Вы находитесь на странице: 1из 12

Akuntansi Pajak terhadap Aktiva Lancar

Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah harta perusahaan yang dapat ditukarkan dengan uang tunai dalam
waktu yang relatif singkat. Yang termasuk golongan aktiva lancar ialah:

1. Uang kas, rekening giro, dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang kas yang tersedia untuk
pembayaran kegiatan umum.
2. Investasi jangka pendek dalam surat- surat berharga yang segera dapat dijual.
3. Piutang usaha atau pendapatan yang masih harus diterima.
4. Persediaan barang dagang, bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, dan bahan pembantu.
5. Biaya dibayar dimuka, seperti premi asuransi, bunga, alat tulis, dan keperluan kantor.
6. Wesel yang jatuh tempo dalam satu tahun buku.
Apabila perusahaan harus membuat neraca fiskal, urutan- urutan penyajian pos- pos aktiva
lancar dalam neraca fiskal dan neraca komersial tidak berbeda yaitu menurut urutan likuiditas dan
jatuh tempo.

Kas dan Bank


Kas ialah uang tunai yang paling likuid atau suatu alat pembayaran yang siap dan bebas
digunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan, sehingga pos ini biasanya ditempatkan
pada urutan teratas dari aktiva. Yang termasuk dalam kas ialah seluruh alat pembayaran yang dapat
digunakan segera seperti uang kertas, uang logam, dan saldo rekening giro di bank.

Bank ialah saldo rekening giro yang dapat digunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan
usaha. Pengertian tentang dan perlakuan terhadap kas dan bank dalam perpajakan dan akuntansi
sama.

Yang tidak termasuk dalam pengertian kas baik menurut akuntansi dan perpajakan adalah
sebagai berikut:

1. Deposito: saldo deposito tidak termasuk dalam pengertian kas, karena tidak dapat digunakan
sewaktu- waktu
2. Perangko dan Materai: biasanya perusahaan mempunyai persediaan perangko dan materai yang
dapat dipakai sewaktu- waktu. Persediaan ini tidak termasuk dalam pengertian kas, sekalipun
persediaan ini sering disimpan oleh kasir perusahaan.
3. Bon Kas atau Uang Muka: tidak dapat digolongkan sebagai kas karena tidak dapat digunakan
sewaktu- waktu karena tidak dapat dianggap sebagai uang tunai.
4. Cek Mundur dan Cek Kosong:cek mundur tidak dapat diuangkan sampai jatuh temponya sehingga
tidak memenuhi syarat sebagai kas. Cek kosong sama sekali tidak ada harganya karena itu tidak
dapat dianggap sebagai aktiva perusahaan.

1
Bunga rekening giro :

Akuntansi Komersial : dicatat sebagai pengahasilan


Akuntansi Fiskal : tidak dicatat sebagai penghasilan, karena bunga sudah dikenakan PPh dengan tarif
final 15% dan tidak boleh digabung dengan penghasilan yang lain (dikenakan tarif umum).
Uang kas ini sangat mudah dipindahtangankan dan mungkin tidak dapat dibuktikan sehingga
penggendalian kas yang ketat sangatlah penting, terutama sekali pengendalian interennya. Bentuk-
bentuk prosedur pengendaliannya terlihat antara lain :

Untuk penerimaan uang :

1. Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan setiap penerimaan kas
harus segera dicatat dan disetor ke bank.
2. Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi pencatatan kas.
3. Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas.
4. Dibuat laporan kas untuk setiap hari sebagai pertanggungjawaban kas.

Untuk pengeluaran uang :

1. Pengeluaran uang harus menggunakan cek, kecuali pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya kecil,
yaitu menggunakan kas kecil.
2. Dibentuk kas kecil
3. Diadakan pemisahan antara pihak yang mengumpulkan bukti pengeluaran, yang menulis cek dan
yang menandatangani cek serta yang mencatat pengeluaran kas.
4. Pemeriksaan internal pengeluaran kas harian sebagai pertanggungjawaban.

