Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan pola hidup akibat modernisasi dan globalisasi cenderung

meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke. Pada tahun 2013,

stroke menjadi penyebab utama kelima kematian di Amerika Serikat, setelah

penyakit jantung, kanker, penyakit pernapasan bawah kronis, dan cedera yang

tidak disengaja/kecelakaan. Dari tahun 2003 sampai 2013, tingkat relatif kematian

akibat stroke sebesar 33,7% dan jumlah kematian stroke menurun sebesar

18,2%.Namun setiap tahun 795000 orang terus mengalami stroke baru atau

berulang (iskemik atau hemorrhagic). Sekitar 610000 ini adalah peristiwa pertama

dan 185000 adalah stroke berulang. Setiap 40 detik seseorang di Amerika Serikat

mengalami stroke, dan seseorang meninggal satu kira-kira setiap 4 menit

(Mozaffarian dkk.,2015).

Saat ini stroke tidak hanya menyerang populasi usia lanjut, namun juga

usia produktif. Angka kematian akibat stroke cenderung meningkat berdasarkan

usia yaitu pada usia 45-55 tahun sebesar 15,9%, pada usia 55-64 tahun sebesar

26,8%, dan pada usia > 65 tahun sebesar 23,5% (Nufus, 2012). Stroke merupakan

sindrom klinis yang mendadak, progresif, cepat, berupa gangguan neurologis baik

fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung

menimbulkan kematian, dan disebabkan oleh gangguan pembuluh darah. Stroke

dibagi menjadi stroke pendarahan (hemoragik) dan stroke penyumbatan

(iskemik). Sekitar 85% dari semua stroke disebabkan stroke iskemik (Gofir, 2009)
Stroke dapat menyebabkan kerusakan neurologis yang disebabkan adanya

sumbatan total atau parsial pada satu atau lebih pembuluh darah serebral sehingga

menghambat aliran darah ke otak. Aliran darah otak ditentukan oleh beberapa

faktor seperti viskositas darah, kemampuan pembuluh darah dalam berdilatasi,

tekanan perfusi serebral yang ditentukan oleh tekanan darah dan tekanan

intrakranial (Gofir, 2009).

Tujuan pengobatan stroke akut adalah secara terus menerus mengurangi

gejala-gejala neurologis, menurunkan mortalitas dan morbiditas, mencegah

terjadinya komplikasi sekunder pada anggota gerak dan disfungsi neurologi serta

mencegah kekambuhan stroke (Fagan, 2008). Terapi untuk memulihkan fungsi

neurologis salah satunya dengan pemberian neuroprotektan yang bertujuan

meningkatkan kemampuan kognitif dengan meningkatkan kewaspadaan dan

mood, meningkatkan fungsi memori, menghilangkan kelesuan dan pening. Contoh

neuroprotektan yang sering digunakan antara lain adalah sitikolin dan pirasetam

(Ikawati, 2011).

Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk mengetahui efektifitas

sitikolin dan pirasetam terhadap pasien stroke. Penggunaan pirasetam pada

berbagai keadaan patologis seperti stroke , demensia, brain injury (cedera kepala),

epilepsy myoclonus, vertigo dan lain-lain masih diperdebatkan efektifitasnya (Keil

dkk., 2006). Penelitian RCT (Randomized Control Trial) pada pasien stroke

menunjukkan bahwa pemberian pirasetam tidak memberikan efek perbaikan

neurologis pada pasien stroke (Alawneh dkk., 2008). Demikian halnya dengan

sitikolin yang penggunaan sebagai neuroprotektor juga telah banyak dilakukan

penelitian terkait efektifitasnya.


Pada studi RCT (Randomized Control Trial) yang diikuti 1372 pasien

secara acak, 789 menerima sitikolin dan 583 menerima placebo dengan hasil

bahwa pemulihan dalam waktu 3 bulan 25,2% pada pasien sitikolin dan 20,5%

pada pasien plasebo (Dávalos dkk., 2002).

