Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini mengkaji beberapa pustaka yang digunakan landasan penelitian.


Pustaka yang dikaji dalam penelitian ini digolongkan ke dalam lima pokok bahasan.
Kelima pokok bahasan tersebut yaitu (1) motivasi belajar, (2) hasil belajar, (3)
model Group Investigasi (GI), (4) materi dinamika kependudukan dan (5) Kaitan
model Group Investigasi dengan motivasi dan hasil belajar. Kelima pokok bahasan
tersebut akan dipaparkan secara sistematis dalam kajian sebagai berikut.

A. Hasil Belajar

Pada pokok bahasan ini dikaji menjadi beberapa bahasan meliputi: (1)
konsep hasil belajar, (2) indikator hasil belajar, dan (3) faktor yang mempengaruhi
kemampuan hasil belajar, dan (4) pengukuran hasil belajar. Kajian tersebut
dipaparkan sebagai berikut.
1. Konsep Hasil Belajar
Hasil belajar telah didefinisikan oleh banyak ahli. Hasil belajar merupakan
kemampuan siswa yang diperoleh setelah mengikuti proses pembelajaran. Nana
Sudjana berpendapat yang menyatakan bahwa “Hasil belajar merupakan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya” (dalam Suharwati, 2016). Sedangkan Muhammd Ridha yang
menyatakan bahwa “Hasil belajar merupakan suatu kemampuan atau suatu tujuan
yang telah dicapai atau dimiliki pembelajar setelah terjadinya belajar” (Ridha,
2016). Pendapat tentang hasil belajar yang dimaksud adalah kemampauan siswa
yang telah diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa akan
memahami materi yang telah disampaikan oleh guru selama kegiatan pembelajaran.

Berbeda dengan pendapat diatas, hasil belajar merupakan penilaian yang


diperoleh oleh siswa setelah proses belajar. Proses selama pembelajaran akan
diberikan penelian sebagai hasil beajar siswa. Made Wena berpendapat yang
menyatakan bahwa “hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar
dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat gambaran hasil yang sudah
dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu” (dalam Lestari, 2016). Penilaian

7
8

yang diperoleh siswa bisa menjadi suatu ukuran keberhasilan proses belajar.
Penilaian terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan siswa selama proses
pembelajaran di dalam kelas akan menjadi hasil belajar.

Hasil belajar merupakan tujuan yang ingin dicapai siswa. Siswa yang ingin
yang bagus maka mereka akan mengikuti proses belajar dengan serius. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Yakobus Mite menyatakan bahwa “hasil belajar
merupakan indikator tercapainya tujuan pembelajaran” (Mite, 2016). Jika hasil
belajar siswa bagus maka bisa dikatakan tujuan pembelajaran sudah tercapai. Hasil
belajar yang telah diperoleh siswa akan menjadi tolak ukur tercapaiannya tujuan
pembelajaran.

Untuk membahas tentang konsep maka terlebih dahulu perlu diuraikan


pendapat dari Benyamin S. Bloom tentang ranah hasil belajar. Hasil belajar
memiliki beberapa ranah untuk mengetahui tercapainya tujuan pembelajaran.
Benyamin S. Bloom, dkk berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan
menjadi tiga ranah, yaitu “kognitif, afektif dan psikomotor” (dalam Zinal Arifin,
2009). Aspek kognitif merupakan ranah yang mencakup pengetahuan siswa. Aspek
afektif merupakan ranah yang bekaitan dengan sikap siswa. Aspek psikomotorik
merupakan ranah yang keterampilan siswa. Hasil belajar yang diteliti dalam
penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif.

Berdarsarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan yang


dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai kemampuan
kognitif siswa sebagai tujuan pembelajaran setelah proses belajar.

2. Indikator Hasil Belajar

Setelah mengetahui konsep hasil belajar, selanjutnya perlu untuk


mengetahui indikator hasil belajar. Untuk mengetahui tercapiannya hasil belajar
perlu dikaji indikator hasil belajar aspek kognitif. Hasil belajar siswa ditandai oleh
beberapa indikator. Menurut Benyamin S. Bloom kemampuan kognitif dibagi enam
antara lain, “mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, sintesis, dan
mengevaluasi” (dalam Sukiman, 2012). Indikator mengingat digunakan untuk
9

mengukur pengertian, fakta, dan menceritakan kembali materi yang sudah diterima.
Indikator memahami merupakan kemampuan mengembangkan materi yang telah
diterimanya. Indikator mengaplikasikan merupakan kemampuan yang menuntut
siswa untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan
teori-teori dalam situasi baru dan kongkret. Indikator menganalisis merupakan
kemampu untuk memisahkan, membedakan dan merinci bagian-bagian materi yang
telah dipelajarinya. Indikator sintesis merupakan kemampuan mendapatkan
pengetahuan baru dari menyatukan unsur-unsur berbagi faktor yang telah
dipelajarinya. Sedangkan indikator evaluasi merupakan kemampuan menilai
sesuatu berdasarkan norma dan membuat keputusan berdasarkan standart dan
kriteria. Fungsi dari indikator tersebut adalah menjadi tolak ukur kemampuan
pengetahuan siswa. Apabila siswa dapaat menjalankan indikator tersebut, maka
siswa dapat dikatakan berhasil mencapai tujuan pembelajaran.

Berbeda dengan yang di atas, hasil belajar memiliki beberapa indikator yang
perlu dikaji. Hasil belajar dari ranah kognitif yang telah direvisi ditandai oleh
beberapa indikator. Menurut Anderson, L.W & Krathwohl, D.R kemampuan
kognitif revisi dibagi enam antara lain, “mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6)”
(dalam Rinawati, 2013). Taksonomi di atas sudah ada edisi revisi yang dilakukan
oleh Anderson, L.W & Krathwohl, D.R yang disebut taksonomi Bloom revisi. Pada
taksonomi edisi revisi ini mengalami pergeseran dan penambahan indikator, yaitu
C5 menjadi sintesis dan evaluasi sedangkan C6 menjadi mencipta.

Hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator .Sri Ira
Suharwati berpendapat bahwa “skor kognitif yang digunakan untuk kemampuan
berfikir diukur mulai pengetahua, pemahaman, aplikasi, dan analisis” (Suharwati,
2016). Pendapat diatas mengungkapkan bahwa indikator hasil belajar kogninif
hanya menggunakan empat indikator saja. Indikator sintesis dan evaluasi maupun
indikator mencipta tidak digunakan karena tingkatan indikator tersebut tinggi.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, maka disimpulkan bahwa


indikator hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1)
mengingat, (2) memahami, (3) mengapikasikan, dan (4) menganalisis.
10

3. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut


akan menunjang siswa untuk mencapai hasil belajar. Rofa Nurochma berpendapat
faktor yang memengaruhi hasil belajar antara lain, “faktor fisik, emosional,
sosiologis dan lingkungan” (Nurochma, 2013). Pendapat tentang faktor hasil belajar
tersebut mempunyai penggaruh terhadap hasil belajar. Kemampuan fisik yang
kurang akan memengauhi gaya belajar siswa sehingga berdampak pada hasil
belajar. Faktor emosiaonal berasal dari dalam diri siswa yang dapat memengaruhi
perasaan siswa dalam belajar. Faktor sosiologis melibatkan interaksi baik siswa
dengan siswa lain maupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran. Faktor
lingkungan berhubungan dengan lingkungan tempat belajar siswa, seperti
lingkungan yang tenang membuat siswa lebih berkonsentrasi dalam merima materi
pelajaran.

Berbeda dengan yang di atas, ada pendapat lain tentang faktor yang
memengaruhi hasil belajar. Hasil belajar siswa yang bagus tidaklah mudah,
melainkan ada faktor yang memengaruhinya. Amrullah Yasir Maulid berpendapat
bahwa hasil belajar dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain, “strategi, model
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam kelas, lingkungan belajar siswa,
serta media pengajaran yang digunakan oleh guru” (Maulid, 2014). Pendapat ahli
tentang hasil belajar dipengaruhi oleh proses kegiatan pembelajaran. Strategi dan
model pembelajaran yang monoton seperti ceramah, akan membuat siswa tidak
tertarik mngikuti pembelajaran. Lingkungan kelas yang tidak kondusif dan fasilitas
yang tidak mendukung juga dapat memengaruhi hasil belajar. Kebanyakan guru
dalam menyampaikan materi pembelajaran dikelas tidak menggunakan media
pembelajaran.

Sementara itu, beberapa faktor hasil belajar juga diungkapakan ahli lainnya.
Hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Syaiful Bahri
Djamarah berpendapat sebagai berikut: “(a) lingkungan (b) instrumental (c) kondisi
fisiologis (d) kondisi psikologis” (dalam Rijal, 2015). Pendapat tentang faktor hasil
belajar tersebut bisa berasal dari input siswa dan proses pembelajaran. Lingkungan
merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti lingkungan keluarga,
11

sekolah, maupun masyarakat. Instrumental merupakan perangkat pembelajaran


yang dapat menunjang siswa dalam belajar. Fisiologis merupakan kesiapan fisik
siswa untuk menerima materi pembelajaran. Psikologis akan memengaruhi proses
belajar siswa, seperti motivasi, minat, sikap, dan bakat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil


belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah (1) faktor
lingkungan, (2) faktor instrumental, (3) faktor fisiologis, (4) faktor psikologis dan
(5) Sosiologis.

4. Pengukuran Hasil Belajar

Pengukuran hasil belajar sangat penting dilakukan untuk mengetahui


seberapa besar materi yang sudah dikuasai oleh siswa. Hasil belajar dapat diukur
dengan menggunakan soal tes essay maupun pilihan ganda. Soal tes untuk
mengukur hasil belajar perlu diberikan indikator untuk mengetahui tercapainya
hasil belajar.
Mengukur hasil belajar dapat diukur menggunakan soal tes. Soal tes yang
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa pada ranah kognitif. Intan Rezki
Kurniasari berpendapat yang menyatakan bahwa “soal tes dapat digunakan untuk
mengukur hasil belajar tingkat kognitif. Soal yang dikerjakan oleh siswa bisa
menjadi bahan evaluasi terhadap proses belajar” (Kurniasari, 2016). Berdasarkan
pendapat ahli tersebut soal tes dapat digunakan untuk alat evaluasi hasil belajar.
Siswa dengan mengerjakan soal tes dapat diketahui seberapa jauh kemampuan
siswa setelah menerima materi pembelajaran.
Soal tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar diperlukan indikator.
Indikator yang digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah ranah kognitif.
Indikator ranah kognitif meliputi aspek mengingat, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan aspek evaluasi. Menurut pendapat Sri Ira Suharwati menyatakan
bahwa “skor kognitif yang digunakan untuk kemampuan berfikir diukur mulai
pengetahua, pemahaman, aplikasi, dan analisis” (Suharwati, 2016). Berdasarkan
pendapat ahli tersebut hasil belajar untuk kemampuan berfikir dapat diukur dengan
indikator mengingat, memahami, mengaplikasikan, dan menganalisis. Mengingat
dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana ingatan siswa setelah
12

pembelajaran. Memahami dapat digunakan untuk mengetahi sejauh mana


pemahaman siswa setelah menerima pembelajaran. Mengaplikasikan dapat
digunakan untu melihat bagaimana cara menerapkan materi pembelajaran.
Menganalisis dapat digunakan untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa untuk
menganalisis suatu masalah yang berkaitan dengan materi.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pengukuran hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
soal tes dengan indikator kognitif meliputi, mengingat, memahami,
mangapliksikan, dan menganalisis.

B. Motivasi Belajar

Pembahasan mengenai motivasi belajar akan dijabarkan menjadi beberapa


sub kajian yaitu (1) pengertian motivasi, (2) indikator motivasi, (3) faktor yang
memengaruhi motivasi, dan (4) pengukuran motivasi. Keempat sub kajian tersebut
akan dijabarkan sebagai berikut.

1. Pengertian motivasi belajar


Motivasi Belajar telah didefinisikan oleh banyak ahli. Dewi Anjani
berpendapat bahwa “Motivasi belajar melibatkan proses yang memberikan energi,
mengarahkan, dan mempertahankan perilaku belajar siswa” (Anjani, 2016).
Sedangkan Oemar Hamalik berpendapat yang menyatakan “suatu perubahan energi
dalam pribadi siswa yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk
mencapai tujuan” (dalam Wijianingtyas, 2016). Motivasi yang dimaksud oleh
kedua ahli merupakan energi yang dapat menggarahkan siswa untuk mencapai
tujuan belajar. Energi yang ditimbulkan dari dalam diri siswa akan mendorong
semangat siswa untuk belajar lebih giat.
Berbeda dengan pendapat di atas, pendapat tentang pengertian motivasi
belajar diungkapkan oleh ahli lainnya. Albertus Hartana berpendapat bahwa
“Motivasi pada dasarnya berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi”. Motivasi yang dimaksud merupkan suatu daya dorong siswa untuk
melakukan usaha. Adanya daya dorong siswa untuk melakukan suatu usaha
sehingga akan tercapainya tujuan belajar siswa.
13

Berdarsarkan uraian pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan


mengenai pengertian motivasi beajar adalah energi yang mendorong siswa dalam
melakukan usaha belajar untuk mencapai tujuan belajar.

