Вы находитесь на странице: 1из 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker payudara adalah kanker yang paling umum pada wanita di seluruh dunia,

yang terdiri dari 16% dari semua kanker wanita, dan mayoritas (69%) dari semua

kematian akibat kanker payudara terjadi di negara berkembang1.Tingkat kelangsungan

hidup yang rendah di negara berkembang kurang dapat dijelaskan, terutama oleh

kurangnya program deteksi dini, mengakibatkan tingginya proporsi wanita yang

mengalami penyakit stadium akhir, dan juga oleh kurangnya diagnosis yang memadai

dan fasilitas pengolahan.1

Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap

100.000 penduduk per tahunnya.Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke

tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola

penyakit (Tjindarbumi, 1995). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

1992, kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit terbesar penyebab utama kematian

di Indonesia.6,7

Beberapa faktor risiko kanker payudara telah diketahui saat ini antara lain faktor

genetik (5 - 7%), riwayat keluarga menderita kanker payudara, penyakit payudara

1
proliferatif, riwayat pernah menderita kanker payudara sebelumnya, faktor menstruasi

dan reproduksi, paparan radiasi, penggunaan terapi sulih hormon, alkohol dan diet tinggi

lemak (Clemons M and Goss P, 2001). Konsentrasi estrogen (estradiol) dalam darah juga

berhubungan dengan kenaikan resiko terjadinya kanker payudara (Clemons and Gross,

2001).

Pada penelitian ini, penulis bermaksud mencari faktor resiko yang sangat

mempengaruhi keterlambatan dalam penanganan kanker mamma stadium advance.

Faktor resiko yang berasal dari diri pasien sendiri, dari keluarga pasien, ataupun pengaruh

lingkungan di mana psien tersebut tinggal, meskipun secara tidak langsung

mempengaruhi akan tetapi tidak dapat diabaikan sebagai salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi keterlambatan dalam penanganan kanker mamma stadium advance.

Faktor resiko yang diteliti berupa status pendidikan terakhir, status pernikahan, umur saat

menarke, penggunaan KB hormonal, riwayat keluarga, status menyusui, usia menopause,

status pembiayaan, pengetahuan pasien tentang penyakit, penggunaan obat alternatif,

dukungan dari keluarga, dan fasilitas kesehatan yang sulit dijangkau.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan faktor resiko yang sangat

mempengaruhi keterlambatan dalam penanganan pasien dengan kanker mamma stadium

advance, sehingga dapat memungkinkan untuk meminimalisir faktor resiko tersebut dan

mengurangi keterlambatan dalam penanganan kanker mamma stadium advance.

2
1.2 Rumusan Masalah

Faktor resiko dan faktor apa yang paling mempengaruhi dalam keterlambatan

penanganan pasien dengan kanker mamma stadium advance.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui faktor resiko dan faktor yang paling mempengaruhi dalam

keterlambatan penanganan pasien dengan kanker mamma stadium advance.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Faktor resiko yang diketahui paling mempengaruhi dapat diminimalisir sehingga

penanganan pasien dengan kanker mamma stadium advance menjadi lebih baik

2. Sebagai bahan pertimbangan untuk dibuat suatu solusi sehingga penanganan

pasien dengan kanker mamma satdium advance menjadi lebih baik

3. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang lebih baik

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi

Kanker payudara adalah kanker yang paling umum pada wanita di seluruh dunia,

yang terdiri dari 16% dari semua kanker wanita. Diperkirakan bahwa 519.000 perempuan

meninggal pada 2004 karena kanker payudara, dan meskipun kanker payudara adalah

dianggap sebagai penyakit negara maju, mayoritas (69%) dari semua kematian akibat

kanker payudara terjadi di negara berkembang (WHO Global Burden of Disease, 2004)1.

Tingkat Insiden sangat bervariasi di seluruh dunia, dengan standar tingkat usia

setinggi 99,4 per 100.000 di Amerika Utara. Eropa Timur, Amerika Selatan, Afrika

Selatan, dan Asia Barat memiliki tingkat insiden moderat, akan tetapi saat ini meningkat.

Tingkat kejadian terendah ditemukan di kebanyakan negara di Afrika. Tingkat

kelangsungan hidup kanker payudara di seluruh dunia sangat bervariasi, mulai dari 80%

atau lebih di Amerika Utara, Swedia dan Jepang menjadi sekitar 60% di negara-negara

berpenghasilan menengah dan kurang dari 40% di negara-negara berpenghasilan rendah

(Coleman et al 2008.,). Tingkat kelangsungan hidup yang rendah di negara berkembang

kurang dapat dijelaskan, terutama oleh kurangnya program deteksi dini, mengakibatkan

tingginya proporsi wanita yang mengalami penyakit stadium akhir, dan juga oleh

kurangnya diagnosis yang memadai dan fasilitas pengolahan.

