Вы находитесь на странице: 1из 34

MAKALAH GANGGUAN TELINGA TENGAH DAN

ASUAHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN OTITIS MEDIA AKUT

Disusun Oleh :

NURIS ZAMAN 111420110076


MULYANA A.PUTRA 111420110074
ABDUL AZIZ 111420110046
FATIMATUL FADILAH 111420110058
SOLEHUDDIN 111420110086
LAILY SULFIANA 111420110063

PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2013
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang
disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah
(Smeltzer, 2001). Otits media akut (OMA) dapat terjadi kare beberapa faktor
penyebab, seperti sumbatan tuba eustachius (merupakan penyebab utama dari
kejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia
mukosa tuba eustachius terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), dan
bakteri (Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella
catarrhalis, dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus,
Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris).
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak
mengalami serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman, 1995).
Menurut Teele (1991) dalam Commisso et al. (2000), 33% anak akan mengalami
sekurang-kurangnya satu episode OMA pada usia 3 tahun pertama. Terdapat 70%
anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami satu episode OMA (Bluestone,
1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis media menjadi penyebab 22,7% anak-
anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40% anak-anak pada usia 4 sampai dengan 5
tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain itu, sekitar sepertiga
kunjungan ke dokter didiagnosa sebagai OMA dan sekitar 75% kunjungan balik
ke dokter adalah untuk follow-up penyakit otitis media tersebut (Teele et al.,
1989). Menurut Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005), menunjukkan bahwa
19% hingga 62% anak-anak mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMA
dalam tahun pertama kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak mengalami
paling sedikit satu episode OMA ketika ia mencapai usia 3 tahun. Di Amerika
Serikat, insidens OMA tertinggi dicapai pada usia 0 sampai dengan 2 tahun,
diikuti dengan anak-anak pada usia 5 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana anatomi fisiologi telinga ?
1.2.2 Apakah definisi otitis media akut ?
1.2.3 Apa sajakah etiologi otitis media akut?
1.2.4 Bagaimanakah patofisiologi otitis media akut ?
1.2.5 Bagaimana stadium otitis media akut ?
1.2.6 Bagaimana manifestasi klinik klien dengan otitis media akut ?
1.2.7 Bagaimana terapi otitis media akut ?
1.2.8 Apa sajakah komplikasi otitis media akut ?
1.2.9 Bagaimana pemeriksaan diagnostik otitis media akut ?
1.2.10 Bagaimana pencegahan otitis media akut ?
1.2.11 Bagaimana Hasil Penelitian Otitis media
1.2.12 Bagaimana konsep legal etis otitis media akut ?
1.2.13 Apa saja masalah keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan
otitis media akut ?
1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mempelajari otitis media akut dan asuhan keperawatan otitis
media akut
b. Tujuan khusus
1. Untuk mempelajari anatomi fisiologi telinga
2. Untuk mempelajari definisi otitis media akut
3. Untuk mempelajari Apa sajakah etiologi otitis media akut
4. Untuk mempelajari patofisiologi otitis media akut
5. Untuk mempelajari stadium otitis media akut
6. Untuk mempelajari manifestasi klinik klien dengan otitis media akut
7. Untuk mempelajari terapi otitis media akut
8. Untuk mempelajari komplikasi otitis media akut
9. Untuk mempelajari pemeriksaan diagnostik otitis media akut
10. Untuk mempelajari pencegahan otitis media akut
11. Untuk mempelajari Hasil Penelitian Otitis media
12. Untuk mempelajari konsep legal etis otitis media akut
13. Untuk mempelajari Asuhan keperawatan otitis media akut
1.4 Manfaat
1. Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penyebab serta upaya
pencegahan penyakit OMA agar terciptanya kesehatan masyarakat yang
lebih baik.

2. Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang OMA lebih dalam


sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit tersebut.

3. Diharapkan dalam menambah wawasan dan informasi dalam penanganan


OMA sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan lebih baik.

4. Dapat menambah informasi tentang OMA serta dapat meningkatkan


kewaspadaan terhadap penyakit tersebut.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi fisiologi Telinga


Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan indra
mekanoreseptor karena memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang
suara yang terdapat di udara. Telinga menerima gelombang suara yang
frekuensinya berbeda, kemudian menghantarkan informasi pendengaran
kesusunan saraf pusat. Telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam.