2. Indikator Motivasi Belajar


Setelah mengkaji tentang pengertian motivasi belajar, maka selanjutnya
perlu mengetahui indikator motivasi belajar. Siswa dikatakan memiliki motivasi
belajar yang tinggi apabila memenuhi semua indikator. Indikator digunakan untuk
mengetahui adanya tanda-tanda motivasi belajar siswa. Sadirman berpendapat
indikator motivasi belajar dapat dilihat dari, “(1) adanya hasrat dan keinginan
seseorang untuk berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3)
adanya harapan dan cita-cita di masa depan; (4) adanya penghargaan dalam proses
belajar; (5) adanya aktivitas kegiatan belajar yang menarik dan menyenangkan; (6)
adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat
belajar dengan nyaman dan baik” (dalam Hartana, 2016). Berdasarkan indikator
motivasi belajar diatas dari Sadirman dapat dilihat dari kemauan siswa untuk
belajar, cita-cita belajar siswa, dan lingkungan belajar siswa. Kemauan belajar
siswa merupakan salah satu pendorong yang untuk memunculkan motivasi siswa.
Cita-cita belajar siswa yang tinggi akan memperkuat motivasi belajar siswa untuk
mencapai tujuannya. Lingkungan belajar sangat mendukung timbulnya motivasi
belajar siswa, seperti kondisi yang kondusif, penghargan dalam belajar, dan
kegiatan belajar yang menarik.
Pendapat lain tentang indikator motivasi belajar, menurut Muh Farozin yang
menyatakan bahwa“(1) keinginan berprestasi; (2) pemahaman siswa tentang
kewajiban belajar; (3) kesadaran belajar; (4) pengetahuan dan pemahaman siswa
tentang harapan serta cita-cita di masa depan; (5) kesenangan belajar dan mampu
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari; (6) keinginan penguasaan
materi; 7) keuletan dalam mengerjakan tugas siswa, dan 8) ketekunan belajar”
(Farozin, 2012). Indikator yang disebutkan oleh Muh Farozi dapat dilihat dari
akititas belajar siswa di kelas. Apabila siswa dalam kegiatan belajar terlihat adanya
tanda-tanda munculnya indikator maka siswa bisa dikatakan sudah memiliki
motivasi yang baik. Penjabaran diatas dapat disimpukan apabila siswa memiliki
14

kenginan untuk belajar, siswa memiliki kesadaran pentingnya belajar, dan


ketekunan siswa dalam belajar.
Pendapat lain tentang Indikator motivasi belajar, menurut Jhon Keller
antara lain, “attention, relevance, confidence, dan satisfaction” (dalam
Mardikaningtyas, 2016). Indikator yang dimaksud oleh Jhon Keller yaitu perhatian,
keterkaitan, kepercayaan diri, dan kepuasan. Perhatian yang dimaksud merupakan
minat yang dimiliki siswa dalam belajar, seperti rasa senang pada pelajaran, rasa
ingin tahu, konsentrasi dalam belajar, perhatian dalam tugas, dan lain sebagainya.
Keterkaitan yang dimaksud apabila materi yang dipelajari sesuai dengan
kepentingan siswa pada saat sekarang atau dimasa depan. Percaya diri yang
dimaksud apabila siswa telah memahami materi yang dipelajari maka siswa akan
memiliki percaya diri dalam diskusi maupun menyampaika pendapat. Kepuasan
siswa yang dimakasud apabila siswa dalam belajar mendapatkan hasil sesuai
dengan usahnya saat belajar. Indikator-indikator motivasi yang dijelaskan oleh Jhon
Keller merupakan indikator yang sangat simpel untuk dijadikan sebagai tolak ukur
motivasi siswa. Indikator tersebut juga sudah banyak digunakan dalam penelitian
untuk tolak ukur motivasi belajar siswa.
Berdarsarkan uraian tersebut di atas maka yang dimaksud dengan indikator
hasil belajar dalam penelitian ini adalah:(1) perhatian, (2) keterkaitan, (3) percaya
diri, dan (4) kepuasan.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


Setelah mengetahui indikator motivasi belajar, maka selanjutnya perlu
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi motivasi belajar. Motivasi belajar
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hamzah B.Uno berpendapat bahwa hasil
belajar dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain, “(1) Adanya penghargaan,
(2) Lingkungan belajar yang kondusif, dan (3) Kegiatan belajar yang menarik”
(dalam Lenawati, 2013). Faktor yang memengaruhi motivasi belajar berasal dari
luar diri siswa untuk mendorong mencapai tujuannya. Faktor penghargaan dapat
mendorong siswa untuk lebih giat dalam mencapai tujuan belajarnya. Faktor
lingkungan belajar yang tidak mendukung seperti kurangnya fasilitas pembelajar
15

akan membuat siswa tidak termotivasi untuk belajar. Faktor kegiatan belajar yang
menarik akan membuat lebih tertarik mengikuti pembelajaran.
Sejalan dengan yang di atas, faktor yang memengaruhi motivasi belajar.
Sedangkan menurut pendapat Nunik Iswardhani “penghargaan, lingkungan belajar
yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik” (Iswardhani, 2015). Faktor yang
memengaruhi faktor motivasi belajar yang dimaksud oleh ahli merupakan faktor
eksternal. Penghargaan sangat penting diberikan kepada siswa untuk memberi
apresiasi pada siswa terhadap usaha yang telah dilakukan. Kegiatan yang menarik
dalam pembelajaran akan menarik perhatian siswa dalam belajar. Kondisi tempat
belajar yang kondusif akan membuat siswa merasa lebih nyaman dalam menerima
pelajaran. Motivasi ekstrinsik akan memperkuat motivasi yang sudah ada untuk
mencapai tujuan belajar.
Berbeda dengan itu, merunurt Wlodkowski & Jaynes menyatakan bahwa
“empat faktor hal utama yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain, yaitu
budaya, keluarga, sekolah, dan anak itu sendiri” (dalam Iswardhani, 2015). Faktor
yang dijelaskan merupakan bagian faktor ekstrinsik dan intrinsik motivasi belajar
siswa. Budaya lingkungan siswa sangat memengaruhi motivasi, budaya yang
memiliki karakteristik belajar yang kuat. Keluarga yang memliki memiliki
kesadaran akan pentingnya belajar akan selalu memberi motivasi dalam belajar.
Sekolah juga berperan dalam membangkitkan motivasi belajar, seperti strategi guru
pada pembelajaran akan menarik minat siswa untuk belajar. Siswa juga memiliki
motivasi yang sudah ada dalam dirinya sendiri akan membuat siswa selalu
semangat dalam mencapai tujuannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar dalam penelitian ini dipengaruhi oleh faktor (1) siswa sendiri, (2)
lingkungan, (3) penghargaan, dan (4) kegiatan belajar.