4
Insiden kanker payudara sangat bervariasi di seluruh dunia, angka terendah di

Negara-negara berkembang dan terbesar di Negara-negara yang lebih maju. Dalam dua

belas wilayah dunia, tingkat insiden per 100.000 perempuan adalah sebagai berikut: di

Asia Timur, 18; Selatan Asia Tengah, 22; sub-Sahara Afrika, 22; Selatan-Timur Asia, 26,

Afrika Utara dan Barat Asia, 28; Selatan dan Amerika Tengah, 42; Eropa Timur, 49;

Eropa Selatan, 56; Eropa Utara, 73; Oseania, 74; Eropa Barat, 78; di Amerika Utara, 902.

Sebagai negara berkembang yang tumbuh dan mengadopsi budaya Barat mereka

juga mengumpulkan penyakit yang lebih banyak timbul dari budaya Barat dan

kebiasaannya (konsumsi lemak / alkohol, merokok, paparan kontrasepsi oral, perubahan

pola melahirkan anak dan menyusui, paritas rendah).Misalnya, seperti Amerika Selatan

telah berkembang sehingga memiliki jumlah kanker payudara.Kanker payudara di

Negara-negara berkembang, seperti di Amerika Selatan, merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang utama ini merupakan penyebab utama kematian akibat kanker yang

berhubungan dengan perempuan di Negara-negara seperti Argentina, Uruguay, dan

Brazil.Jumlah kasus baru dan kematian akibat kanker payudara di Amerika Selatan untuk

tahun 2001 adalah masing-masing sekitar 70.000 dan 30.0003.

Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap

100.000 penduduk per tahunnya.Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke

tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola

penyakit (Tjindarbumi, 1995). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

1992, kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit terbesar penyebab utama kematian

5
di Indonesia. Angka proporsi penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat dari 3,4

(SKRT 1980) menjadi 4,3 (SKRT 1986), 4,4 (SKRT 1992), dan 5,0 (SKRT 1995). Data

Profil Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat inap di

rumah sakit di Indonesia mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%. Selain itu,

peningkatan proporsi penderita yang dirawat inap juga terjadi peningkatan di rumah sakit

DKI Jakarta pada 1993 dan 1994, dari 4,5% menjadi 4,6%4,5,6,7.

Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim

di Indonesia (Tjindarbumi, 1995).Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di

Indonesia tidak banyak berubah.Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap

menduduki tempat teratas.Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita

kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey,

2000). Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan

menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan

penyebab sakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi

7,85,7.

6
2.2 Anatomi dan Histologi

Gambar 1. Anatomi Payudara

Gambar 2. Struktur Penyusun Payudara

7
Payudara terdiri dari kelenjar mamma, kulit dan jaringan ikat. Kelenjar mamma

merupakan modifikasi kelenjar keringat pada fascia superficial anterior m.pectoralis

mayor dan dinding depan thorak. Kelenjar mamma terdiri dari duktus dan lobulus

sekretoris yang berhubungan, yang menyebar membentuk sekitar 15 sampai 20 duktus

laktiferus yang mengalirkan air susu ke puting. Puting dikelilingi oleh daerah berpigmen

sirkuler yang disebut areola3

Stroma jaringan ikat di sekitar duktus dan lobules berkembang menjadi

ligamentum suspensorium mamma yang berlanjut ke dermis kulit untuk menyokong

payudara. Keganasan pada payudara memberikan ketegangan terhadap ligament tersebut,

menyebabkan pitting pada kulit.3

Pada wanita tidak menyusui komponen predominan pada payudara yaitu lemak,

sedangkan pada wanita menyusui, jaringan kelenjar lebih melimpah.Lapisan jaringan ikat

longgar (spatium retromamma) memisahkan payudara dengan fascia profunda dan

memungkinkan pergerakan struktur di bawahnya. Permukaan payudara yang menempel

pada thorak mulai costa II – VI, transversal ke arah sternum dan lateral sampai linea mid

aksilaris. Processus axillaris mamma mencapai batas lateral m.pectoralis mayor dan

masuk ke axilla. Processus ini dapat menembus fascia profunda dan mencapai apeks

axilla.3

Payudara berhubungan dengan dinding thorak dan ekstremitas atas, sehingga

suplai vascular dan drainase dapat terjadi pada rute yang bermacam-macam

8
Aliran Arteri

 Lateral : pembuluh darah berasal dari a.thoracalis superior, a.thoracoacromial,

a.thoracalis lateralis, dan a. subscapularis

 Medial : cabang dari a.thoracalis interna

 Arteri intercostalis kedua - keempat melalui cabang yang menembus otot dinding

dada

Aliran Vena

Aliran vena parallel dengan arteri dan berakhir pada vena axillaris, thoracalis interna, dan

intercostalis

Innervasi

Melalui cabang kutan anterior dan lateralis n.intercostalis II-VI. Dimana puting diinervasi