Dalam sebuah meta analisis pemberian sitikolin pada pasien stroke

iskemik 24 jam setelah serangan menunjukan hasil bahwa tingkat pemulihan

pasien yang diberikan sitikolin 2000 mg dalam sehari adalah 38% lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok placebo (Ustrell, 2007), selanjutnya suatu

penelitian yang dilakukan di Korea dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas

dan keamanan sitikolin oral (500-4000 mg) pada pasien 3.736 pasien stroke

iskemik akut (kelompok awal) dan lebih dari 24 jam setelah serangan pada 455

pasien (kelompok akhir) selama minimal 6 minggu dengan hasil terjadi

peningkatan fungsi neurologis (P<0,05) tanpa masalah keamanaan yang signifikan

(Cho dan Kim, 2009).

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, efektifitas pemberian

neuroprotektor pada stroke iskemik memiliki hasil yang berbeda-beda, penelitian

yang menyatakan bahwa pemberian terapi neuroprotektor kombinasi pirasetam

dan sitikolin lebih efektif dibandingkan dengan pirasetam tunggal maupun

sitikolin tunggal. Namun ada juga penelitian yang menyatakan bahwa pemberian

neuroprotektor kombinasi pirasetam dan sitikolin tidak berbeda signifikan

dibandingkan dengan pirasetam tunggal maupun sitikolin tunggal. Sehingga

peneliti ingin meneliti perbedaan efek penggunaan neuroprotektan terhadap

perbaikan neurologis antara terapi neuroprotektan sitikolin tunggal dan kombinasi


sitikolin-pirasetam pada pasien stroke iskemik di RSUD Dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh.

Penelitian kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah

dijelaskan diatas karena subyek dalam penelitian ini berbeda dengan subyek

penelitian-penelitian sebelumnya sehingga karakteristik pasien juga berbeda.

Lokasi penelitian ini di RSUD Dr. Zainoel Abidin sepengetahuan peneliti belum

pernah dilakukan penelitian sejenis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan tersebut, maka

permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimanakah efek penggunaan

neuroprotektan terhadap perbaikan neurologis antara terapi neuroprotektan

sitikolin tunggal dan kombinasi sitikolin-pirasetam pada pasien stroke iskemik di

RSUD Dr. Zainoel Abidin?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek penggunaan neuroprotektan

terhadap perbaikan neurologis antara terapi neuroprotektan sitikolin tunggal dan

kombinasi sitikolin-pirasetam pada pasien stroke iskemik di RSUD Dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh.


D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian bermanfaat untuk :

1. Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran neuroprotektan

yang paling efektif terhadap perbaikan fungsi neurologis pasien.

2. Pemerintah

Diharapkan dapat menjadi masukan dalam membuat kebijakan dan

evaluasi penggunaan terapi neuroprotektan pada pasien stroke

3. Peneliti

Dapat digunakan untuk memperdalam pengetahuan tentang penggunaan

neuroprotektan pada pasien stroke.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain

penelitian retrospektif cohort study.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang arsip Rekam Medik RSUD Dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh.

3.2.2. Waktu Penelitian

Pengambilan sampel penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober –

November 2018. Sampel Rekam Medik yang akan diambil adalah Rekam Medik

dari tanggal 1 Januari 2016 – 31 Agustus 2017.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek

penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Dahlan,2008).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang terdiagnosa stroke

iskemik di ruang saraf RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada bulan Januari

2016– Agustus 2017.


Kriteria inklusi:

1. Semua pasien stroke laki-laki yang terdiagnosa untuk pertama kali di

bangsal saraf Rumah Sakit Abdul Moeloek yang dibuktikan dengan CT

Scan.

2. Diberikan .

Kriteria eksklusi:

1. Pasien dengan diagnosis stroke recurrent.

2. Pasien yang telah terkena komplikasi ke penyakit jantung.

Untuk jumlah sampel yang harus dipenuhi digunakan cara pengambilan

sampel total sampling, yaitu semua Rekam Medik di Rumah Sakit Abdul

Moeloek dijadikan sampel kecuali Rekam Medik yang menjadi kriteria

eksklusi. Tahap selanjutnya seluruh sampel yang memenuhi kriteria inklusi

akan dihitung dan dijadikan data untuk dianalisis.

C. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel bebas adalah variabel yang apabila nilainya berubah akan

mempengaruhi variabel yang lain. Variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

terikat adalah rasio kolesterol LDL dan HDL, sedangkan yang menjadi

variabel bebas adalah stroke iskemik dan stroke hemoragik.