4. Pengukuran Motivasi Belajar


Pengukuran motivasi belajar sangat penting dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar motivasi siswa. Motivasi siswa dapat diukur dengan menggunakan
angket motivasi belajar. Angket tersebut diberikan indikator motivasi belajar.
16

Dengan demikia pengukuran motivasi penting untuk diukur dengan menggunakan


angket dengan indikator motivasi belajar.
Angket merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan pertanyan
tertulis kepada responden. Angkat teknik yang efisien untuk mengumpulkan data
penelitian. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2017) menyatakan bahwa angket
merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi peryataan terlulis
kepada responden. Responden akan mengisi angket yang diberikan oleh peneliti
sesuai dengan kondisi nyata responden.
Mengukur motivasi dengan angket diperlukan indikator untuk acuan
motivasi belajar. Indikator akan memudahkan peneliti untu menyusun dan
mengolah data motivasi. Menurut Jhon Keller yang menyatakan indikator motivasi
belajar antara lain, 1) Attention (Perhatian), 2) Relevance (relevansi), 3) Confidence
(percacaya diri), dan 4) Satisfacition (kepuasan) (dalam Mardikaningtyas, 2016).
Keempat indikator dimasukan dalam angket untuk menjadi acuan motivasi siswa.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pengukuran motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan angkat motivasi belajar dengan indikator kognitif meliputi,
perhatian, keterkaitan, percaya diri, dan kepuasan.

C. Model Pembelajaran Group Investigation

Pembahasan mengenai motivasi belajar akan dijabarkan menjadi beberapa


sub kajian yaitu pengertian model pembelajaran GI, kelebihan dan kekurangan
model pembelajaran GI, tahap model pembelajaran GI. ketiga sub kajian tersebut
akan dijabarkan sebagai berikut.

1. Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Group Investigation (GI) merupakan model pembelajaran yang dapat


merangsang kemampuan berfikir siswa dalam berkelompok. Siswa berkerja secara
kelompok untuk melakukan penyelidikan terhadap tugas yang diberikan oleh guru.
GI merupakan model yang dapat mengembangkan pemikiran siswa dalam
kelompok yang heterogen (Wijayanti, 2016). Model GI merupakan pembelajaran
kooperatif yang menggunakan perencanaan dan diskusi kelompok kemudian
17

dipresentasikan di depan kelas (Sumarmi, 2012). GI yang dimaksud oleh kedua ahli
tersebut merupakan model pembelajaran kelompok diskusi. Kelompok diskusi ini
mampu mengembangkan pemikiran siswa karena dengan berdiskusi siswa saling
bertukar informasi maupun pendapat.

Model GI dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam proses


pembelajaran. Meningkatnya kemampuan kognitif siswa dengan cara melatih siswa
memecahkan suatu permasalahan dan membuat siswa lebih aktif di kelas. Sejalan
dengan pendapat Wulandari (2016) bahwa GI merupakan pembelajaran yang dapat
mengembangkan kognitif siswa dengan menjadikan proses pembelajaran siswa
lebih aktif dan melatih siswa untuk memecahkan permasalahan. Pendapat tersebut
mengungakapkan bahawa GI dapan mengembangkan kemampuan kognitif untuk
memecahkan permasalahan. Siswa memiliki kemampuan kognitif yang diperoleh
dari materi pelajaran yang dapat digunakan untuk mengkaji suatu permasalahan dan
mencari solusinya.

Model pembelajaran GI merupakan salah satu pembelajaran yang


kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan interaksi siswa dalam
proses pembelajaran. D.Narudin berpendapat bahwa GI merupakan model
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa dalam mencari
sumber informasi materi pembelajaran (dalam Mite, 2016). Dijelaskan lebih lanjut
oleh Agus Suprijono (2012) bahwa model GI menuntut siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dalam kelompok. Kedua pendapat
menjelaskan bahwa dengan menggunakan model GI siswa dituntut untuk lebih aktif
berinteraksi dengan teman satu kelompok. Siswa yang lebih aktif dalam
mengungkapkan pendapat maupun mencari informasi akan membuat diskusi
kelompok lebih menarik dan efektif.

Berdarsarkan uraian pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan


mengenai pengertian GI adalah model pembelalajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan kognitif dan kemampuan berfikir siswa secara berkelompok.
18

2. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Group Investigation


(GI)
Setelah mengetahui pengertian model GI, selanjutnya perlu mengetahui
kelebihan dan kekurangan model. Sebagai salah satu model pembelajaran inovatif,
model GI mempunyai banyak kelebihan yang berguna untuk mengembangkan dan
meningkatkan kompetensi siswa.. Sumarmi berpendapat tentang kelebihan model
GI diantaranya, a) siswa lebih diberikan kesempatan untuk mencari dan
memecahkan masalah, b) mengembangkan jiwa kepemimpinan dan keterampilan
bekerja kelompok, c) menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran (Sumarmi,
2012). Pendapat tersebut mengungkapkan bahwa model pembelajaran GI
memberikan kesempatan siswa memecahkan masalah, melatih kerjasama,
menjadikan siswa aktif. Siswa dilatih untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapinya sesuai dengan pengetahuan yang telah diperolehnya. Siswa secara
tidak langsung akan berlatih bekerjasama berdiskusi kelompok untuk memecahkan
masalah. Adanya masalah yang harus diselesaikan siswa dituntut untuk aktif
mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan.

Berbeda dengan yang di atas, ada pendapat kelebihan lain dari model
pembelajaran GI. Budi Santoso berpendapat tentang kelebihan model pembelajaran
GI antara lain,

“(1) Pembelajaran kooperatif model group investigation memiliki


dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, (2)
Penerapan model pembelajaran group investigation mempunyai
dampak positif, yaitu dapat meningkat motivasi belajar siswa, (3)
Pembelajaran yang dilakukan membuat siswa saling bekerjasama dan
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar
belakang (4) Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses
belajar melalui tahap pertama sampai tahap akhir pelajaran” (dalam
Aminah, 2012).
Penadapat tentang kelebihan model GI yang diungkapakan oleh ahli tersebut dapat
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar, kerjasama, dan motivasi belajar siswa.
Model pembelajaran GI dapat memicu kemampuan berfikir siswa sehingga siswa
dapat mencapai hasil belajar. Kegiatan untuk menginvestigasi dan berdiskusi
tentang suatu masalah dapat meningkatkan kerjasama antar siswa. Model
19

pembelajaran GI yang menarik perhatian siswa sehingga semakin termotivasi


mengikuti proses pembelajaran.