Gambar Telinga

Bagian-bagian telinga
Telinga terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :
• Telinga bagian luar
• Telinga bagian tengah
• Telinga bagian dalam
a. Telinga Luar

Bagian
luar

merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun telinga,
lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau
pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau
membran timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan
suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan
yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan
bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang
dan rawan yang dilapisi kulit tipis.
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang
dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi
kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan
tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada
lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan
perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus
auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat
dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika
membuka dan menutup mulut.
Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga
lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat.
Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius
eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung
kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin
yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit
tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat
antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. Di dalam saluran terdapat
banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau
kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang
memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan
suara ke telinga dalam. Peradangan pada bagian telinga ini disebut sebagai otitis
Eksterna. Hal ini biasanya terjadi karena kebiasaan mengorek telinga & akan
menjadi masalah bagi penderita diabetes mellitus (DM/sakit gula)
Aurikula berfungsi mengumpulkan getaran udara, bentuknya berupa
lempeng tulang rawan yang elastis yang ditutupi kulit, memiliki otot intrinsic dan
ekstrinsik serta di persarapi oleh nervus fasialis. Seluruh permukaan diliputi kulit
tipis dengan lapisan subkutis pada permukaan anterolateral, serta di temukan
rambut kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Meatus akustikus eksternal merupakan tabung berkelok – kelok yang
terbentang antara aurikula dan membrane tempani, berfungsi menghantarkan
gelombang suara dari aurikula ke membrane tempani.
Pada bagian luar banyak ditemukan rambut yang berhubungan dengan
kelenjar sebasea, sedangkan dalam liang ditemukan serumen berwarna coklat
yang berfungsi sebagai pelindung. Seruman merupakan modifikasi kelenjar
keringat bergabung dengan kelenjar sebasea yang bermuara langsung ke
permukaan kulit.
b. Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah
lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara
kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan
menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis
normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan
rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)
dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa
sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus
stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen,
yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding
medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam.
Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga
tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi
oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis,
atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah
mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami
kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba
eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan
telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka
akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap
atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan
menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
Maleus dan incus berputar pada sumbu anterior posterior yang berjalan
melalui :
1. Legamentum yang menghubungan prosesus anterior malleus dengan
dinding anterior kafumtimpani.
2. Prosesus anterior maleus dengan prosesus brevis inkudis
3. Ligamentum yang menghubungkan prosesus bepis inkudis dengan dinding
posterior kafum timpani.
Selama menghantarkan getaran dari membrane tempani ke perilimf
melalui osikula mengalami pembesaran dengan 1,3 : 1 dan luas membrane
tempani lebih kurang 17 kali lebih besar dari luas basis stapes yang berakibat
tekanan efektif pada perilimf meningkat menjadi 22: 1.
Tuba auditiva merupakan bagian yang meluas dari diding anterior kavum
timpani ke bawah, depan, dan medial sampai ke nasofaring. Bagian 1/3 posterior
terdiri atas tulang dan 2/3 anterior tulang rawan . berhubungan dengan nasofaring
setelah berjalan di atas muskulus konstriktor faring superior. Tuba auditiva
berfungsi membuat seimbang tekanan udara dalam kavum timpani dan nasofaring.
Antrum mastoideum merupakan bagian yang terletak di belakang kavum
timpani dalam pars petrosa ossis temporalis bentuknya bundar dengan garis 1 cm.
diding anterior berhubungan dengan kavum timpani dan dinding posterior
memisahkan antrum dari sinus sigoideum dan sereblum.
Sellulae mastoidea yaitu prosesus mastoideus mulai berkembang pada
tahun ke dua kehidupan.Sellulae mastoid adalah suatu rongga yang berhubungan
dalam prosessus mastoid,berhubungan dengan antrum dan kavum timpani sebelah
atasnya serta dilapisi membrane mukosa.
c. Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ
untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu
juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya
merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis
bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan
lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ
yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh
perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm
dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk
pendengaran, dinamakan organ Corti.. Di dalam lulang labirin, namun tidak
sempurna mengisinya, Labirin membranosa terendam dalam cairan yang
dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal
dalam otak melalui aquaduktus koklearis.
Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, sakulus, dan duktus
semisirkularis, duktus koklearis.
a. Atrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gempeng terpaut pada
tempatnya oleh jaringan ikat. Disini terdapat saraf (nervus akustikus) pada
bagian depan dan sampingnya ada daerah yang lonjong yang disebut macula
akustika utrikola. pada dinding belakang atrikus ada muara dari duktus
semisirkularis dan pada dinding depannya ada tabung halus disebut utrikulosa
sirkularis, saluran yang menghubungkan atrikulus dengan sakulus.
b. Sakulus, bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak pada
bagian depan dan bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat,
tempat terdapatnya nervus akustikus. Pada bagian depan sakulus ditemukan
serabut-serabut halus cabang nervus akustikus yang berakhir pada macula
akustika sakuli. Pada permukaan bawah sakulus ada duktus reunien yang
menghubungkan sakulus dengan duktus koklearis, di bagian sudut sakulus
ada saluran halus disebut duktus endolimfatikus, berjalan melalui aquaduktus
vestibularismenuju permukaan bagian bawah tulang temporalis dan berakhir
sebagai kantong buntu disebut sakus endolimfatikus yang terletak tepat di
lapisan otak duramater.
c. Duktus semisirkularis, ada tiga tabung selaput semisrkularis yang berjalan
dalam kanalis semisrkularis (superior, posterior, dan lateralis).
Penampangannya kira-kira sekitar sepertiga penampang kanalis
semisirkularis. Bagian duktus yang melebar disebut ampula selaput. Setiap
ampula mengandung satu celah siklus, sebelah dalam ada Krista ampularis
yang terlihat menonjol kedalam yang menerima ujung-ujung saraf.
d. Duktus koklearis merupakan saluran yang berbentuk agak segitiga seolah-olah
membuat batas pada koklea timpani. Atap duktus koklearis terdapat
membrane vestibularis pada alasnya terdapat membran basilaris. Duktus
koklearis mulai dari kantong buntu (seikum vestibular) dan berakhir tepat
diseberang kanalis lamina spiralis pada kantong buntu (seikum ampulare)
pada membrane basilaris ditemukan organ korti sepanjang duktus koklearis
yang merupakan hearing sense organ.
\

Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan mediolus terdapat


ganglion spiralis yang sebagaian besar diliputi tulang bagian bawah dan menyatu
dengan membrane basilaris melintasi duktus koklearis dan melekat pada
ligamentum basilaris.
• Membran basilaris : dibentuk oleh lapisan serat – serat kolagen,
permukaan bawah yang menghadap skala timpani diliputi oleh jaringan
ikat fibbrosa yang mengandung pembuluh darah.
• Membran vestibularis : suatu lembaran jaringan ikat tipis, diliputi pada
permukaan atas vestibular oleh pelapis rongga perilimf yaitu jaringan
epitel selapis gepeng yang terdiri atas sel mesenkim.
• Dektus koklearis : dektus ini mengandung pigmen, bentuknya lebih tinggi
dan tidak beraturan, di bawahnya terdapat jaringan ikat yang banyak
mengandung kapiler yang disebut stria vaskularis. Dektus koklearis
merupakan tempat sekresi endolimf dan termasuk organ korti.

Telinga
dalam terdiri dari labirin
osea (labirin tulang),
sebuah rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi
cairan perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki
cairan endolimfe. Di labirin osea terdapat koklea, vestibulum, kanalis
semisirkularis.
• kolea atau rumah siput. Penampang melintang koklea trdiri aras tiga
bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar
dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela
berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani
berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat. Bagian atas
skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner
dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran
basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara
menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di
atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang
lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak
dengan saraf vestibulokoklearis.
• Vetibulum, bagian tengah labirintus osseous pada vestibulum ini
membuka fenestra ovale dan fenestra rotundum dan pada bagian belakang
atas menerima muara kanalis semisirkularis
• Kanalis semisirkularis merupakan saluran setengah lingkaran yang terdiri
dari 3 saluran. Saluran yang satu dengan yang lainnya membentuk sudut
90%, kanalis semisrkularis superior, kanalis semisirkularis posterior dan
kanalis semisirkularis lateralis.
Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe.
Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam
telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini
terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam
di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya
terjadi aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus
kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang
sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan
dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius
internus, nervus koklearis yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus
vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus,
menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus
ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis
VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke
batang otak.
2.2 Definisi
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang
disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah
(Smeltzer, 2001).
Otitis Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah (Mansjoer,Arif,2001). Otitis media adalah peradangan
sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tube eustachius, antrum mastoid dan
sel-sel mastoid. Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi otitis media.
Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media
supuratif (=otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa,
otitis media efusi/OME). Pembagian tersebut dapat di lihat pada gambar berikut:
Otitis media

