Вы находитесь на странице: 1из 21

Percobaan II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum

Termodinamika lahir pada permulaan abad ke-19. Pada awalnya kajian termodinamika
ditujukan untuk mempelajari cara-cara menaikkan efisiensi mesin-mesin uap yang
tenaganya diperoleh dari panas (thermal) untuk menghasilkan usaha mekanik, timbulah
istilah termodinamika.

Proses termodinamika pada gas ideal dapat dibatasi menjadi beberapa bagian yaitu:

a. Proses dengan suhu konstan disebut proses isometrik.


b. Proses dengan tekanan konstan disebut proses isobarik.
c. Proses dengan volume konstan disebut proses isokhorik.
d. Proses tanpa melibatkan aliran kalor antara lingkungan dan sistem disebut proses
adiabatik.
1) Proses isometrik
Proses isometrik merupakan proses termodinamika yang menghendaki adar suhu
sistem tetap selama proses. Untuk gas yang ideal, hal ini sama saja dengan menyatakan
agar suku nRT mempunyai nilai tetap. Dengan kata lain, komponen yang
diperbolehkan berubah adalah tekanan dan volume.
2) Proses isobarik
Proses isobarik merupakan proses yang menghendaki agar tekanan yang dikenakan
pada sistem dijaga tetap. Volume dan suhu sistem boleh berubah.
3) Proses isokhorik
Proses isokhorik merupakan proses yang menghendaki agar volume sistem selalu
diajaga tetap.
4) Proses adiabatik
Proses adiabatik ialah proses termodinamika tidak menghendaki adanya aliran
kalor anatara termodinamika dengan lingkungannya.
(Http://termodinamika/blogger_fisika_asik.html)

Aliran kalor dapat terjadi melalui konduksi, konveksi dan radiasi. Dinding adiabatik
yang baik seharusnya mampu menghambat aliran kalor melalui konduksi, diperlukan
bahan dengan konduktivitas termal yang kecil, seperti gabus dan kayu, untuk menghabat
aliran kalor melalui konveksi dapat dilakukan dengan sedikit mungkin menghubungkan
sistem termodinamika dengan fluida, untuk menghambat kalor melalui radiasi dapat kita
gunakan dengan emisifitas radiasi yang rendah, yaitu bahan-bahan yang mempunyai
permukaan licin serta berwarna merah.

Termodinamika terdapat dua hukum yang menyatakan tentang kalor.

a. Hukum pertama termodinamika


Asas mengenai energi mendapat kedudukan istimewa dan dinyatakan sebagai asas
pertama.
“energi bersifat lestari: bagaiamanapun perubahan yang dialami sistem, jumlah energi
yang terlibat dalam perubahan tersebut selalu tetap dari waktu ke waktu”
b. Hukum ke dua termodinamika
Dalam asas termodinamika yang pertama telah dijalaskan bahwa energi selalu bersifat
lestari. Hal ini berarti energi tidak dapat diciptakan dan energi tidak dapat
dimusnahkan.
Sumber: (http://wiki.wikipedia.org/asas_termodinamika)

Transfer atau perpindahan panas

Panas mengalir dari suatu benda yang suhunya lebih tinggi ke benda lain yang
suhunya lebih rendah apabila kedua disinggungkan satu sama lain. Juga mengalir dari
bagian suatu benda yang suhunya tinggi ke bagian lain dari benda itu juga. Aliran panas
demikian merupakan transfer atau pindahkan tenaga kinetik getaran dari suatu atom ke
atam lain desebelahnya melalului tumbukan. Sebagaimana didalm benda padat, atom-atom
benda itu bergetar-getar disekitar titik seimbangnya.

Alat Pengukur Suhu

a. Termometer air raksa atau cairan lainnya adalah didasarkan atas pemuaian oleh panas.
b. Termometer tahan platinum didasarkan atas perubahan besarnya tahanan listrik akibat
pemaanasan.
c. Termokopel didasarkan atas mengalirnya alur-alur listrik sekelilingnya untai yang
terdiri atas 2 kawat dari bahan lain jenis yang disambungkan kedua ujungnya apabila
suhu dikedua persambungan itu berbeda.

Beberapa pengertian kalor.

1 kalori adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu.