oleh n.intercostalis IV

Aliran Limfe

 Sekitar 75% melalui pembuluh limfe yang mengalir ke lateral dan superior

menuju nnll.axillaris

9
 Kebanyakan aliran yang tersisa menuju nnll.parasternal di dalam dinding anterior

thorak yang berdekatan dengan a.thoracalis interna

 Beberapa aliran juga terjadi melalui pembuluh limfe yang mengikuti aliran

a.intercostalis posterior cabang lateral dan berhubungan dengan nnll.intercostalis

di daerah caput costa

 Nnll.axillaris mengalirkan limfe menuju trunkus subclavia, nnll.parasternal

mengalirkan limfe menuju trunkus bronkomediastinalis, dan nnll.intercostalis

mengalirkan limfe menuju duktus thoraksikus atau trunkus bronkomediastinalis8,9

2.3 Etiologi dan Patogenesis

Kanker adalah kelompok penyakit dengan karakteristik pertumbuhan dan penyebaran sel

abnormal yang tidak terkontrol. Jika terjadi penyebaran yang tidak terkontrol bisa

mengakibatkan kematian (American Cancer Society, 2004).

Kanker payudara berasal dari unit sekretorius payudara, yaitu unit duktus-lobulus

terminal. Beberapa faktor risiko kanker payudara telah diketahui saat ini antara lain

faktor genetik (5 - 7%), riwayat keluarga menderita kanker payudara, penyakit payudara

proliferatif, riwayat pernah menderita kanker payudara sebelumnya, faktor menstruasi

10
dan reproduksi, paparan radiasi, penggunaan terapi sulih hormon, alkohol dan diet tinggi

lemak (Clemons M and Goss P, 2001).

Beberapa faktor lingkungan seperti bahan kimia organoklorin, lapangan

elektromagnetik, merokok aktif dan pasif dan penggunaan implan silikon sampai saat ini

belum terbukti menaikkan risiko terjadinya kanker payudara (Willett et al., 2000;

Clemons M and Goss P, 2001).

Walaupun telah banyak diketahui faktor risiko, ternyata 75% kanker payudara

tidak ada hubungan dengan faktor risiko yang ada (Jardines et al., 2003). Setiap kanker

bisa dipandang sebagai proses genetik karena kanker terjadi dari perubahan genetik atau

mutasi.

Mutasi multipel dalam sel yang sama diperlukan dalam pertumbuhan multistep

kanker. Hanya sebagian kecil kanker herediter, sisanya adalah sporadik dan berhubungan

dengan mutasi somatik yang didapatkan selama hidup. Individu yang membawa mutasi

genetik gen yang dicurigai, lahir satu langkah lebih dekat dengan tumorigenesis dan

mempunyai kecenderungan menderita kanker pada usia muda dan lokasi multipel

(ASCO, 2004).

Pada hiperplasia dijumpai stimulasi berlebihan siklus sel dan supresi apoptosis

oleh hormon estrogen, progesteron dan growth hormone. Estrogen dan progesteron

bekerja bersama mengatur pertumbuhan epitel kelenjar payudara (proliferasi),

diferensiasi dan survival. Estrogen lebih berpengaruh terhadap duktus, sedangkan

11
progesteron pada tubuloalveoler. Kedua hormon ini sangat berpengaruh pada masa

reproduktif, sedangkan pada menopause enzym aromatase lebih berperan dalam

pembentukan estrogen (Clemons and Gross, 2001). Estrogen dan progesteron bekerja

melalui reseptor inti (reseptor estrogen dan progesteron) untuk memodulasi transkripsi

gen target. Reseptor estrogen bisa berbentuk alfa atau beta, pada penelitian lebih lanjut

dijumpai beberapa varian reseptor. Dengan terikatnya estradiol dengan reseptor steroid,

bersama dengan elemen reseptor estrogen, akan terjadi ekspresi gen dan stimulasi

pertumbuhan sel (Clemons and Gross, 2001). Hormon steroid ini juga mempunyai

kemampuan untuk memodulasi secara langsung ekspresi gen regulator siklus sel yang

dikenal sebagai protoonkogen inti seperti c-MYC, EGFR dan HER-2 (Her-2/Neu).

(Dickson and Lippmann, 2001; Clemons and Goss, 2001).

Konsentrasi estrogen (estradiol) dalam darah juga berhubungan dengan kenaikan

resiko terjadinya kanker payudara (Clemons and Gross, 2001). Estrogen mempengaruhi

pertumbuhan dan diferensiasi sel secara langsung dan tidak langung. Secara langsung

melalui induksi dari enzim dan protein yang terlibat dalam sintesa asam nukleat dan

melalui aktivasi onkogen. Secara tidak langsung melalui stimulasi sekresi prolaktin dan

produksi growth factors ( Haber, 2000;Clemons and Gross, 2001). Karena pertumbuhan

kanker payudara diatur oleh hormon steroid wanita, penentuan konsentrasi ER dan PR

dalam tumor saat ini dipergunakan untuk meramalkan penderita dengan prognosis baik

atau tidak, juga untuk menentukan apakah sensitif terhadap terapi hormonal.Risiko

terjadinya kanker payudara juga meningkat dengan tingginya konsentrasi ER dan PR

(Clemons and Gross, 2001).

