Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
7740
Gap antara Pengetahuan dan Perilaku Peduli Lingkungan Hidup Rumah Tangga di
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Lingkungan Hidup
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia
serta makhluk hidup lain. Sementara itu menurut Soemarwoto (1977) dalam
Siahaan (2004), “lingkungan hidup adalah semua benda dan kondisi yang ada
“lingkungan hidup adalah semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia
dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan
memengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dalam jasad hidup lainnya” (hal.
4). Selanjutnya, menurut Siahaan (2004) dapat diketahui bahwa lingkungan hidup
1
1. Semua benda, berupa manusia, hewan, tumbuhan, organisme, tanah, air, udara,
rumah, sampah, mobil, angin, dan lain-lain. Keseluruhan yang disebutkan ini
komponen;
6. Proses inteaksi, disebut juga saling mempengaruhi, atau biasa pula disebut
Manusia dan lingkungan hidup tidak bisa terpisahkan satu sama lain.
dan berbagai macam kebutuhannya, menjadikan manusia menjadi pihak yang lebih
lingkungan hidup di sekitarnya dan menjadi faktor yang berperan penting terhadap
2
lingkungan hidup di sekitarnya (Utina, 2012). Beberapa bentuk aktivitas manusia
antara lain :
1. Pengelolaan Sampah
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau
akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah. Salah satu jenis sampah
yang sering dihasilkan adalah sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga adalah
sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk
tinja dan sampah spesifik. Menurut Kurnianti (2013) dalam Silvia et al. (2016),
sampah yang dihasilkan rumah tangga dapat berupa “plastik, kaca, sisa sayuran,
sisa buah-buahan, dan bagian organ hewan seperti ayam, ikan, dan sebagainya yang
tidak diperlukan” (hal. 23). Pemilahan terhadap sampah yang tergolong organik dan
sebagai cara yang paling praktis untuk menghilangkan sampah yang menumpuk
(Suryati, 2014). Data BPS (2013) juga menunjukan bahwa perlakuan terhadap
sampah yang paling banyak dilakukan rumah tangga adalah dengan cara dibakar,
tidak hanya buruk bagi kesehatan, tetapi juga menghasilkan emisi gas rumah kaca
3
2. Pemanfaatan Air
Menurut UU No. 7 Tahun 2004, air adalah semua air yang terdapat pada, di
atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air
permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Populasi manusia
Di sisi lain, diketahui hanya kurang dari 1% air di bumi yang tersedia untuk
sumber air juga menyebabkan akses terhadap air bersih menjadi sulit. Hal tersebut
dapat memicu terjadinya kelangkaan air. Selain hal-hal di atas, kelangkaan air juga
dapat disebabkan oleh area/kawasan resapan air yang semakin berkurang. Menurut
resapan air adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan
air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi yang berguna sebagai
sumber air. Adanya kawasan resapan air tersebut membuat air hujan dapat terserap
dengan baik untuk kemudian dimanfaatkan kembali melalui sumber air. Di samping
itu, penghematan air juga dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kelangkaan
air. Setitik air yang terbuang tiap detiknya menyebabkan berkurangnya air sebanyak
2400 galon (9000 liter) per tahunnya (Kunu, 2013). Maka dari itu, mencegah air
mengalir tanpa digunakan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan.
3. Pemanfaatan Energi
Menurut Perpres No. 5 Tahun 2006, energi adalah daya yang dapat
energi, baik langsung maupun tidak langsung yang diambil dari sumber energi
4
(Samuel & Rohi, 2012). Di dalam Perpres No. 5 Tahun 2006 disebutkan bahwa
sumber energi adalah sebagian sumber daya alam (SDA) antara lain berupa minyak
dan gas bumi, batubara, air, panas bumi, gambut, biomasa dan sebagainya, baik
Sebagian dari sumber energi tersebut berasal dari sumber daya alam (SDA) yang
tidak dapat diperbarui. SDA yang tidak dapat diperbarui adalah SDA yan
energi merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Menurut
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 31 Tahun 2005, diketahui
terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghemat energi, di antaranya
adalah menggunakan lampu hemat energi. Penggunaan lampu hemat energi dapat
menghemat listrik hingga 80% (National Geographic Indonesia, 2014). Selain itu,
efisiensi dalam menggunakan bahan bakar merupakan salah satu cara lain dalam
menutup panci ketika memasak dapat menghemat energi hingga 70% (BPS, 2013).