Untuk tujuan pengendalian kas dan bank perusahaan melakukan pemisahaan dana antara
kas kecil (dipakai untuk pengeluaran harian) dan kas besar (dipakai untuk pengeluaran tertentu).
Dan pengelolaan kas kecil dapat menggunakan dua metode yaitu metode imprest dan metode
fluktuasi.

a. Imprest Method
Pada metode atau system imprest, jumlah pada akun “kas kecil” selalu tetap, yaitu sebesar
cek yang diserahkan kepada kasir kecil untuk membentuk dana kas kecil. Kasir kas kecil selalu
menguangkan cek ke bank yang digunakan untuk membayar pengeluaran kecil dan setiap
melakukan pembayaran, kasir kas kecil membuat bukti pengeluaran. Pencatatan pengeluaran
dilakukan pada saat pengisian kembali.

2
b. Fluctuation Method

Metode fluktuasi (fluctuation method) tidak berbeda dengan metode imprest dalam hal
pembentukan dana. Namun pada metode fluktuasi, saldo uang yang dicatat pada akun kas kecil
selalu berubah (tidak tetap). Fluktuasi tersebut sesuai dengan jumlah pengisian kembali dan
pengeluaran-pengeluaran dari kas kecil. Pencatatan dilakukan secara langsung pada saat
pengeluaran.

SEKURITAS
Merupakan surat berharga yang mudah diperjualbelikan untuk investasi sementara memanfaatkan dana
yang tidak digunakan (secondary cash reserves).

Jenis Sekuritas :
a. Saham Biasa & Saham Preferen
Penghasilan dari Saham : dividen, saham bonus, hak membeli emisi saham & capital gains.
Penghasilan dividen tidak dikenakan pajak.
 Praktek Komersial :
Mencatat nilai sekuritas berdasarkan Cost Method & Lower Cost or Market
 Praktek Fiskal :
Mencatat nilai sekuritas berdasarkan Cost Method
Penghasilan dari penjualan saham tidak perlu dilaporkan dalam SPT dan dikonsolidasikan dengan
penghasilan lainnya yang tidak dikenakan pajak final.

b. Obligasi
Bunga Obligasi dihitung sebagai penghasilan PPh yang dipungut atas bunga obligasi tidak boleh
dikapitalisasi, tetapi harus dicatat sebagai pajak yang dibayar di muka (pasal 23).

c. Sekuritas yang lain


 Commercial paper, promissory notes, bill of exchange, bankers acceptance, sertifikat
deposito, repurchase agreement
 Selisih nilai beli dan nilai jual / pelunasan merupakan penghasilan bagi pemegang sekuritas
dan biaya bagi penerbit sekuritas.
d. Deposito
 Merupakan satuan mata uang rupiah atau valas, jangka pendek atau jangka panjang di
dalam atau di luar negeri.
 Untuk tujuan perpajakan termasuk deposito on call. Bunga deposito dikenakan pajak 15%
dan final. Bunga deposito bukan merupakan penghasilan kena pajak pada SPT dan pajaknya
tidak dapat dikreditkan.

3
e. Wesel Tagih

 Wesel tagih timbul dari utang piutang penyerahan barang atau jasa.
 Bunga yang diterima pada saat pelunasan merupakan penghasilan pemegang
 wesel dan biaya bagi penerbit promes.
 Penghasilan bunga diskonto merupakan obyek potongan PPh pasal 23 (WP dalam negeri)
atau PPh pasal 26 (WP luar negeri).

Piutang
Piutang (account receivable) adalah hak perusahaan kepada pihak lan yang akan diterima dalam
bentuk kas. Piutang usaha timbul karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit.
Piutang biasanya digolongkan ke dalam kelompok piutang usaha, piutang di luar usaha. Untuk
keperluan fiskal sebaiknya sistem akuntansi dapat menyajikan saldo piutang kepada pihak yang ada
dalam hubungan istimewa. Pemisahan ini dimaksudkan untuk mempermudah fiskus untuk
mengetahui apakah Wajib Pajak melakukan penghindaran pembayaran pajak dengan cara transfer
pricing.