Selain itu, kelebihan model GI juga dikemukakan oleh ahli lain..Daniel


Zingaro berpendapat bahwa GI memiliki kelebihan yaitu (a) siswa lebih merespon
permasalahan (b) siswa lebih kooperatif dan mengutamakan kebutuhan bersama (c)
dapat meningkatkan kesenangan interpersonal, dan kepercayaan (d) dapat
meningkatkan interaksi verbal (e) menyatukan siswa dari berbagai latar belakang
yang heterogen (dalam Perwitasari, 2016). Pendapat tentang kelebihan model
pembelajaran GI sebagian besar hampir sama dengan pendapat-pendapat ahli yang
lain. Semua pendapat mengungkapkan bahwa kelebihan GI dapat meningkatkan
kerjasaman, motivasi, dan hasil belajar siswa.

Selain memiliki kelebihan model GI juga memiliki kekurangan. Banyak ahli


yang mengungkapkan kekurangan model GI. Sumarmi berpendapat tentang
kekurangan dari model GI diantarannya, a) hanya sebagian siswa yang
menyelesaikan tugas, b) membutuhkan waktu yang lama (Sumarmi, 2012).
Pendapat tersbut mengungkapkan bahwa kekurangan model GI, tidak semua siswa
menyelesaikan tugas dan membutuhkan waktu lama. Siswa yang menyelesaikan
tugas biasanya siswa yang memiliki kemampuan yang menonjol dan sedangkan
siswa yang lainnya hanya ikut serta saja. Tahapan-tahapan model GI membutuhkan
waktu yang lama untuk menerapkannya, karena siswa harus menginvestigasi dan
mencari informasi terlebih dahulu sebelum berdiskusi.

Selaras dengan itu, kelemahan model GI juga didukung oleh pendapat Budi
Santoso yang menyatakan bahwa “Model pembelajaran group investigation
merupakan model pembelajaran yang kompleks dan sulit dilaksanakan dalam
pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan model
group investigation juga membutuhkan waktu yang lama” (dalam Aminah, 2012).
Pendapat tersebut mengungkapkan bahwa model GI merupakan model yang
komplesk sehingga membutuhakan waktu yang lama untuk menerapkan. Kompleks
yang dimaksud dalam penerapan model GI memiliki tahapan yang sulit untuk
dilakukan dalam kegiatan kelompok.
20

Berdasarkan pemaparan kelebihan model GI dapat disimpulkan bahwa


kelebihan model GI adalah (1) siswa dilatih untuk memecahkan masalah, (2)
meningkatkan kerjasama kelompok, (3) menarik minat siswa, (4) meningkatkan
prestasi belajar, dan (5) meningkatkan motivasi belajar siswa. Sedangkan
kekurangan model GI dapat disimpulkan bahwa kekurangan model GI adalah (1)
sebagian siswa yang menyelesaikan tugas, (2) model pembelajaran yang kompleks,
(3) sulit dilakukan pada pembelajaran kooperatif, dan (4) membutuhkan waktu
lama.

3. Tahap Model Pembelajaran Group Investigation (GI)


Penerapan model GI memiliki tahapan-tahapan untuk melaksanakannya.
Tahapan tersesebut diperlukan untuk dijadikan pedoman, agar sesuai dengan
sistematika yang ada. Model pembelajaran GI memiliki 5 tahapan dalam lima
tahapan pelaksanaan. Sumarmi berpendapat tentang langkah-langkah model GI
diantaranya, 1) membentuk kelompok dan menentukan topik, 2) membuat rencana
kelompok, 3) pelaksanaan investigasi, 4) mengaalisis hasil investigasi, 5)
menyanjikan laporan (Sumarmi, 2012). Langkah-langkah di atas dilakukan secara
sistematis, dan berurutan untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang akan
dipecahkan oleh siswa.
Selain itu pendapat lain tentang tahapan modelGI. Pendapat lain juga
diungkapkan oleh ahli lainnya. Slavi berpendapat bahwa langkah-langkah model
GI antara lain, “(1) Tahap Pengelompokan (Grouping), (2) Tahap perencanaan
(planning), (3) Tahap penyelidikan (Investigation). (4) Tahap pengorganisasian, (5)
Tahap Presentasi (Presenting), (6) Tahap evaluasi (evaluating)” (dalam Aminah,
2012).Langkah-langkah penerapan ini guru membentuk kelompok. Selanjutnya,
guru mengarahkan siswa untuk merencanakan penyelesaian tugas, investigasi,
pengorganisasian. Terakhir, siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya dan guru
mengevaluasi.
Pendapat lain tentang tahapan model GI menurut Sharan, dkk sebagai
berikut, “(a) Memilih topik: Siswa memilih sub topik khusus didalam suatu daerah
masalah setelah guru menetapkan topik secara umum, (b) Perencanaan kooperaatif
yang meliputi perencanaan prosedur pembelajaran oleh siswa dan guru, (c)
21

Implementasi dari perencanaan sub topik pembelajaran yang telah dirumuskna, (d)
Analisis dan sintesis informasi yang diperoleh setelah implementasi pembelajaran.
(e) Presentasi hasil final didepan kelas oleh masing-masing kelompok, (f) Evaluasi
yang dilakukan oleh guru bersama-sama dengan siswa dengan memberikan
penilaian secara individu dan kelompok” (dalam Aminah, 2012). Langkah-langkah
penerapan ini guru mengajak siswa menyeleksi topik dan membuat perencanaan.
Selanjutnya, siswa menrapkan rencana yang telah dirumuskan dan melakukan
analisis informasi yang didapat. Terakhir, siswa mempresentasikan hasil kerjanya
dan guru memberikan evaluasi berupa penilaian.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapatahapan
model GI sebagai berikut: (1) membentuk kelompok dan mengindentifikasi topik,
(2) merencanakan tugas, (3) melakukan penyelidikan, (4) menyusun hasil
penyelidikan, (5) mempresentasikan hasil penyelidikan, dan (6) evaluasi.

D. Dinamika Kependudukan di Indonesia SebagaiMateri Pembelajaran


Geografi

Dinamika kependudukan di Indonesia merupakan materi yang akan


diterapkan dalam pembelajaran. Materi ini merupakan bagian dari Kopetensi Dasar
(KD) 3.5 Menganalisis dinamika kependudukan di Indonesia untuk perencanaan
pembangunan dan KD 4.5 Menyajikan data kependudukan dalam bentuk peta,
tabel, grafik, dan/atau gambar. Materi tersebut cocok dengan penerapan model GI.
Hal tersebut dikarenakan materi ini dapat memunculkan permasalahan yang bersifat
kontekstual. Berikut merupakan uraian materi dan penerapan menggunakan model
GI.

