Вы находитесь на странице: 1из 8

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP

PENINGKATAN MOTIVASI DAN TINDAKAN


DALAM MENCUCI TANGAN DAN MEMBUANG SAMPAH
PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA DI SLEMAN

Mohamad Mirza Fauzie*, Lucky Herawati**

* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl.Tatabumi 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293
email: mmfauzie@gmail.com
**JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, email: dok031204@yahoo.co.id

Abstract

Clean and healthy behaviors such as hand washing with soap and waste disposing in proper place
can be one of the ways to increase public health level. These activities should be done by
everyone including those with mental retardation. This research was aimed to know the appro-
priate health education method for improving motivation and action of those hand washing and
waste disposing behavior among mental retarded children by conducting a quasi experiment with
pre-test and post-test control group design. In the treatment group 1, the form of the experiment
was health education with talk and followed by practical method, meanwhile in the treatment group
2, it was consisted of talk followed by video playing method; and in the control group, only talk
method was carried out. The research subject was 45 mental retarded students of Panti Asih
Special School in Pakem and Rela Bhakti I Special School in Gamping, Sleman, who were dis-
tributed randomly into the research groups. Study results in the form of different scores data of
motivation and action in hand washing and waste disposing were analysed with Kruskal-Wallis test
at 95 % confidence level, and showed that significant differences in motivation of hand wa-shing
(p- value 0,025) and waste disposing in proper place (p-value 0,004) were found between the
treatments and control groups, especially in the cluster of above 13 years old. Significant dif-
ference was also found in the action of hand washing (p-value 0.049) between the treatments and
control groups; however, for waste disposing action, it was not significant enough (p-value 0,253).
It can be concluded that the most appropriate methods are talk and practice method for increasing
the motivation, and talk and video playing method for increasing the action, with put emphasis or
give more attention on waste disposing matters.

Keywords : education, motivation, action, mental retardation

Intisari

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti perilaku cuci tangan pakai sabun (CCTPS) dan
buang sampah pada tempatnya (BSPT) dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan de-
rajat kesehatan masyarakat. Kegiatan ini harus dilakukan oleh setiap anggota masyarakat ter-
masuk penyandang tunagrahita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metoda penyuluhan
yang tepat untuk meningkatkan motivasi dan tindakan CCPTS dan BSPT para penyandang tuna
grahita tersebut, dengan melakukan penelitian yang bersifat eksperimen semu dan mengguna-kan
rancangan pre-test and post-test with control group. Di kelompok perlakuan 1, bentuk eks-
perimennya adalah penyuluhan dengan metoda ceramah yang disertai praktik, sementara di ke-
lompok perlakuan 2 penyuluhan dilakukan dengan metoda ceramah yang disertai pemutaran vi-
deo, sementara di kelompok kontrol hanya dilakukan ceramah saja. Subjek penelitian adalah
anak-anak penyandang tunagrahita di SLB Panti Asih Pakem dan SLB Rela Bhakti I Gamping,
Sleman sejumlah 45 orang, yang didistribusikan secara random ke dalam ke tiga kelompok pe-
nelitian di atas. Hasil penelitian berupa data differrent score dari motivasi dan tindakan CCPTS
dan BSPT, dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis pada derajat kepercayaan 95 %, dan menunjuk-
kan bahwa ditemukan ada perbedaan motivasi mencuci tangan memakai sabun (p-value 0,025)
dan buang sampah pada tempatnya (p-value 0,004) antara kelompok perlakuan dan kontrol,
khususnya pada kluster usia di atas 13 tahun. Ditemukan juga perbedaan yang bermakna pada
tindakan cuci tangan (p-value 0,049) antar perlakuan dan kontrol, namun untuk tindakan buang
sampah pada tempatnya, perbedaan yang ditemukan tidak menunjukkan kebermaknaan (p-va-lue
0,253). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metoda yang paling tepat untuk me-
ningkatkan tindakan adalah ceramah dan praktik, sementara metoda yang paling baik untuk me-
ningkatkan tindakan adalah ceramah dan pemutaran video, dengan memberikan penekanan atau
perhatian lebih pada materi mengenai membuang sampah pada tempatnya.