Pentingnya catatan piutang maka undang undang perpajakan mengharuskan agar setiap
pembukuan setidak-tidaknya mempunyai daftar piutang dan utang, kas dan bank, serta persediaan.
Dari daftar ini dapat diperoleh data mengenai biaya dan penghasilan dalam penghitungan
Penghasilan Kena Pajak.

Agar dari pembukuan piutang dapat diperoleh keadaan mengenai saldo piutang maka
rekening piutang khususnya untuk keperluan fiscal harus dapat memberikan keterangan data
sebagai berikut:

a) Nama dan alamat lengkap debitur


b) Jumlah piutang kepada masing-masing debitur
c) Saat timbul maupun berkurangya piutang
d) Jenis piutang, misalnya piutag dagang, piutang kepada pegawai, piutang kepada
pemegang saham, piutang jangka panjang, piutang jangka pendek
e) Hak penerimaan bunga
f) Tanggal jatuh tempo piutang
g) Jumlah piutang yang dapat dihapuskan
h) Keterangan lainnya yang berkaitan dengan piutang

Piutang dalam mata uang asing harus dibukukan kedalam mata uang rupiah. Untuk keperluan
perpajakan ada dua jenis nilai tukar yang digunakan untuk menjabarkan piutang dalam mata uang
asing yaitu nilai tukar tetap atau nilai tukar pada tanggal neraca berdasarkan pengumuman Bank
Indonesia. Adapun untuk akuntansi komersial hanya ada satu nilai tukar yang digunakan untuk
menjabarkannya, yaitu nilai tukar pada saat tanggal neraca.

4
Piutang Usaha

Piutang usaha terjadi akibat transaksi penjualan barang atau pengerahan jasa dalam rangka
kegiatan normal. Piutang dapat dicatat jika barang telah diserahkan. Dalam usaha pelayanan jasa,
piutang dicatat pada saat pelayanan jasa dilaksanakan. Pada umumnya piutang seperti ini tidak
disertai suatu surat-surat perjanjian yang formal. Tetapi ada kalanya bentuk piutang dagang
dinyatakan dalam bentuk surat dagang komersial yaitu wesel tagih.

Untuk tujuan PPh : saat pencatatan penjualan mengikuti praktek akuntansi komersial.

Untuk tujuan PPn : dapat berbeda dengan akuntansi komersial & PPh. Pengusaha diminta untuk
menerbitkan faktur pajak selambatnya 30 hari setelah penyerahan barang dari penjualan (faktur
standar) atau bersama-sama pada akhir bulan (faktur gabungan).

Untuk tujuan perpajakan : pembukuan penyisihan untuk potongan tunai & retur penjualan tidak
diperkenankan, tetapi memberlakukan metode penghapusan piutang langsung (direct written off).

Piutang Di Luar Usaha

Piutang tidak hanya terjadi karena penjualan barang atau jasa. Sering pula piutang timbul karena
pemberian pinjaman kepada pihak ketiga dan pegawai, klaim asuransi, retribusi pajak, royalty dan
lain-lain. Apabila yang diharapkan dapat ditagih dalam waktu singkat, piutang-piutang dapat
digolongkan sebagai aktiva lancer. Jika ternyata penagihannya dilakukan lebih dari satu tahunm
sebaiknya digolongkan kedalam aktiva lain-lain.

Untuk tujuan pajak : ketentuan pasal 18 ayat 4 UU PPh piutang kepada perusahaan afiliasi
dikarakteristik sebagai modal.

Untuk pembukuan komersial : diakui sebagai piutang afiliasi untuk laporan keuangan fiskalà
dimasukkan dalam kelompok penyertaan pada perusahaan afiliasi/investasi.