1. Dinamika kependudukan di Indonesia


Pada materi dinamika kependudukan akan membahas berbagai sub materi
antara lain: (1) dinamika dan proyeksi kependudukan, (2) mobilitas penduduk dan
tenaga kerja, (3) kualitas penduduk dan indeks pembangunan nasional (4) bonus
demografi dan dampaknya terhadap pembangunan, (5) permasalahan yang
diakibatkan dinamika kependudukan, (6) pengelolahan data kependudukan. Dalam
penelitian ini sub materi yang digunakan adalah mobilitas penduduk dan tenaga
22

kerja serta permasalahan yang diakibatkan dinamika penduduk. Pemilihan sub


materi ini karena siswa dapat menganalisis permasalahan yang ada dalam
kehidupan sehari-hari yang terdapat pada bahasan materi.

Alasan lain pemilihan materi dinamika kependudukan dalam penelitian ini


karena dalam materi ini memuat permasalahan-permasalahan yang faktual dan
sesuai dengan kehidupan nyata. Selain itu, pemilihan materi ini didukung oleh
sintaks model GI yang berorientasi pada masalah, dan pada materi dinamika
kependudukan menyajikan permasalahan yang bersifat kontekstual.
Komponen dinamika kependudukan meliputi berbagai komponen.
Komponen dinamika kependudukan yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Tinggi
rendahnya kelahiran penduduk tergantung pada struktur umur, ekonomi, tingkat
pendidikan, status pekerjaan wanita, dan pembangunan ekonomi. Kematian
merupakan pristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara
permanen. Migrasi merupakan perpindahan penduduk dalam jangka waktu lama
dari suatu tempat ketempat lain. Dari komponen-komponen tersebut manusia
menjadi faktor utama dalam dinamika kependudukan.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sub materi mobilitas
kependudukan dan tenaga kerja serta permasalahan yang diakibatkan dinamika
penduduk . Sub materi mobilitas penduduk akan membahas mengenai jenis-jenis
mobilitas, faktor penyebab terjadinya mobilitas penduduk, upaya pengendalian
penduduk, dan tenaga kerja. Sedangkan sub materi permasalahan yang diakibatkan
dinamika penduduk akan membahas mengenai masalah demografi dan non
demografi.

2. Penerapan model Group Investigation (GI) Pada Materi Dinamika


Kependudukan

Penerapan model GI pada materi dinamika kependudukan akan dilakukan


sesuai dengan langkah-langkah yang telah dipaparkan. Permasalahan yang terkait
dengan dinamika kependudukan akan disajikan dalam model GI. Penerapan model
GI siswa akan dibentuk kelompok diskusi dan menyelesksi topik bahasan.
Kemudian siswa melakukan perencanaan kelompok untuk pembagian tugas.
Setelah perencanaan kelompok siswa melakukan investigasi terhadap
23

permasalahan. Siswa melakukan analisis dari hasil untuk investigasi terhadap


permasalahan. Siswa mempresentasikan hasil investigasi permasalahan kepada
kelompok lain. Siswa yang memiliki kemampuan intelegensi dan pengalaman yang
dimilikinya maka siswa akan dapat memahami permasalahan yang terjadi. Siswa
akan lebih tanggap untuk mencari solusi dari permasalahan.

E. Keterkaitan Model Pembelajaran Group Investigation terhadap Motivasi


dan Hasil Belajar
Keterkaitan model Group Investigation dengan motivasi dan hasil belajar
siswa dapat terlihat dari kelebihan dan faktor yang mempengaruhi. Salah satu
kelebihan dari model GI dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah,
sedangkan faktor yang mempengaruhi motivasi dan hasil belajar adalah dari faktor
siswa maupun dari luar siswa. Berikut akan dijelaskan keterkaitan variabel tersebut.

1. Keterkaitan Model Pembelajaran Group Investigation terhadap


Motivasi Belajar Siswa
Keterrkaitan model pembelajaran GI dengan motivasi belajar siswa dapat
dilihat dari kelebihan model dan faktor motivasi belajar siswa. Kelebihan model
pembelajaran GI yaitu (1) siswa dilatih untuk memecahkan masalah, (2)
meningkatkan kerjasama kelompok, (3) menarik minat siswa, (4) meningkatkan
prestasi belajar, dan (5) meningkatkan motivasi belajar siswa. Faktor yang
memengaruhi motivasi belajar yaitu (1) siswa sendiri, (2) lingkungan, (3)
penghargaan, dan (3) kegiatan belajar. Berikut akan dijelaskan kelebihan model GI
dengan faktor yang memengaruhi motivasi belajar siswa.

Kelebihan pertama dari model GI yaitu siswa dilatih untuk memecahkan


masalah. Pembelajaran ini melatih siswa untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi dalam pembeajaran. Kelebihan model ini berkaitan dengan faktor yang
memengaruhi yaitu siswa. Siswa yang memiliki kemampuan intelegensi dan
pengalaman yang dimilikinya maka siswa akan dapat memahami permasalahan
yang terjadi. Siswa akan lebih tanggap untuk mencari solusi dari permasalahan.
Kelebihan kedua dari model GI yaitu meningkatkan kerjasama kelompok.
Pembelajaran ini melatih siswa untuk dapat bersosialisi dengan kelompoknya.
24

Kelebihan model ini berkaitan dengan faktor yang memengaruhi motivasi siswa
yaitu siswa. Siswa yang memiliki kemampuan interaksi yang baik dan dapat
menghargai pendapat temannya maka siswa akan lebih mudah untuk bekerjasama.
Kerjasama kelompok akan mempermudah siswa untuk menyelesaikan tugas yang
didapatkan.
Kelebihan ketiga dari model GI yaitu menarik minat siswa. Pembelajaran
yang menarika akan meningkatkan perhatian siswa. Kelebihan model ini berkaitan
dengan faktor yang memengaruhi motivasi siswa yaitu kegiatan belajar. Kegiatan
belajar yang menarik dapat meningkatkan perhatian siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Siswa yang sudah memperhatikan kegiatan pembelajaran akan lebih
memahami pelajaran yang diterimanya.
Kelebihan keempat dari model GI yaitu meningkatkan prestasi belajar.
Siswa yang sudah tertarik dengan pembelajaran maka prestasi belajarnya akan
meningkat. Kelebihan model ini berkaitan dengan faktor yang memengaruhi
motivasi siswa yaitu siswa dan lingkungan. Siswa yang belum memiliki
kemampuan belajar yang bagus dengan model pembelajaran ini yang bersifat
kooperatif dan saintific akan meningkatkan prestasi belajarnya. Lingkungan belajar
yang mendukung seperti teman dalam kelompok akan menuntun siswa yang
memiliki kemampuan belajar standar untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Kelebihan kelima dari model GI yaitu meningkatkan motivasi belajar siswa.
Siswa yang sudah termotivasi akan antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Kelebihan model ini berkaitan dengan faktor yang memengaruhi motivasi belajar
siswa yaitu penghargaan. Siswa yang mendapatkan penghargaan berupa verbal
maupun non-verbal maka dia akan lebih termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran. Siswa yang sudah mendapatkan motivasi maka dia akan lebih
bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan urian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterkaitan antara
model GI dengan motivasi belajar siswa terletak pada kelebihan model dan faktor
yang mempengaruhi motivasi dan hasil belajar siswa.
25

