Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pada saat ini, masih banyak guru belum mampu melaksanakan PTK. Keadaan itu
terjadi karena guru belum memahami apa, mengapa, dan bagaimana PTK. Ada berbagai
kendala untuk memahami hal tersebut, misalnya guru belum terbiasa mencari dan
mengidentifikasi masalah di kelasnya, dan belum mengetahui strategi pembelajaran yang
cocok sebagai ”tindakan” untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan keadaan itu, guru
belum mampu mengembangkan perencanaan tindakan, apalagi melaksanakan tindakan.
Akibatnya, guru belum terbiasa untuk melaksanakan ”refleksi diri” dan seringkali ”sakit
hati” bila guru-guru yang menjadi observer atau pengamat memberikan komentar
mengenai keterlaksanaan pembelajaran yang difokuskan pada apa yang dilakukan oleh
guru.
Dengan melaksanakan LSBS guru dapat belajar satu sama lain dengan guru lain
sesekolahnya, misalnya berlatih memberi dan menerima masukan dalam
mengembangkan RPP. Guru juga dapat belajar bagaimana melakukan berbagai inovasi
pembelajaran tanpa dibebani dengan pemikiran bagaimana pembelajaran yang dilakukan
itu dapat mengatasi masalah pembelajaran seperti yang biasa diidentifikasi dalam PTK.
Melalui LSBS guru juga dapat belajar bagaimana mengamati peserta didik belajar.
Dengan demikian, tidak difokuskan pada bagaimana guru mengajar sehingga jika ada
masukan mengenai apa yang terjadi di kelas, guru sudah berlatih mendengarkan
komentar tanpa harus tersinggung atau sakit hati.
Berdasarkan hal-hal tersebut, di atas dapat dikatakan bahwa bila guru telah
melakukan LSBS di sekolahnya, maka akan lebih mudah baginya untuk melakukan PTK.
Hal itu dapat dibaca lebih lanjut dalam kesaksian yang diberikan oleh tiga orang guru
SMA Laboratorium UM yang ada dalam Bab IV buku ini.
Bab 2
Salah satu cara meningkatkan proses belajar mengajar di dalam kelas dengan pelaksanaan
kegiatan lesson study. Dari tahun ke tahun implementasi lesson study di SMA
Laboratorium Universitas Negeri Malang (SMA Lab UM) mengalami perkembangan.
Berikut dipaparkan pengembangan lesson study berbasis sekolah di SMA Lab UM.
Untuk lebih memudahkan pemahaman lebih dahulu dimulai dengan gambaran umum
SMA Lab UM.
Misi tersebut semakin tampak terwujud dengan menerapkan kegiatan lesson study
berbasis sekolah (LSBS).
Unit-Unit Penunjang
1. Tim Pengembangan
Akademis dan Evaluasi
2. Bimbingan Konseling
3. Koperasi guru dan peserta
didik Wali Kelas
4. Unit Kesehatan Sekolah
5. Perpustakaan
Penerimaan peserta didik baru di SMA Lab UM dilaksanakan secara mandiri (tidak
mengikuti program on line yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Malang).
Hal itu ditempuh dengan harapan selain prestasi akademis yang merupakan syarat untuk
diterima sebagai peserta didik baru di SMA Laboratorium UM juga diperlukan faktor
pendukung lain. Faktor pendukung yang dimaksud yakni kemampuan keterampilan
dalam bidang nonakademis, seperti terampil dalam bidang seni dan olah raga.
Penerimaan peserta didik baru berdasarkan tiga kriteria penilaian, yaitu nilai tes tertulis
untuk tiga mata pelajaran, yaitu matematika, bahasa inggris, dan bahasa indonesia, nilai
UAN, dan nilai wawancara. Wawancara lisan digunakan untuk menjaring calon peserta
didik yang berkualitas tinggi dalam bidang akademis, nonakademis, dan kebiasaan-
kebiasaan lain yang dianggap baik. Hal itu merupakan salah satu cara rekruitmen peserta
didik yang lebih unggul karena dapat mengakses semua kompetensi yang dimiliki calon
peserta didik dibandingkan cara penerimaan peserta didik yang hanya melalui nilai ujian
akhir nasional (UAN).
Berdasarkan Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 dapat diketahui bahwa perbandingan jumlah
guru dan jumlah peserta didik dari tahun pelajaran 2004/2005 hingga tahun pelajaran
2007/2008 diilustrasikan sebagai berikut. Pada tahun pelajaran 2004/2005 perbandingan
jumlah guru dan jumlah peserta didik 1:18, pada tahun pelajaran 2005/2006 perbandingan
jumlah guru dan jumlah peserta didik 1:18, pada tahun pelajaran 2006/2007 perbandingan
jumlah guru dan jumlah peserta didik 1:15, sedangkan pada tahun 2007/2008
perbandingan jumlah guru dan jumlah peserta didik 1:14. Dengan perbandingan jumlah
guru dan jumlah peserta didik yang rendah diharapkan kesempatan para guru dalam
membelajarkan peserta didik semakin tinggi. Akan tetapi sesuai dengan anjuran
pemerintah seyogyanya perbandingan jumlah guru terhadap jumlah peserta didik 1:10
belum dapat terpenuhi. Hal itu disebabkan oleh meningkatnya jumlah peserta didik yang
belum diikuti dengan meningkatnya jumlah guru.
Danem input peserta didik tergolong kriteria rendah karena peserta didik yang
masuk SMA Lab UM 85% adalah peserta didik yang tidak lolos mengikuti seleksi danem
di SMA Negeri Kota Malang. Tidak dapat dilihat dipungkiri bahwa di kota Malang para
calon peserta didik masih memilih sekolah negeri daripada sekolah swasta karena masih
beranggapan bahwa sekolah negeri lebih unggul. Berdasarkan kenyataan, di samping
pilihan masuk ke SMA negeri yang berada di kota Malang para calon peserta didik
memilih alternatif SMA swasta. Berdasarkan hasil wawancara dengan calon peserta didik
SMA Lab UM merupakan pilihan utama para calon peserta didik. Hasil wawancara guru
dengan para calon peserta didik melalui pertanyaan “mengapa masuk ke SMA
Laboratorium UM” memperoleh jawaban bahwa SMA Laboratorium UM merupakan
SMA yang disiplin dan dipandang lebih unggul daripada sekolah swasta yang lain yang
sejenis. Hal itu juga dibuktikan dengan tingginya animo masyarakat (baca: orang tua)
untuk menitipkan putra/putrinya di SMA Lab UM sehingga berdasarkan kapasitas ruang
dan untuk peningkatan mutu pembelajaran hanya 83% pendaftar yang diterima.