Otitis media Otitis media Otitis media


akut akut supuratif kronik

Risiko rendah Akut Tipe aman


risiko tinggi Sub akut Tipe bahaya
Kronik

Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronik, yaitu otitis


media supuratif akut (otitis media akut = OMA) dan otitis media supuratif kronik
(OMSK/OMP). Begitu juga otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa
akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media serosa kronik. Selain itu terdapat
juga otitis media spesifik, seperti otitis media spesifik, seperti otitis media
tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media
adhesive.
Otitis media serosa adalah kelainan umum berupa cairan streril di telinga
tengah dibelakang membran timpani yang utuh yang menyebabkan tuli konduktif
2.3 Etiologi
1. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama
dari otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia
mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi
kuman ke dalam telinga tengah juga akan terganggu
2. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya
(misal : sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitis
alergika). Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar
kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA
dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya
agak horisontal.
3. Bakteri
Bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah
Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,
dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus,
Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris.
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring
dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba
ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibody.
Otitis media akut (OMA) terjadi karena factor pertahanan tubuh ini
terganggu. Sumbatan tuba eustachius merupakan factor penyebab utama dari otitis
media. Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan infasi kuman ke
dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk kedalam telinga
tengah dan terjadi peradangan.
Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran
napas atas.
Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar
kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh
karena tuba eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal.

2.4 Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yang
diebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tuba
eustachius. Ketika bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkan
infeksi dan terjadi pembengkakan, peradangan pada saluran tersebut. Proses
peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi kelenjar
minyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang membran timpani.
Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,
sehingga pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang osikel
(maleus, incus, stapes) yang menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapat
bergerak bebas. Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akan
mengalami nyeri pada telinga.
Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulan
dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higiene
kurang diperhatikan, terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanya
daya tahan tubuh yang kurang baik.

2.5 Stadium
STADIUM OMA
1. STADIUM OKLUSI TUBA EUSTACHIUS
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi
membrane timpani akibat terjadinya tekanan negative didalam telinga
tengah, akibat absorbs udara. Kadang-kadang membrane timpani
tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna kerut pucat. Efusi
mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar
dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau
alergi.
2. STADIUM HIPEREMIS
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di
membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis
serta edem. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat
eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
3. STADIUM SUPURASI
Edema yang terlihat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel
epitel superfisial, sehingga terbentuknya eksudat yang purulent di
kavum timpani, menyebabkan membrane timpani menonjol (bulging)
kearah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,
serta rasa nyeri ditelinga bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak berkurang, maka
terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul
tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan
submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai
daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Ditempat ini akan
terjadi rupture. Bila tidak dilakukan insisi membrane timpani
(miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membrane
timpani akan rupture dan nanah keluar dari liang telinga luar. Dengan
melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan
apabila terjadi rupture, maka lubang tempat rupture (perforasi) tidak
mungkin menutup kembali.
4. STADIUM PERFORASI
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika
atau virulensi kuman yang tinggi, maka akan terjadi rupture membrane
timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga
luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badab
turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan
otitis media akut stadium perforasi.
5. STADIUM RESOLUSI
Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane
timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi
perforasi, maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya
tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat
terjadi walaupun tanda pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK
bila perforasi menetap dengan secret yang keluar terus menerus atau
hiang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa
otitis media serosa bila secret menetap di cavum timpani tanpa
terjadinya perforasi.
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur klien.
a. Stadium Hiperemi
• Nyeri dan rasa penuh dalam telinga karena tertupnya tuba eustachius
yang mengalami hiperemi dan edema
• Demam
• Pendengaran biasanya masih normal
b. Stadium Oklusi
• Nyeri dan demam bertambah hebat
• Pada anak : panas tinggi disertai muntah, kejang, dan meningismus
• Pendengaran mulai berkurang
c. Stadium Supurasi
• Keluar sekret dari telinga
• Nyeri berkurang karena terbentuk drainase akibat membran timpani
ruptur
• Demam berkurang
• Gangguan pendengaran bertambah karena terjadi gangguan mekanisme
konduksi udara dalam telinga tengah
d. Stadium Koalesen
Nyeri tekan pada daerah mastoid, dan akan terasa berat pada malam hari
e. Stadium Resolusi
Pendengaran membaik atau kembali normal.