Piutang Dalam Hubungan Istimewa

Piutang dalam hubungan istimewa merupakan saldo tagihan dari transaksi yang dilakukan
dengan pihak di mana perusahaan mempunyai hubungan istimewa. Hubungan istimewa dapat
merupakan memiliki atau menguasai. Penyajian piutang dalam hubungan istimewa tidak diharuskan
dala akuntansi dan tidak lazim. Piutang dalam hubungan istimewa terjadi karena transaksi sebagai
berikut:

a. Pengeluaran atau pembebanan yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk pihak lain dalam
hubungan istimewa untuk biaya suatu usaha, seperti sewa kantor, asuransi, listrik dan lain-lain;
penjualan harta tetap seperti mesin dimana pegeluaran atau pembebanan tersebut akan ditagih lagi
kepada pihak tersebut.

b. Peminjaman dana

c. Transaksi penyerahan barang atau jasa

5
Hubungan istimewa dalam perpajakan telah diatur dalam Pasal 18 UU Tahun 1984 jo. UU No. 10
Tahun 1994. Ada dua jenis hubungan istimewa yang dikenal dalam perpajakan, yaitu:

a. Hubungan istimewa untuk perseorangan

b. Hubungan istimewa untuk badan

Yang dimaksud dengan hubungan istimewa untuk perseorangan ialah hubungan keluarga
sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat atau keluarga sedarang dalam garis
keturunan lurus kesamping satu derajat. Skema berikut memperlihatkan hubungan istimewa untuk
pribadi.

Hubungan istimewa untuk badan adalah hubungan antara dua atau lebih Wajib Pajak yang
berada dibawah pemilikan atau penguasaan yang sama, baik langsung maupun tidak langsung. Yang
dimaksuda dengan hubungan istimewa dalam arti penguasaan adalah apabila Wajib Pajak dapat
mempengaruhi jalannya Wajib Pajak tersebut, atau sebaliknya. Dalam pasal 18 ayat (4) UU No. 18
ditegaskan bahwa “Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat terjadi karena ketergantungan
atau keterkaitan satu dengan yang lain disebabkan: (a) kepemilikan atau penyertaan modal; (b)
adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi”

Hubungan istimewa antara Wajib Pajak dapat juga terjadi karena penguasaan melalui
manajemen atau penggunaan teknologi, kendatipun tidak terdapat hubungan kepemilikan.
Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih perusahaan berada dibawah penguasaan
yang sama. Demikian juga hubungan antara beberapa perusahaan yang berada dalam penguasaan
yang saa tersebut. Demikian menurut penjelasan Pasal 18 Ayat (4) Huruf b UU No. 10 Tahun 1994.

6
Persediaan
Persediaan (inventories) adalah harta perusahaan yang termasuk penting karena banyak
dana tertanam di dalamnya. Yang termasuk dalam persediaan adalah semua persediaan yang berada
di perusahaan dan yang berada di tempat pihak lain sebagai titipan. Barang yang dikonsinyasikan
termasuk barang dalam persediaan. Barang yang dijual secara cicilan tidak lagi dimasukkan sebagai
persediaan barang, karena hak kepemilikannya telah berpindah.

Jenis persediaan
Pengadaan barang oleh usaha perdagangan seperti pasar swalayan dan grosir, dimaksudkan
untuk dijual kembali, sedangkan pengadaan oleh usaha pabrik dimaksudkan untuk diolah sebelum
dijual. Usaha pabrik biasanya mempunyai tiga jenis persediaan, yaitu