Kata Kunci : penyuluhan, motivasi, tindakan, tuna grahita


Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.5, No.4, Mei 2014, Hal 151-158

PENDAHULUAN ping merawat, melatih, serta mendidik


anak-anak tuna grahita. Anak-anak ter-
Perilaku hidup bersih dan sehat atau sebut telah memperoleh pelayanan ke-
PHBS, adalah tindakan yang dilakukan sehatan di unit perawatan yang ada di
perorangan, kelompok, masyarakat yang tempat masing-masing. Namun, sampai
sesuai dengan norma-norma kesehatan saat ini, belum diketahui kemampuan
masyarakat yang optimal untuk meno- mereka dalam menolong diri sendiri dan
long dirinya sendiri dan berperan aktif berperan dalam upaya preventif khusus-
dalam pembangunan kesehatan 1). nya cuci tangan pakai sabun (CCTPS)
Sejalan dengan PHBS, adanya ge- dan buang sampah pada tempatnya
rakan sanitasi total berbasis masyarakat (BSPT).
(STBM), memberi penekanan pada peri- Menurut Notoatmodjo, perilaku atau
laku yang bertujuan untuk menurunkan tindakan didorong oleh keinginan atau
angka kejadian penyakit diare dan pe- motivasi 5). Untuk mewujudkan motivasi
nyakit berbasis lingkungan. STBM terdiri dan tindakan dalam aktifitas CCTPS dan
dari lima pilar, di mana dua di antaranya BSPT pada anak-anak tuna grahita, per-
adalah mengenai perilaku cuci tangan lu dicari metoda yang tepat dan sesuai
memakai sabun dan pengelolaan sam- dengan karakteristik mereka.
pah rumah tangga 2). Menurut Notoatmodjo, penyuluhan
Anak berkebutuhan khusus, terma- merupakan bagian dari pendidikan ke-
suk penyandang cacat, merupakan sa- sehatan yang bertujuan untuk mening-
lah satu sumber daya manusia bangsa katkan pengetahuan, sikap, dan praktik
Indonesia yang kualitasnya harus diting- masyarakat dalam memelihara dan me-
katkan agar dapat lebih berperan se- ningkatkan kesehatan mereka sendiri 5).
hingga tidak hanya dianggap sebagai o- Penyuluhan dapat dilaksanakan antara
byek pembangunan tetapi juga menjadi lain dengan ceramah dan demonstrasi.
subyek pembangunan. Demonstrasi dapat dilaksanakan secara
Menurut data sensus nasional yang langsung dalam bentuk praktik atau
dilakukan oleh Biro Pusat Statistik pada menggunakan bantuan media seperti vi-
tahun 2003, jumlah penyandang cacat di deo.
Indonesia sebesar 0,7 % dari jumlah Berdasarkan latar belakang di atas,
penduduk atau sekitar 1.480.000 jiwa. penelitian ini mencoba untuk mencari
Sementara itu, Undang-Undang Repu- metoda yang tepat agar para anak tuna-
blik Indonesia Nomor 4 tahun 1997, ten- grahita dapat menolong diri mereka sen-
tang Penyandang Cacat, menyatakan diri dalam melakukan CCTPS dan BS-
bahwa penyandang cacat mempunyai PT, dengan menawarkan metoda berupa
hak dan kesempatan yang sama dengan kombinasi antara ceramah dan demon-
warga negara yang lain dalam berbagai strasi, baik berupa praktik maupun pe-
aspek kehidupan dan penghidupan 3). mutaran video, Adapun tujuan penelitian
Menurut American Association on ini adalah untuk mengetahui apakah pe-
Mental Deficiency (AAMD) yang dikutip nyuluhan dengan metoda ceramah yang
Grossmas dalam buku Persiapan Peker- disertai praktik atau pemutaran video ter-
jaan Penyandang Tunagrahita 4), tuna sebut berpengaruh terhadap motivasi
grahita merupakan istilah yang diguna- dan tindakan anak-anak tuna grahita
kan bagi anak yang memiliki kemampu- dalam melakukan tindakan CCTPS dan
an intelektual di bawah rata-rata. Walau- BSPT.
pun begitu, sama seperti halnya anak-
anak yang lain, mereka juga memiliki ke- METODA
terampilan motorik kasar, motorik halus,
dan juga keseimbangan, serta sebagian Penelitian yang dilakukan merupa-
besar dari mereka juga mampu berinter- kan eksperimen semu dengan desain
aksi dengan orang lain. pre-test post-test test with control group,
SLB Panti Asih Pakem milik Yayas- yang terdiri dari dua kelompok perlakuan
an Kristen dan SLB Rela Bhakti I Gam- dan satu kelompok kontrol. Kelompok
Fauzie & Herawati, Pengaruh Penyuluhan terhadap …

