Вы находитесь на странице: 1из 20

INTEGRASI NILAI – NILAI KARAKTER DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Kependidikan


Dosen Pengampu: Dr. Nuriana Rachmani Dewi (Nino Adhi), S.Pd., M.Pd.

Oleh:

Dewi Yanwari Madyaratri (0401517053)

Rombel A2

PROGRAM STUDI PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Jusar, 2016: 82)
karakter memiliki arti “sifat-sifat kejiwaan atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lainnya”. Karakter juga dapat berarti
“huruf”. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” yang
artinya menandai. Istilah ini lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Ada
dua pengertian tentang karakter. Pertama, karakter menunjukkan bagaimana
seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam,
ataupun rakus, tentulah orang tersebut dianggap memiliki perilaku buruk.
Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah
orang tersebut dianggap memiliki karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat
kaitannya dengan ‘personality’. Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang
berkarakter’, apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral. Imam Ghozali
menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu spontanitas
manusia dalam bersikap atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam
dirinya.
Karakter menurut Alwisol (2006) diartikan sebagai gambaran tentang
tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara
eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian, karena
pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meski demikian, baik
kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang
ditunjukkan ke lingkungan sosial. Keduanya relatif permanen serta menuntun,
mengarahkan dan mengorganisasikan aktivitas individu. Jadi istilah karakter
berkenaan dengan personality (kepribadian) seseorang. Seseorang bisa
disebut orang berkarakter (a person of character) apabila perilakunya sesuai
dengan kaidah moral.
Sedangkan menurut Rahman (2016: 2) karakter adalah watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seserang yang terbentuk dari hasil internalisasi

2
berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan
untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas
sejumlah nilai, mral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat
dipercaya, dan hormat kepada orang lain.
Albertus (2010: 03) menyatakan bahwa pendidikan karakter terdiri
dari dua kata yang apabila dipisahkan memiliki makna masing-masing.
Pendidikan adalah selalu berkaitan dengan hubungan social manusia, manusia
sejak lahir tidak dapat hidup sendiri tetapi membutuhkan orang lain,
sedangkan karakter bersifat lebih subjektif hal tersebut dikatakan demikian
karena berkaitan dengan struktur antopologis manusia dan tindakannya dalam
memaknai kebebasan. Pendidikan karakter harus diberikan pada pendidikan
formal khususnya lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, dan
ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan.
Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang
baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang
baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai
sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks
pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai
luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam
rangka membina kepribadian generasi muda.
Dewi (2015: 118) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah
suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai- nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri

3
sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan
kamil.
Nilai karakter yang diharapkan dalam belajar matematika adalah
seseorang diharapkan mampu bekerja secara teratur dan tertib dalam
menggunakan aturan-aturan dan konsep-konsep matematika.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika?
2. Bagaimana kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter pada
pembelajaran matematika?
3. Bagaimana integrasi nilai-nilai karakter matematika melalui pembelajaran
kontekstual?
4. Bagaimana integrasi nilai-nilai karakter matematika dalam pengembangan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)?

C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran
matematika,
2. Mendeskripsikan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter
pada pembelajaran matematika,
3. Mendeskripsikan integrasi nilai-nilai karakter matematika melalui
pembelajaran kontekstual,
4. Mendeskripsikan integrasi nilai-nilai karakter matematika dalam
pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika


Seperti yang telah termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika tersebut terdapat
beberapa nilai karakter bangsa yang dapat dikembangkan melalui pelajaran
matematika diantaranya adalah:
1) Disiplin, Karakter disiplin dapat terbentuk dalam mempelajari
matematika, karena dalam matematika peserta didik diharapkan mampu
mengenali suatu keteraturan pola, memahami aturan-aturan dan konsep-
konsep yang telah disepakati. Nilai karakter yang diharapkan dalam
belajar matematika adalah seseorang diharapkan mampu bekerja secara
teratur dan tertib dalam menggunakan aturan-aturan dan konsep-konsep.