a. Bahan Baku dan Bahan Pelengkap


Bahan baku (raw material) diperoleh langsung dari alam atau dari pihak ketiga. Contoh
bahan yang langsung dari alam ialah minyak bumi, hutan, dan laut. Biaya perolehan bahan baku
terdiri dari harga pembelian, ongkos angkut, biaya gudang, dan biaya lain-lain yang berhubungan
dengan penyimpanan sampai bahan tersebut dipakai dalam produksi. Bahan baku masih dapat
digolongkan ke dalam bahan baku langsung dan bahan pembantu. Bahan baku langsung ialah bahan-
bahan yang dapat diidentifikasi langsung dalam produk. Misalnya, bahan kayu untuk pembuatan
lemari. Bahan baku pelengkap ialah bahan yang tidak dapat diidentifikasikan dalam produk, seperti
minyak pelumas dan kertas amplas. Bahan tersebut secara fisik tidak terlihat dalam produk.
b. Barang dalam pengolahan
Barang dalam pengolahan (work in process) ialah barang yang masih dalam tahap
penyelesaian. Untuk menyelesaikan produk tersebut, perusahaan masih memerlukan tambahan
pekerjaan sehingga membutuhkan biaya tenaga dan biaya tidak langsung lainnya.
c. Barang Jadi
Barang jadi (finished goods) ialah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk dijual.
Semua biaya bahan baku, biaya tenaga, biaya tidak langsung telah selesai dibebankan
Persediaan meliputi barang-barang yang ada dalam perusahaan, dalam perjalanan maupun
yang dititipkan pada pihak lain. Barang-barang yang tidak dapat lagi dijual atau digunakan untuk
produksi tidak digolongkan ke dalam persediaan. Persediaan semacam ini dimasukkan sebagai
bagian aktiva lain-lain

Sistem Pencatatan Persediaan


Dalam akuntansi dikenal dua system pencatatan persediaan, yaitu Sistem periodik, dan
sistem peperpetual. Dalam undang-undang perpajakan sistem pencatatan persediaan tidak diatur
secara jelas. Selama sistem dapat menunjukkan kebenaran pencatatan maka ketentuan perpajakan
dapat menerimanya. Untuk menentukan apakah kedua sistem tersebut sesuai atau dapat digunakan
dalam perpajakan, berikut ini akan dibahas satu per satu.

7
1. Sistem periodic
Dalam sistem periodic, persediaan dihitung dengan melakukan inventarisasi pada setiap
akhir periode. Hasil penghitungan tersebut dapat dipakai untuk menghitung harga pokok penjualan,
yang pada gilirannya dipakai guna menyusun laporan keuangan. Dengan sistem periodik ini,
penghitungan persediaan dapat dilakukan dengan akurat dan benar. Cuma ada kelemahannya, yaitu
jika jumlah dan jenis persediaan banyak sekali maka cara ini sangat mahal. Sistem ini cocok
diterapkan pada perusahaan yang jenis dan jumlah persediaannya tidak banyak.

Sistem ini tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, karena penilaian persediaan
dalam sistem ini berdasarkan perhitungan yang benar. Factor penaksiran atau perkiraan tidak
terlihat dalam penilaian persediaan akhir. Tetapi, cara ini tidak praktis dan ekonomis jika jumlah
jenis persediaan sangat banyak.

2. Sistem perpetual
Sistem ini dapat menyajikan keterangan mengenai persediaan dan harga pokok penjualan
seacara terus menerus tanpa inventarisasi. Hal ini dapat dilaksanakan karena setiap transaksi yang
berhubungan dengan persediaan selalu dicatat sedemikian rupa, sehingga rekening persediaan
senantiasa menyajikan saldo persediaan fisik. Dengan sistem periodic, nilai persediaan hanya dapat
diketahui jika inventarisasi fisik dilakukan. Sekalipun dalam sistem perpetual tidak dipersyaratkan
inventarisasi, namun perusahaan sering pula melakukannya agar perhitungan harga pokok
persediaan lebih akurat.

Sistem perpetual tidak menggunakan cara penaksiran dalam menghitung nilai persediaan,
bahkan inventarisasi masih digunakan sebagai pelengkap maka sistem ini tidak bertentangan dengan
ketentuan perpajakan. Cara yang tidak sesuai dengan prinsip perpajakan ialah persediaan dinilai
berdasarkan penaksiran atau perkiraan.