12
2.4 Faktor Resiko

Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum

diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap

terjadinya kanker payudara diantaranya4:

1. Faktor reproduksi : Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko

terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause

pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker

payudara adalah bertambahnya umur.Diperkirakan, periode antara terjadinya haid

pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation

perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan

mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker payudara

terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor

terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.

2. Penggunaan hormon : Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker

payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat

peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen

replacement.Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko

kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini

13
untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara

sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin

mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas

3. Penyakit fibrokistik : Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak

ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma,

risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko

meningkat hingga 5 kali.

4. Obesitas : Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh

dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan

kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah

migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.

5. Konsumsi lemak : Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya

kanker payudara. Willet dkk.melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang

konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada

wanita umur 34 sampai 59 tahun.

6. Radiasi : Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan

terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan

disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan

umur saat terjadinya eksposur.

14
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik : Riwayat keluarga merupakan komponen yang

penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker

payudara.

Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita

kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan

dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap

kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50

tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh -> sekitar

60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun4,5.

Tabel 1. T = ukuran tumor primer (T)a,b

TX Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 Tidak terdapat tumor primer

Tis Carcinoma in situ.

Tis Ductal carcinoma in situ

(DCIS)

Tis Lobular carcinoma in situ

(LCIS)

Tis Penyakit Paget pada puting tanpa adanya tumor

15
(Paget) Catatan::

Penyakit Paget dengan tumor dikelompokkan sesuai dengan ukuran

tumornya

T1 Tumor dengan ukuran diameter terbesar 2 mm atau kurang

T1mic Adanya mikroinvasi ukuran 1 mm atau kurang

T1a Tumor dengan ukuran >1 mm - < 5 mm

T1b Tumor dengan ukuran >5 mm - < 10 mm

T1c Tumor dengan ukuran >10 mm - < 20 mm

T2 Tumor dengan ukuran diameter >20 mm - < 50 mm

T3 Tumor dengan ukuran diameter >50 mm

T4 Ukuran berapapun dengan ekstensi langsung kedinding dada atau kulit

T4a Ekstensi kedinding dada (tidak termasuk otot pectoralis)

T4b Edema (termasuk peau d’orange) ,ulserasi, nodul satelit pada kulit yang

terbatas pada 1 payudara

T4c Mencakup T4a and T4b.

T4d Mastitis karsinomatosa

16
Tabel 2. Kelenjar getah bening regional

Clinical

NX Kgb regional tidak bisa dinilai (diangkat sebelumnya)

N0 Tidak terdapat metastase Kgb

N1 Metastase ke Kgb axilla ipsilateral yang mobil

N2 Metastase ke Kgb axilla ipsilateral yangterfiksir

Atau

Ke Kgb mammaria interna ipsilateral tanpa metastasis ke Kgb axilla

N2a Metastasis pada Kgb axila terfiksir ataumelekat kestruktur lain

N2b Metastasis hanya pada Kgb mammaria interna ipsilateral secara klinis

dantidakterdapat metastasis pada Kgb axila

N3 Metastasis pada Kgb infraklivikular ipsilateral denganatau tanpa metastasis kgb

aksila

Atau

17
Clinical

klinis terdapat metastasis pada kgb mammaria interna ipsilateral klinis dan

metastasis pada kgb aksila

Atau

metastasis padakgbsupraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa metastasis pada

kgb aksila/mammaria interna

N3a Metastasis ke kgb infraklavikula ipsilateral

N3b Metastasis ke kgb mammariainterna dan kgb aksila

N3c Metastasis ke kgb supraklavikula

Tabel 3. Distant Metastases (M)a

M0 Tidak terdapat metastase jauh

cM0(i+) Tidak ada bukti klinis atau radiografi dari metastasis jauh, tetapi endapan

molekuler atau mikroskopis sel tumor terdeteksi dalam sirkulasi darah,

sumsum tulang, atau jaringan nodal lainnya nonregional yang ≤ 0,2 mm pada

pasien tanpa gejala atau tanda-tanda metastasis.

18
M1 Metastasis Jauh yang terdeteksi ditentukan dengan cara klinis dan radiografi

klasik dan / atau > histologi terbukti 0,2 mm.