5
Dalam matematika konsep-konsep tersebut tidak boleh dilanggar karena
dapat menimbulkan salah arti.
2) Jujur, Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan
(induktif) walaupun pada tahap-tahap awal contoh-contoh khusus dan
ilustrasi geometris diperlukan, tetapi untuk generalisasi harus
berdasarkan pembuktian deduktif. Karakter yang dapat membentuk jiwa
seseorang, bahwa seseorang tidak akan mudah percaya pada isu-isu yang
tidak jelas sebelum ada pembuktian. Hal ini tentunya sesuai dengan azas
yang dianut oleh hukum di negara kita, azas praduga tak bersalah.
Kepribadian yang terbentuk diharapkan adalah sesorang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaannya, karena
selalu dapat menunjukkan pembuktian dari setiap perkataan dan
tindakannya.
3) Kerja Keras, karakter yang ingin dibentuk adalah tidak mudah putus asa.
Belajar matematika, seseorang harus teliti, tekun dan telaten, dalam
memahami yang tersirat dan tersurat. Ada kalanya seseorang keliru
dalam pengerjaan suatu perhitungan, namun belum mencapai hasil yang
benar, maka seseorang diharapkan dapat dengan sabar melihat kembali
(looking back) apa yang telah dikerjakan secara runut dengan teliti, tidak
mudah menyerah terus berjuang untuk menghasilkan suatu jawaban yang
benar.
4) Kreatif, seseorang yang belajar matematika akan terbiasa untuk kreatif
dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Dalam menyelesaikan
persoalan ada yang dapat menyelesaikan dengan cara yang panjang,
namun ada pula yang mampu mengerjakan dengan singkat. Bila
seseorang terbiasa menyelesaikan permasalahan matematika, maka orang
tersebut akan terbiasa memunculkan ide yang kreatif yang dapat
membantunya menjalani kehidupan secara lebih efektif dan efisien.
5) Rasa ingin tahu, memunculkan rasa ingin tahu dalam matematika akan
mengakibatkan seseorang terus belajar dalam sepanjang hidupnya, terus
berupaya menggali informasi-informasi terkait lingkungan di sekitarnya,
sehingga menjadikannya ‘kaya’ akan wawasan dan ilmu pengetahuan.

6
Rasa ingin tahu membuat seseorang mampu menelaah keterkaitan,
perbedaan dan analogi, sehingga diharapkan mampu menjadi a good
problems solver (mampu menyelesaikan masalah dengan baik).
6) Mandiri; dalam pelajaran matematika kita senantiasa menghadapi
tantangan, berbagai permasalahan yang menuntut kita untuk menemukan
solusi atau penyelesaiannya. Untuk itu peserta didik harus mampu
memiliki sikap yang tidak mudah bergantung pada orang lain, namun
berupaya secara mandiri untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi
dengan baik.
7) Komunikatif; matematika merupakan suatu bahasa, sehingga seseorang
harus mampu mengkomunikasikannnya baik secara lisan maupun tulisan,
sehingga informasi yang disampaikan dapat diketahui dan dipahami oleh
orang lain.
8) Tanggung Jawab; Kebiasaan disiplin dalam bernalar yang terbentuk
dalam mempelajari matematika melahirkan suatu sikap tanggung jawab
atas pelaksanaan kewajiban yang seharusnya dilakukan, baik tanggung
jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, negara dan Tuhan Yang Maha
Esa.
Sebagai ilmu pengetahuan, matematika memiliki beberapa
karakteristik yakni :
a) memiliki objek kajian abstrak,
b) bertumpu pada kesepakatan,
c) berpola piker deduktif,
d) memiliki simbol yang kososng arti,
e) memperhatikan semesta pembicaraan, serta
f) konsisten dalam sistemnya.
Dari karakteristik tersebut dapat dilihat nilai-nilai karakter yang
termuat dalam pembelajaran matematika. Karakteristik objek kajiana abstrak
memuat nilai kreatif. Karakter bertumpu pada kesepakatan memuat nilai
disiplin. Karakter berpola piker deduktif memuat nilai cerdas dan kreatif.
Karakter memiliki simbol yang kosong arti memuat nilai demokratis dan
toleran. Karakteristik memperhatikan semesta pembicaraan memuat nilai