1 gram air sebesar 1o

1 kalori = 4,18 joule

1 joule = 0.24 kalori

Kapasitas kalor (H) adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh zat untuk menaikkan
suhunya 1̊ (satuan kalori/ oC).

Kalor jenis (C) adalah banyakya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gram atau
1 kg zat sebesar 1oC (satuan kalori/gram. oC atau kkal/kgoC)(Satwiko, 2009).

Macam-macam perpindahan kalor

a. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat tanpa disertai perpindahan partikel-
partikel zat tersebut.
Berdasarkan daya hantar kalor benda dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Konduktor adalah zat yang memiliki daya hantar kalor baik.
2) Isolator adalah zat yang memiliki daya hantar kalor kurang baik.

b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan
partikel-partikel zat tersebut.
Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis, zat yangg disertai perpindahan
partikel agar dapat lebih memahami peristiwa konveksi anatara lain:
1) Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat
Contoh: sistem pemanasan air, sistem aliran panas
2) Pada zat gas kareana perbedaan tekanan udara
Contoh: terjadi angin laut dan angin darat, sistem ventilasi udara dan cerobong asap.
c. Radiasi/pancaran
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara.
Contoh: saat acara api unggun, kita akan merasakan hangatnya api unggun dari jarak
berjauhan (Mangunwijaya, 1994).
Berasal dari
Transmisi Total (%)
Jenis Kaca radiasi yang
langsung (%)
terserap (%)

74 9 85
Kaca bening istimewa

85 3 88
Kaca jendela biasa

20 25 45
Kaca spesial penyerap

30 50 80
Kaca kelabu

38 17 55
Kaca berlapis

Radiasi matahari dan serapan kalor Dihitung dengan (%)

%
Permukaan bahan
42-55
Asbes semen baru
83
Asbes semen kotor
86
Kulit/aspal
40
Kulit bitumen bila di cat alumunium
62-66
Genting keramik merah
92
Seng baru
18
Seng
88
Selolose cat putih
89
Selulose cat hijau tua
58
Selulose cat merah tua
94
Selulose cat hitam
90
Selulose cat kelabu hitam

Pengurangan serapan kalor yang berasal dari radiasi kalor. Radiasi matahari bila
permukaan di cat putih.

Bila di cat putih


Pukul (siang hari) Suhu plat seng (oF) Selisih suhu (oF)
o
( F)

2.40 127 106 21

2.45 134 108.5 25.5

3.50 128 106.5 21.5

4.30 114 99 15

5.25 102.5 93.5 9

6.10 89 86.5 2.5

6.35 85 84.5 0.5

Pengukuran diatas dilakukan di Atagos, Nigeria (1945). Ketika hari panas dan
lembab dengan angka-anka menunjukkan keuntungan cukup besar.

Permukaan %
Di kapur putih baru 10-15

Di cat minyak baru 20-30

Marmer/pualam putih 40-50

Kelabu madya 60-70

Batu bara/beton 70-80

Hitam mengkilat 80-85

Hitam kasar 90-95

Ayat-ayat yang berhubungan dengan percobaan ini:

Surat An-nahl ayat 81

‫ج ع َ َل َو ّللاَ ه‬ َ َ ‫ظ ََل ًل َخ ل‬
َ ‫ق ِم َم ا ل َ ك ه م‬ ِ ‫ج ع َ َل‬ َ ‫ج ع َ َل أ َك ن َا ن ً ا ال ِج ب َ ا ِل ِم َن ل َ ك ه م َو‬ َ ‫ح َر ت َق ِ ي ك ه م ه س َ َر ا ب ِ ي َل ل َ ك ه م َو‬ َ ‫ال‬
َ ِ ‫ت هس ل ِ مه و َن ل َ ع َ ل َ ك ه م ع َ ل َ ي ك ه م ن ِ ع َم ت َ ه ه ي ه ت ِ م ك َ ذ َٰ َ ل‬
‫ك ۚ ب َ أ س َ ك ه م ت َق ِ ي ك ه م َو سَ َر ا ب ِ ي َل‬

Artinya:

“Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan,
dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan
bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang
memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-
Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).”

