Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENGENDALIAN GULMA
APLIKASI HERBISIDA TERHADAP GULMA
Disusun Oleh
Dosen
Dwi Guntoro
M.A. Chozin
Adolf Pieter Lontoh
Is Hidayat Utomo
Asisten
Dina Mutiara
Cokorda Istri Mega
Latar Belakang
Herbisida merupakan bagian dari Pestisida. Pestisida berasal dari bahasa latin
pestis dan caedo, diterjemahkan sebagai racun untuk mengendalikan jasad
pengganggu. Jasad pengganggu pada tanaman disebut Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT). Jenis-jenis pestisida 1. Insektisida 2. Fungisida Bakterisida 4.
Nematisida 5. Akarisida atau Mitisida 6. Rodentisida 7. Moluskisida 8. Herbisida 9.
Pestisida lain : Pisisida, Algasida, Avisida, Larvisida, Pedukulisida, Silvisida,
Ovisida, Piscisida, Termisida.
Herbisida adalah bahan secawa kimia beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
mengendaliakan tumbuhan pengganggu atau gulma. Akibat serangan gulma dapat
menurunkan panen cukup besar. Hasil penelitian di AS gulma dapat menurunkan
hasil pada kacang-kacangan (51,1%), jagung (45,6%), kentang 16,6%) dan padi
(54,4%). Hasil penelitian di Indonesia pada tanaman padi bahwa gulma Marselia
crenata menurunkan bobot gabah sebesar 19%, Monochoria dan Fimbristilis
menurunkan bobot gabah sampai 54%. Aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh
stadia pertumbuhan tanaman utama dan gulma.
Ada beberapa macam herbisida bila dilihat dari waktu aplikasinya :
1.Herbisida pra tanam (pre plant), diaplikasikan pada saat tanaman belum ditanam
tetapi tanah sudah diolah 2. Herbisida pra pengolahan tanah diaplikasikan pada
vegetasi secara total agar mudah dalam pembersihan lahan 3. Herbisida pra tumbuh
(pre emergence) diaplikasikan setelah benih tanaman ditanam tetapi belum
berkecambah dan gulmapun belum tumbuh 4. Herbisida pasca tumbuh (post
emergence) diaplikasikan pada saat gulma dan tanaman sudah lewat stadia
perkecambahan. Jadi dapat diaplikasikan saat tanaman masih muda atau sudah tua.
Ditinjau dari cara kerjanya, herbisida dibedakan atas herbisida kontak dan
herbisida sistemik.1. Herbisida kontak, mematikan jaringan gulma yang terkena.
Herbisida, diaplikasikan dengan penyemprotan dan sangat sesuai untuk
mengendalikan gulma setahun atau semusim, misalnya ceplukan (Physalis angulata),
babadotan (Ageratum conyzoides) dan bayam duri (Amaranthus spinosa) 2. Herbisida
sistemik, diabsorbsi oleh akar atau daun masuk ke dalam jaringan pembuluh
kemudian ditranslokasikan ke bagian lain, sehingga gulma mengalami kematian total.
Cara aplikasi herbisida dengan penyemprotan melalui daun atau penyiraman ke akar
tanaman. Efektif untuk gulma tahunan (perennial weed), misal alang-alang, teki dan
sembung darat.
Pergerakan herbisida masuk ke dalam tubuh tanaman dengan duan cara kerja,
yaitu selektif dan non selektif. Herbisida selektif, diaplikasikan pada berbagai
tumbuhan tetapi hanya akan mematikan gulma dan relatif tidak mengganggu tanaman
yang dibudidayakan. Herbisida non selektif, adalah herbisida yang diaplikasikan
lewat tanah atau daun yang dapat mematikan hampir semua jenis tumbuhan.
Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan aktif (active ingredient)
yang merupakan bahan utama pembunuh OPT dan bahan ramuan (inert
ingredient).Bahan aktif digolongkan dalam kelompok organik sintetik, organik
alamiah dan inorganik. Bahan ramuan dapat berupa bahan pembawa, pewarna,
perekat, dan oroma,
Pemilihan herbisida yang sesuai untuk pengendalian gulma di pertanaman
karet merupakan suatu hal yang sangat penting. Pemilihan dilakukan dengan
memperhatikan daya efikasi herbisida terhadap gulma dan ada tidaknya titotoksisitas
pada tanaman. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan meliputi keamanan terhadap
lingkungan (organisme bukan sasaran), harga dan ketersediaan.
Tujuan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sprayer punggung Solo,
ember, gelas ukur, pipet, kantong plastik, pisau, nozzle biru, dan kamera. Adapun
bahan yang digunakan air dan herbisida Sulfonat, 2,4-D.