7
peduli lingkungan. Sedangkan karakteristik konsisten dalam sistemnya
memuat nilai kemandirian, disiplin, dan tanggung jawab.
Dari kajian terhadap karakteristik matematika terlihat bahwa nilai-
nilai karakter termuat dalam masing-masing karakteristik tersebut. Hal ini
tentunya memperlihatkan bahwa pengembangan pendidikan karakter dapat
dilakukan melalui pembelajaran matematika.
Pendidikan karakter meliputi proses knowing the good, feeling loving
the good, dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab
pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus
ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan
mencintai kebajikan menjadi engine yang selalu bekerja membuat orang mau
selalu berbuat sesuatu kebaikan. Orang mau melakukan perilaku kebajikan
karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan
kebajikan acting the good berubah menjadi kebiasaan. Oleh karena itu,
pendidikan karakter melalui pembelajaran matematika dilakukan dengan
usaha mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam mata pelajaran
matematika yang didasarkan pada pengkajian terhadap tujuan pembelajaran
matematika dalam Kurikulum dan karakteristik matematika. Berikut adalah
nilai-nilai karakter utama dan pokok dalam pembelajaran matematika.

B. Kegiatan Pembelajaran yang Mengembangkan Karakter pada


Pembelajaran Matematika
Dalam kegiatan pembelajaran matematika diperlukan strategi
pembelajaran yang dapat mengintegrasikan pembentukan karakter peserta
didik. Tabel 1.3 berikut adalah contoh kegiatan pembelajaran matematika
yang dapat mengintegrasikan nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan.

Tabel 1.3 Contoh Kegiatan Pembelajaran Matematika yang Mengintegrasikan


Nilai-Nilai Karakter
No. Nilai Karkater Kegiatan Pembelajaran
1. Berpikir logis, 1. melakukan kegiatan investigasi/penelitian
kritis, kreatif, 2. menyelesaikan persoalan pemecahan masalah
dan inovatif 3. menyelesaikan persoalan open-ended untuk
memberikan pemikiran alternatif

8
pemecahannya
4. melakukan kegiatan laboratorium untuk
mengumpul kan fakta empirik sebagai dasar
pengambilan ke simpulan
5. melakukan tanya jawab berkaitan materi
matematika dan keterkaitan dengan persoalan
kontekstual dengan berpikir logis, kritis,
kreatif, dan inovatif
6. melakukan analisis dari masalah yang
dihadapi
2. Kerja keras 1. menyelesaikan tugas di dalam kelas, tugas
pekerjaan rumah, tugas terstruktur
2. menyelesaikan tugas sesuai batas waktu yang
ditetapkan
3. menyelesaikan tugas proyek
4. tidak berhenti menyelesaikan masalah
sebelum selesai
5. melakukan tanya jawab berkaitan materi
matematika dan keterkaitan dengan persoalan
kontekstual dengan nilai kerja keras
3. Keingin-tahuan 1. melakukan kegiatan tanya jawab saat
kegiatan apersepsi
2. melakukan kegiatan tanya jawab pada
kegiatan diskusi
3. menugaskan peserta didik membuat
pertanyaan (mengunakan metode problem
posing )
4. menugaskan peserta didik mencari sumber
belajar
5. melakukan tanya jawab berkaitan materi
matematika dan keterkaitan dengan persoalan
kontekstual dengan nilai keingintahuan
4. Kemandirian 1. melakukan penilaian secara individu
2. menyelesaikan sendiri tugas yang menjadi
tanggung jawabnya
3. melakukan kegiatan penyelidikan untuk
penemuan konsep
4. melakukan tanya jawab berkaitan materi
matematika dan keterkaitan dengan persoalan
kontekstual dengan nilai kemandirian
5. aktif dalam melakukan refleksi
6. tidak ada keragu-raguan menyampaikan
pendapat saat berdiskusi di kelas
7. dengan rela menyelesaikan sendiri masalah
yang diberikan guru
5. Percaya diri 1. melakukan tanya jawab saat apersepsi tentang
materi prasyarat
2. mengajukan pertanyaan dan pernyataan atas