Perlakuan 1 menggunakan metoda pe- kan jika sebelum makan, subyek peneli-
nyuluhan ceramah yang disertai praktik; tian tidak mau mencuci tangan.
sedangkan di Kelompok Perlakuan 2, Skor yang diberikan untuk motivasi
metoda yang digunakan adalah ceramah BSPT juga berkisar antara 0-3. Skor 3
yang disertai dengan pemutaran video. diberikan jika tindakan membuang sam-
Adapun di kelompok kontrol, penyuluhan pah dilakukan setelah makan, tanpa di-
hanya berupa metoda ceramah saja. perintah dan dengan kemauan sendiri.
Subyek penelitian yang dilibatkan Skor 2 diberikan jika setelah makan, ke-
sebanyak 45 anak tuna grahita dan ber- giatan membuang sampah dilakukan
lokasi di SLB Panti Asih Yayasan Kristen sendiri namun dengan diperintah. Ada-
di Pakem dan SLB Rela Bhakti I di Gam- pun skor 1 diberikan jika dalam membu-
ping. Subyek-subyek penelitian tersebut ang sampah setelah makan dilakukan
selanjutnya didistribusikan ke dalam tiga dengan diperintah dan didampingi. Se-
kelompok penelitian yang dijelaskan di mentara itu, skor 0 diberikan jika sete-
atas, dalam jumlah sama banyak yaitu lah makan, tidak mau buang sampah.
15 subyek untuk masing-masing kelom- Variabel terikat kedua adalah tindak-
pok. Pendistribusian subyek ke dalam an CCTPS dan BSPT, dengan definisi
tiga kelompok penelitian dilakukan se- operasional masing-masing adalah se-
cara random dan pelaksanaannya dise- bagai berikut: a) tindakan CCTPS adalah
rahkan kepada guru mereka masing-ma- serangkaian perilaku dalam mencuci ta-
sing. Penelitian dilaksanakan pada bulan ngan yang dilakukan subyek di tempat
September dan Oktober 2013. cuci tangan sebelum makan, diukur de-
Variabel bebas berupa penyuluhan ngan menggunakan lembar observasi 6),
dengan dua pilihan metoda, yaitu cera- yang terdiri dari 13 item dan berskala
mah disertai praktik dan ceramah diser- ordinal; b) tindakan BSPT adalah se-
tai pemutaran video di atas, perlakuan- rangkaian tahap dalam membuang sam-
nya diintegrasikan ke dalam mata ajaran pah yang dilakukan oleh subyek di bak
Bina Diri yang ada di dalam kurikulum yang telah disediakan dengan warna
SLB tersebut. Perlakuan dilakukan oleh merah dan hijau, setelah mereka makan.
guru pendamping mereka masing-ma- Instrumen yang digunakan untuk menilai
sing sebanyak lima kali dengan interval adalah lembar observasi 6) yang terdiri
waktu satu minggu. dari empat item, dengan skala ordinal.
Sementara itu, variabel terikat yang Skor tindakan BSPT diberikan an-
pertama adalah motivasi CCTPS dan tara 1-4. Skor 4 diberikan jika tidak ada
BSPT, dengan definisi operasional ma- bungkus makanan yang tertinggal serta
sing-masing sebagai berikut: a) motivasi semua bungkus dibuang di bak sampah
CCTPS adalah kemandirian melakukan yang tersedia, di mana bungkus organik
CCTPS sebelum makan yang diukur de- dibuang ke dalam bak sampah berwarna
ngan lembar observasi dan berskala or- hijau dan bungkus anorganik dibuang ke
dinal, dan b) motivasi BSPT adalah ke- dalam bak sampah berwarna merah.
mandirian melakukan BSPT setelah ma- Skor 3 diberikan jika tidak ada bungkus
kan yang diukur dengan menggunakan sampah yang tertinggal serta semua
lembar observasi dan mempunyai skala bungkus dibuang di bak sampah yang
ordinal. tersedia, di mana bungkus organik di-
Skor CCTPS berkisar antara 0-3. buang ke dalam bak sampah berwarna
Skor 3 diberikan jika mencuci tangan di- hijau atau bungkus anorganik dibuang
lakukan sebelum makan, tanpa diperin- ke dalam bak sampah berwarna merah.
tah dan dengan kemauan sendiri. Skor 2 Skor 2 diberikan jika tidak ada bungkus
diberikan jika mencuci tangan dilakukan yang tertinggal dan semua bungkus di-
sendiri sebelum makan namun dengan buang di bak sampah yang tersedia.
diperintah. Adapun skor 1 diberikan jika Sementara itu skor 1 diberikan jika tidak
kegiatan mencuci tangan sebelum ma- ada bungkus yang tertinggal atau semua
kan dilakukan dengan diperintah dan di- bungkus dibuang di bak sampah yang
dampingi. Sementara itu, skor 0 diberi- tersedia.
Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.5, No.4, Mei 2014, Hal 151-158