Kanker payudara (lanjutan)

Grup stadium :

• Stadium 0 : Tis N0 M0

• Stadium 1 : T1* N0 M0

• Stadium IIA : T0 N1 M0

T1* N1 M0

T2 N0 M0

• Stadium IIB : T2 N1 M0

T3 N0 M0

• Stadium IIIA : T0 N2 M0

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1 M0

19
T3 N2 M0

• Stadium IIIB : T4 N0 M0

T4 N1 M0

T4 N2 M0

• Stadium IIIc : TiapT N3 M0

• Stadium IV : TiapT Tiap N M1

Note: T1*=termasuk T1mic

2.5 Diagnosis Kanker Payudara

Anamnesis

Anamnesa pada pasien kanker payudara meliputi investigasi gejala klinis berupa

keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya. Gejala klinis kanker payudara

dapat berupa benjolan pada payudara, erosi atau eksema puting susu, atau berupa

pendarahan pada puting susu. Investigasi benjolan meliputi lokasi awal, ukuran, onset

awal terjadinya, dan kecepatan tumbuhnya.Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri

pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada

kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. Kulit atau

puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau

kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau

20
d'orange), mengkerut, timbul borok (ulkus), atau timbul venektasi pada payudara. Borok

itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh

payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.Rasa sakit atau nyeri pada umumnya

baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase

ke tulang-tulang.Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak

(edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.5

Keluhan akibat timbulnya metastase tergantung lokasi organ yang terlibat.

Metastase pada tulang bisa berupa rasa nyeri sampai dengan kelumpuhan.Keluhan sesak

nafas dan batuk terjadi bila penyebaran ke paru, dan penyebaran ke intracranial

menyebabkan sakit kepala hebat bahkan sampai penurunan kesadaran.Pada anamnesis

perlu ditanyakan faktor resiko yang kemungkinan menjadi penyebab timbulnya kanker

payudara, terutama riwayat penyakit keluarga, riwayat pemaparan radiasi pada dinding

dada, riwayat menstruasi dan riwayat menyusui.5

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan status generalis, status lokalis dan

status organ lain. pemeriksaan status lokalis dengan cara inspeksi dan palpasi,

dimana penderita harus melepas seluruh baju mulai pinggang ke atas agar

pemeriksaan menjadi lebih teliti. pemeriksaan payudara seharusnya dikerjakan

pada posisi duduk dan berbaring.

21
Status lokalis mendeskripsikan tumor berupa lokasi, perubahan warna kulit,

adanya pembengkakan, dan retraksi pada kulit.Palpasi meliputi bentuk, jumlah benjolan,

ukuran, batas, konsistensi, dan apakah terfiksasi atau tidak. Penilaian discharge yang

keluar melalui puting juga harus dilakukan penilaian. Pemeriksaan kelenjar gentah

bening regional pada daerah aksila berupa jumlah, ukuran, konsistensi, dan fiksasi

dengan jaringan sekitar.Juga perlu dilakukan pemeriksaan pada daerah yang dicurigai

metastasis yaitu pada organ paru, tulang, hepar dan otak.5

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium meliputi:

1. Morfologi sel darah

2. Laju endap darah

3. Tes faal hati

4. Tes tumor marker (Carcino Embrionic Antigen/CEA) dalam serum atau

plasma

5. Pemeriksaan sitologik

Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar

spontan dari puting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi

Tes diagnosis lain

a. Non invasif

22
1). Mamografi

Yaitu shadowgraph jaringan lunak sebagai pemeriksaan tambahan yang penting.

Mamografi dapat mendeteksi massa yang terlalu kecil untuk dapat diraba. Dalam

beberapa keadaan dapat memberikan dugaan ada tidaknya sifat keganasan dari

massa yang teraba. Mamografi dapat digunakan sebagai pemeriksaan penyaring

pada wanita-wanita yang asimptomatis dan memberikan keterangan untuk

menuntun diagnosis suatu kelainan.

2). Radiologi (foto roentgen thorak)

3). USG

Teknik pemeriksaan ini banyak digunakan untuk membedakan antara massa yang

solid dengan massa yang kistik. Disamping itu dapat menginterpretasikan hasil

mammografi terhadap lokasi massa pada jaringan payudara yang tebal/padat.

4). Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemeriksaan ini menggunakan bahan kontras/radiopaque melaui intra vena, bahan

ini akan diabsorbsi oleh massa kanker. Kerugian pemeriksaan ini biayanya sangat

mahal.

5). Positive Emission Tomografi (PET)

23
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi ca mamae terutama untuk mengetahui metastase

ke sisi lain. Menggunakan bahan radioaktif mengandung molekul glukosa,

pemeriksaan ini mahal dan jarang digunakan.

b. Invasif

1). Biopsi

Pemeriksaan ini dengan mengangkat jaringan dari massa payudara untuk

pemeriksaan histologi untuk memastikan keganasannya. Ada 4 tipe biopsi, 2

tindakan menggunakan jarum dan 2 tindakan menggunakan insisi pemmbedahan.

a). Aspirasi biopsi

Dengan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau padat,

kista akan mengempis jika semua cairan dibuang. Jika hasil mammogram normal

dan tidak terjadi kekambuhan pembentukan massa selama 2-3 minggu, maka

tidak diperlukan tindakan lebih lanjut. Jika massa menetap/terbentuk kembali

maka ini merupakan indikasi untuk dilakukan biopsi pembedahan.