Apabila contoh penilaian pemakaian persediaan yang diuraikan di penjelasan pasal 10 ayat (6) UU
No. 10 Tahun 1994 diperhatikan, sistem pencatatan yang diperkenalkan disitu adalah sistem
pencatatan perpetual. Atas dasar pertimbangan itulah sehingga dalam pedoman penyusunan
laporan keuangan fiscal ditegaskan agar pencatatan sedapat mungkin dilakukan dengan sistem
perpetual. Tetapi, untuk hal-hal tertentu yang karena sifatnya mengalami kesulitan untuk
menggunakan sistem perpetual seperti pasar swalayan, sistem lain dapat digunakan.

Akuntansi Pajak Pada Persediaan


Berikut pencatatan persediaan untuk kepentingan perpajakan:

Untuk tujuan PPN, pasal 1 bagian (e) UU PPN 1984 menyatakan penyerahan barang kena
pajak ke pedagang perantara dianggap transaksi penyerahan penjualan. Barang konsinyasi tidak
termasuk persediaan consignor.

Akuntansi persediaan berkaitan dengan sistem pencatatan dan penilaian. Untuk tujuan
perpajakan, pasal 10 ayat (6) UU PPh menganut Metode FIFO & Harga Pokok Rata-rata.

8
Nilai Persediaan di Neraca
Nilai persediaan di neraca menurut akuntansi dan perpajakan ditentukan oleh jumlah
volume dan harga per satuan. Penilaian persediaan dipengaruhi oleh dua factor, yaitu biaya dan
metode penilaian arus masuk dan keluarnya barang.

Pada umumnya nilai persediaan dinyatakan dalam neraca sebesar harga pokok atau harga
perolehannya. Yang termasuk dalam harga perolehan ini ialah seluruh biaya yang secara langsung
atau tidak langsung terjadi, misalnya, ongkos angkut, asuransi, dan lain-lain. Penilaian persediaan
dalam akuntansi bisa menyimpang dari penilaian atas dasar harga pokok atau nilai perolehan.
Penyimpangan dapat dilakukan hanya jika ada kemungkinan manfaat barang tidak lagi sepadan
dengan harga pokok/ perolehan. Penilaian boleh dilakukan sesuai dengan konsep konservatisme.
Penurunan manfaat terjadi misalnya, karena kerusakan fisik, susut, perubahan tingkat harga atau
sebab-sebab lain.

Nilai Persediaan dalam Perhitungan Rugi-Laba


Cara penyusunan laporan perhitungan rugi-laba dalam perpajakan sama saja dengan cara
penyusunan menurut akutansi. Jadi mula-mula persediaan awal ditambah dengan pembelian untuk
menghasilkan barang yang tersedia untuk dijual. Kemudian nilai tersebut dikurangi persediaan akhir.

Metode Penilaian Persediaan


Arus (flows) atau pergerakan harta yang cukup penting dalam suatu kegiatan perusahaan
ialah arus masuk dan keluar barang. Dalam rangka analisis, pengendalian, dan penilaian persediaan,
arus masuk dan keluar harus dinilai dengan cara yang sama.

Namun pada kenyataan pada nilai barang yang masuk dan keluar sering berbeda fluktuasi
harga. Akibatnya timbul persoalan penilaian persediaan didalam harga pokok penjualan. Masalah ini
sama-sama dihadapi dalam akuntansi dan perpajakan. Dalam akuntansi terdapat tiga metode
penilaian persediaan yang pemakaiannya diserahkan kepada manajemen, sedangkan di perpajakan
hanya ada dua metode yang pemakainnya pun diserahkan kepada Wajib pajak.

