Вы находитесь на странице: 1из 3

Ketika Tablet Gantikan Buku Pelajaran

Era pendidikan paperless (tanpa


kertas) ternyata datang lebih cepat dari yang dibayangkan. Menggunakan tablet untuk
menggantikan buku pelajaran mulai dilakukan oleh berbagai kampus dan sekolah.

Sejak awal 2010, Seton Hill University, George Fox University dan Abilene Christian University
di Amerika memberikan iPad gratis kepada ribuan mahasiswanya dengan harapan dapat
merevolusi pendidikan.
Mereka bereksperimen bagaimana tablet dapat merubah pembelajaran dalam kelas. Tidak ada
lagi kertas maupun buku teks tradisional yang tebal dan berat-berat itu. Semua dokumen
disimpan di tablet dan cloud.

”Textbook yang dibawa-bawa siswa di tas ransel mereka adalah masa lalu,” ujar Mary Ann
Gawelek, VP academic affairs di Seton Hill. iPad menjadi mobile learning device, alat
pembelajaran yang bisa dibawa-bawa oleh mahasiswa kemana saja. Murid akan memadunya
dengan laptop yang mungkin digunakan untuk melakukan tugas-tugas produktif seperti membuat
makalah.

”Kami berharap bisa menyediakan lingkungan belajar yang lebih baik. Antara lain menyediakan
berbagai buku-buku diktat digital (e-book) yang harganya jauh lebih murah,” katanya.

Setelah memiliki tablet, siswa bisa mengakses 10.000 judul e-textbook lewat perusahaan
bernama CourseSmart. Sistemnya tidak beli melainkan sewa. Mereka membayar jumlah tertentu
untuk bisa membaca buku tersebut dalam waktu terbatas, misalnya 3 bulan atau satu semester.

Tak hanya di lingkungan kampus, awal tahun ini sekolah-sekolah di Amerika kini mulai
mengganti buku pelajaran untuk siswa dengan iPad. Contohnya adalah SMA Brookfield di
Hartford dan SMA Burlington di Boston.
Menurut catatan Apple, setidaknya ada 600 sekolah yang kini memiliki program yang disebut
one-to-one. Artinya dalam satu sekolah setidaknya ada satu kelas yang seluruh siswanya
menggunakan iPad selama proses belajar mengajar berlangsung.

Kepala Sekolah Burlington High Patrick Larkin mengatakan bahwa investasi sebesar Rp4,7 juta
untuk sebuah iPad adalah bentuk investasi jangka panjang.

Maksudnya, siswa tidak perlu lagi membeli buku diktat yang jumlahnya banyak dan mahal.
Ternayata jumlah pengeluaran setiap siswa Burlington High per tahunnya untuk membeli buku
diktat hampir sama dengan harga sebuah iPad.

Dan bukan berarti proses pembelajaran akan meniadakan buku diktat sama sekali. Buku-buku
tersebut tetap digunakan sebagai pendamping, utamanya judul-judul yang belum tersedia versi
elektronik atau digitalnya.

Para pendidik di Amerika juga menganggap komputer tablet memberikan kesempatan luar biasa
bagi siswa dalam belajar. Misalnya menggunakan program interaktif untuk memecahkan soal
matematika. Siswa juga bisa langsung mengirim pekerjaan rumah dan tugas ke gurunya. Atau
melihat langsung video soal kejadian-kejadian penting dalam sejarah untuk mempermudah
pemahaman.

Ternyata, era baru pendidikan paperless ini sampai juga di Indonesia. Ini yang terjadi di
Universitas Krida Wacana (Ukrida) Jakarta. Sejak pertengahan Desember silam, mahasiswa tidak
lagi membawa buku, namun menenteng-nenteng tablet ramping Motorola Xoom ke dalam kelas.

Tablet dengan sistem operasi Android 3.2 Honeycomb itu menjadi satu-satunya perangkat untuk
mengakses semua materi kuliah di universitas tersebut. Melalui inisiatif E-Learning ini, Ukrida
menjadi salah satu institusi pendidikan lanjutan pertama yang merintis pendidikan tanpa kertas
(paperless).

Tujuan program ini adalah menggunakan Motorola Xoom sebagai perangkat utama interaksi
antara staf akademis dengan para mahasiswa, serta memprioritaskannya melebihi komputer
pribadi.

Para mahasiswa dan dosen akan menggunakan Motorola Xoom untuk tugas-tugas yang biasanya
menggunakan komputer seperti mengirim surel, menjelajahi internet, membuat atau mengedit
dokumen, spreadsheet atau presentasi, serta untuk evaluasi ujian. Kedepannya, bahkan Xoom
akan digunakan dalam seluruh proses belajar mengajar di Ukrida.

“Kami ingin menciptakan konsep belajar baru, yang dikenal dengan E-Learning,” ujar Rektor
Ukrida Aristarchus Sukarto. ”Di masa depan, mahasiswa tidak perlu lagi membeli buku
pelajaran, atau bekerja melalui komputer, cukup dengan mengunduh semua materi ke dalam
tablet mereka,” tambahnya.

Ukrida berencana menyediakan Motorola Xoom untuk seluruh mahasiswa dan dosen dengan
harga bersubsidi, dimulai 600 unit awal di bawah Program E-Learning. Rencana berikutnya
adalah melanjutkan program ini untuk seluruh mahasiswa tingkat akhir yang berjumlah sekitar
5.000 orang beserta para dosennya.

Robert van Tilburg, senior regional sales director Motorola Mobility Asia Selatan melihat hal ini
sebagai terobosan. ”Untuk mengakses materi kuliah atau melakukan riset melalui internet,
Motorola XOOM adalah perangkat sempurna bagi mahasiswa,” ujarnya.

Dampak Tablet di Dunia Pendidikan


- Meniadakan buku teks/diktat yang tebal-tebal dan mahal harganya. Materi kuliah maupun buku
bisa di-share lewat e-book.
- Memaksimalkan e-learning, yakni proses belajar mengajar yang menggunakan media
elektronik dan internet.
- Membuat siswa/mahasiswa akrab dengan teknologi, seperti mengirim surel, menjelajahi
internet, membuat atau mengedit dokumen, spreadsheet atau presentasi, dan lainnya.
- Proses belajar-mengajar menjadi lebih interaktif. Misalnya guru bisa memperlihatkan video
soal kejadian-kejadian penting dalam pelajaran sejarah untuk mempermudah pemahaman.
- Praktis, karena siswa bisa langsung mengirim pekerjaan rumah dan tugas ke gurunya. Atau
mengunduh materi tugas di situs tertentu.

About these ads

Вам также может понравиться