Hal tersebut membuat masakan lebih cepat matang dan energi yang digunakan
Emisi karbon adalah buangan gas dari hasil pembakaran senyawa yang
komponen gas rumah kaca (Ruslandi, 2013). Menurut situs Hijauku (2013), sektor
5
energi dan transportasi masih menjadi sumber utama dari emisi gas rumah kaca.
kendaraan bermotor terus meningkat setiap tahunnya hingga menyentuh lebih dari
121 juta kendaraan bermotor pada tahun 2015. Tanpa adanya usaha untuk
mengurangi kendaraan bermotor, emisi gas rumah kaca yang dihasilkan akan
suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung” (hal. 3). Sementara itu, menurut Kwick
(1974) dalam Notoatmodjo (1997) yang dikutip oleh Sunaryo (2002), “perilaku
adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan
dapat dipelajari” (hal. 3). Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku adalah suatu aksi
perilaku manusia merupakan bagian dari kompleksitas ekosistem yang terdiri atas
6
4. Interaksi manusia-lingkungan terjadi dalam berbagai level dan tergantung pada
fungsi.
Salah satu asumsi dasar dari perilaku manusia adalah adanya interaksi
timbal balik yang menguntungkan antara manusia dan lingkungan. Hal tersebut
Menurut Dunlap & Jones (2002), kepedulian terhadap lingkungan hidup adalah
permasalahan lingkungan hidup tersebut (Martinez, 2013, hal. 3). Ester (1981)
dengan sikap terhadap lingkungan hidup dan di dalamnya terdiri dari aspek kognitif
segenap apa yang diketahui manusia tentang suatu objek tertentu termasuk
didalamnya ilmu yang akan memperkaya khasanah mentalnya baik secara langsung
ataupun tidak langsung” (hal. 68). Sementara itu menurut Notoatmodjo (2003)
dalam Sutarno & Utama (2012), pengetahuan adalah “hasil tahu yang terjadi setelah
tahu apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya” (hal. 137). Menurut
7
1. Pengertian dan pemahaman tentang apa yang dilakukannya;
dilakukannya;
4. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang
dirasakannya.
Begitu juga untuk berperilaku peduli lingkungan hidup, perlu didasari oleh
dapat diartikan sebagai segenap apa yang diketahui manusia atas suatu kegiatan,
peduli lingkungan hidup menjadi penting untuk dilakukan dan salah satunya dapat
digambarkan sejak awal 1970-an melalui US Linear Model sebagai model paling
8
individu tersebut untuk memiliki kesadaran dan sikap peduli terhadap lingkungan
hidup yang kemudian pada akhirnya dianggap sebagai penyebab dari individu
Gambar 1. US Linear Model. (Sumber : Kollmuss and Agyeman, 2002, hal. 241).
dengan sikap peduli lingkungan hidup. Hines et al. (1987) juga menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antara pengetahuan dan perilaku
terkait lingkungan hidup. Selain itu, menurut Kollmus & Agyeman (2002),
kemudian dapat menjadi pendorong bagi seorang individu untuk berperilaku peduli
lingkungan hidup.
hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku peduli lingkungan hidup tidak
pada perilaku peduli lingkungan hidup (Kollmuss & Agyeman, 2002). Di balik itu,
9
lingkungan hidup yang dilakukan jauh dari keadaan yang diharapkan. Menurut
Frederiks et al. (2015a), hal tersebut dapat terjadi lantaran perkataan dan perbuatan
dari seorang individu terkadang merupakan hal yang sangat berbeda. Selain itu,
individu terkait perilaku peduli lingkungan hidup belum tentu mendorong individu
tersebut untuk berperilaku peduli lingkungan hidup atau dengan kata lain terdapat
lingkungan hidup. Menurut Sligo & Jameson (2000), Kennedy et al. (2004), dan
Hall & Rogers (2002), dalam banyak ranah perilaku manusia (domains of human
gap.