Metode
Hasil Pengamatan
a. Kalkulasi Herbisida
Diketahui
Volume semprot = 500 L/ha
Lebar semprot nozzle biru = 1,5 m
Luas lahan =3x3
= 9 m2
Luas lahan aplikasi
-Volume air yang dibutuhkan = x Volume semprot
Luas dlm 1 ha
9
= x 500 = 0,45 L/regu
10000
= 1,35 L/3regu
9
= x 3
10000
= 27 x 10-3 L/regu
Herbisida untuk 3 regu = 27 x 10-3 x 3
= 0,081 L/3regu
= 8,1 ml/3 regu
Dosis herbisida(ml)
3000 𝑚𝑙
= x4L
500 𝐿
= 24 ml/regu
= 72 ml
Jadi, jumlah herbisida yang dimasukkan ke dalam sprayer adalah 72 ml untuk tiga
namun yang sebenarnya digunakan adalah 8,1 ml untuk tiga regu atau 2,7 ml/regu.
b. Aplikasi Herbisida
Tabel 1. Data aplikasi herbisida kelompok A
Tabel 2. Data aplikasi herbisida kelompok B
% Tingkat Kematian
Data Aplikasi Herbisida Kelompok B
Minggu Ke-
Konsen-
Kelompok Herbisida Dosis 1 2 3
trasi
B1-B3 Sulfonat 3 l/ha 6 ml/l 80 % 90 % 95 %
B4-B6 Gramoxone 2 l/ha 4 ml/l 95 % 100 % -
B7-B9 2,4 D 2 l/ha 4 ml/l 50 % 70 % 90 %
Tidak ada yang mati
B10-12 Gramoxone 2 l/ha 4 ml/l
(salah tempat aplikasi)
Tabel 3. Data aplikasi herbisida kelompok C
Gambar
4. Borreria alata Gambar 5. Gambar 6.
Pembahasan
Menurut tjitrosoedirdjo et. al. (1984) cara umum yang dilakukan dalam
pengendalian gulma di perkebunan adalah dengan menggunakan herbisida. Aplikasi
herbisida sebagai salah satu alternatif untuk mengendalikan gulma menyebabkan
penggunaan herbisida yang semakin meluas dalam bidang pertanian terutama pada
perkebunan-perkebunan besar.
Jenis gulma yang mati sangat beragam, tidak hanya golongan rumput atau
daun lebar saja. Hal ini dikarenakan bahan aktif dari Gramoxone adalah paraquat
yang merupakan herbisida pasca tumbuh yang bersifat kontak dan non selektif.
Paraquat tidak dapat diserap oleh bagian gulma yang tidak berwarna hijau (batang
atau akar) dan bila tersemprot ke daun, hanya daun itu saja yang layu dan mati. Butir
semprot tidak meresap ke bagian lain sehingga gulma tetap normal.
Bahan aktif paraquat mematikan gulma dengan merusak klorofil dan efektifitasnya
akan meningkat apabila ada sinar matahari. Penyerapan akan meningkat dengan
intensitas cahaya yang tinggi dan kelembaban yang cukup. Paraquat bereaksi di
kloroplas dimana terdapat sistem fotosintesis dalam menghasilkan karbohidrat.
Paraquat diketahui dapat menghambat proses dalam fotosistem I, yaitu dalam
mengikat electron hasil dari sistem tersebut, dan membentuk electron radikal bebas .
radikal bebas ini akan diikat oleh oksigen membentuk superoxide yang bersifat sangat
aktif. Superoxide ini akan merusak membrane sel dan jaringan tanaman (Pusat
Informasi Paraquat, 2006).
Akan tetapi daaya kerja biologis paraquat akan hilang apabila terkena tanah.
Hal ini terjadi karena adanya reaksi antara muatan positif ganda pada kation paraquat
dengan mineral liat tanah sehingga membentuk ikatan kompleks dan tidak aktif.
Butiran semprot paraquat bila jatuh ke perairan atau terlarut oleh air hujan akan
segera terikat oleh butiran lumpur (Ashton dan Monaco, 1991).
Kesimpulan
Saran
Ashton, F. M., and T. J. Monaco. 1991. Weed Science: Principiles and Practices (3rd
ed.). John Wiley and Sons, Inc. New York. 466 p.
Moenandir, J., and E. Murniningtias. 1999. The effect of herbicide glifosat and 2,4-D
mixtures on weed depression in soybean field. Proceeding the Seventeenth
Asian-Pasific Weed Science Society Confrence. Bangkok. 419-423p.
Sukman, Y., dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 123 hal.
Sukman, dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.