Bahan-bahan yang digunakan da- tuanya SLTA, dan 88,88 % pekerjaan


lam penelitian ini adalah: a) tempat cuci orang tuanya non-PNS/ABRI.
tangan, sabun dan serbet, b) bak/tem-
pat sampah berwarna hijau untuk sam- Motivasi CCTPS dan BSPT
pah/bungkus organik dan bak/tempat Selanjutnya, data motivasi dan tin-
sampah berwarna merah untuk sampah/ dakan subyek dalam CCTPS dan BSPT
bungkus anorganik, c) video yang digu- tersaji sebagaimana terlihat pada Tabel
nakan sebagai sarana untuk penyuluhan 1 dan Tabel 2.
cara mencuci tangan dan membuang
sampah, d) cheklist yang digunakan se- Tabel 1.
Rata-rata selisih skor motivasi CCTPS dan BSPT
bagai alat ukur dalam menilai motivasi dan hasil uji statistknya
dan tindakan mencuci tangan dan mem-
buang sampah, dan e) makanan yang Rata-rata selisih skor pre-test dan post-test
dibungkus dengan daun, plastik atau
kertas.

Kelompok perlakuan 2

Klelompk perlkauan 1
Klelompok kontrol
Variabel
Jalannya perlakuan meliputi lang-
kah-langkah berikut ini: 1) semua subyek

(n=15)

(n=15)

(n=15)
P
Ketr
value
yang ada dalam kelompok perlakuan
dan kontrol kelompok diberi makanan, 2)
sebelum mereka menyantap makan, di-
lakukan pengamatan motivasi dan tin- Tdk
dakan mencuci tangan sebagai data pre- CCTPS
0,20 0,15 0,32 0,947 ber-
makna
test CCTPS, dan setelah mereka makan
dilakukan pengamatan motivasi dan tin- Pada subyek usia > 13 th
0,025
Ber-
Motivasi

(n=21) makna
dakan buang sampah sebagai data pre-
Tdk
test BSPT, 3) subyek diberi perlakuan 0,00 0,13 0,15 0,170 ber-
BSPT

penyuluhan sesuai dengan kelompoknya makna

masing-masing, 4) setelah perlakuan di Pada subyek usia > 13 th


0,004
Ber-
(n=21) makna
atas, mereka diberi makanan kembali,
dan 5) sebelum mereka menyantap ma-
kanan, dilakukan pengamatan motivasi Tabel 1 menunjukkan rata-rata se-
dan tindakan cuci tangan sebagai data lisih nilai motivasi CCTPS tertinggi ada
post-test CCTPS, dan setelah mereka pada Kelompok Perlakuan 1 (ceramah
makan, dilakukan pengamatan motivasi disertai praktek), yaitu sebesar 0,32; se-
dan tindakan buang sampah, sebagai dangkan pada Kelompok Perlakuan 2
data post-test BS-PT. Rangkaian kegiat- (ceramah disertai video) sebesar 0,15
an nomor 1) sampai dengan nomor 5) dan pada Kelompok Kontrol 0,20. Sete-
diulang sebanyak lima kali dengan inter- lah dilakukan pengujian statistik dengan
val waktu antara ulangan selama satu uji Kruskal-Wallis, tidak ditemui perbeda-
minggu. Data yang terkumpul selanjut- an yang bermakna di antara kelompok-
nya dianalisis menggunakan uji Kruskal- kelompok penelitian tersebut (p-value =
Wallis dengan tingkat kemaknaan 95 %. 0,947). Namun, setelah dilakukan peng-
Data yang dianalisis tersebut adalah be- klasteran berdasarkan karakteristik usia
rupa different score. subyek di atas 13 tahun, yang jumlahnya
21 orang, ternyata ditemukan perbedaan
HASIL DAN PEMBAHASAN motivasi CCTPS dan BSPT yang ber-
makna (p-value = 0,025).
Karakteristik dari subyek penelitian Tabel 1 juga menunjukkan rata-rata
adalah 66,66 % laki-laki, 64,44 % ber- selisih nilai motivasi buang sampah pada
pendidikan SD, 53,33 % berusia di atas tempatnya, yang tertinggi ada pada Ke-
13 tahun, golongan tuna grahita C dan lompok Perlakuan 1 (ceramah disertai
C1 prosentasenya sama besar (50 %), praktik), yaitu sebesar 0,15; sedangkan
93,33 % tinggal bersama orang tua ma- pada Kelompok Perlakuan 2 (ceramah
sing-masing, 55,55 % pendidikan orang disertai video) sebesar 0,13 dan pada
Fauzie & Herawati, Pengaruh Penyuluhan terhadap …