Knowledge-Action Gap
Dalam bidang kesehatan, Sligo & Jameson (2000) menjelaskan bahwa knowledge-
action gap adalah suatu keadaan yang terjadi ketika seorang individu mungkin
mengubah perilaku dari dokter tersebut. Sementara itu, dalam bidang sosial dan
10
pendidikan, Hall & Rogers (2002) mengungkapkan bahwa selama beberapa dekade
terakhir, para peneliti di bidang ilmu sosial dan pendidikan berusaha memahami
adalah ketidaksesuaian atau kesenjangan antara pemahaman atas suatu masalah dan
tindakan nyata yang diambil terkait masalah tersebut (Lebel, 2011). Selain itu,
menurut Perkins (2003) dan Pfeffer & Sutton (2000) dalam Dede et al. (2005),
masyarakat yang mayoritasnya sadar akan konsekuensi dari keputusan yang mereka
yang dapat mengurangi dampak buruk pada lingkungan hidup. Namun, menurut
tersebut senada dengan pernyataan Hall & Rogers (2002) dalam Frederiks et al.
11
(2015b), bahwa pengetahuan, kesadaran, dan pemahaman tentang isu-isu
terjadi apabila perilaku peduli lingkungan hidup yang dilakukan sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, faktor-faktor yang dapat mendorong
12
terkait lingkungan hidup dan melalui berbagai media informasi terkait lingkungan
hidup selain dapat memperkaya pengetahuan juga dapat menjadi dasar untuk
berperilaku peduli lingkungan hidup. Menurut Going for Green (GFG) (1998),
perubahan perilaku menjadi lebih peduli lingkungan hidup (Blake, 1999). Selain
itu, memadainya informasi yang diberikan juga perlu diperhatikan. Menurut Blake
(1999) kurangnya informasi yang memadai dapat menjadi penghalang utama antara
kepedulian dan perilaku peduli lingkungan hidup. Thogersen & Schrader (2012)
untuk mentransfer pengetahuan yang ada, tidak hanya terkait dengan cara yang
dan konteks yang digunakan. Maka dari itu, dengan memiliki informasi yang
lingkungan hidup akan semakin baik sehingga tumbuh kesadaran untuk lebih
jaringan komputer yang terorganisir di seluruh dunia melalui telepon atau satelit
(KBBI). Internet merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk
dijangkau, dapat diakses kapan saja dan oleh siapa saja, serta memiliki konten yang
beraneka ragam membuat informasi yang tersalurkan melalui internet relatif lebih
mudah diterima oleh banyak kalangan. Terlebih lagi, saat ini banyak dari media-
13
media tradisional seperti tv, radio, surat kabar dsb. yang tersedia secara online di
hidup dapat dilakukan dengan lebih baik serta mudah dimengerti oleh masyarakat
sehingga dapat menjadi dorongan untuk lebih berperilaku peduli lingkungan hidup.
mengerti, tetapi juga mau melakukan sesuatu yang dianjurkan dan dikehendaki oleh
adalah salah satu cara yang efektif untuk menyampaikan informasi terkait
14
4. Kepedulian terhadap Lingkungan Hidup
seseorang terhadap hal-hal yang bersifat khusus, pribadi, dan strategis dengan ciri
keterkaitan, keinginan dan aksi untuk melakukan sesuatu kegiatan. Sementara itu,
mengindahkan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia sehingga interaksi antara
manusia dengan lingkungan hidup dapat terjaga dengan baik (Wulandari, 2016).