2.7 Terapi
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya
a. Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk
membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negative di
telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCl
efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak<12 tahun) atau HCl
efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12
tahun dan pada orang dewasa. Selain itu sumber infeki harus
diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah
kuman, bukan oleh virus atau alergi.
b. Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes
hidung dan analgetika. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari
golongan penisilin intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang
adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang
terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan
kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7
hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka akan diberikan
eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100
mg/kg BB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40
mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kg
BB/hari.
c. Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika , idealnya harus
disertai dengan miringotomi, bila membrane timpani masih utuh.
Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan
rupture dapat dihindari.
d. Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar dan
kadang terlihat secret keluar secara berdenyut (pulsasi).
Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3%
selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya secret
akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-
10 hari.
e. Pada stadium resolusi, maka membrane timpani berangsur normal
kembali, secret tidak ada lagi dan perforasi membrane timpani
menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak secret
mengalir diliang telinga luar melalui perforasi dimembran timpani.
Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa
telinga tengah. Pada keadaan demikian dapat dilanjutkan sampai 3
minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan secret masih tetap
banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya secret dari telinga tengah lebih
dari 3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif sub akut.
Bila perforasi menetap dan secret tetap keluar lebih dari satu setengah
bulan atau dua bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif
kronik (OMSK). Pada pengobatan OMA terdapat beberapa factor risiko
yang dapat menyebabkan kegagalan terapi. Risiko tersebut digolongkan
menjadi risiko tinggi kegagalan terapi dan risiko rendah.
2.8 Komplikasi
1. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi
secara benar dan adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga
tengah termasuk ke otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya
pemberian antibiotik.
2. Mastoiditis
3. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
4. Keseimbangan tubuh terganggu
5. Peradangan otak kejang
2.9 Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan audiometri
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri.
Alat ini menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon.
Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada
sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini
menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran
mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.
Manfaat audiometri
1) Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga
2) Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi
3) Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ktulian pada anak-anak
b. Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara
hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.
c. Test Weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan
hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes
weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan
tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang
mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar
atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi
telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-
sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.
d. Test Swabach
Tujuan :
Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa
(normal) dengan probandus.
Dasar :
Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh :
Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui
tengkorak, khususnya osteo temporale
2.10 Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya
OMA pada anak antara lain:
• Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak-anak
• Pemberian ASI minimal selama enam bulan
• Hindari pemberian susu botol ketika anak dalam keadaan berbaring
• Hindari pajanan terhadap asap rokok
2.11 Hasil Penelitian
2.12 Legal Etis
Dalam kasus ini, peran perawat sebagai advokat harus bertanggung
jawab membantu klien dan keluarga dalam hal inform concern atas
tindakan keperawatan yang dilakukan. Selain itu juga harus
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien serta memastikan
kebutuhan klien terpenuhi.
Prinsip Etika keperawatan
1. Otonomi
Prinsip bahwa individu mempunyai hak menentuka diri sendiri,
memperoleh kebebasan dan kemandirian
Perawat yg mengikuti prinsip ini akan menghargai keluhan gejala subjektif
(misal : nyeri pada faring), dan meminta persetujuan tindakan sebelum
prosedur dilaksanakan
2. Nonmaleficience
Prinsip menghindari tindakan yg membahayakan. Bahaya dpt berarti dgn
sengaja, risiko atau tidak sengaja membahayakan.
Contoh : kecerobohan perawat dalam memberikan pengobatan
menyebabkan klien mengalami ketidaknyamana.
3. Beneficience
Prinsip bahwa seseorang harus melakukan kebaikan. Perawat melakukan
kebaikan dengan mengimplementasikan tindakan yg
menguntungkan/bermanfaat bagi klien. Contohnya perawat memberikan
latihan batuk efektif untuk mengeleuarkan sekret
4. Justice
Prinsip bahwa individu memiliki hak diperlakukan setara.
Cth : ketika perawat bertugas sendirian sementara ada beberapa pasien
yang memerlukan penanganan. Perwat harus terlebih dahulu memeberikan
asuhan kepada pasien yang terkena Otitis Media Akut
5. Fidelity
Prinsip bahwa individu wajib setia terhadap komitmen atau kesepakatan
dan tgg jawab yg dimiliki.
Ex: perawat setia menjaga pasien dengan sepenuh hati selama pasien
mengalami keluhan seperti nyeri, sesak nafas.
6. Veracity
Mengacu pada mengatakan kebenaran. Contohnya ketika diberikan obat
analgesik pasien akan cepat tertidur jadi perawat harus menjelaskan
dengan benar efek dari obat tersebut.
Nursing Advocasy
a. PERAWAT DAN KLIEN
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai
harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.Ex: Perawat
ketika menangani penyakit Otitis Media Akut tidak boleh membedakan
antara pasien yang satu dengan yang lainnya.
b. PERAWAT DAN PRAKTIK
Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang
keperawatan melalui belajar terus-menerus agar mengerti dengan jelas
tentang Otitis Media Akut
c. PERAWAT DAN MASYARAKAT
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat. Contohya perawat memberikan
penyuluhan tentang Otitis Media Akut
d. PERAWAT DAN TEMAN SEJAWAT
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan perawat
maupun dengan tenaga kesehaan lainnya, dan dalam memelihara
keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.Perawat bertindak malindungi
klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara
tidak kompeten, tidak etis dan illegal. Perawat harus selalu mengikuti
prosedur yang benar dalam menangani pasien Otitis Media Akut
WOC (Web of Causetion)
Organisme
Stafilokokus / bakteri gram ( - ) & jamur