MODEL
PEMBELAJARAN MOTIVASI BELAJAR
GROUP INVESTIGATIO

Kelebihan Model Faktor yang memengaruhi


Pembelajaran
MOTIVASI BELAJAR
GROUP INVESTIGATION

Siswa Sendiri
Siswa Dilatih Untuk
Memecahkan Masalah Lingkungan
Meningkatkan Kerjasama
Kelompok Penghargaan

Menarik Minat Siswa Kegiatan Belajar


Meningkatkan Prestasi Belajar

Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa

Gambar 2.1 Kaitan Model Pembelajaran Group Investigation dengan


motivasi belajar siswa

2. Keterkaitan Model Pembelajaran Group Investigation terhadap Hasil


Belajar Siswa
Keterrkaitan model pembelajaran GI dengan hasil belajar siswa dapat dilihat
dari kelebihan model dan faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa. Kelebihan
model pembelajaran GI yaitu (1) siswa dilatih untuk memecahkan masalah, (2)
meningkatkan kerjasama kelompok, (3) menarik minat siswa, (4) meningkatkan
prestasi belajar, dan (5) meningkatkan motivasi belajar siswa. Faktor yang
memengaruhi hasil belajar yaitu (1) faktor lingkungan, (2) faktor instrumental, (3)
faktor fisiologis, (4) faktor psikologis dan (5) Sosiologis. Berikut akan dijelaskan
keterkaitan kelebihan model GI dengan faktor yang memengaruhi motivasi belajar
siswa.

Kelebihan pertama dari model GI yaitu siswa dilatih untuk memecahkan


masalah. Kegiatan pembelajaran yang bagus siswa akan dilatih untuk memecahkan
26

permasalahan. Kelebihan model ini berkaitan dengan faktor yang memengaruhi


hasil belajar yaitu fisiologis. Keadaan fisiologis siswa seperti kemampuan
intelegensi dan kesiapan belajar akan memengaruhi siswa dalam memecahkan
permasalahan. Siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi akan mudah dalam
memahami permasalahan yang ada dan mampu mencari solusinya. Siswa yang
tidak siap untuk mengikuti pembelajaran akan kesulitan memecahkan masalah,
seperti kodisi fisiknya kurang sehat.

Kelebihan kedua dari model GI yaitu meningkatkan kerjasama kelompok.


Kerjasama kelompok yang bagus juga dapat memengaruhi hasil belajar. Kelebihan
model ini berkaitan dengan faktor yang memengaruhi hasil belajar yaitu sosiologis.
Faktor sosiologis merupakan interaksi antara siswa dengan temannyamaupun
dengan guru. Siswa yang memiliki kemampuan interaksi yang bagus dengan siswa
lain maupun dengan guru akan mampu bekerja sama dengan baik. Siswa tersebut
akan mudah bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas.

Kelebihan ketiga dari model GI yaitu menarik minat siswa. Kegiatan


pembelajaran yang menarik perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Kelebihan model ini berkaitan dengan faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa
yaitu psikologis dan instrumental. Psikologis akan memengaruhi proses belajar
siswa, seperti kecerdasan, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Psikologis Siswa yang
sudah tertarik pada pembelajaran maka akan merasa senang. Siswa yang sudah
merasa senang dalam belajar akan mudah menerima materi pembelajaran.
sedangkan instrumental merupakan perangkat pembelajaran yang dapat menunjang
siswa dalam belajar. Instrumen yang diguanakan guru akan menarik perhatian siswa
dalam pembelajaran, seperti model pembelajaran yang digunakan dalam menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Kelebihan keempat dari model GI yaitu meningkatkan prestasi belajar. Hasil


belajara siswa juga akan berpengaruh pada prestasi siswa. Kelebihan model ini berkaitan
dengan faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa yaitu fisiologis. Fisiologis
berhubungan dengan kemampuan individu siswa, seperti kondisi fisik, kecerdasan, dan
lain-lain. Siswa yang sudah memiliki kecerdasan yang baik kemudian proses belajarannya
menggunakan model ini maka prestasi belajarnya dapat meningkat.
27

Kelebihan kelima dari model GI yaitu meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa
yang sudah memiliki motivasi akan antusian dalam menerima meteri pembelajaran.
kelebihan model ini berkaitan faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa yaitu
lingkungan. Lingkung belajar siswa yang mendukung seperti adanya fasilitas pembelajaran
yang lengkap. Lingkungan yang mendukung akan meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan urian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterkaitan antara


model GI dengan hasil belajar siswa terletak pada kelebihan model dan faktor yang
mempengaruhi motivasi dan hasil belajar siswa.

MODEL PEMBELAJARAN
HASIL BELAJAR
GROUP INVESTIGATIO

Kelebihan Model Pembelajaran Faktor yang


GROUP INVESTIGATION memengaruhi
HASIL BELAJAR
Siswa Dilatih Untuk Memecahkan Faktor Lingkungan
Masalah

Meningkatkan Kerjasama Kelompok Faktor Instrumental

Menarik Minat Siswa Faktor Fisiologis


Meningkatkan Prestasi Belajar
Faktor Psikologis
Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Faktor Sosiologis

Gambar 2.2 Kaitan Model Pembelajaran Group Investigation dengan hasil


belajar siswa
28
29

DAFTAR RUJUKAN

Aminah,. & Salihati. 2012. Peningkatan Proses Dan Hasil Belajar Siswa Dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation. Jurnal
Lentera12(4).18ˉ 25. Dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=271560&val=7046
&title=PENINGKATAN%20PROSES%20DAN%20HASIL%20BELAJ
AR%20SISWA%20DENGAN%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20
KOOPERATIF%20TIPE%20GROUP%20INVESTIGATION.
Anjani, K.D., Facthan, A.. & Amirudin, A. 2016.Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Turnamen Dan Games Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan 1(9), 1787ˉ 1790. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6812.

Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bumi Siliwangi: Remaja Rosdakarya.

Fitriana, E., Utaya, S., & Budijanto. 2016. Hubungan Persepsi Siswa Tentang
Proses Pembelajaran Dengan Hasil Belajar Geografi Di Homeschooling
Sekolah Dolan Kota Malang. Jurnal Pendidikan 1(4), 662ˉ 667. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6212.

Hartana, A., Setyosari, P., & Kuswandi, D. 2016. Penerapan Strategi Pembelajaran
Paradigma Pedagogi Ignatian (Reflektif) Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Dan Motivasi Berprestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan 1(4), 765ˉ 779. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6555.

Iswardhan, Nunik., & Djukri. 2015. Pengaruh Penggunaan Limbah Tapioka


Sebagai Sumber Belajar Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa.
Jurnal Pendidikan 1(1), 149ˉ 159. Dari
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/4185.