Hubungan ayat dengan percobaan:

Pada ayat diatas menyebutkan bahwa besi panas akibat terkena api yang panas dan
temabag yang panas akibat didihkan. Besi dan tembaga meruapakan benda-benda padat
dengan molekul-molekul yang statis (diam) yang dapat menghantar panas dan
menerima panas dengan cepat yaitu dengan cara konduksi. Di benda tersebut menjadi
panas akibat sentuhan, dihimpit dengan satu benda sumber panas seperti api.

B. TINJAUAN KHUSUS
A. Tujuan Percobaan
I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
1.1. Mahasiswa dapat memahami perpindahan panas (energi)
II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
2.1. Mahasiswa dapat memahami peristiwa perubahan suatu suhu ruang akibat
perpindahan panas (energi)
2.2. Mahasiswa dapat menentukan produktifitas dari berbagai macam bahan.
B. Teori
Perpindahan kalor atau alih bahang (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan
perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau
material. Jika suatu benda terdapat gradien suhu, maka terjadi peristiwa perpindahan
energi dari bagian bersuhu tinggi ke bagian bersuhu rendah (culp jr dan archie,1984).
Dikatakan energi perpindahan secara konduksi atau hantaran. Menurut hokum Faurier
besarnya perpindahan energi adalah :
kA
q= (𝑇1 − 𝑇2)
∆x
Dimana : q = Laju perpindahan energi (watt)
A = Luas permukaan dinding (𝑚2 )
∆𝑥 = Tebal dinding
T1 – T2= Suhu muka dinding (℃)
K = Konduktivitas bahan (watt/℃)

Jika suhu udara di luar bangunan lebih tinggi dibandingkan suhu udara di
dalam bangunan, maka akan terjadi perpindahan energy (panas) dari luar bangunan ke
dalam bangunan. Perpindahan kalor bias terjadi secara radiasi, konveksi, dan
konduksi yang dinyatakan oleh persamaan keseimbangan energy.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui laju perpindahan kalor secara
konveksi dari udara ke dinding dan sebaliknya.
Laju perpindahan secara konveksi dari udara ke dindimg dapat dirumuskan :
q~ = h~𝐴 (𝑇1 − 𝑇2)
Dimana :
h~ = koefisien perpindahan kalor konveksi udara luar (8,13 watt/𝑚2 )
A = Luas permukaan perpindahan kalor
T~ = Temperatur udara bagian luar
T = Temperatur udara ruangan
Satua laju perpindahan kalor secara konveksi dari udara ke dinding dengan watt
sedangkan laju perpindahan kalor secara konveksi dari dinding ke udara sebagai
berikut :
q0 = ho . A(T2 – Tr) watt
Dimana :
ho = koefisien perpindahan kalor konveksi udara ruang (8,13 watt/𝑚2 ℃)
T2 = Temperatur dinding dalam
Tr = Temperatur udara ruangan

Untuk mencari konduktivitas bahan dinding yaitu dengan rumus :

𝑞 ×𝑥
K= = ⋯ [𝑤/𝑚2 ℃]
𝐴 (𝑇1−𝑇2)

Dimana :
K = konduktivitas bahan
X = Tebal dinding
A = Luas permukaan dinding
T1 = Temperatur dinding luar
T2 = Temperatur dinding dalam

C. Alat – alat yang digunakan


1. Bahan dinding (multypleks, batu bata, kaca, dll)
2. Termokopel

3. Bulam Lampu

4. Isolasi
5. Jangka sorong

6. Rol mistar

D. Prosedur Percobaan
1. Ukur luas penampang/permukaan dinding
2. Ukur tebal dinding

3. Pasang kabel termokopel sesuai petunjuk asisten

4. Pasang lampu dan nyalakan sesuai petunjuk asisten


5. Amati dan catat temperatur (suhu) pada termokopel

6. Ulangi prosedur (1 s/d 5) dengan bahan dinding yang lain.


BAB III
ANALISIS DATA

A. Data Perobaan Perpindahan Kalor


1. Data Material 1

TEBAL PANJANG TINGGI TEMPERATUR


BAHAN (m) (m) (m) (°C)