Kelompok Kontrol sebesar 0,00. Setelah 0,04. Setelah dilakukan pengujian seca-
dilakukan pengujian secara statistik de- ra statistik dengan analisis Kruskal-Wal-
ngan uji yang sama, diketahui bahwa di lis, ternyata tidak ditemukan perbedaan
antara ketiga kelompok penelitian ter- yang bermakna (p-value = 0,253).
sebut tidak ditemui perbedaan motivasi Temuan-temuan di atas, baik yang
BSPT yang bermakna (p-value = 0,170). terkait dengan motivasi maupun tindak-
Namun, setelah dilakukan pengklas- an CCTPS dan BSPT dapat dijelaskan
teran berdasarkan usia, diketahui bahwa dengan mencermati karakteristik anak
perbedaan motivasi BSPT yang bermak- tunagrahita kelompok C dan C1 atau tu-
na ditemui pada pada kelompok usia di nagrahita sedang dan berat menurut Pe-
atas 13 tahun (n=21) dengan p-value se- doman Penggolongan Diagnosis Gang-
besar 0,004. guan Jiwa 7). Anak tunagrahita golongan
tersebut lamban dalam mengembangkan
Tindakan CCTPS dan BSPT pemahaman dan penggunaan bahasa
sehingga prestasi akhir yang dapat me-
Tabel 1. reka capai dalam bidang ini terbatas.
Rata-rata selisih skor tindakan CCTPS dan BSPT Meskipun dalam perlakuan yang dilaku-
dan hasil uji statistknya
kan dalam penelitian ini tidak menuntut
mereka untuk mengekspresikan pema-
Rata-rata selisih skor pre-test dan post-test
hamannya dengan bahasa, namun pe-
mahaman tentang bahasa tetap diper-
Kelompok perlakuan 2

Klelompk perlkauan 1
Klelompok kontrol

lukan. Jadi dapat dipahami jika penyerta-


Variabel

an praktik dan pemutaran video pada


(n=15)

(n=15)

(n=15)

P
Ketr
value metoda ceramah tidak mampu menun-
jukkan perbedaan motivasi dan tindak-
an dalam melakukan CCTPS dan BSPT.
Terkait dengan intervensi metoda
ceramah disertai pemutaran video, yang
TPS

Ber-
CC

1,41 0,52 1,47 0,049


Tindakan

makna
mana hasilnya (nilai rata-rata motivasi
Tdk
dan tindakan) lebih rendah dibanding ca-
BS

paian nilai rata-rata motivasi dan nilai


PT

0,31 0,04 0,16 0,253 ber-


makna
rata-rata tindakan pada intervensi lain
(perlakuan 1 dan kontrol), kondisi ini da-
Tabel 2 menunjukkan rata-rata se- pat dijelaskan bahwa intervensi 2 yaitu
lisih skor tindakan mencuci tangan pakai metoda ceramah disertai pemutaran vi-
sabun yang tertinggi ada pada kelompok deo memerlukan kemampuan dalam hal
perlakuan 1 (ceramah disertai praktek), mendengar dan melihat, sehingga ke-
yaitu sebesar 1,47; sedangkan kelompok mampuan anak tunagrahita yang meng-
perlakuan 2 (ceramah disertai video) se- ikutinya, khususnya dalam hal mende-
lisih skor sebesar 0,52 dan pada kelom- ngar perlu memperhatikan beberapa hal
pok kontrol adalah sebesar 1,41. Setelah antara lain mereka harus memiliki IQ di
dilakukan pengujian statistik dengan uji atas 54-40 atau tergolong mampu latih
Kruskal-Wallis, diketahui bahwa perbe- dan mereka tidak mengalami gangguan
daan selisih skor di antara kelompok-ke- pendengaran 8).
lompok penelitian tersebut bermakna, Dalam penelitian ini anak tunagra-
dengan p-value = 0,049. hita subyek penelitian termasuk dalam
Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata kelompok berat-sedang (IQ antara 20-24
selisih tindakan membuang sampah pa- dan 35-40). Selain itu, pemeriksaan ter-
da tempatnya yang tertinggi ada pada lebih dahulu tentang kondisi pendengar-
kelompok kontrol (ceramah) yaitu sebe- an mereka sebelum dilakukan intervensi
sar 0,31; sementara pada kelompok per- juga tidak dilakukan. Dengan demikian
lakuan 1 (ceramah disertai praktek) se- dapat dipahami jika dari hasil pemberian
besar 0,16, dan pada kelompok perla- intervensi metoda ceramah disertai pe-
kuan 2 (ceramah disertai video) sebesar mutaran video, nilai rata-rata motivasi
Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.5, No.4, Mei 2014, Hal 151-158

