Вы находитесь на странице: 1из 6

Definisi sehat menurut badan kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan.1 Sejalan dengan UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang
menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.2 Sejak tahun 2000,
konsep Primary Health Care (PHC) untuk mewujudkan Health for all by the year of
2000 telah di deklarasikan namun belum berhasil meningkatkan pelayanan kesehatan
primer untuk negara berkembang.3
Laporan WHO berjudul Primary Health Care: Now More Than Ever pada tahun
2008 mendorong negara berkembang untuk melakukan reformasi dalam rangka
menguatkan layanan kesehatan primer, diperlukan 4 reformasi yang harus
dilaksanakan semua negara yaitu: reformasi universal coverage, penyediaan layanan,
kebijakan publik dan kepemimpinan.4
Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan terus bertambah mencapai
273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Selain jumlah penduduk, usia harapan hidup
penduduk Indonesia juga semakin meningkat yaitu mencapai 73,7 tahun pada tahun
2025.5 Kedua hal ini tentunya berdampak pada berbagai sektor kehidupan, salah
satunya adalah peningkatan kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Peningkatan
pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya jumlah dan pelayanan oleh tenaga
kesehatan khususnya dokter.6
Pentingnya kesehatan dan tanggung jawab negara dalam pembangunan
kesehatan diantaranya tersedianya sistem pelayanan kesehatan yang efektif,
berkualitas dan tepat sasaran. Keadaan ini masih perlu terus diperbaiki dan
ditingkatkan demi terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan
UUD 1945.6 Pelayanan kesehatan belum mencakup baik dan merata dari segi
ketersediannya (available), penerimaan (acceptable), keterjangkauan (affordable)
maupun mutu (quality).7
Bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan berbeda-beda sesuai kebutuhan,
yaitu: primary health care , secondary helath care dan tertiary health services.8
Ketika mempertimbangkan system pelayanan kesehatan, model pelayanan kesehatan
yang ditunjukkan pada gambar berlaku secara umum. Pembiayaan kesehatan yang
kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk
pemerataan pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to health care) dan
pelayanan yang berkualitas (assured quality).9 Fokus penting kebijakan pembiayaan
kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan
(equity), efisiensi (efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan
kesehatan itu sendiri.10
Terdapat 4 prinsip yang terkait dengan pelayanan di layanan primer, yaitu:
1. Equitable distribution (distribusi ekuitas)
Prinsip ini mengedepankan kebutuhan akan EKUITAS yaitu sumber daya
harus dibagikan secara adil, sesuai kebutuhan.11 Prinsip utama dalam strategi
perawatan kesehatan primer adalah kesetaraan atau pemerataan layanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan harus dibagi rata oleh semua orang terlepas
dari kemampuan mereka untuk membayar dan semua (kaya atau miskin,
perkotaan atau pedesaan) harus memiliki akses terhadap layanan kesehatan.
Saat ini pelayanan kesehatan terutama di kota-kota dan tidak dapat diaksesnya
mayoritas penduduk di negara berkembang.12
Dengan demikian, untuk memastikan kesetaraan, aksesibilitas harus
ditingkatkan dengan:13
-
Meningkatnya jumlah fasilitas kesehatan.
-
Memperbaiki kondisi transportasi.
-
Mengorganisir layanan penjangkauan, sehingga mengganti satu saat yang
lain tidak tersedia
Dengan prinsip ekuitas ini, pelayanan di layanan primer bertujuan untuk:13
-
Keseimbangan yang benar dalam aksesibilitas
-
Bawa layanan kesehatan sedekat mungkin ke rumah orang.
-
Untuk mencapai hal ini, Puskesmas didukung oleh tingkat perawatan
kesehatan yang lebih tinggi dimana pasien dapat dirujuk untuk perawatan
lanjutan.