T˷ T1 T2 Tr

KORNES 0,015 m 0,25 m 0,25 m


54 42 34 31

Diketahui:
a. Tebal kornes (x) : 0,015 m
b. Panjang kornes (L) : 0,25 m
c. Tinggi kornes (t) : 0,25 m
d. Luas permukaan material (A) : 0,0625 m2
e. Temperatur udara luar (T˷) : 54°C
f. Temperatur dinding luar (T1) : 42°C
g. Temperatur dinding dalam (T2) : 34°C
h. Temperatur udara ruang (Tr) : 31°C
i. Koefisien perpindahan kalor konveksi uudara : 8,13 watt/°C (h˷)
Ditanyakan:
a. Laju perpindahan kalor konveksi udara ke dinding (q˷) ?
b. Laju perpindahan kalor konveksi dinding ke udara (q0) ?
c. Laju perpindahan kalor rata-rata (q) ?
d. Konduktivitas bahan dinding (K) ?
e. Laju perpindahan energi (q) ?
Penyelesaian:
a. Laju perpindahan kalor konveksi udara ke dinding (q˷) ?
q˷ = h˷. A (T˷ - T1)
q˷ = 8,13 . 0,0625 (54°C - 42°C)
= 0,508 (12°C) = 6,096 watt
b. Laju perpindahan kalor konveksi dinding ke udara (q0) ?
q0 = h0 . A (T2 – Tr)

q0 = 8,13 . 0,0625 (34°C - 31°C)


= 0,508 (3°C) = 1,524 watt
c. Laju perpindahan kalor rata-rata (q) ?
𝑞2 +𝑞0
q= 2
6,096+1,524
q= = 3,81 watt
2

d. Konduktivitas bahan dinding (K) ?


𝑞. 𝑥
K = 𝐴. (𝑇1− 𝑇2 )

3,81 . 0,015
K = 0,0625 . (42°C−34°C)
0,057
=0,0625 (8°C) = 0,114 watt/m°C

e. Laju perpindahan energi (q) ?


𝐾 . 𝐴 (𝑇1− 𝑇2 )
q= ∆𝑥
0,114 . 0,0625 (42°C−34°C)
q= 0,015
0,0071 (8°C)
= = 0,4733 (8°C)
0,015

= 3,7864 watt
2. Data Material II

TEBAL PANJANG TINGGI TEMPERATUR


BAHAN
(m) (m) (m) (°C)

T˷ T1 T2 Tr
TEGEL 0,05 m 0,40 m 0,40 m
54 46 32 31

Diketahui:
a. Tebal kornes (x) : 0,05 m
b. Panjang kornes (L) : 0,40 m
c. Tinggi kornes (t) : 0,40 m
d. Luas permukaan material (A) : 0,16 m2
e. Temperatur udara luar (T˷) : 54°C
f. Temperatur dinding luar (T1) : 46°C
g. Temperatur dinding dalam (T2) : 32°C
h. Temperatur udara ruang (Tr) : 31°C
i. Koefisien perpindahan kalor konveksi uudara : 8,13 watt/°C (h˷)

Ditanyakan:
a. Laju perpindahan kalor konveksi udara ke dinding (q˷) ?
b. Laju perpindahan kalor konveksi dinding ke udara (q0) ?
c. Laju perpindahan kalor rata-rata (q) ?
d. Konduktivitas bahan dinding (K) ?
e. Laju perpindahan energi (q) ?
Penyelesaian:
a. Laju perpindahan kalor konveksi udara ke dinding (q˷) ?
q˷ = h˷. A (T˷ - T1)
q˷ = 8,13 . 0,16 (54°C - 46°C)
= 1,3008 (8°C) = 10,4064 watt
b. Laju perpindahan kalor konveksi dinding ke udara (q0) ?
q0 = h0 . A (T2 – Tr)
q0 = 8,13 . 0,16 (32°C - 31°C)
= 1,3008 (1°C) = 1,3008 watt
c. Laju perpindahan kalor rata-rata (q) ?
𝑞2 +𝑞0
q= 2
10,4064+1,3008
q= 2
11,7072
= = 5,85 watt
2

d. Konduktivitas bahan dinding (K) ?


𝑞. 𝑥
K = 𝐴. (𝑇1− 𝑇2 )

5,85 . 0,05
K = 0,16 . (46°C−32°C)
0,2925
= = 0,1305 watt/m°C
2,24

e. Laju perpindahan energi (q) ?


