Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
INDONESIA
Oleh : A. Prayitno
Abstract
Mental health is a key factor for the successful progress of the people within the framework
of national health development, with emphasis on national development. There is in effect
a significant relationship between physical and mental health, necessitating a holistic
approach. In commemoration of 100 years National Awakening Day on May 20,2008, a
portrait of the mental health conditions for the Indonesian people is hereby presented. A
constraint to cope with mental health problems is not sufficiently supported by legislation,
deliberation and budget, making it impossible for optimal implementation. Therefore, in
the future and because of its importance to enhance a country’s welfare, a mental health
development policy should accordingly be planned. In view of the ever increasing suicidal
and suicidal behavior case, this problem needs to be solved comprehensively to accomplish
better future results. The time is now to seek proper guidance in solving our nation’s
confused mental health problems and one of the remedies will be to legislate the Mental
Health Act and the establishment of a National Institute of Mental Health in this
country.
Key words : mental health, National Awakening Day, suicide, Mental Health Act,
National Institute of Mental Health
1
Abstrak
Kesehatan mental merupakan kunci keberhasilan bagi kemajuan bangsa Indonesia dalam
rangka pembangunan kesehatan nasional, bahkan pembangunan bangsa. Disadari bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kesehatan fisik dengan kesehatan mental,
sehingga di dalam penanganannya harus bersifat bersifat holistik. Dalam rangka
memperingati 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei 2008
dipaparkan potret kondisi kesehatan mental rakyat Indonesia pada saat ini.. Suatu hal
yang menjadi kendala selama ini penanganan kesehatan mental kurang didukung
denganlegislasi, perhatian dan anggaran yang memadai, sehingga dalam prakteknya
tidak dapat terselenggara dengan optimal. Oleh karena itu di masa yang akan datang,
mengingat begitu pentingnya kesehatan mental untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pembangunan kesehatan mental perlu dibuat kebijakan secara lebih
terencana. Khusus terhadap banyaknya orang yang melakukan bunuh diri dan perilaku
bunuh diri kiranya perlu dicarikan solusi yang komprehensif agar di masa mendatang
dapat ditanggulangi dengan lebih baik. Sudah saatnya kesehatan mental menjadi mitra
yang semestinya dijadikan acuan bagi masalah bangsa kita yang kian carut marut seperti
sekarang ini diperlukan Undang-Undang Kesehatan Mental dan wadah Lembaga
Kesehatan Mental Nasional .
Kata kunci : kesehatan mental, Hari Kebangkitan Nasional, bunuh diri, Lembaga
Kesehatan Mental Nasional
Pendahuluan
2
Diakui, bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa orang dengan gangguan
mental memperlihatkan angka kematian yang lebih tinggi yang disebabkan oleh
kanker dan penyakit jantung dibandingkan dengan penduduk pada umumnya.
Telah diteliti pula bahwa risiko meningkat 88% untuk menderita penyakit kanker
pada orang-orang tua yang menderita depresi. Demikian juga, orang-orang yang
menderita depresi berakibat 70% menderita penyakit jantung. WHO dan Bank
Dunia sudah wanti-wanti bahwa beban utama penyakit (the global disease burden)
di seluruh dunia pada tahun 2020 akan bergeser ke kesehatan mental (terutama
depresi) yang akan berlomba dengan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Kesehatan mental merupakan fondasi untuk memperoleh kualitas hidup yang
lebih baik dan sekaligus menjadi warganegara yang kreatif dan aktif.
3
masyarakatnya. Ketiga, ketidakmampuan (impaiment, disability) di dalam satu atau
lebih fungsi yang penting dari manusia yaitu dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
4
Gangguan mental tidak selalu berarti psikosis (gila) yang hanya
merupakan 20% dari keseluruhan gangguan mental. Dari penelitian di Puskesmas
secara acak, ternyata tiga dari 10 pasien yang berobat menunjukkan keluhan
kejiwaan. Sedangkan penelitian epidemiologis di 10 kota besar di Indonesia, 20,1
persen penduduk Jakarta menunjukkan keluhan mental emosional. Hasil
penelitian di suatu bank yang sangat terkenal menunjukkan bahwa 37 persen
karyawan di suatu bagian tertentu menderita gejala gangguan mental.
