersebut.

Femur tidak berada pada garis vertikal tubuh. Caput femur masuk dengan pas
ke accetabulum untuk membentuk sudut sekitar 125o dari bagian Collum femur.

2) Leher (Collum)

Collum femur menyerupai bentuk piramida memanjang, serta merupakan penghubung


antara Caput femur dengan trochanter.
3) Trochanter Mayor dan Minor.

Trochanter mayor adalah prominensia besar yang berlokasi dibagian superior dan
lateral tulang femur. Trochanter minor merupakan prominance kecil yang berlokasi di
bagian medial dan posterior dari leher dan corpus tulang femur.

Trochanter mayor dan minor berfungsi sebagai tempat perlekatan otot untuk
menggerakan persendian panggul.

b. Medial Femur

Adalah bagian tulang femur yang membentuk corpus dari femur menyerupai bentuk
silinder yang memanjang. Bagian batang permukaannya halus dan memiliki satu
tanda saja, linea aspera yaitu lekuk kasar untuk perlekatan beberapa otot.

c. Distal Femur

Bagian anterior dari distal femur merupakan lokasi tempat melekatnya tulang patella,
terletak 1,25 cm di atas knee joint. Bagian posterior dari distal femur terdapat dua
buah condilus, yaitu condilus lateral dan condilus medial. Kedua condilus ini
dipisahkan oleh forsa intercondilus.
Anatomi Tibia

Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan
terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia adalah tulang pipa dengan sebuah
batang dan dua ujung.

Ujung atas memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral. Kondi-kondil ini
merupakan bagian yang paling atas dan paling pinggir dari tulang. Permukaan
superior memperlihatkkan dua dataran permukaan persendian untuk femur dalam
formasi sendi lutut.

Kondil lateral memperlihatkan posterior sebuah faset untuk persendian dengan kepala
fibula pada sendi tibio-fibuler superior. Kondil-kondil ini di sebelah belakang
dipisahkan oleh lekukan popliteum.

Ujung bawah masuk dalam formasi persendian mata kaki. Tulangnya sedikit melebar
dan ke bawah sebelah medial menjulang menjadi maleolus medial atau maleolus
tibiae.

Permukaan lateral dari ujung bawah bersendi dengan fibula pada persendian tibio-
fibuler inferior. Tibia membuat sendi dengan tiga tulang, yaitu femur, fibula dan talus.

Malleolus medialis merupakan sebuah ciri yang penting untuk segi medis pergelangan
kaki. Mempunyai sebuah pinggir bawah dan permukaan pinggir bawah mempunyai
sebuah lekukan disebelah posterior dan merupakan tempat lekat dari ligamentum
deltoideum.

Permukaan anterior tibia merupakan tempat lekat dari kapsula pergelangan


kaki. Permukaan posterior beralur untuk tempat lewat tendo muskulus tibialis
posterior dan pinggir dari alur merupakan tempat lekat dari retinakulum fleksores.

Permukaan posterior berhubungan dengan permukaan posterior korpus. Dipisahkan


dari permukaan inferior oleh sebuah pinggiran yang tajam dan merupakan tempat
lekat dari kapsula sendi pergelangan kaki.

Permukaan lateralis mempunyai bentuk seperti koma yang merupakan sendi yang
sama pada permukaan medialis os talus.
Anatomi Fibula

Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang terletak disebelah lateral dan bentuknya
lebih kecil sesuai os ulna pada tulang lengan bawah. Arti kata fibula adalah kurus atau
kecil. Tulang ini panjang, sangat kurus dan gambaran korpusnya bervariasi
diakibatkan oleh cetakan yang bervariasi dari kekuatan otot – otot yang melekat pada
tulang tersebut. Tidak urut dalam membentuk sendi pergelangan kaki, dan tulang ini
bukan merupakan tulang yang turut menahan berat badan.
Pada fibula bagian ujung bawah disebut malleolus lateralis. Disebelah bawah kira –
kira 0,5 cm disebelah bawah medialis, juga letaknya lebih posterior. Sisi – sisinya
mendatar, mempunyai permukaan anterior dan posterior yang sempit dan permukaan
– permukaan medialis dan lateralis yang lebih lebar.

Permukaan anterior menjadi tempat lekat dari ligamentum talofibularis anterior.


Permukaan lateralis terletak subkutan dan berbentuk sebagai penonjolan lubang.
Pinggir lateral alur tadi merupakan tempat lekat dari retinakulum. Permukaan sendi
yang berbentuk segi tiga pada permukaan medialis bersendi dengan os talus,

persendian ini merupakan sebagian dari sendi pergelangan kaki. Fosa malleolaris
terletak disebelah belakang permukaan sendi mempunyai banyak foramina vaskularis
dibagian atasnya. Pinggir inferior malleolus mempunyai apek yang menjorok
kebawah. Disebelah anterior dari apek terdapat sebuah insisura yang merupakan
tempat lekat dari ligamentum kalkaneofibularis.