9
suatu masalah
3. menyelesaikan masalah yang dihadapi
4. melakukan tanya jawab berkaitan materi
matematika dan keterkaitan dengan persoalan
kontekstual dengan nilai percaya diri
6. Kereligiusan 1. menyiapkan peserta didik dimulai dengan
berdoa apabila jam pertama, absensi,
kebersihan kelas, dst.
2. mengagumi kebesaran Tuhan melalui
penyampaian materi matematika secara
kontekstual yang terkait dengan dunia peserta
didik dan materi, misalnya adanya keteratuan
bentuk geometri, keteratuan dan lain
sebagainya
7. Kejujuran 1. mengerjakan soal ujian secara individu tanpa
menyontek
2. mengerjakan tugas pekerjaan rumah secara
individu dan tidak menjadi plagiat dalam
mengerjakan setiap tugas
3. melakukan kegiatan refleksi sehingga peserta
didik dapat mengemukakan rasa senang atau
tidak senang terhadap pelajaran
4. melakukan kegiatan diskusi agar peserta
didik dapat mengemukakan pendapat tanpa
ragu tentang suatu pokok diskusi
5. melakukan tanya jawab berkaitan materi
matematika dan keterkaitan dengan persoalan
kontekstual dengan nilai kejujuran
8. Kecerdasan 1. memberikan latihan/soal pemecahan masalah
2. melakukan kegiatan penemuan
3. melakukan tanya jawab berkaitan materi
matematika dan keterkaitan dengan persoalan
kontekstual dengan nilai kecerdasan
9. Ketangguhan 1. sikap dan perilaku pantang menyerah /tidak
mudah putus asa dalam mengahadapi
berbagai kesulitan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran
2. mengikuti kegiatan pembelajaran dalam
berbagai situasi
3. menyelesaikan berbagai masalah yang
menjadi tugasnya atau apa yang
diinginkannya
4. mempertahankan pendapatnya dalam
kelompok diskusi atau aktivitas lain
5. mempertahankan pendapatnya dalam
kelompok diskusi atau aktivitas lain
6. mampu mengatasi berbagai masalah menjadi
tugasnya atau apa yang diinginkan-nya

10
7. berpendirian kuat untuk mempertahankan
hati nuraninya
8. tidak mudah berubah sikap dalam
menghadapi masalah
9. melakukan tanya jawab berkaitan materi
matematika dan keterkaitan dengan persoalan
kontekstual dengan nilai ketangguhan
10. Kedemokratisan 1. memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk memilih ketua kelompok saat kegiatan
diskusi
2. memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok
3. memberi kesempatan pada peserta didik ntuk
mengemukakan pendapat sesuai dengan cara
masing-masing saat kegiatan diskusi
4. memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok
5. melakukan tanya jawab berkaitan materi
matematika dan keterkaitan dengan persoalan
kontekstual dengan nilai kedemokratisan
6. menghargai pendapat orang lain yang sedikit
berbeda atau berbeda sama sekali dengan
dirinya
11. Kepedulian 1. memberikan tanggapan atas pertanyaan yang
disampaikan teman lain
2. memberikan kesempatan pendapat teman
lain saat kegiatan tanya jawab
3. memberikan bantuan terhadap teman sesuai
dengan kemampuannya terhadap teman lain
yang memiliki masalah
4. memberikan penghargaan pada kegiatan
diskusi saat teman lain menyelesaikan
masalah
5. melakukan tanya jawab berkaitan materi
matematika dan keterkaitan dengan persoalan
kontekstual dengan nilai kepedulian

C. Integrasi Nilai – nilai Karakter Matematika melalui Pembelajaran


Kontekstual
Mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada setiap mata pelajaran
degan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai pada peserta didik akan
pentingnya pendidikan karakter, sehingga diharapkan setiap peserta didik
mampu menginternalisasikan nilai-nilai itu ke dalam tingkah laku sehari-hari

11
melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar
kelas. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta
didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk
menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi
nilai-nilai dan menjadikannya perilaku nilai-nilai karakter yang
dikembangkan dalam pembelajaran matematika tetap harus berlandaskan
pada nilai-nilai universal. Melalui kegiatan pembelajaran ini, guru dapat
mengembangkan nilai-nilai karakter seperti jujur, demokrasi,
bertanggungjawab, mandiri, disiplin, kerjakeras, kreatif, rasa ingin tau dan
sebagainya. Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter dapat ditempuh
dengan langkah-langkah berikut: 1) Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di
dalamnya; 2) Menggunakan nilai-nilai budaya dan karakter yang
memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator
untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan; 3) Mencantumkan nilai-
nilai budaya dan karakter itu ke dalam silabus; 4) Mencantumkan nilai-nilai
yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP; 5) Mengembangkan proses
pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik
memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya
dalam perilaku yang sesuai; 6) Memberikan bantuan kepada peserta didik,
baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk
menunjukkannya dalam perilaku.
Berbagai upaya dapat dilakukan oleh guru matematika untuk
mengembangkan nilai-nilai karakter tersebut. Guru harus dapat menciptakan
suasana belajar yang mendukung terlaksananya pendidikan karakter, salah
satunya adalah dengan pembelajaran CTL. Melalui pembelajaran ini
diharapkan berkembangnya nilai-nilai karakter seperti disiplin, tanggung
jawab, rasa ingin tahu, kreatif dan lain-lain. Penanaman karakter ini dilakukan
secara terus menerus sehingga diharapkan menjadi suatu kebiasaan.
Pengembangan nilai-nilai dan indikator pendidikan karakter pada proses
pembelajaran Matematika dapat diperinci sebagaimana pada tabel berikut:

12
Tabel 1.4 Nilai dan Indikator Penerapan Pendidikan Karakter pada Proses
Pembelajaran Matematika
Nilai Karakter Proses dan Sikap Guru dalam Komponen yang
Mengembangkan Karakter diterapkan dalam
Siswa Pembelajaran CTL
Kejujuran 1. Memperingatkan siswa yang 1. Masyarakat
mencontek temannya saat belajar
mengerjakan tugas atau saat (Learning
ulangan/ujian. Community)
2. Memberikan kesempatan 2. Penilaian
kepada siswa untuk autentik
mengemukakan pendapat (Authentic
tentang suatu pokok diskusi Assesment)
3. Larangan membawa fasilitas 3. Refleksi
komunikasi pada saat ulangan, (Reflection)
ujian ataupun pada saat
pembelajaran.
4. Transparansi penilaian kelas.
Demokratis 1. Mengajak seluruh siswa agar 1. Masyarakat
dapat bekerja sama dalam belajar
kelompok tanpa membedakan (Learning
suku, agama, ras, Community)
golongan,status sosial dan 2. Pemodelan
status ekonomi. (Modeling)
2. Memberikan perhatian yang 3. Refleksi
sama kepada semua siswa. (Reflection)
3. Memberi kesempatan kepada
siswa untuk berbeda pendapat
4. Menghargai pendapat siswa
tanpa membedaan suku,
agama, ras, golongan,status
sosial, dan status ekonomi.
Disiplin 1. Guru masuk kelas tepat waktu. 1. Pemodelan
2. Menegur siswa yang (Modeling)
melanggar aturan di kelas 2. Refleksi
(seperti makan dalam kelas, (Reflection)
berbicara, mengganggu
temannya, berkeliaran, dan
sebagainya).
3. Mengecek kehadiran siswa.
4. Menggunakan seragam guru
sesuai aturan.
Teliti 1. Saat memulai pelajaran, guru 1. Pemodelan
menuliskan tujuan (Modeling)
pembelajaran/KD dan judul 2. Menyelidiki
materi yang akan dipelajari. (inquiry)
2. Meminta siswa tidak terburu- 3. Refleksi

13
buru dalam mengerjakan soal. (Reflection)
3. Meminta siswa mengecek
kembali lembar jawaban
sebelum dikumpulkan.
4. Mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap
materi yang sedang diajarkan,
jika siswa belum paham diberi
motivasi atau pertanyaan-
pertanyaan terkait materi.
Kerja keras 1. Membiasakan semua siswa 1. Masyarakat
mengerjakan semua tugas yang belajar
diberikan selesai dengan baik (Learning
pada waktu yang telah Community)
ditetapkan. 2. Pemodelan
2. Mengajak siswa untuk lebih (Modeling)
giat belajar. 3. Refleksi
3. Memberikan kesempatan (Reflection)
kepada siswa untuk mencari
informasi, tentang materi
pelajaran ke teman, guru
ataupun pihak lain.
4. Membiasakan siswa untuk
mengutarakan pendapatnya
saat diskusi kelas.
Kreatif 1. Mengajukan berbagai 1. Masyarakat
pertanyaan berkenaan dengan belajar
suatu pokok bahasan untuk (Learning
memancing gagasan siswa. Community)
2. Pemberian tugas yang 2. Konstruktivisme
menantang munculnya daya (Contructivism)
pikir kreatif. 3. Kegiatan
3. Menerapkan berbagai metode bertanya
pembelajaran. (Questioning)
4. Menggunakan berbagai alat 4. Refleksi
penilaian. (Reflection)
5. Menggunakan berbagai media
pembelajaran.
Mandiri 1. Menciptakan suasana kelas 1. Masyarakat
yang memberikan kesempatan belajar
kepada siswa untuk bekerja (Learning
sendiri Community)
2. Meminta siswa untuk 2. Penilaian
mengerjakan sendiri tugas autentik
individu yang diberikan (Authentic
3. Memantau kerja siswa secara Assesment)
mandiri 3. Pemodelan
4. Memberi kesempatan kepada (Modeling)