Schultz (2001) dan Stern & D´ıez (1994) dalam Manzanal et al. (2007)
tentang konsekuensi kerusakan lingkungan hidup yang mungkin terjadi pada diri
sendiri, manusia lain, atau makhluk hidup lainnya. Menurut Kollmuss & Agyeman
(2002), sikap peduli lingkungan hidup dapat memengaruhi intensi atau keinginan
bahwa sikap peduli lingkungan hidup merupakan prediktor yang kuat untuk
& Agyeman (2002) mengungkapkan bahwa seorang individu dengan sikap peduli
Secara garis besar, daerah tempat tinggal atau pemukiman dapat dibedakan
menjadi daerah perkotaan dan daerah perdesaan. Keduanya memiliki situasi dan
kondisi yang berbeda-beda, yang dapat menjadi latar belakang karakteristik sosial,
pemusatan penduduk dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern dan sebagian
15
besar penduduknya bekerja di luar pertanian, sedangkan perdesaan adalah daerah
pemukiman penduduk yang sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, iklim, dan air
sebagai syarat penting bagi terwujudnya pola kehidupan agraris penduduk di tempat
itu (KBBI). Wilayah perdesaan yang relatif masih asri dibandingkan dengan
dengan alam atau lingkungan hidup di sekitarnya. Studi Hinds & Spark (2008)
wilayah perdesaan memiliki sikap dan pandangan yang lebih positif terhadap
perkotaan. Selain itu, Berenguer et al. (2005) menunjukkan bahwa masyarakat yang
hidup di perdesaan memiliki sikap yang lebih baik dan perilaku peduli lingkungan
perkotaan. Namun dalam kasus lain, Chen et al. (2011) mengungkapkan bahwa
masyarakat China yang tinggal di perkotaan besar, lebih mungkin terlibat dalam
diperkotaan kecil. Studi Lowe & Pinhey (1982) dan Tremblay & Dunlap (1978)
hidup masyarakat perkotaan lebih besar dari masyarakat perdesaan. Arcury &
perkotaan yang didominasi oleh anak muda, berkualitas pendidikan baik, serta
dan sikap positif terhadap lingkungan hidup. Dikarenakan beberapa temuan yang
saling bertentangan tersebut, Buttel (1987) dalam Arcury & Christianson (1993)
16
karakteristik terkait lingkungan hidup dapat dikatakan masih ambigu atau dapat
bermakna ganda.
berbeda (opportunities to choose different actions). Dalam hal ini, yang dimaksud
dengan kesempatan dan tindakan yang berbeda adalah adanya kesempatan untuk
kegiatan kerja bakti, dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk turut
modal sosial yang sudah ada sejak lama di Indonesia. Kegiatan kerja bakti antara
jalan, penanaman pohon di sepanjang pinggir jalan, dan kegiatan lain yang terkait
kegiatan kerja bakti merupakan suatu program atau kebijakan yang diterapkan di
lingkungan RT, RW, komplek perumahan, desa, atau kelurahan yang bertujuan
mendukung dan mendorong perilaku peduli lingkungan hidup. Maka dari itu,
dengan adanya kegiatan kerja bakti, diharapkan akan tumbuh kesadaran masyarakat
17
7. Pendapatan Rumah Tangga
diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang berasal dari pendapatan kepala
rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan kondisi
(economic constraint) yang dapat berasal dari kondisi ekonomi yang kurang baik,
merupakan salah satu faktor situasional yang dapat menghambat perilaku peduli
lingkungan hidup. Dari hasil meta analisis yang dilakukan oleh Hines et al. (1987),
diketahui bahwa individu dengan pendapatan yang lebih tinggi, lebih mungkin
untuk terlibat dalam perilaku peduli lingkungan hidup di banding individu dengan
pendapatan yang lebih rendah. Hal tersebut senada dengan Blake (1999) yang
sosial dan institusional yang mencegah seorang individu untuk berperilaku peduli
lingkungan hidup. Maka dari itu, diharapkan dengan semakin tingginya pendapatan
rumah tangga yang diperoleh, kecenderungan rumah tangga untuk lebih berperilaku
Abbas & Singh (2012) melakukan suatu penelitian dengan judul A Survei of
: A Case Studi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
18
kesadaran lingkungan hidup dari mahasiswa, perilaku terhadap lingkungan hidup,
hidup. Sumber data yang digunakan adalah data primer dengan metode penarikan
lingkungan hidup dan sikap yang positif terhadap lingkungan hidup dari