Femur, tibia, dan fibula menjadi tempat melekatnya otot-otot pada ekstremitas inferior
berikut ini :

Musculus Fungsi

Otot ventral paha m. quadriceps femoris  Sendi pinggul : fleksi


 Sendi lutut : ekstensi

m. sartorius  Sendi pinggul : fleksi, rotasi


lateral, abduksi
 Sendi lutut : fleksi, rotasi
medial

Otot medial paha m. pectineus Sendi pinggul : adduksi, fleksi, rotasi


lateral

m. gracilis  Sendi pinggul : adduksi, fleksi,


rotasi lateral
 Sendi lutut : fleksi, rotasi
medial

m. adduktor brevis Sendi pinggul : adduksi, fleksi, rotasi


lateral

m. adductor longus Sendi pinggul : adduksi, fleksi, rotasi


lateral

m. adductor magnus Sendi pinggul : adduksi, rotasi lateral,


fleksi

Otot dorsal paha m. biceps femoris  Sendi pinggul : ekstensi, rotasi


lateral, adduksi
 Sendi lutut : fleksi, rotasi lateral

m. semitendinosus  Sendi pinggul : ekstensi, rotasi


medial
 Sendi lutut : fleksi, rotasi
medial

m. semimembranosus  Sendi pinggul : ekstensi, rotasi


medial
 Sendi lutut : fleksi, rotasi
medial

Otot ventral betis m. tibialis posterior Sendi talokrural : dorsofleksi

m. extensor hallucis  Sendi talokrural : dorsofleksi


longus  Sendi talotarsal : pronasi
 Sendi ibu jari kaki : ekstensi

m. extensor digitorum  Sendi talokrural : dorsofleksi


longus  Sendi talocalcaneonavicularis :
pronasi
 Sendi interphalanges : ekstensi

m. fibularis tertius  Sendi talokrural : dorsofleksi


 Sendi talocalcaneonavicularis :
pronasi

Otot lateral betis m. fibularis longus  Sendi talokrural : fleksi plantar


 Sendi talotarsal : pronasi

m. fibularis brevis  Sendi talokrural : fleksi plantar


 Sendi talocalcaneonavicularis :
pronasi

Otot dorsal m. triceps surae  Sendi lutut : fleksi


superfisial betis  Sendi talokrural : fleksi plantar
 Sendi talocalcaneonavicularis :
supinasi

Otot dorsal m. popliteus  Sendi lutut : rotasi medial


profunda betis
m. tibialis posterior  Sendi talokrural : fleksi plantar
 Sendi talocalcaneonavicularis :
supinasi

m. flexor digitorum  Sendi talokrural : fleksi plantar


longus  Sendi talocalcaneonavicularis :
supinasi
 Sendi interphalanges : fleksi

m. flexor hallucis  Sendi talokrural : fleksi plantar


longus  Sendi talocalcaneonavicularis :
supinasi
 Sendi interphalanges : fleksi

Ekstremitas inferior divaskularisasi oleh beberapa arteri. Dimulai dari arteri femoralis
yang merupakan lanjutan dari a. iliaca externa setelah arteri ini melewati tepi caudal
ligamentum inguinale.

Arteri iliaca communis setinggi articulatio lumbosacralis membentuk bifurcatio


menjadi a.iliaca interna dan a.iliaca externa. A.iliaca externa mempunyai bentuk yang
lebih besar daripada a.iliaca interna, berjalan oblique ke arah distal dan lateral
mengikuti tepi medial m.psoas major menuju ke bagian pertengahan ligamentum
inguinale, berjalan melalui lacuna vasorum sebagai a.femoralis yang berada disebelah
lateral v.femoralis.

Arteri femoralis kemudian berlanjut menjadi a.poplitea yang berada di dalam fossa
poplitea dan pada tepi cranialis m.soleus, a.poplitea bercabang membentuk a.tibialis
anterior dan posterior. Arteri tibialis anterior berjalan di sebelah profunda ligamentum
transversum cruris dan ligamentum cruciatum cruris, meninggalkan ligamentum
tersebut sebagai a.dorsalis pedis. Arteri tibialis posterior, di sebelah dorsocaudal
maleolus medialis akan bercabang menjadi a.plantaris medialis dan lateralis.

Ekstremitas inferior diinervasi oleh pleksus lumbosacralis. Pleksus tersebut terdiri


atas pleksus lumbalis dan pleksus sacralis. Kedua pleksus dihubungkan oleh truncus
lumbosacralis yang membawa serabut saraf dari segmen medula spinalis L4,L5 dari
pleksus lumbalis menuju pelvis minor.

