Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
CO2 FLOODING
Sumber yang lain adalah kumpulan gas (stack gas) dari pembakaran batubara
(coal fired).
Sumber
1. Pabrik amonia dan lapangan minyak yang dapat didirikan berdekatan
2. Gas CO2 yang dilepaskan dari pabrik amonia cenderung dapat
dikumpulkan dalam sebuah area industrial yang tersedia
3. Tidak memerlukan pemurnian, karena CO2 yang diperoleh mempunyai
kemurnian 98 %
Perubahan sifat kimia fisika yang disebabkan oleh adanya injeksi CO2 adalah
sebagai berikut :
a. Pengembangan volume minyak
b. Penurunan viscositas
c. Kenaikan densitas
d. Ekstraksi sebagian komponen minyak
Kelebihan
1. Injeksi CO2 mengembangkan minyak dan menurunkan viskositas.
2. CO2 merupakan zat yang tidak berbahaya, gas yang tidak mudah meledak
dan tidak menimbulkan problem lingkungan jika hilang ke atmosfir dalam
jumlah yang relatif kecil.
3. CO2 dapat diperoleh dari gas buangan atau dari reservoir yang
mengandung CO2.
4. Biaya yang dikeluarkan relatif murah (tergantung seberapa jauh
sumbernya)
5. Keuntungan lingkungan hidup jika industri CO2 menggunakan dan
menyimpannya di reservoir.
Kekurangan
1. Kelarutan CO2 di air dapat menaikkan volume yang diperlukan selam
bercampur dengan minyaK
2. Viskositas yang rendah dari setiap gas CO2 bebas pada tekanan reservoir
yang rendah akan menyebabkan penembusan yang lebih awal pada sumur
produksi sehingga mengurangi effisiensi penyapuaN
3. CO2 dengan air akan membentuk asam karbonik yang sangat korosif.
4. Sumber CO2 biasanya tidak diperoleh ditempat yang berdekatan dengan
proyek injeksi CO2 sehingga memerlukan pemipaan dalam jarak yang
panjang.
Kesimpulan
Kombinasi dari CO2 flooding dan penyimpanannya pada reservoir memberikan
keuntungan berupa pengurangan efek rumah kaca dari limbah industri dan
pemanfaatan penggunaan injeksi CO2 untuk menaikkan recovery minyak dan gas
• Terdapat ada dua jenis proses utama dalam CO2-EOR flooding, yaitu
proses CO2-EOR arut (miscible) dan bercampur immiscible) Klasifikasi
tersebut tergantung pada apakah CO2 yang diinjeksikan benar-benar larut
dalam reservoir minyak atau tidak. proses arut atau bercampur dica pa
setelah injeksi CO2 ke dalam reservoir ditentukan oleh tekanan reservoir,
temperatur reservoir komponen minyak reservoir dan komposisi gas
diinjeksikan. Miscible yang displacement dalam reservoir minyak sangat
penting karena ketika miscibility tegangan antar muka (IFT) terca pa
antara minyak dan zat yang memindahkan akan hilang dimana saturas sisa
minyak residu Cakan menjadi nol di daerah penyapuan.
• Perlu diperhatikan bahwa adanya kesulitan dalam menentukan volume
aktual dan waktu pengantaran gas ke proyek, sebab kebocoran dapat
terjadi pada proyek injeksi skala besar selama periode waktu yang
panjang. Faktor yang tidak diketahui lainnya adalah volume CO2 yang
harus dikembalikan lagi (recycle). Jika gas CO2 menembus sebelum
waktunya ke dalam sumur produksi, maka gas ini harus diproses dan
CO2 diinjeksikan kembali.
• Keberhasilan suatu proyek CO2 tergantung pada :
• 1. Karakteristik minyak
• 2. Bagian reservoir yang kontak secara efektif
• 3. Tekanan yang biasa dicapai
• 4. Ketersediaan dan biaya penyediaan gas CO2
• Adanya CO2 yang larut dalam minyak akan menyebabkan pengembangan
volume minyak. Pengembangan volume ini dinyatakan dengan suatu
swelling factor, yaitu : “Perbandingan volume minyak yang telah dijenuhi
CO2 dengan volume minyak awal sebelum dijenuhi CO2, bila besarnya
SF ini lebih dari satu, berarti menunjukkan adanya pengembangan”.
• Sifat CO2 yang terpenting adalah kemampuan untuk mengekstraksikan
sebagian komponen minyak. Hasil dari penelitian Nelson dan Menzile
menunjukkan bahwa pada 135 °F dan pada tekanan 2000 Psi minyak
dengan gravity 35 °API mengalami ekstraksi lebih besar dari 50 %.
• Penelitian dari Holm dan Josendal menunjukkan volume minyak menurun
akibat adanya ekstraksi sebagian fraksi hidrokarbon dalam minyak,
• Dari komposisi hidrokarbon yang terekstraksi selama proses pendesakan
CO2, menunjukkan fraksi menengah (C7-C30) hampir semuanya
terekstraksi. Sedangkan pada fraksi ringan (C2-C6), juga fraksi berat harga
ekstraksi sangat kecil.
• Biaya pembelian CO2 dari berbagai sumber:
• CO2 alamiah : $14/t
• Anthropogenic CO2 dari tanaman kimia : $18/t
• CO2 yang terpoduksi dari lapangan batu bara : $18-54/t
• Efisiensi penggunaan CO2 : 4~8 Mscf/bbl (0.2~0.5t/bbl)
• Biaya transportasi : $0.5~1.2/Mscf
• Biaya operasi : $2-3/bbl
2. Wettabilitas
Permukaan bisa berupa oil-wet atau water-wet, tergantung pada
komposisi kimia fluida. Tingkatan dimana batuan adalah oil-wet atau
water-wet sangat dipengaruhi oleh adsorpsi atau desorpsi konstituen
dalam fase minyak.