maupun tindakan dalam CCT-PS dan B- negakkan pengertian yang diperoleh dan
SPT yang diperoleh menjadi lebih ren- peragaan akan membantu pengertian
dah dibanding kelompok lainnya. yang baru menjadi lebih lama tersimpan
Temuan tentang motivasi CCTPS dalam ingatannya 10).
dan BSPT dapat dijelaskan dengan Adapun temuan penelitian tentang
mencermati klasifikasi skor IQ WISC 7). tindakan yang terkait dengan CCTPS
Mereka termasuk klasifikasi mampu latih dan BSPT, ternyata perlakuan-perlakuan
dan mampu rawat yang dapat dikem- yang diberikan tersebut (ceramah diser-
bangkan potensinya melalui program tai praktik dan ceramah disertai pemutar-
pendidikan khusus. Perlakuan dengan an video) hanya mampu memunculkan
metoda ceramah, ceramah disertai de- perbedaan potensi mereka pada tindak-
ngan praktik, serta ceramah disertai de- an CCTPS, namun tidak demikian hal-
ngan pemutaran video ternyata tidak nya dengan tindakan BSPT.
mampu memunculkan berbedaan moti- Perubahan tindakan dalam CCTPS
vasi di antara ke tiga kelompok pene- menunjukkan perbedaan yang bermakna
litian tersebut secara bermakna. Kondisi antara kelompok penelitian. Perubahan
ini dapat diartikan bahwa baik praktik tindakan yang terjadi pada subyek yang
maupun pemutaran video tentang CCT- diberi perlakuan metoda ceramah yang
PS dan BSPT tidak mampu mendorong disertai praktik lebih banyak dibanding-
mereka untuk berbuat tanpa dorongan kan dengan kelompok yang lain. Hal ini
orang lain. dapat dijelaskan berdasarkan bahwa sa-
Akan tetapi, pada anak tunagrahita lah satu strategi perubahan perilaku ada-
yang berusia di atas 13 tahun ternyata lah pemberian informasi 10). Pada peneli-
stimulasi tersebut mampu memunculkan tian ini, fasilitas untuk cuci tangan di-
secara bermakna keinginan atau moti- sediakan termasuk sabun dan serbet.
vasi mereka tanpa dorongan orang lain. Hal ini memudahkan subyek untuk me-
Hasil penelitian ini berbeda dengan pe- lakukan CCTPS. Menurut analisis peri-
nelitian yang dilakukan oleh Hakim ten- laku manusia yang dilakukan Green da-
tang keseimbangan anak tunagrahita lam Notoatmodjo 10), salah satu faktor
meniti papan dan meniti garis 9). Hasil yang mempengaruhi perilaku manusia
penelitiannya menunjukkan bahwa per- adalah faktor pendukung (enabling fact-
kembangan motorik kasar pada anak tu- ors) yang terwujud dalam lingkungan fi-
nagrahita tidak tergantung pada usianya. sik berupa tersedianya atau tidak terse-
Perbedaan dari kedua hasil peneliti- dianya fasilitas atau sarana kesehatan.
an juga terletak pada materi intervensi Selain itu, subyek tunagrahita memang
yang diberikan. Pada penelitian ini mate- masih memiliki keterampilan motorik ka-
ri intervensi lebih pada kemampuan me- sar dan halus meski kemampuan akade-
lihat dan mendengar serta kemudian miknya berada di bawah rata-rata ke-
mengekspresikannya dalam bentuk mo- mampuan anak normal 4). Dengan demi-
tivasi dan tindakan, sedangkan pada pe- kian, menurut Bandura dalam Notoatmo-
nelitian Hakim tersebut, materinya lebih djo 5), mereka dapat dengan mudah me-
pada menirukan tindakan langsung. niru.
Subyek berusia lebih dari 13 tahun Dalam hal tindakan BSPT, perlaku-
yang mendapat perlakuan metoda cera- an dengan metoda ceramah yang diser-
mah disertai praktik (perlakuan 1) dapat tai praktik maupun ceramah yang diser-
menunjukkan berbedaan bermakna me- tai pemutaran video, tidak mampu me-
ngenai motivasi CCTPS dan BSPT. Hal wujudkan tindakan yang diinginkan, se-
ini dapat dijelaskan bahwa metoda cera- bagaimana terlihat pada Tabel 2. Meski-
mah dan demonstrasi langsung atau pun fasilitas kotak sampah hijau dan ko-
praktik, merupakan metoda penyuluhan tak sampah merah disediakan, ternyata
yang memberikan gambaran nyata 5) 6). enabling factors ini tidak mampu mewu-
Dengan penggunaan peragaan yang judkan tindakan BSPT. Hal ini dapat di-
nyata, dalam hal ini dirinya sendiri seba- pahami karena tindakan BSPT merupa-
gai peraga, akan membantu dalam me- kan tindakan yang lebih kompleks ka-
Fauzie & Herawati, Pengaruh Penyuluhan terhadap …