faktor lain selain pengetahuan dan kesadaran lingkungan hidup yang dapat
lingkungan hidup.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Ahmad, Noor & Ismail (2015) dengan
pengetahuan, sikap dan praktek siswa tentang lingkungan hidup dan komunikasi
tentang lingkungan hidup yang efektif. Penelitian ini mengumpulkan data dari 895
analisis yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi linier sederhana. Hasil
dan sikap yang baik terhadap lingkungan hidup, namun dalam praktek tentang
lingkungan hidup masih kurang baik, hal ini dibuktikan dengan hubungan yang
19
siginifikan positif namun lemah antara pengetahuan dan praktek tentang lingkungan
hidup serta antara sikap dan praktek tentang lingkungan hidup. Selain itu, terkait
dengan komunikasi yang paling efektif tentang lingkungan hidup, diketahui bahwa
media internet merupakan media yang paling banyak dipilih siswa untuk
Suatu penelitian dilakukan oleh Ito (2016) dengan judul Underlying Gaps
ini bertujuan untuk menganalisis gap yang terjadi antara pengetahuan dan perilaku
dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi non-profit tentang lingkungan
permasalahan gap antara pengetahuan dan perilaku. Hasil focus group interview
menunjukkan bahwa gap yang terjadi atau alasan penduduk Toyota tidak
berperilaku lingkungan hidup adalah disebabkan oleh faktor ekologis dan ekonomi
20
beserta faktor-faktor sosial demografi yang memengaruhinya. Penelitian ini
Kentucky. Sampel dalam penelitian ini merupakan penduduk usia 18 tahun ke atas
yang berasal dari ke 14 wilayah tersebut yang kemudian dibagi ke dalam dua strata,
yaitu Kentucky Timur dan Kentucky Tengah yang ditiap stratanya diambil sampel
analisis yang digunakan adalah uji chi square dan uji f. Hasil penelitian
perilaku peduli lingkungan hidup antara perkotaan dan perdesaan tidak terdapat
bahwa pendapatan, umur, dan jenis kelamin berpengaruh terhadap pandangan dan
Suatu penelitian dilakukan oleh Barkatin et al. (2016) dengan judul Analisis
Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan antara lain untuk mengetahui pengaruh
21
subjektif, sikap terhadap intensi perilaku dan pengaruh intensi perilaku terhadap
berkelanjutan. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas XI SMA/SMK
purposive sampling dengan jumlah sampel 363 siswa siswi dari 9 SMA/SMK.
responden dan kepala sekolah dari sampel. Metode analisis yang digunakan adalah
variabel yang berpengaruh terhadap intensi perilaku pelajar adalah (1) norma
subjektif, (2) persepsi, (3) lingkungan sekolah, (4) sikap, (5) lingkungan keluarga,
penelitian diketahui juga bahwa pada lingkungan masyarakat variabel yang paling
22
antara jenis kelamin dan umur terhadap pengetahuan, sikap, dan kepedulian
sejumlah 106 mahasiswa. Metode analisis yang digunakan adalah Chi Square. Hasil
dan sikap yang baik terhadap lingkungan hidup, namun kepedulian terhadap
lingkungan hidup masih rendah. Jenis kelamin hanya mempunyai hubungan yang
perilaku, tetapi sikap tidak berhubungan dengan kepedulian atau perilaku terhadap
manusia dan fakta bahwa pengetahuan lingkungan hidup yang sudah baik ternyata
tidak sejalan dengan perilaku peduli lingkungan hidup, penelitian ini berfokus pada
salah satu perilaku peduli lingkungan hidup yaitu perilaku minimisasi sampah dan
bertujuan untuk melihat pola hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku
dalam minimisasi sampah. Populasi penelitian adalah orang dewasa berusia 20-60
23
sampel sebanyak 105 orang (tidak disebutkan metode penarikan sampelnya).
Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis) dan Sobel Test.
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terkait yang telah diuraikan, maka
knowledge action gap dalam penelitian ini akan diteliti sebagai variabel terikat
keberadaan kegiatan kerja bakti, dan pendapatan rumah tangga akan diteliti sebagai
24
Jumlah sumber informasi terkait
lingkungan hidup
Gambar 2. Kerangka Pikir (Sumber : Di adaptasi dari Hines et al., 1987; Blake,
1999; Kollmuss & Agyeman, 2002)
gap.
25
4. Variabel kepedulian terhadap lingkungan hidup diduga berpengaruh signifikan
26