Telinga eksternal

Tuba eustachii
( telinga tengah )

Infeksi sepanjang kulit


Pendengaran menurun kanal telinga

proses konduksi me↓/terhambat

Bengkak, kemerahan & panas


Gangguan
komunikasi sehingga menutup daerah kanal telinga

Terbentuk furunkel yang


menekan kulit yang sensitif

Nyeri makin memberat karena tidak ada


Cemas
lagi ruang bagi furunkel berkembang
biak dalam kanal telinga

Telinga tengah

OM serosa
OM purulen
memblok tuba eustachii Terbentuk pus oleh
karena perkembangan bakteri

Tidak ada aliran udara


ke telinga tengah
Pus mengisi rongga
Tekanan negatif telinga

dalam telinga tengah

Retraksi memran tympani

Eksudat serosa me↑

Membran tympani menonjol Nyeri

Ruptur membran tympani

Perubahan
Persepsi
Sensori
ASUHAN KEPERAWATAN
OTITIS MEDIA AKUT

1. Pengkajian
A. Biodata
OMA dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, danseringkali
terjadi pada usia anak.
B. Keluhan
Klien dengan Otitis Media Akut datang dengan keluhan nyeri pada
telinga bagian tengah.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya alasan klien Otitis Media Akut datang memeriksakan diri ke
rumah sakit yaitu adanya nyeri pada telinga tengah disertai terganggunya
fungsi pendengaran.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.
Tanyakan tindakan apa yang telah dilakukan.
E. Pemeriksaan Fisik
• Otoskopi
- Perhatikan adanya lesi pada telinga luar
- Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus dan
ruptur pada membran tympani
- Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani
• Tes bisik
Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan
tes bisik, pada klien dengan OMA dapat terjadi penurunan pendengaran
pada sisi telinga yang sakit
• Tes garpu tala
- Tes Rinne
Pada uji rinne didapatkan hasil negatif
- Tes Weber
Pada tes weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan
pada telinga tengah
2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran.
3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di
telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
4. Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat

3. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan
pada telinga tengah
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
• Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0 dari rentang
skala 0-10
Intervensi Keperawatan :
a. Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan mengajarkan teknik
relaksasi (misalnya bernafas perlahan, teratur, atau nafas dalam)
b. Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik
c. Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30 menit pemberian
analgetik
d. Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab yeri yang
dirasa
Rasional :
a. Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat membantu mengurangi
nyeri yang dirasa
b. Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri, sehingga nyeri dapat
berkurang
c. Untuk mengetahui keefektifan pemberian analgetik
d. Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan yang dirasa oleh
klien dan keluarga
2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran.
Tujuan : Klien dapat kembali mendengar dan melakukan komunikasi
Kriteria hasil :
• Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik
• Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan,
bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.
Intervensi Keperawatan :
a. Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana
perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan,
berbicara, ataupun bahasa isyarat.
b. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
- Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan
dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada
berbicara dengan keras).
• Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan
pintu.
• Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
- Jika klien dapat membaca ucapan :
• Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
• Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan
klien tidak dapat membaca bibi anda.
- Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
• Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan
komunikasi tertulis.
• Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
- Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan
semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-
olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan
mengabaikan keberadaan penerjemah.
c. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
• Bicara dengan jelas, menghadap individu.
• Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
• Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
• Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang
memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
a. Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka
metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan
keterbatasan klien.
b. Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima
dengan baik oleh klien.
c. Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat
berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara
tepat.

3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di


telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil.
• Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai
pada tingkat fungsional.

Intervensi Keperawatan :
a. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara
tepat.
b. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman dalam
perawatan telinga (seperti: saat membersihkan dengan menggunakan
cutton bud secara hati-hati, sementara waktu hindari berenang ataupun
kejadian ISPA) sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
c. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
d. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang
diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional :
a. Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian,
pemakaian serta perawatannya yang tepat.
b. Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran
yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus
dilindungi.
c. Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah
pendengaran rusak secara permanen.
d. Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan
organisme sisa resisten sehingga infeksi akan berlanjut.

4. Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat


Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
• Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
• Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi Keperawatan :
a. Berikan informasi kepada klien seputar kondisinya dan gangguan yang
dialami.
b. Diskusikan dengan klien mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi
pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam
berkomunikasi.
c. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami
gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan
kepada klien.
d. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia
yang dapat membantu klien.
Rasional :
a. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan
efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa
cemasnya.
b. Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangi kecemasan,
justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
c. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling
tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat
keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
d. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama
akan sangat membantu klien.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Menurut Smeltzer, 2001, Otitis Media Akut (OMA) merupakan suatu
infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik
ke dalam telinga tengah. Penyebab utama dari OMA adalah tersumbatnya
saluran/tuba eustachius yang bisa disebabkan oleh proses peradangan akibat
infeksi bakteri yang masuk ke dalam tuba eustachius tersebut, kejadian ISPA yang
berulang pada anak juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya OMA pada
anak. Stadium OMA dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain: Stadium
Hiperemi, Oklusi, Supurasi, Koalesen, dan Stadium Resolusi. Dimana manifestasi
dari OMA juga tergantung pada letak stadium yang dialami oleh klien. Terapi dari
OMA juga berdasar pada stadium yang dialami klien. Dari perjalanan penyakit
OMA, dapat muncul beberapa masalah keperawatan yang dialami oleh klien,
antara lain: gangguan rasa nyaman (nyeri), perubahan sensori persepsi
pendengaran, gangguan komunikasi, dan kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media


Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia.Jakarta.
2. Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu
penyakit THT. FKUI : Jakarta.
3. Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC :
Jakarta.
4. http://www.scribd.com/doc/36493975/OTITIS-MEDIA
5. http://www.scribd.com/doc/4825625/Otitis-Media-Akut, 2 Oktober 2011
6. http://pediatrics.uchicago.edu/chiefs/ClinicCurriculum/documents/AcuteO
titisMedia-Hersman.pdf, 3 Oktober 2011.

Вам также может понравиться