14
siswa untuk menentukan 4. Konstruktivisme
kelompok diskusinya sendiri (Contructivism)
5. Meminta siswa mengerjakan 5. Menyelidiki
soal di papan tulis. (Inquiry)
6. Kegiatan
bertanya
(Questioning)
7. Refleksi
(Reflection)
Rasa ingin tahu 1. Memberikan kesempatan 1. Masyarakat
kepada siswa untuk bertanya belajar
kepada guru atau teman (Learning
tentang materi matematika. Community)
2. Mengajukan pertanyaan- 2. Konstruktivisme
pertanyaan terkait materi (Contructivism)
3. Menciptakan suasana kelas 3. Menyelidiki
yang mengundang rasa ingin (Inquiry)
tahu. 4. Kegiatan
4. Mengajak siswa untuk mencari bertanya
informasi dari berbagai sumber (Questioning)
5. Refleksi
(Reflection)
Tanggungjawab 1. Membiasakan siswa untuk 1. Masyarakat
mengerjakan soal latihan yang belajar
diberikan. (Learning
2. Membiasakan siswa untuk Community)
berani 2. Penilaian
mempertanggungjawabkan autentik
pendapatnya. (Authentic
Assesment)
3. Pemodelan
(Modeling)
4. Refleksi
(Reflection)

Pendidikan karakter merupakan usaha yang dilakukan guru untuk


membantu siswa dalam menanamkan nilai-nilai karakter. Penanaman
pendidikan karakter oleh guru dapat ditunjukkan dengan memberikan
keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan
kepada siswa dalam proses pembelajaran. Nilai-nilai karakter yang dapat
ditunjukkan oleh guru misalnya datang tepat waktu (disiplin waktu), bekerja
keras, sopan, jujur dan lain sebagainya. Sedangkan nilai-nilai karakter siswa
dapat dilihat dari berbagai kegiatan siswa misalnya ketika guru
memerintahkan siswa mengerjakan soal, siswa terlihat bekerja keras untuk

15
memecahkan soal tersebut. Ketika ada tugas pekerjaan rumah, jika siswa lupa
mengerjakan atau mengalami kesulitan maka akan berkata jujur kepada guru.
Pendidikan karakter tidak hanya sebatas pada pemberian materi atau
pengetahuan saja tanpa adanya pigur atau panutan yang dijadikan contoh,
sebagaimana yang diungkapkan Prabowo dan Sidi (2010) pendidikan karakter
harus memperhatikan tiga hal yang penting yaitu keteladanan, pembiasaan,
dan koreksi atau kontrol.

D. Integrasi Nilai – nilai Karakter Matematika dalam Pengembangan


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam pembelajaran matematika hendaknya guru, peneliti pendidikan,
dan desainer instruksional berbagi pengetahuan dan pemahaman untuk
meningkatkan pengajaran dan pembelajaran matematika. Guru bekerja untuk
membantu siswa belajar; peneliti mempelajari bagaimana orang belajar dan
mengajar matematika; dan desainer mengembangkan bahan ajar untuk
mendukung guru dan siswa. Setiap komunitas (guru, peneliti, dan desainer)
mengembangkan metode dan keahliannya. Sehingga dapat memberikan
kontribusi yang banyak kepada dunia pendidikan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Magidson (2005) dalam penelitiannya :
“Within mathematics education,classroom teachers, educational
researchers, and instructional designers share the common goals of
understanding and improving the teaching and learning of mathematics.
Teachers work to help students learn; researchers study how people learn
and teach mathematics; and designers develop instructional materials to
support teachers and students. Each community (of teachers, of researchers,
and of designers) develops its own perspectives, methods, and expertise”.
Dari ungkapan tersebut menunjukkan pentingnya kerjasama untuk
merancang sebuah desain pembelajaran sehingga guru akan dapat mererapkan
model pembelajaran yang efektif. Model pembelajaran yang efektif dengan
memperhatikan perencanaan pembelajaran yang dimulai dari penyusunan
silabus pembelajaran yang mengukuti prinsip-prinsip penyusunannya dan
kemudian dijabarkan dalam RPP yang sesuai dengan prinsip-prinsip