b). Tru-Cut atau Core biopsy

24
Biopsi dilakukan dengan menggunakan perlengkapan stereotactic biopsy

mammografi dan personal untuk memandu jarum pada massa/lesi

tersebut.Pemeriksaan ini lebih baik menurut ahli bedah ataupun pasien karena

lebih cepat, tidak menimbulkan nyeri yang berlebihan dan biaya tidak mahal.

c). Insisi biopsi

Sebagian massa diambil untuk dilakukan pemeriksaan histologi

d). Eksisi biopsi

Seluruh massa diangkat untuk dilakukan pemeriksaan histologik secara frozen

section.

2.6 Komplikasi

Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan

juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering

untuk metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati.Metastase ke tulang

kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia.

Metastase ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan

metastase ke otak mengalami gangguan persepsi sensori bahkan bisa terjadi penurunan

kesadaran.5

2.7 Penatalaksanaan medis

25
Penanganan secara medis dari pasien dengan kanker payudara ada dua macam

yaitu kuratif (dengan pembedahan) dan paliatif (non pembedahan)

Tabel 4. Penanganan Kanker Payudara

Penanganan Keterangan

Pembedahan (kuratif)

Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal Mulai dari lumpektomi

dan penyinaran) (pengangkatan jaringan yang luas

dengan kulit yang terkena) sampai

kuadranektomi (pengangkatan

seperempat payudara), pengangkatan

atau pengambilan contoh jaringan

dari kelenjar limfe aksila untuk

penentuan stadium; radiasi dosis

26
tinggi mutlak diperlukan (5000-6000

rad)
Mastektomi total dengan diseksi aksila

rendah Seluruh payudara, semua kelenjar

limfe di lateral m.pectoralis minor


Mastektomi radikal yang dimodifikasi

Seluruh payudara, semua atau

sebagian jaringan aksila

Mastektomi radikal
Seluruh payudara, m.pectoralis

mayor dan minor di bawahnya,

seluruh isi aksila


Mastektomi radikal yang diperluas

Sama seperti masektomi radikal

ditambah kelenjar limfe mamaria

interna

Non Pembedahan (paliatif)

Penyinaran Pada payudara dan kelenjar limfe

regional yang tidak dapat direseksi

pada kanker lanjut, pada metastase

tulang, metastase kelenjar limfe,

aksila, kekambuhan tumor lokal atau

27
regional setelah mastektomi

Kemoterapi Adjuvan sistemik setelah

mastektomi; paliatif pada penyakit

yang lanjut

Terapi hormon dan endokrin


Kanker yang telah menyebar,

memakai estrogen, androgen,

progesterone, anti estrogen,

ooforektomi, adrenalektomi,

hipofisektomi

28
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori

Menarke Menikah Riw Menoupose Riw


Menyusui Keluarga

Pengetahuan
Biaya Takut Fasilitas Keluarga Obat Penyakit
Periksa Kes Jauh Tidak Alternatif
Mendukung

29
-

3.2 Kerangka Konsep

FAKTOR – FAKTOR RESIKO

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KETERLAMBATAN PENANGANAN

30CA MAMMA
ADVANCE
3.3 Hipotesis

Terdapat perbedaan faktor - faktor yang diperkirakan mempunyai

pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara dan faktor – faktor yang

mempengaruhi keterlambatan pasien pada kanker payudara

31
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Design Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik. Data primer diambil dengan

bantuan kuesioner dengan cara wawancara pasien kanker mamma stadium advance

yang dirawat di bangsal Bedah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

4.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di bangsalBedah Wanita RSUP Dr. Kariadi Semarang

dalam rentang waktu Januari– Juni 2013

32
4.3 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah wanita dengan usia lebih dari 50 tahun

yang menderita keganasan payudara stadium advance yang berobat ke RSUP

Dr.Kariadi pada bulan Januari – Juni 2013 baik yang sedang menjalani radioterapi,

kemoterapi, maupun pasien yang akan menjalani terapi pembedahan, dengan jumlah

subjek sebanyak 36 orang wanita.

4.4 Definisi Operasional

Stadium lanjut : yang termasuk dalam tumor stadium lanjut adalah tumor

yang sudah menginvasi kulit payudara, tumor yang melibatkan dinding dada, tumor

yang merubah bentuk payudara dan adanya pembesaran KGB (limfadenopati) yang

tampak secara inspeksi maupun teridentifikasi saat palpasi saat pemeriksaan fisik.

4.5 Identifikasi Variabel

Faktor resiko berupa usia menarke, riwayat pernikahan, riwayat menyusui,

usia menopause, riwayat keluarga merupakan variabel bebas dengan skala ordinal.