Kurniasari, I.R., Susilo, H., & Hastuti, U.S. 2016. Penerapan Inkuiri Terbimbing
Dipadu Numbered Head Togetherberbasis Lesson Study Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan 1(9), 1774ˉ 1780.
Dari http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6772.

Lestari,D.P., Fatchan, A., & Ruja, I.N. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Project
Based Learning Berbasis Outdoor Study Terhadap Hasil Belajar Geografi
Siswa SMA. Jurnal Pendidikan 1(3), 475ˉ 479. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6175.
30

Mardikaningtyas, D.A., Ibrohim,. & Suarsini, E. 2016. Pengembangan


Pembelajaran Pencemaran Lingkungan Berbasis Penelitian Fitoremediasi
Untuk Menunjang Keterampilan Ilmiah, Sikap Peduli Lingkungan Dan
Motivasi Mahasiswa Pada Matakuliah Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan.
Jurnal Pendidikan 1(3), 499ˉ 506. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6179.

Maulidi, A.Y., Hamid, A., & Sunarti. 2014. Komparasi Hasil Belajar Kognitif
Siswa Antara Penggunaan Lks Berbasis Learning Cycle 3 Fase Dan Non
Lks Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X SMA Negeri 10 Banjarmasin.
Jurnal Inovasi Pendidikan Sains 5(2), 43ˉ 54. Dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=443909&val=9344
&title=KOMPARASI%20HASIL%20BELAJAR%20KOGNITIF%20SI
SWA%20ANTARA%20PENGGUNAAN%20LKS%20BERBASIS%20
LEARNING%20CYCLE%203%20FASE%20DAN%20NON%20LKS%
20PADA%20MATERI%20REAKSI%20REDOKS%20KELAS%20X%
20SMA%20NEGERI%2010%20BANJARMASIN.

Mite, Y., Corebima, A.D., & Syamsuri, I. 2016. Hubungan Antara Gaya Belajar
Dengan Hasil Belajar Siswa SMA Katolik Santa Maria Malang Berbasis
Skor Terkoreksi Dalam Pembelajaran Biologi Melalui Pembelajaran
Group Investigation (GI) Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan
1(5), 822ˉ 827. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6262.

Nurochma, R., Maridi., & Ariyanto, J. 2013. Pengaruh Penggunaan Strategi


Pembelajaran Guided Inquiry Terhadap Hasil Belajar Biologi Ranah
Kognitif Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten
Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi 5(1), 34ˉ 48. Dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=50704&val=4057&t
itle=PENGARUH%20PENGGUNAAN%20STRATEGI%20PEMBELA
JARAN%20%20GUIDED%20INQUIRY%20TERHADAP%20HASIL
%20BELAJAR%20BIOLOGI%20RANAH%20KOGNITIF%20DITINJ
AU%20DARI%20GAYA%20BELAJAR%20SISWA%20KELAS%20V
III%20SMP%20NEGERI%201%20JATEN%20TAHUN%20PELAJAR
AN%202011/2012.

Perwitasari, V.R.S., Sumarmi, & Amirudin, A. 2016. Pengaruh Group Investigation


Berbasis Outdoor Study Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa.
Jurnal Pendidikan 1(3), 87ˉ 93. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6107.

Pranandari, I.W., Degeng, I.N.S., & Hanurawan, F. 2016. Korelasi Antara Persepsi
Siswa Tentang Pengelolaan Kelas, Hubungan Teman Sebaya (Peer
31

Relationships), Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Kecamatan


Sananwetan Kota Blitar. Jurnal Pendidikan 1(3), 480ˉ 485. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6176.

Ridha, M., Setyosari, P., &Kuswandi, D. 2016. PENGARUH FLIPPED


MASTERY CLASSROM TERHADAP PEROLEHAN HASIL
BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA. Jurnal Pendidikan 1(4), 655ˉ 661.
Dari http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6211.

Rijal. S,. & Bachtiar, S. 2015. Hubungan antara Sikap, Kemandirian Belajar, dan
Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa. Jurnal Bioedukatika
3(2), 15ˉ 20.
Darihttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&
cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjDjcTUqoLYAhVJNo8KHfE2D
GgQFghgMAc&url=http%3A%2F%2Fjournal.uad.ac.id%2Findex.php%
2FBIOEDUKATIKA%2Farticle%2Fdownload%2F4149%2F2279&usg=
AOvVaw1w9Xjn_BwGVdb3FqpGQZiG.

Rinawati.,& Utami, T.H. 2013. Analisis Kesesuaian Soal-Soal Latihan Pada Buku
Teks Matematika Sma Kelas X Dengan Kompetensi Dasar Berdasarkan
Ranah Kognitif Taksonomi Bloom. Jurnal Pendidikan _(_), _ˉ _. Dari
http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel914E365795B3DF8E00A2
559D0D68C8AF.pdf.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suharwati, S.I, Sumarmi, & Ruja, I.N. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran
Resource Based Learning Terhadap Minat Dan Hasil Belajar Geografi
Siswa SMA. Jurnal Pendidikan 1(2), 74ˉ 79. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/5803.

Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insani Madani.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi Paikem.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ulfah, K.R., Santoso, A., & Utaya, S. 2016. Hubungan Motivasi Dengan Hasil
Belajar IPS. Jurnal Pendidikan 1(8), 1607ˉ 1611. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6678.

Wijayanti, A.P., Sumarmi, & Amirudin, A. 2016. Perbandingan Model Group


Investigation Dengan Problem Based Learning Berbasis Multiple
Intelligence Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa SMA.
Jurnal Pendidikan 1(5), 948ˉ 957. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6326.
32

Wijiningtyas, I., Fatchan, A., & Ruja, I.N. 2016. PROSES DAN BENTUK
MOTIVASI BELAJAR GEOGRAFI SMA UNGGULAN KOTA
MALANG (PERSPEKTIF ETNOMETODOLOGI). Jurnal Pendidikan
1(2), 106ˉ 115. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6103.

Wulandari, V.C.P., Al-Muhdhar, M.H.I., & Suhadi. 2016. Pembelajaran Role


Playing Dipadu Group Investigation Berbantuan Komik Program KRPL
Sebagai Upaya Untuk Mengembangkan Kemampuan Kognitif Dan Sikap
Sosial. Jurnal Pendidikan 1(6), 1191ˉ 1195. Dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6473.

Lenawati, Ade., & Siswanto. 2013. Pengaruh Motivasi Belajar Dan Pemanfaatan
Perpustakaan Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X
Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman Tahun Ajaran
2011/2012. Jurnal Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia 2(1), 37ˉ 71.
Dari https://journal.uny.ac.id/index.php/jkpai/article/view/1186.

Вам также может понравиться