D. Definisi Operasional

Agar terjadi persamaan persepsi mengenai penelitian ini dan penelitian

yang dilakukan tidak terlalu meluas, maka dibuat definisi operasional sebagai

berikut:

Tabel 4. Definisi Operasional


No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Stroke Pasien yang

menjalani perawatan

dan telah didiagnosa

stroke iskemik

maupun stroke

hemoragik di bangsal

saraf Rumah Sakit

Abdul Moeloek.

CT-Scan dan

MRI

0 = stroke

hemoragik

1 = stroke

iskemik

Nominal

2. Rasio

LDL dan

HDL

Angka hasil

perbandingan antara

kadar kolesterol LDL

dengan kadar

kolesterol HDL pada

pasien yang

terdiagnosa stroke.

Pemeriksaan
kimiawi

Nilai prediktif

iskemik = Rasio

LDL/HDL >3,3

mg/dl Rasio

E. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

Pada penelitian ini digunakan alat – alat sebagai berikut :

a. Alat tulis

b. Lembar Pencatatan Data

c. Rekam Medik

36

2. Cara pengambilan data

Dalam penelitian ini, seluruh data diambil menggunakan rekam medik

pasien (data sekunder) yang meliputi :

a. Meminta izin untuk melakukan penelitian,

b. Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian,

c. Koordinasi dengan Unit Rekam Medik di Rumah Sakit Abdul

Moeloek,

d. Pencatatan data pada formulir lembar penelitian.

37

F. Alur Penelitian

Berikut merupakan alur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

Gambar 10. Alur Penelitian

Tahap Pengambilan
Data

Tahap Pengolahan

Data

Melakukan analisis

data

Memasukkan data ke

program statistik

Pencatatan kadar

LDL dan HDL pasien

Pencatatan data pasien

yang terdiagnosis stroke

Tahap Persiapan

Penelitian

Penjelasan maksud dan tujuan

penelitian, koordinasi dengan

Unit Rekam Medik RSAM

Pembuatan proposal

dan surat perijinan

38

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah

kedalam bentuk tabel - tabel, kemudian data diolah menggunakan program

statistik komputer dengan nilai α = 0,05. Kemudian, proses pengolahan


data menggunakan program komputer ini terdiri beberapa langkah:

Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang

dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk

keperluan analisis.

Data entry, memasukkan data kedalam komputer.

Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap

data yang telah dimasukkan kedalam komputer.

Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer

kemudian dicetak.

2. Analisis Statistik

Analisis statistik untuk mengolah data yang diperoleh akan

menggunakan program analisis statistik komputer dimana akan dilakukan

2 macam analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

a. Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi

variabel bebas dan variabel terkait.

39

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan anatara variabel bebas dengan variabel terikat dengan

menggunakan uji statististik :

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(1) Uji normalitas data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran


distribusi suatu data apakah normal atau tidak. Uji normalitas

data berupa uji Kolmogorov-Smirnov digunakan apabila besar

sampel> 50 sedangkan uji Shapiro-Wilk digunakan apabila

besar sampel≤ 50 .

Distribusi normal baku adalah data yang telah

ditransformasikan ke dalam bentuk p dan diasumsikan normal.

Jika nilainya di atas 0,05 maka distribusi data dinyatakan

memenuhi asumsi normalitas, dan jika nilainya di bawah 0,05

maka diinterpretasikan sebagai tidak normal.

(2) Analisis rasio LDL/HDL

Uji T independent merupakan uji parametrik (distribusi

data normal) yang digunakan untuk membandingkan dua mean

populasi yang berasal dari populasi yang sama. Dalam hal ini

uji tersebut digunakan untuk mengetahui perbandingan kadar

rasio LDL/HDL pada kejadian stroke. Uji Mann-Whitney dapat

digunakan sebagai alternatif apabila didapatkan distribusi data

40

yang tidak normal. Adapun syarat untuk uji T tidak

berpasangan adalah :

a. Data harus berdistribusi normal (wajib)

b. Varians data boleh sama, boleh juga tidak sama.

H. Etik Penelitian

Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universsitas Lampung dengan dikeluarkannya


keterangan lolos uji etik Nomor: 2229/UN26/8/DT/2014.

Вам также может понравиться