Faktor resiko berupa status pembiayaan, ketakutan pasien untuk periksa, fasilitas

kesehatan yang jauh, dukungan keluarga, penggunaan obat alternatif, dan

pengetahuan pasien merupakan variabel moderator dengan skala ordinal. Kanker

Mamma stadium advance merupakan variabel terikat dengan skala ordinal

33
4.6 Sumber Data

Data diperoleh dari catatan medik Rumah Sakit Dr Kariadi

4.7 Pengolahan Data

Tahap pengolahan data :

1. Editing

Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan editing untuk mengecek

kelengkapan data, kesinambungan & keseragaman data sehingga validitas data

dapat terjamin.

2. Coding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan.

3. Entry data

Memasukkan data dalam program komputer untuk proses analisis data.

34
4. Cleaning

Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan cleaning data (pembersihan

data) yang berarti sebelum data dilakukan pengolahan, data dicek terlebih dahulu

agar tidak terdapat data yang tidak perlu.

4.8. ANALISIS DATA

Setelah data terkumpul, data hasil penelitian diolah dan disajikan dalam

bentuk table.

Untuk uji beda variabel Penelitian ini bertujuan mencari faktor resiko dan

faktor yang menyebabkan keterlambatan penanganan pasien kanker mamma di

RSUP Dr. Kariadi. Analisis data dilakukan dengan software SPSS Ver. 15.0. for

Windows.

35
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Karakteristik Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 36 pasien yang terdiri

dari dua kelompok yaitu kelompok faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh

terhadap terjadinya kanker payudara dan faktor yang mempengaruhi keterlambatan

kedatangan pasien untuk berobat.

Karakteristik kelompok faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh

terhadap terjadinya kanker payudara, usia menarke, status pernikahan, riwayat

keluarga, riwayat menyusui, usia menopause, penggunaan kontrasepsi hormonal.

36
Karakteristik kelompok yang mempengaruhi keterlambatan kedatangan

pasien untuk berobat, pendidikan, Pekerjaan, pembiyayaan, Ketakutan untuk

periksa, Fasilitas kesehatan yang jauh, Dukungan keluarga untuk berobat,

Penggunaan obat alternative, Pasien tidak mengerti tentang penyakitnya

5.2. Hasil Penelitian

Tabel 5 : Kelompok faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap

terjadinya kanker payudara.

No Variabel Frekuensi

1 Menarke < 12 tahun 16,7%

2 Riwayat operasi mamma 13,9%

3 Tidak menikah 0%

4 Riwayat tidak menyusui 30,6%

5 Penggunaan KB hormonal 66,7%

6 Usia saat menopause > 55 tahun 2,8%

7 Riwayat pada keluarga 36,1%

37
Tabel 6 : Kelompok yang mempengaruhi keterlambatan kedatangan pasien untuk

berobat

No Variabel Frekuensi

1 SD tidak lulus 41,7%

2 Pekerjaan petani 44,4%

3 Pembiyayaan 30,6%

4 Ketakutan untuk periksa 47,2%

5 Fasilitas kesehatan yang jauh 13,9%

6 Dukungan keluarga untuk berobat 27,8%

7 Penggunaan obat alternative 61,1%

8 Pasien tidak mengerti tentang penyakitnya 0%

38
BAB VI

PEMBAHASAN

Penderita dengan kanker payudara stadium lanjut yang menjalani perawatan di

RSUP dr Kariadi Semarang selama periode bulan Januari 2013 sampai dengan Juni 2013

adalah sebanyak 36 orang. Dari jumlah tersebut pasien dilakukan kuesioner dan

wawancara, Kuesioner berisi pertanyaan tentang faktor resiko, Data yang terkumpul

berupa frekuensi setiap faktor dan dideskripsikan dalam bentuk tabel.

Pada kelompok faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap

terjadinya kanker payudara. Pada kelompok ini yang terbanyak penggunaan KB

39
hormonal 66,7 % dan yang tidak mempunyai pengaruh pada faktor ini status pernikahan

0 %.

Pada Kelompok yang mempengaruhi keterlambatan kedatangan pasien untuk

berobat yang terbanyak karena penggunaan obat alternatif 61,1 % dan terendah pada

pasien tidak mengerti tentang penyakitnya 0 %.

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. SIMPULAN

Faktor resiko yang tinggi pada masyarakat tidak membuat masyarakat

langsung mencari pertolongan medis, hal ini akan akan menimbulkan

keterlambtan penanganan atau pengelolaan pengobatan serta meningkatkan

morbiditas dan mortalitas, Paradigma masyarakat belum mengarah ke penanganan

medis modern.

7.2. SARAN

40
1. Perlu upaya untuk melakukan penyuluhan mengenai penyakit payudara.

2. Perlu upaya kerjasama antara dinas kesehatan dari level terbawah dengan

istansi pemerintahan.

DAFTAR PUSTAKA

1. "Breast cancer: prevention and control". World Health Organization.

http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html.)