rena menuntut subyek untuk berfikir dua lukan waktu yang lama untuk mendapat-
kali, yaitu berfikir untuk bertindak mem- kan hasil yang menetap.
buang sampah dan berfikir untuk mem- Dalam penelitian ini diperoleh infor-
buang sampah pada tempat yang tepat, masi juga bahwa perubahan motivasi C-
yaitu dalam hal ini ke kotak hijau atau CTPS secara bermakna pada kelompok
kotak merah. yang diberi perlakuan metode ceramah
Tentunya hal ini menyulitkan bagi disertai praktik atau perlakuan 1, sejalan
subyek tunagrahita dengan karakteristik dengan perubahan tindakan CCTPS.
kemampuan intektual di bawah rata-rata, Dengan kata lain, metode ceramah yang
sebagaimana ciri yang dinyatakan dalam disertai praktik mampu menimbulkan
AAMD (America Association of Mental motivasi subyek dalam hal CCTPS, dan
Deficiency) dalam Alytpuspitasari 7). Se- kemudian motivasi tersebut selanjutnya
lain itu, bentuk kotak hijau untuk sampah mampu mendorong terwujudnya tindak-
organik dan kotak merah untuk sampah an CCTPS. Keadaan ini sesuai dengan
anorganik, belum pernah mereka kenal rumusan pengertian motivasi, yaitu pe-
sebelumnya atau dianggap sebagai se- rangsang keinginan dan daya penggerak
suatu yang baru 11). kemauan yang akhirnya seseorang ber-
Menurut Rogers, ada lima karakte- tindak atau berperilaku 12). Juga dapat
ristik inovasi yang berkaitan dengan de- ditambahkan bahwa setiap motif mem-
rajat adopsi dari inovasi itu sendiri. Salah punyai tujuan tertentu yang akan di-
satu karakteristik tersebut adalah kom- capai. Dalam penelitian ini motif yang
pleksitas. Suatu inovasi yang dipersepsi- telah terbentuk adalah motif CCTPS dan
kan sebagai sesuatu yang kompleks ma- tujuan tertentu yang ingin dicapai adalah
ka proses adopsinya menjadi lambat 11) . tindakan CCTPS.
Selain itu, ketidak-mampuan perla- Namun demikian, meskipun motiva-
kuan metoda ceramah yang disertai de- si BSPT berhasil diwujudkan melalui per-
ngan praktik pada perlakuan 1) dan ce- lakuan metoda ceramah yang disertai
ramah yang disertai pemutaran video dengan praktik, namun motivasi tersebut
pada perlakuan 2) dalam memunculkan selanjutnya belum mampu untuk men-
perbedaan tindakan dalam BSPT, seper- dorong terwujudnya tindakan BSPT yang
ti yang diperlihatkan di Tabel 2, kemung- sesuai. Dengan kata lain, dorongan atau
kinan disebabkan karena frekuensi pe- motivasi BSPT yang terbentuk oleh per-
nyuluhan yang dilakukan belum mema- lakuan belum cukup kuat untuk mewu-
dai. judkan tindakan BSPT.
Walau perlakuan dalam penelitian
ini diulang sebanyak lima kali, namun KESIMPULAN DAN SARAN
frekuensi tersebut ternyata belum dapat
memunculkan potensi tindakan, khusus- Upaya penyuluhan dengan metoda
nya BSPT, yang dirasa kompleks bagi ceramah disertai praktik dan ceramah
anak tunagrahita. Anak penyandang tu- disertai pemutaran video mampu me-
nagrahita memerlukan bimbingan dan la- ningkatkan motivasi anak-anak tunagra-
tihan yang harus dilakukan secara ber- hita yang berusia di atas 13 tahun dalam
kesinambungan, sebagaimana yang di- hal mencuci tangan memakai sabun dan
nyatakan pada simpulan penelitian Ha- membuang sampah pada tempatnya.
kim 9). Selain itu, upaya tersebut juga mampu
Selain itu, perlakuan yang dilaku- meningkatkan tindakan mereka dalam
kan sebanyak lima kali dengan selang mencuci tangan memakai sabun, walau
waktu satu minggu, bagi subyek peneliti- belum mampu meningkatkan tindakan
an penyandang tuna grahita, frekuensi mereka dalam hal membuang sampah
tersebut ternyata belum cukup atau perlu pada tempatnya.
waktu yang lebih lama. Hal ini sebagai- Disarankan kepada para pembim-
mana yang dikemukakan oleh Notoat- bing anak-anak tunagrahita tersebut un-
modjo 10), bahwa perubahan perilaku de- tuk menggunakan metoda ceramah yang
ngan cara pemberian informasi memer- disertai praktik dan atau disertai pe-
Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.5, No.4, Mei 2014, Hal 151-158