Stigma (mark of change or disgrace) adalah sifat negatif yang menonjol pada
pribadi seseorang karena pengaruh lingkungan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, 1988) sering ditujukan kepada pasien mental. Banyak yang
beranggapan bahwa seseorang itu menderita gangguan mental memang betul-
betul sudah “gila”. Ada seorang Ketua Umum Partai yang menyerang lawan
politiknya bahwa ia harus dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa. Kita sangat prihatin
bahwa pasien yang terganggu mentalnya dianggap sebagai “orang-orang jahat
dan terkutuk”, padahal mereka adalah pasien yang harus diperhatikan dan diberi
pengobatan. Dahulu pada tahun 1965 tahanan politik yang sakit dirawat di
bangsal pasien jiwa, sehingga pasien jiwa menjadi tersinggung, demikian pula
sebaliknya.
5
Pada tahun 1985 penulis pernah ditugaskan sebagai ketua Tim Kesehatan
Jiwa Seleksi Calon Astronout yang terdiri atas dua orang psikiater militer,
seorang guru besar psikiatri, tiga orang psikiater Depkes, tiga orang psikolog
militer dan lima orang psikolog serta seorang guru besar psikologi (yang ternyata
tidak muncul) dari Universitas Indonesia. Konon ada yang berkeberatan
melibatkan psikiater dalam seleksi calon astronout tersebut. Akibatnya, penulis
yang waktu itu berpangkat Kolonel “diadili” pada bulan puasa selama tiga jam
oleh lima orang Guru Besar dan dua orang Jenderal di kantor BPPT untuk
membuktikan perlunya psikiater yang memimpin tim. Akhirnya mereka menjadi
sangat yakin, karena walaupun dari segi fisik dan psikologis baik, tetapi dalam
menghadapi stresor yang sangat berat di ruang angkasa, semua kemampuan
dapat hilang sama sekali. Proses seleksi 47 calon astronout yang berlangsung dua
minggu tersebut, yang menentukan adalah pemeriksaan psikiatri. Ternyata tiga
orang calon astronout yang terpilih, hasilnya diterima oleh NASA di Houston
tanpa diperiksa ulang.
Sejak adanya kejadian itu, seleksi Calon Taruna AKABRI harus dilengkapi
dengan pemeriksaan psikiatri militer, dengan akibat berkurangnya kasus-kasus
psikosis, desersi, gangguan kepribadian dan gangguan mental lainnya. Sekarang
di lingkup TNI juga untuk Calon Bintara dan Tamtama dilakukan pemeriksaan
psikiatri. Akhir-akhir ini juga Calon Presiden, Gubernur, Bupati anggota DPR dan
DPRD perlu surat keterangan sehat mental dari psikiater.
6
untuk Presiden, karena dianggap juga sebagai “Presiden dunia”. Begitu juga
dengan gubernur, industrialis, pebisnis dan selebriti yang selalu punya langganan
psikiater yang merasa bangga dan merasa mempunyai status social yang tinggi
dengan dibina kesehatan mentalnya.
7
psikiatri di rumah sakit umum memperkirakan berjumlah hanya
10.000 tempat tidur
4. Gangguan depresi berat dan gangguan bipolar (psikosis manik
depresif) yaitu gangguan mental tergolong psikosis dengan gejala
bergantian antara episode manik (maniakal) dan depresif. Pada
episode depresif kemungkinan pasien akan melakukan bunuh diri.
Jumlahnya diperkirakan setengah juta orang.
5. Gangguan stres pasca-trauma yang timbul setelah orang mengalami
stresor psikososial yang sangat berat, seperti bencana alam,
peperangan, perkosaan, penyiksaan dan penggusuran. Dengan
banyaknya bencana alam dan kerusuhan sosial, pasien ini bertambah
banyak. Bencana tersebut, misalnya tsunami, gempa bumi, banjir,
lumpur panas, konflik komunal dan kerusuhan massal.
6. Penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba dan zat adiktif lainnya.
Menurut Badan Narkotika Nasional RI, jumlahnya sekitar empat juta
orang dan yang meninggal karena overdosis 50.000 orang pertahun.
Hingga sekarang pasien narkoba masih dianggap sebagai kriminal
sehingga hanya sedikit yang ditangani di fasilitas kesehatan mental.