16
penyusunannya. Selanjutnya dalam Standar Proses dinyatakan bahwa
pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Berdasarkan Standar Proses, muatan dan macam kegiatan
pembelajaran yang hendaknya muncul dalam setiap tahap serta alternatif nilai
karakter yang dapat ditanamkan dan dikembangkan pada diri siswa.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan
silabus yang dikembangkan oleh sekolah. RPP secara umum adalah
penjabaran silabus yang menggambarkan rencana prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi. RPP digunakan sebagai pedoman guru dalam
melaksanakan pembelajaran, baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan.
Seperti yang telah duraikan dalam Standar Proses, setiap guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk setiap Kompetensi Dasar
(KD) secara lengkap dan sistematis dengan tujuan agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang
baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang
baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai
sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks
pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai
luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam
rangka membina kepribadian generasi muda.
Pendidikan karakter merupakan usaha yang dilakukan guru untuk
membantu siswa dalam menanamkan nilai-nilai karakter. Penanaman
pendidikan karakter oleh guru dapat ditunjukkan dengan memberikan
keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan
kepada siswa dalam proses pembelajaran. Nilai-nilai karakter yang dapat
ditunjukkan oleh guru misalnya datang tepat waktu (disiplin waktu), bekerja
keras, sopan, jujur dan lain sebagainya. Sedangkan nilai-nilai karakter siswa
dapat dilihat dari berbagai kegiatan siswa misalnya ketika guru
memerintahkan siswa mengerjakan soal, siswa terlihat bekerja keras untuk
memecahkan soal tersebut. Ketika ada tugas pekerjaan rumah, jika siswa lupa
mengerjakan atau mengalami kesulitan maka akan berkata jujur kepada guru.
Pendidikan karakter tidak hanya sebatas pada pemberian materi atau
pengetahuan saja tanpa adanya pigur atau panutan yang dijadikan contoh,
sebagaimana yang diungkapkan Prabowo dan Sidi (2010) pendidikan karakter
harus memperhatikan tiga hal yang penting yaitu keteladanan, pembiasaan,
dan koreksi atau kontrol.

18
B. Saran
1. Guru diharapkan menjadi sumber inspirasi sekaligus menjadi inspirator
bagi siswa.
2. Nilai-nilai pendidikan karakter sebaiknya tidak hanya diberikan dalam
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, namun secara tidak
langsung nilai-nilai pendidikan karakter tersebut telah tersirat dalam setiap
mata pelajaran. Sebaiknya setiap guru menyisipkan nilai-nilai pendidikan
karakter dalam setiap Rencana Proses Pembelajaran dan
mengimplementasikannya dalam setiap proses pembelajaran.

19
DAFTAR PUSTAKA

Albertus, Doni Koesoema, (2010). Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak


di Zaman Global, Jakarta: PT. Grasindo, h. 5.

Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM.

Dewi, Yusfita, Kumala. 2015. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran


Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 1 (2). 8 halaman (pp. 117
– 124).

Jusar, Ira Rahmayuni. 2016. Implikasi Nilai – nilai Karakter dalam Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal Cerdas Proklamator. Vol. 4 (1). 17
halaman (pp. 82 – 98).

Magidson, S. (2005). “Building bridges within mathematics education: Teaching,


research, and instructional design. J. Math. Behav. Vol. 24 (2). 35 halaman
(pp. 135 – 169).

Maryati, Iyam dan Priatna, Nanang. 2017. Integrasi Nilai – nilai Karakter
Matematika melalui Pembelajaran Kontekstual. Jurnal “Mosharafa”. Vol. 6
(3). 12 halaman (pp. 333 – 344).

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan

Prabowo, A. dan Sidi, P. 2010. “Memahat Karakter Melalui Pembelajaran


Matematika. 3 halaman (pp. 8 – 10).

Rahman, Abdul. 2016. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika.


Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 5 (3). 7 halaman (pp. 1 – 7).

Ramli. T., 2003. Pendidikan Karakter. Bandung : Angkasa.

20

Вам также может понравиться