𝐾 . 𝐴 (𝑇1− 𝑇2 )
q= ∆𝑥
0,1305 . 0,16 (46°C−32°C)
q= 0,05
0,2923
= = 5,846 watt
0,05
BAB IV
PEMBAHASAN

Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda
yang suhunya rendah ketika kedua benda bersentuhan. Satuan kalor adalah joule (J). Untuk
iklim tropis, sinar matahari dianggap sebagai salah satu faktor penyebab ketidaknyamanan
termal. Sebagai panas yang teradiasi, sinar matahari dihalangi dengan bahan (atap, dinding)
untuk menghindari cahaya langsung. Menurut Givoni (1976), atap adalah komponen
bangunan yang sangat terekspos ke elemen iklim. Dampak dari radiasi matahari pada atap
(pemanasan) dan pelepasan panas yang terjadi pada atap, melebihi bagian manapun dalam
sebuah bangunan.
Di daerah tropis lembab, atap adalah pemanas utama dari rumah sementara temperatur
indoor dipengaruhi oleh atap. Bila temperatur ruang atap relatif tinggi dibanding ruang
hunian, maka terjadilah perpindahan panas secara konduksi, konveksi dan radiasi
yang akan menaikkan temperatur ruang hunian. Dalam bangunan modern sekarang ini
banyak diterapkan ventilasi pada atap. Penelitian Surjamanto (2000), mengungkapkan
bahwa ventilasi ruang atap cukup berpengaruh untuk mendinginkan ruang atap. Dari ruang
atap yang temperaturnya berkurang, diharapkan transfer panas ke interior juga berkurang.
Seperti yang telah disebutkan di atas, radiasi sinar matahari merupakan sumber utama yang
memicu peningkatan suhu dalam bangunan. Namun, perkembangan teknologi
sekarang sudah sangat membantu arsitektur modern untuk mengurangi radiasi matahari
pada bangunan. Salah satu cara untuk mengurangi silau matahari pada bangunan
adalah penggunaan overhang sebagai shading. Salah satu cara alternatif untuk mengurangi
perpindahan kalor pada atap adalah dengan insulasi. Straaten (1967) mengatakan bahwa
insulasi di iklim panas diperlukan bagi atap ringan untuk memastikan kalor yang berlebihan
bisa dikurangi pada musim panas, dan pada tahap tertentu juga mengurangi kehilangan
panas pada musim sejuk. Apabila atap diberi insulasi yang baik, maka akan terbina
perpindahan panas yang baik Pada bangunan salah satu peristiwa konduksi terjadi pada
dinding yang terkena radiasi sinar matahari. Aliran panas terjadi antara dinding dengan
udara di luar maupun di dalam ruangan. Udara panas di luar yang bersentuhan
dengan dinding akan melepaskan panasnya dan berpindah ke dinding tersebut, sebaliknya
dinding tersebut akan menyerap panas yang dilepaskan oleh udara. Dinding pada bangunan
modern kebanyakan terbuat dari bata dengan ketebalan sekitar 15 cm. Material bata
merupakan isolator panas sehingga udara panas dari luar tidak terasa dari dinding bagian
dalam. udara yang baik dan optimal supaya kenyamanan termal dapat tercapai.
Ada dua pendekatan yang bisa ditempuh untuk mendapatkannya, pertama adalah
pendekatan arsitektural dan yang kedua adalah pendekatan secara mekanis. Dalam
pendekatan arsitektural ada beberapa hal yang sudah mulai diterapkan pada arsitektur
modern ini.
Misalnya adalah memposisikan arah orientasi bangunan. Dalam iklim tropis seperti ini
bangunan lebih baik dibangun dengan orientasi utara-selatan, dan diarahkan pada arah
melintang angin. Hal ini selain mengurangi panas matahari juga bisa mengoptimalkan angin
yang masuk dalam bangunan sehingga bangunan akan lebih sejuk. Selain itu untuk
mengoptimalkan sirkulasi udara di dalam ruangan, bangunan biasanya menerapkan sistem
ventilasi silang/ cross ventilation. Cross ventilation adalah dua bukaan yang letaknya saling
berhadapan satu sama lain di dalam ruangan. Ventilasi ini bekerja dengan memanfaatkan
perbedaan zona bertekanan tinggi dan rendah yang tercipta oleh udara.
Perbedaan tekanan pada kedua sisi bangunan akan menarik udara sejuk memasuki
bangunan dari satu sisi dan mendorong udara panas keluar ruangan dari sisi lain. Ventilasi
silang memungkinkan udara mengalir dari dalam ke luar dan sebaliknya tanpa
harus mengendap terlebih dahulu di dalam ruangan, sehingga udara yang masuk dari
jendela akan langsung dialirkan keluar oleh jendela yang ada di hadapannya dan
berganti dengan udara baru. Maka dari itu sirkulasi udara di dalam ruangan pun lebih
optimal dan ruangan terasa lebih sejuk.