7. Gangguan mental organik karena gegar otak, keracunan, infeksi dan
kekurangan gizi. Misalnya, akibat dari busung lapar pada masa balita
akan berpengaruh pada inteligensi dan perilaku pada masa dewasa.
Kekurangan zat yodium juga menyita banyak inteligensi rakyat kita.
Trauma kepala yang terjadi karena pemukulan pada perkelahian
massal, kerusuhan dan demo menambah jumlah pasien ini.
8. Retardasi mental juga makin meningkat dengan lebih baiknya
pelayanan kesehatan, sehingga dapat terus bertahan hidup dengan
kondisi yang terbelekeng, diperkirakan mereka berjumlah 25 permil
atau 3,75 juta orang.
9. Epilepsi (ayan) akibat kelainan otak yang mengakibatkan gangguan
kepribadian diperkirakan berjumlah 0,26 permil dari penduduk atau
satu juta orang.
10. Perilaku bunuh diri .
8
Suasana perasaan (mood) kalau sedang dalam kondisi sangat buruk,
seseorang dapat mengakhiri nyawanya sendiri. Belakangan, kasus bunuh
diri di kalangan remaja belakangan mulai meningkat. Data resmi di
Kepolisian Daerah Metro Jaya menyatakan, selama 2006 tercatat 62 kasus
bunuh diri. Jumlah ini merupakan kelipatan tiga kali lebih banyak daripada
angka tahun sebelumnya. Bunuh diri dan percobaan bunuh diri sudah
menjadi berita sehari-hari di media massa. Akhir-akhir ini timbul kasus-kasus
membunuh orang lain, kemudian melakukan bunuh diri. Sebagai contohnya,
seorang ibu yang membunuh empat orang anaknya, kemudian bunuh diri.
Juga beberapa anggota polisi yang membunuh atasannya, teman, pacar dan
isterinya .
9
korbannya setelah keretanya terguling, memasang “jangkar” dengan tujuan
mengempeskan ban kendaraan, menjarah korban lalu lintas dan sebagainya.
10
anggota keluarga), dan faktor eksternal (perubahan sosial budaya), maka masing-
masing keluarga mengalami perubahan yang beragam. Ada keluarga yang
semakin kokoh dalam menerapkan fungsinya (fungsional-normal), namun ada
juga keluarga yang mengalami keretakan atau ketidakharmonisan (disfungsional-
tidak normal).
Kedua, pola hubungan orang tua-anak (sikap atau perlakuan orang tua
terhadap anak). Secara antropologis, dikemukakan lima prinsip effective parenting,
yaitu sebagai berikut: (a) Menyusun standar (aturan perilaku) yang tinggi, namun
dapat dipahami. Dalam hal ini anak diharapkan untuk berperilaku dengan cara
yang tepat sesuai dengan usianya. (b) Menaruh perhatian terhadap perilaku anak
yang baik dan memberikan reward (ganjaran). Perlakuan ini perlu dilakukan
sebagai pengganti dari kebiasaan orang tua pada umumnya, yaitu bahwa mereka
sering menaruh perhatian kepada anak pada saat anak berperilaku menyimpang,
namun membiarkannya ketika melakukan yang baik. (c) Menjelaskan alasannya
(tujuannya), ketika meminta anak untuk mengerjakan sesuatu. (d) Mendorong
anak untuk menelaah dampak perilakunya terhadap orang lain. (e) Menegakkan
aturan secara konsisten.
11
bertanya: “What do you think about your presidents?” Ia menjawab:” They are all
corruptors, they should be hanged on the trees! But some of them are good corruptors”.
Siapa dan apa kriterianya, ia menjawab Marcos dan Erap Estrada karena mereka
menaikkan gaji dan menurunkan harga bahan-bahan pokok serta membangun
sarana dan prasarana untuk kesejahteraan rakyat. Kita berharap agar para
penyelenggara negara sekarang bukan lagi pelaku koruptor, tetapi pemimpin
yang dapat menyejahterakan rakyat sehingga dapat meringankan dan
mengurangi kasus-kasus gangguan mental rakyat Indonesia.
Penutup
12
Jakarta, 22 Januari 2008
13