 First-In, First-Out (Fi-Fo) : Barang yang masuk lebih dahulu akan dikelurakan terlebih dahulu.
 Last-In, First-Out (Li-Fo) : Barang yang terakhir masuk akan keluar terlebih dahulu.
 Average : Metode rata-rata dengan menghitung saldo persediaan akhir dan harga pokok
penjualan dengan harga rata-rata per-unit dari persediaan yang tersedia untuk dijual.

9
Akuntani Pajak pada Persediaan.
Sebagaimana telah dijelaskan, berfluktuasinya barang jadi atau bahan baku sebagai
arus masuk dan arus keluar menimbulkan harga juga yang berfluktuasi, sehingga menimbulkan juga
persoalan penilaian persediaan di dalam harga pokok penjualan.

Dari sisi praktik akuntansi komersial dan akuntansi pajak, tidak ada perbedaan prinsip dalam
metode pencatatannya, sehingga metode pencatatan yang dapat digunakan adalah system
perpetual, baik rata-rata maupun FIFO, atau metode fiscal (kolektif) yang dijelaskan dalam
penjelasan Pasal 10 ayat (6) Undang-undang Pajak Penghasilan.

Penghitungan menggunakan metode rata-rata atau FIFO dapat dipelajari pada contoh
penghitungan sebagaimana telah disampaikan pada Praktik Akuntansi Komersial. Masalah pelaporan
persediaan, sebagaimana telah diatur dalam PSAK No. 14 tahun 2007 bahwa persediaan dalam
neraca dinyatakan sebesar harga pokok atau perolehan (at cost) atau dinyatakan berdasarkan :

1. Harga terendah antara harga pokok dan harga pasar


2. Harga jual
Untuk kepentingan penghitungan pajak penghasilan, Pasal 10 ayat 6 Undang-undang Pajak
Penghasilan menyatakan bahwa persediaan harus dinilai berdasarkan harga perolehan. Dengan
demikian wajib pajak yang melakukan penilaian berdasarkan harga jual produk tidak sesuai dengan
Undang-undang pajak, harus mengacu kembali pada ketentuan Undang-Undang Pajak yatiu harga
perolehan sebagai dasar penilaian persediaan.

Biaya Dibayar Dimuka


Merupakan biaya yang telah terjadi yang akan digunakan untuk aktivitas perusahaan yang
akan datang.

Untuk tujuan perpajakan, pasal 11 ayat (10) UU PPh 1984 menyebutkan biaya yang mempunyai masa
manfaat > 1 tahun diamortisasi dengan tarif yang berlaku untuk aktiva golongan 1 (50%), golongan 2
(25%), golongan 3 (10%) atau metode satuan produksi.

Namun sejak berlaku UU No. 10 tahun 94 biaya tidak dibebankan melalui amortisasi lagi
melainkan dialokasi menurut masa manfaatnya

10
KESIMPULAN
Aktiva lancar adalah harta perusahaan yang dapat ditukarkan dengan uang tunai dalam
waktu yang relatif singkat. Jenis-jenis aktiva lancar dalam akuntansi pajak adalah kas dan bank,
Piutang, sekuritas, Persediaan dan biaya dibayar dimuka.Untuk tujuan pengendalian kas dan bank
perusahaan melakukan pemisahaan dana antara kas kecil (dipakai untuk pengeluaran harian) dan
kas besar (dipakai untuk pengeluaran tertentu). Dan pengelolaan kas kecil dapat menggunakan dua
metode yaitu metode imprest dan metode fluktuasi. Apabila perusahaan harus membuat neraca
fiskal, urutan- urutan penyajian pos- pos aktiva lancar dalam neraca fiskal dan neraca komersial tidak
berbeda yaitu menurut urutan likuiditas dan jatuh tempo.

11
Daftar Pustaka
 http://dendyraharjo.blogspot.com/2013/03/akuntansi-pajak-terhadap-aktiva-lancar.html
 http://ekaksmart.blogspot.com/2012/04/aktiva-lancar.html

12

Вам также может понравиться