Jika benda panas disentuhkan dengan benda dingin, tak lama kemudian suhu benda
panas turun, sedangkan suhu benda dingin naik. Hal ini terjadi karena benda panas
memberikan kalor kepada benda dingin. Kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda
bersuhu rendah. Ada tiga macam perpindahan kalor, yaitu konduksi, konveksi (aliran), dan
radiasi (pancaran).
1. Konveksi adalah proses perpindahan kalor dari satu bagian fluida ke bagian lain fluida
oleh pergerakan fluida itu sendiri. Ada dua jenis konveksi, yaitu konveksi alamiah dan
konveksi paksa.
2. Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat padat. Perpindahan ini tidak diikuti
dengan perpindahan partikel perantara
3. Radiasi atau pancaran adalah perpindahan energi kalor dalam bentuk gelombang
elektromagnetik.
Dan dari percobaan praktikum yang telah kita lakukan dapat kita ambil dari data
percobaan yaitu :

Temperature

Panjang
Bahan

Lebar
𝑞̅
Tebal
q~ qo K q
T~ T1 T2 Tr

3,81
6,09 W/mo
0.01 0.25 0.25 42o 34o 31o 1,524 0.114 3,786
kornes 54oC 6 C
5m m m C C C Watt Watt Watt
Watt

10,4 1,300 1,305


0.05 0.40 0.40 46o 32o 31o 5,85 5,846
tegel 54oC 064 8 W/mo
m m m C C C Watt watt
Watt Watt C
BAB V
SARAN DAN KESIMPULAN
A. Saran
Sebelum dilaksanakannya praktikum diharapkan praktikan telah membaca petunjuk
praktikum dengan baik dan dapat memahami urutan-urutan di dalamnya sehingga praktikum
dapat dilaksanakan dengan cepat dan tepat serta teliti untuk mengurangi resiko gagalnya
percobaan.
B. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa perpindahan panas dapat terjadi
dengan berbagai cara, salah satunya yaitu secara konduksi. Pada uji coba panas pada bahan
kornes, temperatur suhu udara luar yang diperoleh 54°C, temperatur suhu dinding luar 42°C,
temperatur suhu dinding dalam 34°C, temperatur suhu udara ruang 31°C sedangkan bahan
tegel, temperature suhu udara luar yang diperoleh 54°C, temperature suhu dinding luar 46°C,
temperatu suhu dinding dalam 32°C, temperatur suhu udara ruang 31°C. Hal ini dikarenakan
terdapat besaran-besaran yang mempengaruhi dalam laju perpindahan kalor yaitu luas
permukaan benda, panjang atau tebal benda, perbedaan suhu antar ujung benda serta
dipengaruhi oleh suatu besaran k yang disebut konduktivitas termal.
C. Rekomendasi Ruang

Denah Ruangan
Pas. Dinding Bata

Penghawaan

Perspektif Ruangan

Dinding pada bangunan modern kebanyakan terbuat dari bata dengan ketebalan sekitar
15 cm. Material bata merupakan isolator panas sehingga udara panas dari luar tidak terasa
dari dinding bagian dalam. udara yang baik dan optimal supaya kenyamanan termal
dapat tercapai.

Ventilasi ruang cukup berpengaruh untuk mendinginkan ruang. Dari ruang atap yang
temperaturnya berkurang, diharapkan transfer panas ke interior juga berkurang. Radiasi sinar
matahari merupakan sumber utama yang memicu peningkatan suhu dalam ruangan.
Namun, perkembangan teknologi sekarang sudah sangat membantu arsitektur modern untuk
mengurangi radiasi matahari pada bangunan. Salah satu cara untuk mengurangi
silau matahari pada bangunan adalah penggunaan overhang sebagai shading.

Вам также может понравиться