2. Community Participation (partisipasi komunitas)


Sebagian besar program bermaksud agar masyarakat berpartisipasi seperti
menciptakan semacam struktur untuk memungkinkannya, contohnya komite
layanan primer desa.12 Keterlibatan individu, keluarga, dan masyarakat dalam
mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri merupakan
unsur penting perawatan kesehatan primer.11 Cakupan universal oleh layanan
primer tidak dapat dicapai tanpa keterlibatan masyarakat setempat.
Singkatnya, Puskesmas harus dibangun berdasarkan asas partisipasi
masyarakat (atau keterlibatan).13

3. Intersectoral Coordination (Koordinasi Intersektoral)


Ada peningkatan realisasi fakta bahwa komponen layanan kesehatan primer
tidak dapat disediakan oleh salah satu sektor kesehatan saja. 10 Deklarasi Alma
-Ata menyatakan bahwa layanan primer melibatkan sektor kesehatan di semua
bidang dan aspek pembangunan nasional dan masyarakat, khususnya
pendidikan, pertanian, peternakan, makanan, industri, pendidikan, perumahan,
pekerjaan umum dan komunikasi.12
Untuk mencapai kerjasama, perencanaan di tingkat negara diperlukan untuk
melibatkan semua sektor. 13

4. Appropiate Tecnology (Teknologi tepat guna)


Teknologi yang secara ilmiah masuk akal, mudah disesuaikan dengan
kebutuhan lokal, dan dapat diterima oleh orang-orang yang menerapkannya
dan hal-hal yang digunakannya dan dapat dikelola oleh orang-orang itu
sendiri dengan sumber daya masyarakat dan negara.12
Teknologi kesehatan tidak hanya diperlukan untuk manuver diagnostic
ataupun manuver terapeutik, tapi juga untuk pencegahan penyakit,
pengendalian penyakit, dan promosi kesehatan.10 Meskipun biasanya
dirasakan bahwa orang yang akan menerapkannya adalah profesional
kesehatan terlatih, dalam praktik PHC ada contoh di mana teknologi mungkin
harus diterapkan oleh individu, keluarga, ataupun masyarakat seperti misalnya
penggunaan sikat gigi, kacamata, filter air domestik, pengendalian hama
domestik, dan lain-lain. 13
Daftar Pustaka
1. World Health Organization. Constitution of the World Health Organization, as
adopted by the International Health Conference, New York, 19–22 June 1946;
signed on 22 July 1946 by the representatives of 61 States (Official Records
of the World Health Organization, no. 2, p. 100) and entered into force on 7
April 1948. WHO, Geneva, Switzerland. 1948.
2. Presiden RI. Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang: Kesehatan:
Penerbit Sinar Grafika; 1992.
3. World Health Organization. Formulating strategies for health for all by the
year 2000: guiding principles and essential issues, document of the Executive
Board of the World Health Organization. 1979.
4. World Health Organization. The World Health Report 2008: Primary Health
Care (Now More than Ever). 2008.
5. BAPPENAS. Tahun 2025, angka harapan hidup penduduk Indonesia 73,7
tahun. http://www.bappenas.go.id/node/142/1277/tahun-2025-angka-harapan-
hiduppenduduk-indonesia-737-tahun2015 [dikunjungi pada 3 Maret 2018].
6. Kurniawan H. Dokter di Layanan Primer dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga dalam Sistem Pelayanan Kesehatan. J Med SYIAH KUALA. 2015
Aug 2; 15:115
7. Feldman S. Quality assurance: much more than testing. Queue. 2005;3(1):27-
9.
8. Green L, Fryer Jr G, Yawn B, Lanier D, Dovey S. Ecology of medical care. N
Engl J Med. 2001;344(2021):5.
9. Starfield B. Primary care: an increasingly important contributor to
effectiveness, equity, and efficiency of health services. SESPAS report 2012.
Gaceta Sanitaria. 2012;26:20-6..
10. Eldis. The Principles and Practices of Primary Health Care.
www.eldis.org/vfile/upload/1/document/0708/DOC12965.pdf [diunduh pada 3
Maret 2018]
11. Vaishnavi C. Principles of Primary Health Care.
https://www.slideshare.net/vyshsedhu/principles-of-primary-health-care
[dikunjungi pada 3 Maret 2018]
12. Meisneer JD. Primary health care as a strategy for achieving equitable care: a
literature review commissioned by the Health Systems Knowledge Network.
http://www.who.int/social_determinants/resources/csdh_media/primary_healt
h_care_2007_en.pdf [dikunjungi pada 3 Maret 2018]

Вам также может понравиться