3. Tekanan Kapiler
Tekanan dalam fase minyak secara cepat berada di atas permukaan
minyak-air garam di tabung kapiler akan sedikit lebih besar daripada
tekanan di fase air tepat di bawah antarmuka. Perbedaan tekanan ini
disebut tekanan kapiler
4. Permeabilitas Relatif.
2. Mobilitas
Mobilitas adalah ukuran relatif seberapa mudah cairan bergerak
melalui media berpori
• Mobilitas yang jelas didefinisikan sebagai rasio permeabilitas efektif
terhadap viskositas cairan. Karena permeabilitas efektif adalah fungsi
saturasi fluida, beberapa mobilitas yang jelas dapat didefinisikan.
3. Efisiensi Sweep
Efisiensi sweep adalah fungsi yang kuat dari rasio mobility. Fenomena
yang disebut viscous fingering bisa terjadi jika mobilitas fase
displacing jauh lebih besar daripada mobilitas fase displaced.
SURFAKTAN
Tujuan
Menurunkan tegangan antarmuka minyak-fluida injeksi supaya
perolehan minyak meningkat.
Untuk memproduksikan residual oil yang ditinggalkan oleh water
drive, dimana minyak yang terjebak oleh tekanan kapiler, sehingga
tidak dapat bergerak dapat dikeluarkan dengan menginjeksikan
larutan surfactant.
Surfaktan ialah
Merupakan Bahan kimia yang molekulnya selalu mencari tempat
diantara 2 fluida yang tak mau bercampur
Mengikat kedua fluida tersebut menjadi emulsi.
Dan dapat digunakan untuk pendesakan minyak ringan.
Biasa digunakan
Jenis Surfactan yang digunakan di EOR adalah SODIUM SULFONATE.
Komposisi Injeksi Larutal Surfaktan:
◦ Surfaktan
◦ Air
◦ Minyak
◦ Alkohol sebagai Kosurfactant (Surfaktan Sekunder)
Cara kerja
Injeksi surfactant ini ditujukan untuk memproduksikan residual oil
yang ditinggalkan oleh water drive, dimana minyak yang terjebak oleh
tekanan kapiler, sehingga tidak dapat bergerak dapat dikeluarkan
dengan menginjeksikan larutan surfactant. Percampuran surfactant
dengan minyak membentuk emulsi yang akan mengurangi tekanan
kapiler. Setelah minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak ada
lagi minyak yang tertinggal. Pada surfactant flooding kita tidak perlu
menginjeksikan surfactant seterusnya, melainkan diikuti dengan
fluida pendesak lainnya, yaitu air yang dicampur dengan polymer
untuk meningkatkan efisiensi penya¬puan dan akhirnya diinjeksikan
air.
Pengembangan
1. larutan yang mengandung surfactant dengan konsentrasi rendah
diinjeksikan. Surfactant dilarutkan di dalam air atau minyak dan
berada dalam jumlah yang setimbang dengan gumpalan-gumpalan
surfactant yang dikenal sebagai micelle. Sejumlah besar fluida (sekitar
15 – 60% atau lebih) diinjeksikan ke dalam reservoir untuk
mengurangi tegangan antarmuka antara minyak dan air, sehingga
dapat meningkatkan perolehan minyak.
2. larutan surfactant dengan konsentrasi yang lebih tinggi diinjeksikan
ke dalam reservoir dalam jumlah yang relatif kecil (3 – 20% PV).
Dalam hal ini, micelles yang terbentuk bisa berupa dispersi stabil air
di dalam hidrokarbon atau hidrokarbon di dalam air.
KRITERIA SELEKSI
2. Surfactant :
- Ukuran dari slug adalah 5 – 15% dari volume pori (PV) untuk sistim
surfactant yang tinggi konsentrasinya sedangkan untuk yang rendah
besarnya 15 – 50% dari volume pori (PV).
- Konsentrasi polimer berkisar antara 500 – 2000 mg/I
- Volume polimer yang diinjeksikan kira-kira 50% dari volume pori.
3. Kondisi reservoir:
- Saturasi minyak >30% PV
- Tipe fomasi diutamakan sandstone
- Ketebalan formasi > 10 ft
- Permeabilitas > 20 md
- Kedalaman < 8000 ft
- Temperatur < 175F
4. Batasan lain:
- Penyapuan areal oleh water floding sebelum injeksi surfactant
diusahakan lebih besar dari 50%.
- Diusahakan formasi yang homogen.
- Tidak terlalu banyak mengandung annydrite, pysum atau clay.
- Salinitas lebih kecil dari 20000 ppm dan kandungan ion divalen (Ca
dan Mg) lebih kecil dari 500 ppm.
Variabel yg mempengaruhi:
Adsorpsi
Jika adsorbsi yang terjadi kuat sekali maka kemampuan
surfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan minyak dan air akan
mengecil
Adanya Kandungan Clay
Adanya kandungan clay akan memperbesar adsorpsi membesar,
dikarenakan sifat clay yang
suka dengan air
Salinitas
NaCl akan menyebabkan ketidak efektifan penurunan tegangan
permukaan air dan minyak. Hal ini disebabkan karena NaCl mudah
terurai sehingga pada saat dilakukan injeksi surfaktan, akan membentuk
HCl, RSO3Na, dimana kedua zat ini tidak dapat menurunkan tegangan
permukaan.