2. Stewart B. W. and Kleihues P. (Eds): World Cancer Report. IARCPress. Lyon

2003

3. Aronowitz, Robert A. (2007). Unnatural history: breast cancer and American

society. Cambridge, UK: Cambridge University Press. pp. 22–24

4. Moningkey, Shirley Ivonne, 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika;

Januari 2000. Jakarta.

41
5. Tjindarbumi, 1995. Diagnosis dan Pencegahan Kanker Payudara, Kursus

Singkat Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker. 6-8 November. FKC.II-POI.

Jakarta.

6. Profil Kesehatan Indonesia. Pusat Data Kesehatan. Jakarta, 1997

7. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

8. Ogden Joy; Understanding Breast Cancer; John Wiley & Sons, Ltd 2004, England

p.5

9. Drake RL, Vogl W, Mitchell A; Gray’s Anatomy for Students, Elsevier 2007;

p.116

10. Sugiyono; Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D; Alfabeta;

Bandung; 2009

11. De Morgan, S et al; A guide for women with early breast cancer, National Breast

Cancer Centre, Australia 2003, p.5

42

Вам также может понравиться

  • Status Urologi Pilkada
    Status Urologi Pilkada
    Документ4 страницы
    Status Urologi Pilkada
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Status Bedah
    Status Bedah
    Документ4 страницы
    Status Bedah
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • BPH
    BPH
    Документ22 страницы
    BPH
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Perforasi Gastrointestinal
    Perforasi Gastrointestinal
    Документ11 страниц
    Perforasi Gastrointestinal
    Dwi Mulya
    100% (1)
  • OBAT
    OBAT
    Документ2 страницы
    OBAT
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Perforasi Gastrointestinal
    Perforasi Gastrointestinal
    Документ11 страниц
    Perforasi Gastrointestinal
    Dwi Mulya
    100% (1)
  • Status Urologi Pilkada
    Status Urologi Pilkada
    Документ4 страницы
    Status Urologi Pilkada
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • BPH
    BPH
    Документ22 страницы
    BPH
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Ujian Urologi
    Ujian Urologi
    Документ4 страницы
    Ujian Urologi
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • PPK Hemoroid
    PPK Hemoroid
    Документ2 страницы
    PPK Hemoroid
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • BPH
    BPH
    Документ22 страницы
    BPH
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Ujian Urologi
    Ujian Urologi
    Документ4 страницы
    Ujian Urologi
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • BPH
    BPH
    Документ22 страницы
    BPH
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Panduan KESELAMTAN OPERASIiiiisjs
    Panduan KESELAMTAN OPERASIiiiisjs
    Документ14 страниц
    Panduan KESELAMTAN OPERASIiiiisjs
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Spo Nomor 015
    Spo Nomor 015
    Документ2 страницы
    Spo Nomor 015
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • PPK App
    PPK App
    Документ2 страницы
    PPK App
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • SK Keselamatan Pasien Bedah
    SK Keselamatan Pasien Bedah
    Документ2 страницы
    SK Keselamatan Pasien Bedah
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • SK Keselamatan Pasien Bedah
    SK Keselamatan Pasien Bedah
    Документ2 страницы
    SK Keselamatan Pasien Bedah
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Tugas Prof IV
    Tugas Prof IV
    Документ13 страниц
    Tugas Prof IV
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Panduan KESELAMTAN OPERASIiiiisjs
    Panduan KESELAMTAN OPERASIiiiisjs
    Документ14 страниц
    Panduan KESELAMTAN OPERASIiiiisjs
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Spo Nomor 012
    Spo Nomor 012
    Документ2 страницы
    Spo Nomor 012
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Spo Nomor 011
    Spo Nomor 011
    Документ2 страницы
    Spo Nomor 011
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Palembang 2018 Pabi
    Palembang 2018 Pabi
    Документ17 страниц
    Palembang 2018 Pabi
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Spo Nomor 016
    Spo Nomor 016
    Документ2 страницы
    Spo Nomor 016
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Kista Celah Brankial Kedua
    Kista Celah Brankial Kedua
    Документ6 страниц
    Kista Celah Brankial Kedua
    Eva Primananda
    Оценок пока нет
  • Pengetahuan Tentang Prognosis Untuk Kontrol Usus Pada Bayi Baru Lahir
    Pengetahuan Tentang Prognosis Untuk Kontrol Usus Pada Bayi Baru Lahir
    Документ14 страниц
    Pengetahuan Tentang Prognosis Untuk Kontrol Usus Pada Bayi Baru Lahir
    planetmosher
    Оценок пока нет
  • Tinjauan Pustaka Tahap III
    Tinjauan Pustaka Tahap III
    Документ17 страниц
    Tinjauan Pustaka Tahap III
    planetmosher
    100% (1)
  • BPH
    BPH
    Документ23 страницы
    BPH
    planetmosher
    Оценок пока нет