N.femoralis memberikan inervasi motorik bagi kelompok otot ventral pinggul dan
paha (fleksor di pinggul dan ekstensor di lutut) dan inervasi sensorik pada sisi ventral
paha dan sisi ventromedial tungkai. N.obturatorius membawa serabut motorik menuju
otot-otot adduktor dan serabut sensorik menuju bagian medial paha. Cabang plexus
sacralis yang terkuat dan terpanjang adalah n.ischiadicus. Dengan kedua cabangnya
yaitu n.tibialis dan n.fibularis, n.ischiadicus menginervasi motorik bagi otot-otot
harmstring (ekstensor di pinggul, fleksor di lutut) dan terhadap semua otot tungkai
dan kaki serta inervasi sensorik di betis dan kaki. Nn. Glutei superior et inferior
menginervasi otot di regio glutealis yang mewakili otot ekstensor, rotator, dan
abduktor pangkal paha. N.pudendus menginervasi motorik bagi otot regio peronealis
dan inervasi sensorik bagi genitalia eksterna.

III. Etiologi
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan kerja
 Bencana

IV. Patofisiologi

Mekanisme Cedera Sel Otot


Patofisiologi crush injury dimulai dengan cedera otot dan kematian sel otot. Pada
awalnya ada tiga mekanisme yang bertanggungjawab atas kematian sel otot :
1. Kekuatan lokal yang menghancurkan sel menyebabkan sel lisis.
2. Tekanan langsung dari crush injury menyebabkan sel otot menjadi iskemik.
Sel-sel kemudian beralih ke metabolisme anaerobik, menghasilkan sejumlah
besar asam laktat. Iskemia berkepanjangan kemudian menyebabkan kebocoran
membran sel.
3. Kekuatan crush injury menekan pembuluh darah utama mengakibatkan
hilangnya suplai darah ke jaringan otot. Biasanya, otot dapat bertahan sekitar 4
jam tanpa aliran darah sebelum kematian sel terjadi.

Pelepasan Substansi Dari Otot yang Cedera


Mekanisme yang terjadi sebelumnya menyebabkan jaringan otot yang terluka untuk
menghasilkan dan melepaskan sejumlah substansi yang dapat menjadi racun dalam
sirkulasi. Beberapa substansi dan efeknya adalah sebagai berikut :
 Creatine phosphokinase (CPK) dan enzim intraseluler lain berfungsi sebagai
penanda dalam pemeriksaan laboratorium untuk crush injury.
 Asam laktat berperan besar terhadap terjadinya asidosis dan disritmia.
 Myoglobin dapat menjadi presipitat dalam tubulus ginjal dan dapat
menyebabkan gagal ginjal
 Kalium dengan kadar yang tinggi dapat menyebabkan disritmia.

Kebocoran membran sel dan kapiler menyebabkan cairan intravaskuler terakumulasi


ke jaringan yang cedera. Hal ini menyebabkan hipovolemia yang signifikan dan
akhirnya terjadi syok hipovolemik. Kehilangan kalsium ke dalam jaringan yang
cedera juga menyebabkan hipokalsemia.

Kelompok otot yang dikelilingi oleh lapisan keras dari fasia jaringan membentuk
kompartemen jaringan. Ketika jaringan otot dalam kompartemen membengkak,
tekanan dalam kompartemen juga meningkat. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan
otot, saraf, dan pembuluh darah.

V. Tanda dan Gejala


Crush injury memiliki beberapa tanda dan gejala yang sebagai berikut :
1. Hipotensi
2. Myoglobinuuria
3. Hipokalsemia
4. Hiperkalemia
5. Asidosis metabolik
6. Aritmia
VI. Indikator Crush Syndrome
 CKMM > 1000 IU/liter
 Peningkatan SGOT
 Peningkatan SGPT
 Peningkatan LDH
 Peningkatan ureum kreatinin
 Peningkatan kalium
 Penurunan kalsium

VII. Penatalaksanaan
 Penggantian cairan dan monitoring
 Cairan NaCl 1,5 liter/jam
 IV sodium bikarbonat hingga pH urin mencapai 6,5 untuk mencegah
deposisi myoglobin
 Insulin drip untuk mengurangi konsentrasi kalium
 Monitoring tekanan darah, status pulmo, urin output
 Diuresis
 Monitoring urin output 300 ml/jam
 Pemberian mannitol
 Pemberian dopamin untuk menjaga kestabilan tekanan darah
 Dialisis
 2-3x dialisis dilakukan selama kurang lebih 15 hari
 Oksigen hiperbarik
 Pemberian oksigen 2,5 atm selama 1,5 jam, 2 kali sehari dalam satu
minggu
 Antibiotik
 Pemberian antibiotik spektrum luas non nefrotoksik
 Pembedahan
 Debridement atau amputasi otot-otot yang telah mengalami nekrosis
 Fasiotomi dilakukan bila terdapat kompartemen sindrom
 Fiksasi dilakukan bila terdapat fraktur
 Imunisasi TT untuk mencegah tetanus
 Rehabilitasi

Вам также может понравиться