mutaran video untuk membangun moti- 7. Alytpusoitasari, 2010. Tunagrahita,


vasi dan tindakan mereka dalam men- (http://alytpuspitasari.wordpress.co-
cuci tangan memakai sabun serta mem- m/2010/05/02/tunagrahita/diunduh
buang sampah pada tempatnya, dengan 10 Juni 2014).
lebih memberikan penekanan pada ma- 8. Elly, S. N., 2013. Meningkatkan ke-
teri yang terkait dengan BSPT. mampuan membaca kata melalui
metode fonetis bagi anak tunagra-
DAFTAR PUSTAKA hita sedang, Jurnal Ilmiah Pendidik-
an Khusus (E-JUPEKhu) (http:// e-
1. Dinas Kesehatan Provinsi DIY, journal.unp.ac.id/indes.php/jupekhu,
2000. Pedoman Pembinaan Prog- diunduh 10 Juni 2014).
ram PHBS Tatanan Rumah Tangga 9. Hakim, A. R., Soegiyanto, dan Soe-
(Yogya Sehat 2005), Dinas Keseha- kardi, 2013. Pengaruh usia dan lati-
tan Provinsi DIY, Yogyakarta. han keseimbangan terhadap ke-
2. Kemenetrian Kesehatan R. I., 2008. mampuan motorik kasar anak tuna-
Keputusan Menteri Kesehatan RI grahita kelas bawah mampu didik
Nomor 852 tahun 2008 tentang Sa- sekolah luar biasa, Journal of Phy-
nitasi Total Berbasis Masyarakat. sical Education and Sports (http:
3. Undang-Undang Republik Indonesia //journal.unnes.ac.id/sju/indekx.php/j
No.4 tahun 1997 tentang Penyan- ps, diunduh 10 Juni 2014).
dang Cacat. 10. Notoatmodjo, S., 2012. Promosi Ke-
4. Astati, 2001. Buku Persiapan Pe- sehatan dan Perilaku Kesehatan,
kerjaan Penyandang Tunagrahita. Rineka Cipta, Jakarta.
5. Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Ke- 11. Rogers, E. M., dan Burdge, R. J.,
sehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka 1972. Social Change in Rural Soci-
Cipta, Jakarta. eties, Prentice Hall Inc, Englewood
6. Notoatmodjo, S., 2010. Ilmu Perila- Cliffs, New Jersey.
ku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakar- 12. Hasibuan, 2003. Organisasi dan
ta. Motivasi, Dasar Peningkatan Pro-
duktivitas, Bumi Aksara, Jakarta.

Вам также может понравиться